Anda di halaman 1dari 19

BAB-III

DAMPAK LINGKUNGAN YANG MUNGKIN TERJADI


dan PROGRAM PENGELOLAAN LINGKUNGAN
A. Dampak Lingkungan Yang Mungkin Terjadi
Pada setiap kegiatan pelayanan puskesmas diperkirakan memberikan dampak yang
bersifat positif dan bersifat negatif. Hal ini akan terjadi pula pada setiap kegiatan operasional
pelayanan puskesmas di kabupaten Sambas. Dampak yang mungkin terjadi perlu ditelaah
untuk memprediksi upaya pengelolaan lingkungan, sehingga dampak negatif yang akan
timbul dapat ditekan, sedangkan dampak yang bersifat positif dapat ditingkatkan seoptimal
mungkin.
Sesuai dengan spesifikasi kegiatan operasional puskesmas di Kabupaten Sambas ini
dapat diprediksi dampak yang akan terjadi terhadap lingkungannya. Prediksi dampak hanya
dilakukan pada tahap operasional saja ( karena kegiatan pra konstruksi dan konstruksi sudah
lama berlalu ) dan hanya dibatasi terhadap dampak yang intensitasnya cukup penting.
Prediksi dampak yang akan terjadi dengan memperhatikan hal-hal yang sepesifik
terhadap puskesmas di Kabupaten Sambas, antara lain bahwa :
1. Puskesmas Matang Suri berlokasi tepi jalan Matang Terap, dimana di sekitarnya terdapat
pemukiman penduduk dan fasilitas umum seperti: Sekolahan, Pertokoan dan Perkantoran.
2. Pengelolaan limbah cair yang dihasilkan oleh kegiatan operasional pelayanan puskesmas
masih belum dlengkapi dengan Instalasi Pengolahan air limbah (IPAL)
3. Pengelolaan limbah padat medik yang dihasilkan oleh kegiatan operasional pelayanan
puskesmas masih belum dilengkapi dengan Unit Incinerator.
Maka berdasarkan kondisi umum tersebut, dapat diperkirakan kualitas udara ambien
terutama debu dan kebisingan akan mendapat dampak cukup penting dari kegiatan.
Identifikasi dampak yang mungkin timbul dijelaskan dengan menggunakan diagram alir, yang
bisa menggambarkan pengaruh suatu komponen kegiatan yang berpengaruh langsung dan
selanjutnya dapat diketahui dampak yang bersifat primer, sekunder dan tersier.

BAB-III 1
DOKUMEN DPLH Puskesmas Matang Suri, Tahun 2014

Contoh:
POLI UMUM

LIMBAH PADAT DOMESTIK

GANGGUAN BIOTA

LIMBAH PADAT MEDIK

PENCEMARAN AIR TANAH


DAN AIR PERMUKAAN

LIMBAH CAIR DOMESTIK

PENCEMARAN TANAH

LIMBAH CAIR MEDIK

PENULARAN PENYAKIT

DAMPAK PELAYANAN
MEDIK

AIRBORNE NOSOCOMIAL

POLI BEDAH
RAWAT JALAN

POLI OBS. GIN


POLI KES. ANAK
POLI SPESIALIS LAIN

OBSTETRI GINEKOLOGI

RAWAT INAP

KESEHATAN ANAK
PENYAKIT UMUM
BEDAH UMUM

KOMPONEN
OPERASIONAL RSI-DARUS
SYIFA' SURABAYA

EMISI MIKROBA

VEHICLE NOSOCOMIAL

GAWATDARURAT

EMISI GAS DAN DEBU

PENCEMARAN UDARA

LABORATORIUM
AKTIFITAS
PENUNJANG MEDIK

PENYAKIT MELALUI
VEKTOR

RADIOLOGI
FARMASI

GANGGUAN KENYAMANAN
LAUNDRY
AKTIFITAS
PENUNJANG NON MEDIK

KEMACETAN LALU LINTAS

DAPUR
LALULINTAS PENGUNJUNG

ESTETIKA
UTILIT AS: GENERATOR,
INCINERATOR
AKTIFITAS
PENUNJANG NON MEDIK

TAMAN DAN LANDSKAP

KEPADATAN LALULINTAS

PARKIR

Gambar 3.1
Prakiraan Dampak Dampak Lingkungan
Dari seluruh kegiatan Puskesmas Matang Suri diperkirakan kegiatan yang mempunyai
kemampuan menimbulkan dampak adalah :
BAB-III 2
DOKUMEN DPLH Puskesmas Matang Suri, Tahun 2014

