TAHUN
2015
DAFTAR ISI
1. PENDAHULUAN ................................................................................................. 1
1.1. LATAR BELAKANG .......................................................................................................1
1.2. MAKSUD DAN TUJUAN ...............................................................................................2
1.2.1. Maksud ...........................................................................................................2
1.2.2. Tujuan .............................................................................................................2
1.3. LOKASI BANDARA .......................................................................................................3
1.4. PERATURAN ................................................................................................................3
2. RUANG LINGKUP................................................................................................ 6
2.1. LINGKUP RENCANA KEGIATAN ..................................................................................6
2.2. RUANG LINGKUP KAJIAN ............................................................................................6
BAB
1 PENDAHULUAN
1
1.1. LATAR BELAKANG
Bandar udara sebagai salah satu unsur prasarana dalam penyelenggaraan penerbangan
merupakan tempat untuk menyelenggarakan pelayanan jasa kebandarudaraan dalam
menunjang pelaksanaan kegiatan-kegiatan pemerintah seperti kegiatan ekonomi,
transportasi udara dan lainnya. Besarnya fungsi dan peran bandar udara ini
membutuhkan penataan secara terpadu guna mewujudkan penyediaan jasa
kebandarudaraan sesuai dengan standard dan tingkat kebutuhannya.
Pengelolaan lingkungan hidup di Bandara Udara saat ini menjadi salah satu isu utama
dalam rangka upaya mewujudkan pelayanan jasa kebandarudaraan secara prima.
Berdasarkan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup disebutkan bahwa setiap rencana usaha dan/atau
kegiatan yang mempunyai dampak terhadap lingkungan hidup wajib memiliki dokumen
pengelolaan lingkungan hidup, Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2012 tentang Izin
Lingkungan, Peraturan Pemerintah No 40 Tahun 2012 tentang Pembangunan dan
Pelestarian Lingkungan Hidup Bandar Udara, Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup
Nomor 16 Tahun 2012 tentang Pedoman Penyusunan Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan, Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 17 Tahun 2012 tentang
Pelibatan Masyarakat dalam Penyusunan AMDAL, Peraturan Menteri Negara Lingkungan
Hidup Nomor 05 Tahun 2012 tentang jenis Rencana Usaha/Kegiatan yang Wajib
dilengkapi dengan AMDAL.
Bandar udara Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru telah memiliki Keputusan Meteri
Perhubungan Nomor: KP 131 Tahun 2001 tentang persetujuan Analisis Dampak
lingkungan (ANDAL), Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) dan Rencana Pemantauan
Lingkungan (RPL) Pengembangan Bandar Udara Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru, Propinsi
Riau. Dengan meningkatnya pertumbuhan angkutan udara dan penumpang saat ini,
1.2.2. Tujuan
Tujuan dari Penyusunan Studi Addendum Andal dan RKL-RPL ini adalah terwujudnya
pengelolaan lingkungan hidup di bandar udara berwawasan lingkungan, sehingga dampak
penting positif maupun negatif akibat pengembangan dan operasional bandar udara
dapat dikelola dengan baik. Adapun beberapa komponen penting dari tujuan Penyusunan
Studi Addendum Andal dan RKL-RPL iniantara lain:
1. Mengidentifikasi perubahan komponen rencana kegiatan dan fasilitas pendukungnya
yang berpotensi menimbulkan dampak penting terhadap lingkungan;
2. Mengidentifikasi komponen lingkungan yang dapat terkena dampak penting dalam
kegiatan proyek pengembangan bandar udara;
3. Memperkirakan dan mengevaluasi secara holistik terhadap dampak penting yang
mungkin timbul akibat kegiatan proyek pengembangan bandar udara, yaitu
menelaah sumber dampak, sifat-sifat dampak (positif atau negatif, bersifat langsung
atau tidak langsung, berjangka pendek atau panjang) serta ciri dampak (antagonik
atau sinergik);
4. Menyusun Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) dan Rencana Pemantauan
Lingkungan (RPL); dalam rangka perencanaan dan pelaksanaan pengembangan
Bandar Udara .
1.4. PERATURAN
Pelaksanaan Penyusunan Studi Addendum Andal dan RKL-RPL Bandar Udara Sultan
Syarif Kasim II, berpedoman kepada peraturan yang berlaku yaitu:
1. Undang-undang RI Nomor 5 Tahun 1990, tentang Konservasi Sumber Daya Alam
Hayati dan Ekosistemnya;
2. Undang-Undang- RI Nomor 26 Tahun 1992, tentang Penataan Ruang;
3. Undang-Undang RI Nomor 32 Tahun 2004, tentang Pemerintahan Daerah;
4. Undang-Undang RI Nomor 32 Tahun 2009, tentang Pengelolaan Lingkungan
Hidup;
5. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1999, tentang Jenis Biota yang Dilindungi;
6. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999, tentang Pengendalian Pencemaran
Udara;
BA
1
B Ruang Lingkup
2
3.
BA
1
B Metode Pelaksanaan
3
3.1. PERSIAPAN
Dalam Pelaksanaan Pekerjaan Penyusunan Studi Addendum Andal dan RKL-RPL Bandar
Udara Sultan Syarif Kasim II, pihak LPJP Amdal harus mengikuti tahapan-tahapan sebagai
berikut :
1. Pada tahap persiapan, setelah penandatanganan kontrak, maka LPJP Amdal sudah
mulai melaksanakan kegiatan meliputi pengurusan perizinan penelitian dan
konsultasi serta pengumpulan awal bahan penyusunan.