1. Kegiatan Rawat Jalan dan Rawat Inap.


2. Pengelolaan Limbah Cair.
3. Pengelolaan Limbah Padat.
4. Pengelolaan Obat dan Laboratorium.
5. Penataan dan Pemeliharaan bangunan, ruangan dan taman
Adapun perkiraan dampak yang mungkin terjadi adalah sebagaimana diuraikan berikut ini.
3.1. Dampak Terhadap Lingkungan Fisik-Kimia
1. Penurunan Kualitas Udara
a. Kebisingan
Hasil Pengukuran kualitas udara di ruang poli umum menunjukkan angka
kebisingan berkisar 50,2 54,2 dBA dan di ruang perawatan berkisar 49,2 52,5
dBA

sehingga

bila

dibandingkan

dengan

syarat

untuk

Zona

Rumah

Sakit/Puskesmas (45 dBA), maka kebisingan di Ruang poli umum dan perawatan
tidak memenuhi syarat. Hal ini dapat disebabkan adanya aktifitas di ruang maupun
keluarga pasien yang berada di sekitar ruangan tersebut, sedangkan hasil
pengukuran kualitas udara pada halaman depan Puskesmas Matang Suri
menunjukkan angka 63,5 66,5 dBA, tingginya angka kebisingan pada halaman
depan Puskesmas Matang Suri dimungkinkan sebagai akibat banyaknya aktifitas
puskesmas, seperti : Keluar masuknya kendaraan karyawan maupun pasien dan
keluarga pasien serta keberadaan keluarga pasien yang berada di serambi depan
(ruang Tunggu) maupun lalulintas di jalan Matang Terap.
b. Suhu dan Kelembaban
Saat pengukuran suhu dan kelembaban di ruangan perawatan menunjukkan angka
28 C dan 78 %, sedangkan di Ruang bersalin menunjukkan 27 C dan 77 %.
Menurut SK Dirjen PPM & PLP HK.00.06.6.44/1993 bahwa batas maksimum
untuk suhu adalah 27 C dan kelembaban 60 %. Tingginya kelembaban di ruang
perawatan maupun persalinan Puskesmas Matang Suri disebabkan kurangnya
lubang ventilasi sehingga proses pertukaran udara menjadi kurang berjalan dengan
baik, hasil observasi menunjukkan bahwa perbandingan luas ventilasi dengan luas
lantai ruangan kurang 10 %.
BAB-III 3
DOKUMEN DPLH Puskesmas Matang Suri, Tahun 2014

2. Penurunan Kualitas Air


Sampai saat ini dampak penurunan kualitas air belum ada, namun bila kondisi sistem
pengelolaan limbah cair yang ada saat ini tidak diperbaiki, maka dapat diperkirakan
akan menimbulkan dampak negatif terhadap kualitas air, baik dampak yang bersifat
fisik dan kimia, hal ini di dasarkan pada hasil pemeriksaan laboratorium pada air
buangan (outlet) Puskesmas Matang Suri yang masuk ke sistem resapan menunjukkan
beberapa parameter yang melebihi batas maksimum , seperti : BOD, COD, TSS, NH3bebas, Detergen dan Phospat.
3.2. Dampak Terhadap Lingkungan Biologi
1. Mikrobiologi
Salah satu jenis kegiatan di Puskesmas Matang Suri yang berpotensi memberikan
kontribusi dampak pencemaran biologis adalam sistem pembuangan limbah cair
terhadap sumber air baik yang berada di lingkungan rumah sakit maupun yang berada
lingkungan pemukiman penduduk sekitarnya.
Pada hasil pemeriksaan kualitas udara ruangan perawatan dan bersalin tidak di temukan
adanya jamur, tetapi di dapat kuman di ruang bersalin sebanyak 115/200 liter udara dan
di ruang perawatan sebanyak 260/200 liter udara. Keberadaan kuman di ruang bersalin
dan perawatan dapat terjadi sebagai akibat kelembaban yang tinggi dan kurangnya
cahaya matahari yang masuk ke ruangan. Angka kelembaban yang tinggi itu juga
dimungkinkan adanya sistem penataan bangunan dan ruang yang tidak proporsional.
Hasil pemeriksaan terhadap peralatan makan dan minum melalui swab alat piring dan
gelas dinyatakan negatif dari kuman Escherichia Coli, ini berarti tidak terdapat
pencemaran dari tinja manusia. Namun demikian perlu mendapat perhatian dalam hal
proses penangan alat makan dan minum bagi pasien, mengingat hasil pemeriksaan
menunjukkan adanya kuman aerob sebanyak 25/cm pada piring dan gelas sebanyak
67/cm, sedangkan jumlah kuman bentuk Coli sebanyak < 3.10 pada alat piring dan
gelas sebanyak > 2.400. 10.
2. Serangga dan Hewan Vektor

BAB-III 4
DOKUMEN DPLH Puskesmas Matang Suri, Tahun 2014

Timbulnya serangga dan vektor adalah akibat sistem pengelolaan sampah padat yang
kurang tepat, yaitu masih terdapatnya tempat penyimpanan sampah sementara yang
belum ada tutupnya. Khusus untuk kegiatan rawat inap, pengelolaan sampah padat
seharusnya juga memperhatikan pemisahan menurut jenisnya pada tahap penimbulan
yaitu yang tergolong sampah padat medik dan non medik (sampah domestik).
3.3. Dampak Terhadap Lingkungan Sosekbud
1. Lapangan Kerja
Dampak positif lain yang bisa dinikmati dengan adanya kegiatan operasional
Puskesmas Matang Suri adalah terciptanya lapangan kerja bagi masyarakat sekitar
puskesmas. Antara lain lapangan kerja warung/pedangang kaki lima, dan lain-lain
usaha yang dapat memberikan pelayanan bagi para pengunjung puskesmas.
2. Persepsi Masyarakat
Dari hasil pooling data terhadap masyarakat sekitar yang dijadikan responden sebanyak
20 orang memberikan hasil sebagai berikut :
a. 100 % menyatakah bahwa keberadaan Puskesmas Matang Suri menguntungkan,
dengan alasan dekat untuk berobat dan dapat menambah penghasilan keluarga
melalui membuka warung/dagangan.
b. 100 % menyatakan tidak terganggu dengan kegiatan sehari-hari Puskesmas
Matang Suri.
c. 70 % responden menyatakan ada kepedulian pihak Puskesmas Matang Suri
terhadap penduduk di sekitarnya dengan alasan biaya agak murah dan membantu
dalam pendaftaran calon jemaah Haji dan 30 % menyatakan tidak ada kepedulian
dengan alasan biaya berobat penduduk setempat disamakan dengan penduduk
dari tempat lain.
d. Saran penduduk sekitar Puskesmas Matang Suri adalah keringan biaya
pengobatan dan peningkatan kebersihan sekitar puskesmas.
3.4. Dampak Terhadap Kesehatan Masyarakat
Dampak kegiatan operasional puskesmas terhadap kesehatan masyarakat sekitar adalah
adanya perubahan pada faktor-faktor resiko yang mempengaruhi derajad kesehatan
BAB-III 5
DOKUMEN DPLH Puskesmas Matang Suri, Tahun 2014