2. Setelah Surat Perjanjian Pemborongan (SPP) ditandatangani, LPJP Amdal melakukan
Kick off Meeting dengan pemrakarsa yang dilaksanakan di Kantor Pusat PT Angkasa
Pura II (Persero). Kegiatan untuk membicarakan/menyampaikan langkah-langkah
persiapan yang akan dilakukan dalam pelaksanaan studi, meliputi:
a. Penjelasan maksud dan tujuan pekerjaan secara rinci dan mendetail;
b. Metodologi pelaksanaan pekerjaan;
c. Membuat program kerja yang berisi uraian kegiatan pekerjaan, jadwal
pelaksanaan pekerjaan (time schedule), kurva S pelaksanaan pekerjaan,
susunan tenaga ahli yang akan dilibatkan dalam pelaksanaan pekerjaan;
d. Pengumpulan data & informasi sekunder (studi kepustakaan/literatur);
e. Menyiapkan checklist data, kuesioner dan form-form penelitian yang
diperlukan untuk pengumpulan data di lokasi.
BA
1
B
TANGGAPAN DAN SARAN
4 TERHADAP KAK
Tanggapan dan saran terhadap KAK yang dilakukan oleh konsultan sebagai bentuk
pemahaman dan apresiasi sesuai dengan bab didalam KAK. Tanggapan tersebut adalah:
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Sesuai dengan penjelasan yang terdapat dalam kerangka acuan kerja (KAK), konsep yang
diberikan oleh pemberi tugas merupakan arahan yang cukup jelas mengenai lingkup
pemahaman atas kerja yang akan dilakukan oleh konsultan. Dalam hal ini konsep tersebut
memperjelas tugas yang akan dilakukan konsultan sehingga maksud yang diinginkan oleh
pemberi tugas akan sangat mudah untuk dipahami.
f. Tim Pendamping
Koordinasi dengan tim pendamping sesuai yang dimaksud pada sub bab 4.1.6.
dalam KAK akan dilaksankan oleh konsultan.
1.2. Waktu Pelaksanaan
Waktu pelaksanaan kegiatan pihak konsultan sudah menambahkan tabel jadwal
waktu kegiatan dan kurva S dalam studi Amdal ini.
1.3. Pelaporan
Penyampaian laporan sudah dipahami oleh konsultan
1.4. Presentasi, diskusi, rapat teknis, dan sidang komisi amdal
Pelaksanaan presentasi, diskusi, rapat teknis dan sidang komisi mengikuti progress
pekerjaan sesuai agenda yang sudah di jadwalkan
1.5. Sangsi dan Denda
Penjelasan sangsi dan denda sudah dipahami oleh konsultan
1.6. Daftar Pustaka
Dalam penyusunan laporan, dikemukakan sumber referensi, sumber data dan
informasi yang digunakan dengan mencantumkan penulis, penerbit dan tempat
penerbitannya.
BAB
1 PENDEKATAN DAN METODOLOGI
5
Keterangan :
Q = Perbandingan bulan kering dan bulan basah (%)
Bulan kering yaitu bulan dengan curah hujan < 60 mm/bulan dan bulan basah dengan
curah hujan > 100 mm/bulan. Nilai Q ditentukan berdasarkan persamaan di atas, untuk
masing-masing nilai Q menunjukkan tipe iklim daerah setempat.
- Tipe iklim A yaitu : 0 < Q < 0,143 - Tipe iklim E yaitu : 1,00 < Q < 1,67
- Tipe iklim B yaitu : 0,14 < Q < 0,33 - Tipe iklim F yaitu : 1,67 < Q < 3,00
- Tipe iklim C yaitu : 0,33 < Q < 0,60 - Tipe iklim G yaitu : 3,00 < Q < 7,00
- Tipe iklim D yaitu : 0,60 < Q < 1,00 - Tipe iklim H yaitu : 7,00 < Q
c. Lokasi Pengambilan Sampel
Pengambilan data sekunder dari BMG, stasiun pengamatan terdekat. Lokasi pengambilan
sampel iklim mikro pada area yang diperkirakan akan terkena dampak
gas menggunakan alat Gas Air Sampler dan untuk debu menggunakan alat High Volume
Air Sampler (HVS). Setelah polutan terserap selanjutnya dianalisis di laboratorium
lingkungan. Parameter dan Metoda pengukuran sesuai Tabel 5.2.
Tabel 5.2. Metoda Pengukuran dan Peralatan Analisis
Baku Metoda
No. Parameter Satuan Peralatan
Mutu Pengukuran
1 Karbon Monoksida (CO) ug/m3 30.000 SNI 19-7117.10- CO-Analyzer
2005
2 Nitrogen Dioksida (NO2) ug/m3 400 SNI 19-7119.2-2005 Spectrofotometer
3 Sulfur Dioksida (SO2) ug/m3 900 SNI 19-7119.7-2005 Spectrofotometer
4 Hidrokarbon (HC) ug/m3 160 SNI 19-7119.13- Gas
2005 Cromatograpi
5 Debu, PM10 ug/m3 230 SNI 19-7119.3-2005 Neraca Analitik
Sampler
6 Ox ug/m3 235 SNI 19-7119.8-2005 Spectrofotometer
7 Pb ug/m3 0,3 SNI 19-7119.4-2005 AAS
Sumber: Lampiran Bakumutu Udara Ambien Nasional, PPRI No. 41 tahun 1999 tentang PengendalianPencemaran
udara.
d. Lokasi Pengukuran
Lokasi pengambilan sampel air permukaan di sekitar lokasi kegiatan
yang keluar menuju oulet daerah tangkapan, sedangkan saluran cabang (sekunder)
DAS adalah alur yang berkumpul dan bertemu di saluran utama DAS. Saluran tersier
adalah alur yang berkumpul di saluran sekunder.
2. Penentuan Sumber-Sumber Air
Penentuan sumber-sumber air adalah identifikasi sumber air yang berasal dari air
hujan, air permukaan, dan air tanah. Sumber air hujan direncanakan sebagai sumber
air utama. Sumber air permukaan berupa aliran sungai, air danau atau air reservoir.
Sumber air tanah berasal dari air bawah tanah yang dipompa atau air dari mata-air
yang berada di lokasi. Sumber air tanah direncanakan sebagai sumber air tersier atau
pilihan terakhir bila ketersediaan air hujan dan air permukaan kurang. Pada tahapan
kedua, analisis berdasarkan peta hidrogeologi skala 1:100.000.
Metode penentuan sumber air tanah berdasarkan informasi pada peta hidrogeologi
dan survey lokasi bila diperlukan. Sumber air tanah berasal dari aquifer dan mata-air.
Penentuan sumber air permukaan terutama dari sungai dan danau. Data aliran sungai
atau danau bisa berupa data sekunder dari stasiun AWLR (automatic water level
recorder), dan data primer dengan cara pengukuran sesaat langsung di lokasi yang
ditentukan. Metode pengukuran debit aliran sungai atau danau berdasarkan
hidrometri sungai. Bila data aliran sungai tidak ada maka dapat diperkirakan
berdasarkan limpasan permukaan dari air hujan.
Penentuan sumber air hujan berdasarkan data hujan dari stasiun hujan di dalam dan
dekat kawasan penambangan. Penentuan hujan wilayah dengan menggunakan
metode Thiessen atau metode Rerata Aritmatika. Bila hanya ada satu stasiun hujan
maka menggunakan metode Faktor Reduksi.
b) Rata-rata aritmatik
Tinggi rata-rata curah hujan wilayah didapat dari nilai rata-rata hitung (arithmatic
mean). Cara ini sesuai untuk wilayah dataran dengan stasiun hujan yang tersebar
merata dan hasil penakaran masing-masing stasiun tidak menyimpang jauh (< 10%)
dari nilai rata-rata seluruh stasiun yang ada di seluruh wilayah yang bersangkutan.
n
di
d
i 1 n
d = tinggi curah hujan rata-rata wilayah d1 = 20
di = tinggi curah hujan di stasiun-i mm
n = banyaknya stasiun hujan
d4 = 15
d2 = 30
Contoh: mm
mm
dari gambar disamping didapat d3 = 25
d = 22,5 mm mm
c) Poligon Thiessen
Berdasarkan rata-rata terbobot (weighted average), di mana masing-masing stasiun
hujan ditentukan luas daerah pengaruhnya berdasarkan poligon yang dibentuk
dengan menggambarkan garis-garis sumbu pada garis-garis penghubung antara dua
stasiun hujan yang berdekatan. A1
d1 = 20
n n
Ai d i
d pi d i
mm
i 1 A i 1 A4
d = tinggi curah hujan rata-rata wilayah d4 = 15
d2 = 30
di = tinggi curah hujan di stasiun-i mm
mm
A = luas wilayah d3 = 25
A2 mm
Ai = luas daerah pengaruh stasiun-i
n = banyaknya stasiun hujan A3
A
pi i = bobot luas pengaruh stasiun-i
A
n
p
i 1
i jumlah persentase luas = 100 %
Contoh:
Misalkan A1 = 300, A2 = 300, A3 = 250, A4 = 350, maka dari gambar disamping
didapat
d = 22,08 mm
4. Neraca Air
Analisis neraca air merupakan analisis perbandingan antara kebutuhan air terhadap
ketersediaan air. Kebutuhan air diperhitungkan dari kebutuhan air dan kebutuhan air
bersih untuk sarana-prasarana seperti kantor dan tempat-tinggal pegawai.
Metode neraca air merupakan perhitugan seluruh komponen siklus hidrologi yang
mungkin ada di dalam DAS. Secara sederhana neraca air adalah persamaan storage =
outflow – inflow. Pendekatan lain yang lebih akurat dengan pemisalan seluruh
kawasan dianggap sebagai suatu lisimeter, maka rumus yang dipergunakan adalah :
P I Gi O Go S
Koefisien aliran yang disajikan dalam berbagai pustaka, antara lain yang dimuat
dalam Hidrologi untuk Pengairan (Suyono Sosrodarsono dan Kensaku Takeda) adalah
seperti berikut ini:
Tabel 5.5. Koefisien Aliran
daerah pegunungan yang curam 0,75 - 0,90
daerah pergunungan tersier 0,70 - 0,80
tanah bergelombang dan hutan 0,50 - 0,75
tanah dataran yang ditanami 0,45 - 0,60
persawahan yang diairi 0,70 - 0,80
daerah perkotaan:
- pusat perdagangan 0,80 - 0,90
- daerah industri 0,75 - 0,80
- daerah pemukiman 0,55 - 0,80
- taman-taman 0,25 - 0,35
Sedangkan pada tabel berikut disajikan contoh harga koefisien aliran untuk berbagai
jenis tata guna lahan daerah perkotaan yang digunakan di Texas, USA:
Tabel 5.6. Harga Koefisien Aliran Untuk Berbagai Jenis Tata Guna Lahan Daerah
Perkotaan
Sifat Masa Ulang (tahun)
Permukaan 2 5 10 25 50 100 500
Aspal 0,73 0,77 0,81 0,86 0,90 0,95 1,00
Beton/atap 0,75 0,80 0,83 0,88 0,92 0,97 1,00
Rumput (lapangan, taman, dll)
- keadaan jelek (penutup kurang dari 50% luas)
= datar, 0-2% 0,32 0,34 0,37 0,40 0,44 0,47 0,58
= sedang, 2-7% 0,37 0,40 0,43 0,46 0,49 0,53 0,61
= curam, > 7% 0,40 0,43 0,45 0,49 0,52 0,55 0,62
- keadaan sedang (penutup 50 - 75% luas)
= datar, 0-2% 0,25 0,28 0,30 0,34 0,37 0,41 0,53
= sedang, 2-7% 0,33 0,36 0,38 0,42 0,45 0,49 0,58
= curam, > 7% 0,37 0,40 0,42 0,46 0,49 0,53 0,60
- keadaan baik (penutup > 75% luas)
= datar, 0-2% 0,21 0,23 0,25 0,29 0,32 0,36 0,49
= sedang, 2-7% 0,29 0,32 0,35 0,39 0,42 0,46 0,56
= curam, > 7% 0,34 0,37 0,40 0,44 0,47 0,51 0,58
Sumber: Applied Hydrology, Chow V.T. et al, 1988.