masyarakat. Secara teoritis bahwa derajad kesehatan masyarakat sangat dipengaruhi oleh
kependudukan, tingkat pelayanan kesehatan dan perilaku lingkungan (Teori Bloem ).
Komponen komponen lingkungan yang terkena dampak sebagaimana diuraikan berikut
ini.
1. Kunjungan Rawat Jalan dan Rawat Inap
Parameter kependudukan adalah tingkat kunjungan rawat jalan dan rawat inap. Secara
teoritis tingkat pelayanan baik untuk pelayanan rawat jalan maupun rawat inap akan
memberikan pengaruh dampak yang bersifat positif terhadap jumlah kunjungan, hal
ini terbukti dari laporan pada rawat jalan Puskesmas Matang Suri, bahwa bulan januari
s/d Maret 2014 tercatat jumlah kunjungan 1009 orang dan terus meningkat menjadi
1172 orang pada bulan April s/d Juli 2014.
2. Tingkat Pelayanan
Parameter pelayanan kesehatan yang terkena dampak adalah tingkat pelayanan
puskesmas. Tingkat pelayanan bila ditinjau dari Indeks Kepuasan Masyarakat dan
Komplain melalui Surat Saran. Sumber dampak yang dapat diprediksi berasal dari
kegiatan pelayanan medic.
3. Infeksi Nosokomial
Infeksi Nosokomial adalah penyakit infeksi yang terjadi di dalam lingkungan
puskesmas akibat adanya interaksi antara pengunjung dengan penderita, petugas atau
karyawan rumah sakit yang telibat dalam operasional pelayanan. Sedang faktor yang
menimbulkan adanya infeksi nosokomial adalah mikroorganisme, manusia dan
lingkungan.
Lingkungan sangat berpengaruh, oleh karenanya sebagai parameter lingkungan
puskesmas yang terkena dampak dipilih infeksi nosokomial. Dari hasil pemerikasaan
biologis udara terdapat kuman dan swab alat makan (piring dan gelas) terdapat kuman
aerob dan bentuk coli, hal ini menunjukkan bahwa lingkungan berpotensi terjadi
infeksi nosokomial.
Kegiatan pelayanan medik dan kegiatan penunjang lainnya yang baik akan
memberikan dampak positif (primair) bagi angka jumlah kunjungan puskesmas,
namun demikian meningkatnya jumlah kunjungan yang belum didukung oleh prosedur
pelayanan yang baik akan memberi dampak negatif terhadap terjadinya infeksi
BAB-III 6
DOKUMEN DPLH Puskesmas Matang Suri, Tahun 2014

nosokomial. Sampai saat ini kejadian infeksi nosokomial di lingkungan Puskesmas


Matang Suri, belum ditemukan. Namun perlu diwaspadai untuk masa-masa
mendatang.
4. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
Semua kegiatan puskesmas khususnya pada kegiatan operasional Radiologi
memberikan dampak negatif pada keselamatan dan kesehatan kerja. Meskipun di
Puskesmas Matang Suri sampai saat ini belum didapati kejadian tersebut, namun
sangat diperlukan upaya pencegahannya.
5. Perilaku Sehat
Kegiatan penyuluhan kesehatan masyarakat puskesmas maupun terhadap masyarakat
diluar puskesma akan memberikan dampak positif terhadap perubahan perilaku sehat
masyarakat baik di dalam maupun di luar puskesmas.
B. Program Upaya Pengelolaan Lingkungan
Berbagai upaya pengendalian dan pengelolaan dampak, baik untuk pencegahan
maupun meminimumkan dampak negatif penting serta upaya pengembangan dampak positif
penting, pada dasarnya dilakukan dengan menggunakan pendekatan teknologi, pendekatan
sosial ekonomi dan budaya, serta pendekatan institusional.
Pendekatan teknologi merupakan suatu pendekatan dengan memanfaatkan kemajuan
ilmu dan teknologi yang ada saat ini, sehingga dapat diperoleh berbagai alternatif ilmu dan
teknologi yang telah tersedia hasil pengembangan untuk upaya pengelolaan dampak penting
dan telah dilengkapi dengan Standard Operation Procedure (SOP), yang sesuai dengan
spesifikasi yang dibutuhkan dalam rangka penanganan dampak penting tersebut, seperti:
teknologi pelayanan persalinan, teknologi pelayanan laboratorium, dan teknologi pengelolaan
limbah cair.
Pendekatan sosial, ekonomi dan budaya merupakan upaya penanganan dampak
dengan memperimbangkan sepenuhnya kondisi sosial, ekonomi dan budaya masyarakat
setempat, sehingga Puskesmas Matang Suri dapat diterima dan didukung oleh seluruh pihak
masyarakat. Adapun upaya-upaya pengelolaan yang dilakukan dengan pendekatan sosial,
ekonomi dan budaya, antara lain:

BAB-III 7
DOKUMEN DPLH Puskesmas Matang Suri, Tahun 2014

a.

Memberikan informasi secara terbuka tentang status, visi, misi, tugas, motto
dan falsafah yang ditetapkan Puskesmas Matang Suri kepada masyarakat

b.