Pada umumnya suatu luasan daerah tangkapan air, tata guna lahannya tidak homogen,
untuk itu besar koefisien alirannya dihitung dengan cara pembobotan, yang
menggunakan perbandingan luas masing-masing jenis pemanfaatan lahannya.
c. Pengamatan langsung
Pengamatan langsung di lapangan akan memberi informasi kepada tim studi mengenai
situasi dan kondisi lahan, sistem kepemilikan lahan, sarana dan prasarana transportasi,
kebiasaan penduduk, adat-istiadat, kultur, dan bagaimana mereka berinteraksi.
Pn = Po (1 + r ) t x 100%
Dimana:
Pn = Jumlah penduduk pada tahun n (terakhir)
Po = Jumlah Penduduk pada tahun awal (dasar)
r = Angka pertumbuhan penduduk
t = Periode waktu dalam tahun
b. Kepadatan Penduduk
Kepadatan penduduk di lokasi rencana kegiatan akan dihitung dengan menggunakan
rumus sebagai berikut:
D = E/L
Dimana:
D = Kepadatan penduduk (jiwa/km²)
E = Jumlah Penduduk (jiwa)
L = Luas Wilayah (km2)
e. Pendapatan Penduduk
Pendapatan penduduk dihitung berdasarkan pendapatan keluarga dari hasil usaha tani dan
hasil non usaha tani, pendapatan dari usaha tani dapat dihitung dengan rumus sebagai
berikut :
PP = PQ – P1Q1
Dimana:
PP = Pendapatan Petani
P = Harga Output
Q = Jumlah Produksi
P1 = Harga Input
Q1 = Jumlah Input
f. Persepsi Masyarakat
Metoda pengukuran persepsi masyarakat dilakukan dengan kuesioner. Salah satu kriteria
yang dibuat adalah sangat setuju, setuju, tidak setuju dan sangat tidak setuju.
b. Data Sekunder
Metoda pengumpulan data sekunder yang dapat digunakan untuk pengukuran
pemajanan dalam kaitannya dengan analisis epidemiologis antara lain :
1) Catatan harian : untuk mengumpulkan data perilaku atau
pengalaman sekarang.
2) Catatan lain : catatan yang belum dikumpulkan secara khusus
untuk tujuan pengukuran pemajanan, misalnya catatan medis,
pekerjaan, dan sensus.
Secara teknis, metode pengukuran dilaksanakan pada setiap
simpul (Simpul 1—4) antara lain sebagai berikut (Setiadi,
2002:26):
- Waktu Survey
- Arah Lalu Lintas
- Jenis Kendaraan
- Volume Lalu Lintas Tiap Jenis Kendaraan
Lokasi survey inventory ruas jalan yang akan dilakukan di Jalan Raya sekitar Bandara
Perhitungan satuan mobil penumpang mengacu pada Buku Pedoman Perencanaan dan
Pengoperasian Lalulintas di Wilayah Perkotaan (Direktorat Jenderal Perhubungan Darat,
1999) seperti terlihat pada Tabel 5.9.
Tabel 5.9. Satuan Mobil Penumpang (SMP) untuk Berbagai Jenis Kendaraan
Qp
V/C =
C
Keterangan :
V/C = V/C Ratio
Qp = volume lalu lintas dalam satuan mobil penumpang per jam (smp/jam)
C = kapasitas efektif dalam satuan mobil penumpang per jam (smp/jam)
Nilai perbandingan V/C (V/C Ratio) adalah nilai yang menunjukkan kondisi ruas jalan
dalam melayani volume lalu lintas yang terjadi. Nilai V/C Ratio untuk ruas jalan di daerah
pengaruh diperoleh berdasarkan hasil survei volume lalu lintas di ruas serta survei
geometrik, untuk mendapatkan besarnya kapasitas eksisting.
Perhitungan besarnya kapasitas suatu ruas jalan dapat digunakan rumus menurut metode
Manual Kapasitas Jalan Indonesia (Indonesian Higway Capacity Manual/ IHCM).
Kapasitas ruas jalan dalam kota :
Kapasitas dasar (Co) untuk berbagai tipe jalan dapat dilihat pada Tabel 5.10., Kapasitas
dasar ditentukan oleh tipe jalan, jumlah lajur dan terpisah tidaknya lajur yang ada. Untuk
jalan lebih dari 4 lajur, maka kapasitas dasar dapat menggunakan kapasitas per lajur
sesuai dengan jenis jalan.
Tabel 5.10. Kapasitas Dasar untuk Jalan Perkotaan
KAPASITAS DASAR
JENIS JALAN KETERANGAN
(SMP/JAM)
Jalan 4 lajur dengan median atau jalan 1 1.650 Per jalur
arah
Jalan 4 lajur tanpa median 1.500 Per jalur
Jalan 2 lajur tanpa median 2.900 Total dua arah
Sumber: Departemen PU, 1997
Kerapatan lalu lintas dapat juga dikaitkan dengan penyediaan jumlah lajur jalan.
Pemakaian lain dari kerapatan lalu lintas adalah untuk mengatakan penting ruas jalan
tersebut dalam melewatkan arus lalu lintas. Makin tinggi kerapatan lalu lintas makin
penting juga jalan tersebut di dalam jaringan jalan. Kriteria tingkat pelayanan jalan
dijelaskan sebagai berikut :
Tingkat Pelayanan A (0,00 – 0,19)
Kondisi arus lalu lintasnya bebas antara satu kendaraan dengan kendaraan lainnya,
kecepatan sepenuhnya ditentukan oleh keinginan pengemudi dan sesuai dengan batas
kecepatan yang ditentukan.
Tingkat Pelayanan B (0,20 – 0,44)
Kondisi arus lalu lintas stabil, kecepatan kendaraan mulai dibatasi oleh kendaraan
lainnya, dan mulai dirasakan hambatan-hambatan oleh kendaraan di sekitarnya.
Tingkat Pelayanan C (0,45 – 0,69)
Kondisi arus lalu lintasnya masih dalam batas stabil, kecepatan mulai dibatasi dan
hambatan dari kendaraan lain semakin besar.
Tingkat Pelayanan D (0,70 – 0,84)
Volume lalu lintas mendekati tidak stabil, kecepatan menurun drastis akibat
hambatan-hambatan yang timbul, kebebasan bergerak kecil.
Tingkat Pelayanan E (0,85 – 1,0)
Volume lalu lintas sudah mendekati kapasitas ruas jalan, kecepatan kendaraan < 40
km/jam, pergerakan lalu lintas kadang-kadang terhambat.
Tingkat Pelayanan F (> 1)
Pada pelayanan tingkat F, arus lalu lintas dalam keadaan dipaksakan (forced flow),
kecepatan kendaraan rendah, arus lalu lintas sering terhenti sehingga menimbulkan
antrean kendaraan yang panjang.
Jumlah
No Parameter Lingkungan
sampel
1 Kualitas Udara 6
2 Kebisingan 6
3 Kualitas air dan Limbah Cair 6
4 Limbah Padat dan Tanah 2
5 Biologi 3
Jumlah
No Parameter Lingkungan
sampel
6 Sosekbudkesmas -
7 Lalu Lintas 1
Kondisi
Jenis Tahun Bukti
Jumlah Kapasitas Merk dan Tipe Baik/
No Peralatan Pembuatan Kepemilikan
Rusak
11. Genset 1 Set - Daishin/AM2800 - 90 % -
12. Global 1 Buah - Garmin/12 XL - 90 % -
Positioning
Sytem (GPS)
13. Grab Sampler 1 Set - BDG/L-10 - 90 % -
14. Hygrometer 2 Buah - HAAR/SYNTH - 90 % -
15. Ice Box 2 Buah - Marina - 90 % -
Cooler/355
16. Luv 1 Buah - Local - 90 % -
17. pH Meter 1 Set - Metrohm/620- - 90 % -
pH meter
18. Ring Soil 1 Buah - Local - 90 % -
Sampler
19. Sound Level 1 Set - Union/2088 - 90 % -
Meter
20. Stop Watch 1 Set - Sunway/3-1025 - 90 % -
21. Termometer 1 Buah - RRC - 90 % -
22. Timer 1 Buah - RRC - 90 % -
23 Tripot (Tangga 2 Buah - Local - 90 % -
Lipat)
24 Vaccum Pump 1 Set - Medi/1132 - 90 % -
25 Vibration Meter 1 Buah - Lutron VB-8200 - 90 % -
26 Water Multi 1 Set - Horiba - 90 % -
Checker
Untuk gas SO2 dan debu hasil transportasi dapat dihitung dengan persamaan berikut:
SO2 =2xaxxV
Debu = b x x V
Dimana:
b. Sumber Area
Untuk menganalisis dispersi kualitas udara ambien pada sumber area atau dari kegiatan
mobilisasi dalam bentuk area atau kawasan seperti kegiatan pembebasan lahan
digunakan Model Box. Model Box yang digunakan adalah Model Fixed Box dengan
menggunakan persamaan matematik dasar :
Sumber Bergerak
Dimana:
C : konsentrasi polutan (µg/m3)
L : panjang daerah tinjauan (m)
Qa : laju emisi polutan per luas wilayah
Kajian (µg/det/m2)
u : kecepatan angin rata-rata pada ketinggian H (m/s)
h : ketinggian mixing height (m)
c. Sumber Titik
Untuk parameter gas:
Q H2
C exp
2
u y z 2 z
Q H2
C exp
2
2u y z 2 z
Keterangan:
C konsentrasi gas dan partikulat di permukaan tanah (µg/m3)
axb
cxd+f
15
LD L15 20 log
D
LD = intensitas kebisingan alat berat konstruksi pada jarak D meter, dBA
L15 = intensitas kebisingan alat berat konstruksi pada jarak 15 meter, dBA
D = jarak pengamat dari sumber bising
Model yang akan digunakan untuk perkiraan dampak kebisingan dengan menggunakan
rumus (Rau & Wooten, 1980) sebagai berikut :
1
Ni 15
L eq(h )i LOE 10 log 10 log 13
Si T d
Keterangan:
Leq (h)i : Kebisingan yang ditimbulkan kendaraan (i) (dBA)
Loe : Tingkat kebisingan kendaraan (dBA)
Ni : Jumlah lalu lintas kendaraan
Si : kecepatan kendaraan (km/jam)
T : waktu tempuh (jam)
ΔQ = (C2-C1) x I x A
C1 = koefisien larian lahan pada kondisi awal
C2 = koefisien larian lahan pada kondisi akhir (setelah ada bangunan penutup)
I = Intensitas hujan (m/hari hujan)
A = Luas lokoasi kegiatan.