Mengutamakan rekruitmen tenaga kerja lokal

c.

Menjalin komunikasi dan pelayanan yang baik kepada masyarakat sekitarnya


termasuk pengguna jasa Klinik

d.

Berpartisipasi aktif dalam kegiatan-kegiatan kemasyarakatan di sekitar lokasi

e.

Membuka

kesempatan

pelayanan

kesehatan

yang

berorientasi

sosial

kemanusiaan
f.

Memberikan kesempatan seluas-luasnya bagi masyarakat untuk membuka


usaha hingga batas yang dapat ditoleransi.
Pendekatan institutional (kelembagaan) merupakan upaya penanganan dampak dengan

memanfaatkan peluang kerjasama antar berbagai institusi di wilayah setempat, baik lembaga
non pemerintah maupun lembaga pemerintah. Pendekatan secara institusional tersebut antara
lain : kerjasama dalam pengelolaan limbah padat, kerjasama dalam hal pengawasan
pengelolaan, atau melakukan koordinasi secara teknis antar institusi di lingkungan pemerintah
maupun non pemerintah.
1. UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP (UKL)
Program Upaya Pengelolaan Lingkungan hidup (UPL) ini memuat upaya-upaya
yang akan dilakukan oleh Pemprakarsa Puskesmas Matang Suri dalam rangka mengelola
dampak lingkungan terhadap komponen-komponen lingkungan yang sensitif. Dengan
pengelolaan dampak lingkungan yang timbul pada parameter lingkungan yang sensitif,
maka dampak (penting) kegiatan operasional yang timbul pada komponen lingkungan
lainnya akan dapat dipantau. Beberapa dampak lingkungan yang dikelola beserta
indikatornya pada tahap operasional.
Tahap Operasional
A. Sumber Dampak
Berdasarkan pada evaluasi dampak lingkungan yang akan dilakukan, maka dampak
lingkungan yang timbul dari berbagai kegiatan pada tahap operasi adalah sebagai
berikut:
BAB-III 8
DOKUMEN DPLH Puskesmas Matang Suri, Tahun 2014

1. Komponen Fisik Kimia


a. Pencemaran Air
Penurunan kualitas air permukaan merupakan dampak negatif penting dari
kegiatan pemanfaatan fasilitas, pengangkutan barang, serta pengelolaan limbah
yang dilakukan pada tahapan operasi.
b. Pencemaran Udara
Penurunan kualitas udara merupakan dampak negatif penting dari kegiatan
pemanfaatan fasilitas; serta pengangkutan barang.
c. Meningkatnya Genangan
Meningkatnya resiko genangan air di sekitar kawasan Klinik

merupakan

dampak negatif penting yang bersumber dari perubahan kontur, dimana


lingkungan di sekitar kawasan menjadi lebih rendah. Resiko genangan hanya
akan terjadi pada waktu musim penghujan.
2. Komponen Sosial Ekonomi dan Budaya
a. Peningkatan Pendapatan Masyarakat
Rekrutmen dan mobilisasi tenaga kerja akan membuka kesempatan kerja yang
akan berdampak positif penting pada peningkatan pendapatan masyarakat.
b. Peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Peningkatan PAD Kabupaten Sambas merupakan dampak positif penting yang
bersumber pada kegiatan rekrutmen dan mobilisasi tenaga kerja; serta
kegiatan pemasaran.
c. Peningkatan Kemacetan Lalu lintas
Terganggunya sistem transportasi yaitu kemacetan lalu lintas merupakan
dampak negatif penting yang bersumber pada kegiatan rekrutmen dan
mobilisasi

tenaga

kerja;

pemasaran;

pemanfaatan

fasilitas;

serta

pengangkutan barang.
3. Komponen Kamtibmas
a.

Keresahan Masyarakat
BAB-III 9

DOKUMEN DPLH Puskesmas Matang Suri, Tahun 2014

Munculnya keresahan masyarakat merupakan dampak negatif penting yang bersumber


pada kegiatan pengelolaan limbah.
B. Jenis Dampak
1. Komponen Fisik Kimia
a.