Q = Debit Air Larian (m3/hari hujan)
Keterangan:
Pt = Pertumbuhan lalulintas perencanaan
Po = Lalulintas tahun pertama
1 = Konstanta
I = Faktor pertumbuhan
n = Tahun perencanaan
negatif. Prakiraan besar dampak terhadap persepsi masyarakat sulit diukur secara
kuantitatif, sehingga dilakukan pendekatan berdasarkan hasil kuesioner responden yang
dipilih dengan melihat prosentase tanggapan atau persepsi terhadap dampak dari
masing-masing tahapan kegiatan penyebab dampak.
Berdasarkan kriteria ukuran dampak penting tersebut maka dilakukan keputusan akhir
untuk menentukan tingkat kepentingan dampak rencana kegiatan terhadap lingkungan
untuk setiap parameter lingkungan . Tingkat kepentingan dampak yang digunakan adalah
dampak (P) dan dampak tidak penting (TP). Jika 1 dari 7 kriteria tersebut sudah
dinyatakan penting. Arah dampak dinotasikan (-) sebagai dampakl negatif dan (+) sebagai
dampak positif.
Penjelasan masing-masing kriteria dampak penting butir 1-6 mengacu kepada keputusan
kepala Bapedal No. 056 tahun 1994 sebagai berikut :
6. Berbalik atau tidak Lingkungan yang terkena dampak ada yang dapat pulih kembali,
berbaliknya dampak` namun ada yang tidak dapat pulih meskipun sudah dengan
intervensi manusia. Dampak bersifat penting apabila perubahan
yang akan dialami oleh suatu komponen lingkungan tidak dapat
dipulihkan kembali walaupun dengan intervensi manusia.
Dalam melakukan prakiraan dampak penting perlu diperhatikan pula dampak yang
bersifat langsung dan atau tidak langsung. Dampak langsung adalah dampak yang
ditimbulkan secara langsung oleh adanya rencana kegiatan. Sedang dampak tidak
langsung adalah dampak yang timbul sebagai akibat berubahnya suatu komponen
lingkungan hidup dan/atau kegiatan primer oleh adanya rencana kegiatan Dalam kaitan
ini maka akan diperhatikan mekanisme aliran dampak pada berbagai komponen
lingkungan hidup sebagai berikut :
a. Kegiatan menimbulkan dampak penting yang bersifat langsung pada komponen sosial;
b. Kegiatan menimbulkan dampak penting yang bersifat langsung pada komponen fisik-
kimia, kemudian menimbulkan rangkaian dampak lanjutan berturut-turut terhadap
komponen biologi dan sosial;
c. Kegiatan menimbulkan dampak penting yang bersifat langsung pada aspek fisik-kimia
dan selanjutnya membangkitkan dampak pada komponen sosial.
d. Dampak penting berlangsung saling berantai diantara komponen sosial itu sendiri.
Dampak penting pada butir a, b, c dan d yang telah diutarakan selanjutnya menimbulkan
dampak balik pada rencana kegiatan.
2) Ciri dampak
Ciri dampak penting akan dijelaskan, dalam arti apakah dampak penting baik positif atau
negatif akan berlangsung terus selama rencana kegiatan itu berlangsung nanti atau antara
dampak-dampak satu dengan dampak yang lainnya akan terdapat hubungan timbal baik
yang antagonitis dan sinergistis. Apabila dimungkinkan uraian kejelasan tentang waktu
ambang batas (misal : baku mutu lingkungan) dampak penting mulai timbul, apakah
ambang batas tersebut akan dimulai timbul setelah rencana kegiatan dilaksanakan atau
akan terus berlangsung sejak masa pra-konstruksi dan akan berakhir bersama selesainya
kegiatan atau mungkin akan terus berlangsung, umpamanya lebih dari satu generasi.
3) Kelompok masyarakat
Kelompok masyarakat yang akan terkena dampak negatif dan kelompok yang akan
terkena dampak positif. Identifikasi kesenjangan antara perubahan yang diinginkan dan
perubahan yang mungkin terjadi akibat rencana kegiatan pembangunan.
No. Kriteria
1. Rencana tata ruang sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan;
2. Kebijakan di bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup serta
sumber daya alam (PPLH & PSDA) yang diatur dalam peraturan perundang-
undangan;
3. Kepentingan pertahanan keamanan;
4. Prakiraan secara cermat mengenai besaran dan sifat penting dampak dari aspek
biogenestik kimia, sosial, ekonomi, budaya, tata ruang, dan kesehatan
masyarakat pada tahap prakonstruksi, konstruksi, operasi, dan pasca operasi
Usaha dan/atau Kegiatan;
5. Hasil evaluasi secara holistik terhadap seluruh dampak penting sebagai sebuah
kesatuan yang saling terkait dan saling mempengaruhi sehingga diketahui
perimbangan dampak penting yang bersifat positif dengan yang bersifat
negatif;
6. Kemampuan pemrakarsa dan/atau pihak terkait yang bertanggung jawab dalam
menanggulangi dampak penting negatif yang akan ditimbulkan dari Usaha
dan/atau Kegiatan yang direncanakan dengan pendekatan teknologi, sosial, dan
kelembagaan;
7. Rencana usaha dan/atau kegiatan tidak menngganggu nilai-nilai sosial atau
pandangan masyarakat (emic view);
No. Kriteria
8. Rencana usaha dan/atau kegiatan tidak akan mempengaruhi dan/atau
mengganggu entitas ekologis yang merupakan :
Enititas dan/atau spesies kunci (key species);
Memiliki nilai penting secara ekologis (ecological importance);
Memiliki nilai penting secara ekonomi (economic importance); dan/atau
Memiliki nilai penting ilmiah (scientific importance).
9. Rencana usaha dan/atau kegiatan tidak menimbulkan gangguan terhadap
usaha dan/atau kegiatan yang telah ada disekitar rencana lokasi usaha
dan/atau kegiatan;
10. Tidak dilampauinya daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup dari
lokasi rencana usaha dan/atau kegiatan, dalam hal terdapat perhitungan daya
dukung dan daya tampung lingkungan dimaksud;
Parameter partikulat :
2 Kebisingan Pendekatan rumus dari Rau dan Identifikasi jenis, Data sekunder diambil Perbandingan
Wooten (1980), sebagai berikut : kapasitas dan Laporan Implementasi RKL dengan baku mutu
Leq = Loi + 10 log (Ni/Si) + 10 volume sumber R{PL tahun 2013 dan penilaian
log (15/d) + 0,s - 13 bising Lokasi pengambilan data di : secara deskriptif
Panjang daerah Pemukiman penduduk Desa analisis
tinjauan Limbung
Hasil pengukuran Pemukiman penduduk Desa
kebisingan Kuala Dua
Di dalam Lokasi Kegiatan
4. Air larian Meningkatnya air larian (run off) pada Curah hujan - Data sekunder curah hujan Rumus Rasional
daerah tangkapan air (water Jumlah hari hujan dari BMG Q = C.I.A
catchment area) dihitung berdasarkan Koefisien air larian - Data koefisien air larian per
model matematis per jenis bukaan jenis bukaan
ΔQ = (Q2-Q1) x I x A Lokasi - Lokasi pengumpulan data
dimana: pengumpulan data dilakukan di satu lokasi yaitu
5 Kesempatan Prakiraan serapan tenaga kerja Data sekunder dari Data primer diperoleh dari tiga Tabulasi dan
kerja dan KsK = (STK/ P Prod) x 100% instansi terkait kelompok sumber, yaitu: prosentasi
berusaha seperti Monografi (1) responden terpilih dari reponden dari hasil
Keterangan: Desa, BPS , Dinas- anggota masyarakat, kuesioner
KsK : Kesempatan Kerja (%) dinas terkait, Kantor dilakukan dengan metoda masyarakat
STK: Serapan Tenaga Kerja (Jiwa) Kecamatan serta wawancara menggunakan terhadap rencana
P Prod : Jumlah Penduduk Kantor Desa. kuesioner. Anggota kegiatan
Produktif masyarakat yang menjadi kesempatan kerja
responden adalah kepala
keluarga/KK;
(2) tokoh-tokoh masyarakat
(key informan) dilakukan
dengan metoda
wawancara mendalam
(indepth-interview) kepada
tokoh-tokoh kunci, seperti
tokoh-tokoh masyarakat,
agama atau adat;
(3) Observasi oleh
pewawancara sendiri -
yaitu pengamatan visual
untuk pembuktian atau
meyakinkan diri atas
6 Pendapatan Persentase persepsi positif dan/atau Data sekunder dari Data primer diperoleh dari tiga Tabulasi dan
masyarakat negatif dari masyarakat yang berasal instansi terkait kelompok sumber, yaitu: prosentasi
dari keluhan masyarakat terhadap seperti Monografi (1) responden terpilih dari reponden dari hasil
7 Kesehatan 1. Incidence Rate (IR) Survey khusus melalui Melakukan pemantauan dan Analisis (trend,
masyarakat Ukuran dari frekuensi timbulnya wawancara penduduk pengambilan data primer dan komparasi, analogi,
kasus baru suatu penyakit pada (responden). sekunder dengan metode ADKL fakta keadaan saat
suatu kelompok masyarakat Survey khusus melalui dan ARKL. studi lapangan).
selama waktu tertentu, wawancara penduduk Analogi
dirumuskan: (responden).
IR = X / Y x K
2) Prevalence Rate (PR)
Ukuran jumlah orang di kalangan
penduduk yang menderita suatu
penyakit pada satu titik waktu
tertentu, dirumuskan:
PR = X / Y x K
8 Perubahan Persentase persepsi positif dan/atau Data sekunder dari Data primer diperoleh dari tiga Tabulasi dan
persepsi negatif dari masyarakat yang berasal instansi terkait kelompok sumber, yaitu: prosentasi
B A BB A
11 B PELAKSANA STUDI AMDAL
64
Pemrakarsa
Pemberi Kerja
Konsultan
Ketua Tim (KTPA)
Laboratorium Lingkungan
Kepala Laboratorium
Adapun rencana kerja Ketua tim dan tenaga ahli yang dibutuhkan di dalam studi AMDAL
ini adalah adalah sebagai berikut:
1. Team Leader/ Ketua Tim
- Mengkoordinir dan bertanggungjawab penuh terhadap hasil pekerjaan kepada
pemrakarsa.
3. Ahli Biologi
- Bertanggung jawab dan mempunyai wewenang dalam menentukan lokasi
pengamatan bidang biologi.
- Bertanggung jawab mengumpulkan data biologi baik biologi darat maupun
perairan.
- Mempunyai wewenang untuk menentukan metoda pengamatan bidang biologi.
- Membuat laporan tentang analisa data biologi daerah studi
- Membantu Ketua Tim dalam kegiatan konsultasi publik, maupun diskusi /
presentasi dengan Pemberi Tugas maupun tim Penilai dan tim Komisi AMDAL.
4. Ahli Transportasi
- Melakukan survai lapangan baik pada survai awal saat penyusunan kerangka
acuan maupun survai utama AMDAL.
- Bertanggung jawab dan mempunyai wewenang untuk analsis data untuk
penyusunan AMDAL
- Bertanggung jawab pada penelaahan bidang Transportasi serta menyusun laporan
AMDAL.
- Membantu Ketua Tim dalam kegiatan konsultasi publik, maupun diskusi /
presentasi dengan Pemberi Tugas maupun tim Penilai dan tim Komisi AMDAL
Untuk melaksanakan pekerjaan ini sampai tuntas diperlukan beberapa tenaga penunjang
yang akan membantu tenaga ahli menyusun studi diantaranya adalah:
1. Tenaga Operator Komputer, membantu menyusun laporan terutama yang
berhubungan dengan pengetikan dan drafter.
2. Tenaga sekretaris Proyek, membantu administrasi proyek.
Keterangan : waktu pekerjaan selama 150 hari kalender diluar waktu tunggu Sidang Komisi dan penerbitan ijin lingkungan
Keterangan : waktu pekerjaan selama 150 hari kalender diluar waktu tunggu Sidang Komisi dan penerbitan ijin lingkungan
BULAN
Jumlah
No. Posisi Nama Personil Jumlah I II III IV V
bulan
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
Tim Penyusun
1 Ahli Lingkungan/Ketua Tim Ir. Heryansyah Z 1 5
DR. Ir. Dewi
2 Tenaga Ahli Hidrologi 1 2
Hermawati Setiani, MT
3 Tenaga Ahli Transportasi IR. Sri Sukaeni 1 2
Asih Widiastuti, S.Si,
4 Tenaga ahli Biologi 1 2
M.Si
5 Tenaga ahli Sosekbud Ir. Dahyar Muhammad 1 2
Staf Pendukung
Youngky Gerre Rahayu
6 Tenaga Operator Komputer 1 5
S.S.T.Pi
Asti Amalia
7 Tenaga sekretaris Proyek 1 5
Kusumawati, A.md
Jumlah Personil 7
Kondisi
Jenis Tahun Bukti
Jumlah Kapasitas Merk dan Tipe Baik/
No Peralatan Pembuatan Kepemilikan
Rusak
A. Peralatan Kantor
1. Komputer 5 - - - 95 % -
2. Laptop 1 - - - 90 % -
3. Telepon 1 - - - 90 % -
4. Facsimili 1 - - - 90 % -
5. Printer 4 - - - 90 % -
6. Mesin Tik 1 - - - 90 % -
7. Mobil 1 - Kijang - 95 % -
8. Motor 1 - Vega - 95 % -
9. Camera Digital 1 - Samsung - 90 % -
10 Scanner 1 - Canon - 90 % -
B. Peralatan Pendukung
1. Anemometer 2 Buah - Lutron / AM- - 90 % -
4200
2. Cable Rol 3 Buah - GERMANY 50 m - 90 % -
3. Cable Free 1 Buah - Local 20 m - 90 % -
4. Combustion 1 Set - Euorotron - 90 % -
Analyzer Grreen Line MK
2
5. Compas 2 Buah - ENGINEER - 90 % -
6. Cox meter 1 Set - Sibata model - 90 % -
COX – 2
7. Dust Sampler 2 Set - Sibata HVS 500 - 90 % -
(High Volume
Sampler)
8. Dust Sampler 1 Set - Local - 90 % -
(Low Volum
Sampler)
9. Dust Sampler of 1 Set - Local - 90 % -
stack
10. Flow Meter 1 Buah - Cole - Farmer - 90 % -
11. Gas Bag 1 Buah - Ex Sibata 1,5 ltr - 90 % -
12 Gas Air Sampler 1 Set - Local - 90 % -
11. Genset 1 Set - Daishin/AM2800 - 90 % -
12. Global 1 Buah - Garmin/12 XL - 90 % -
Positioning
Sytem (GPS)
13. Grab Sampler 1 Set - BDG/L-10 - 90 % -
14. Hygrometer 2 Buah - HAAR/SYNTH - 90 % -
15. Ice Box 2 Buah - Marina - 90 % -
Kondisi
Jenis Tahun Bukti
Jumlah Kapasitas Merk dan Tipe Baik/
No Peralatan Pembuatan Kepemilikan
Rusak
Cooler/355
16. Luv 1 Buah - Local - 90 % -
17. pH Meter 1 Set - Metrohm/620- - 90 % -
pH meter
18. Ring Soil 1 Buah - Local - 90 % -
Sampler
19. Sound Level 1 Set - Union/2088 - 90 % -
Meter
20. Stop Watch 1 Set - Sunway/3-1025 - 90 % -
21. Termometer 1 Buah - RRC - 90 % -
22. Timer 1 Buah - RRC - 90 % -
23 Tripot (Tangga 2 Buah - Local - 90 % -
Lipat)
24 Vaccum Pump 1 Set - Medi/1132 - 90 % -
25 Vibration Meter 1 Buah - Lutron VB-8200 - 90 % -
26 Water Multi 1 Set - Horiba - 90 % -
Checker
KEGIATAN SEJENIS YANG PERNAH DILAKUKAN