Pencemaran Air
Pengukuran kualitas air tanah dan permukaan di kawasan Klinik

dilakukan dengan

menggunakan nilai baku mutu yang mengacu pada Peraturan Menteri Kesehatan No.
416/ 1990 tentang pengawasan kualitas air bersih. Parameter yang digunakan meliputi
parameter fisik, kimia, dan mikrobiologi. Sifat fisik air yang diukur meliputi :
temperatur, warna, zat padat terlarut, dan kekeruhan. Pada sifat kimia yang diukur
meliputi : besi, pH, kesadahan, mangan, klorida, nitrit dan nitrat. Pada sifat
mikrobiologi yang diukur meliputi koliform tinja, dan total koliform.
b.

Pencemaran Udara
Baku mutu udara ambien yang tercantum dalam PP. No. 41/ 1999 tentang Pengendalian
Pencemaran Udara menunjukkan parameter yang diukur dalam penentuan kualitas
udara, diantaranya: CO, SO2, NOx, dan debu.

c. Meningkatnya Genangan
Jumlah curah hujan dan jumlah hari hujan yang berturut-turut berpotensi mengakibatkan
terjadinya genangan. Kemungkinan terjadinya banjir diperkirakan melalui perhitungan
neraca air dengan penggunaan air untuk evapotranspirasi.
2. Komponen Sosial Ekonomi dan Budaya
a. Peningkatan Pendapatan Masyarakat
Terjadinya peningkatan pendapatan masyarakat akibat adanya kesempatan kerja bagi
masyarakat lokal sekitar kawasan.
b. Peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Tolok ukur dampak berupa besaran nilai pajak dan retribusi daerah dari ijin
pengoperasian Klinik yang harus dibayarkan kepada pemerintah Kabupaten Sambas
sesuai dengan ketentuan/peraturan yang berlaku.
c. Peningkatan Kemacetan Lalu lintas

BAB-III 10
DOKUMEN DPLH Puskesmas Matang Suri, Tahun 2014

Tingkat gangguan perjalanan umum di persimpangan jalan akibat aktifitas lalu lintas
dari lokasi Klinik dengan akses jalan yang digunakan oleh masyarakat umum.
3. Komponen Kamtibmas
a.

Keresahan Masyarakat
Munculnya keresahan masyarakat atau terjadinya konflik sosial di sekitar kawasan
Klinik .

C. Besaran Dampak
1. Komponen Fisik Kimia
a. Pencemaran Air
Limbah cair yang dihasilkan adalah berasal dari limbah Domestik yang berasal dari
aktifitas Klinik sekitar 8 M3 per hari.
b. Pencemaran Udara
Pencemaran udara ambien dan emisi gas buang (misal: debu, gas CO, NOx dan SO2).
2. Komponen Sosial Ekonomi dan Budaya
a. Peningkatan Pendapatan Masyarakat
meningkatkan pendapatan masyarakat sekitar kawasan Klinik

sehingga akan

berdampak pada kesejahteraan masyarakat.


b. Peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Kegiatan pembangunan Klinik

dapat memberikan kontribusi terhadap PAD

Kabupaten Sambas, sehingga dapat meningkatkan perekonomian daerah.


c. Peningkatan Kemacetan Lalu lintas
Terjadinya tingkat kemacetan pada jalanan umum yang berhubungan langsung dengan
operasional kawasan Klinik .
4. Bentuk Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup
A. Komponen Fisik Kimia
a. Pencemaran Air
Upaya pengelolaan kualitas air mencakup dua hal, yakni terhadap air limbah dan baku
air minum. Pengelolaan air limbah akan mengacu pada PP Nomor 82 tahun 2001, yakni
keluaran air limbah dari kegiatan klinik akan sesuai dengan baku mutu air Kelas II.
BAB-III 11
DOKUMEN DPLH Puskesmas Matang Suri, Tahun 2014

Pengelolaan kualitas air sumur untuk bahan baku air minum akan mengacu pada baku
mutu air Kelas I (PP No. 82 tahun 2001). Teknik pengelolaannya melalui penyaringan
atau pengendapan
b. Pencemaran Udara
Upaya pengelolaan dampak terhadap kualitas udara pada saat tahap operasional
berlangsung dilakukan dengan :
-

Pemasangan tanda peringatan tentang data konsentrasi baku mutu udara ambien dan
emisi gas buang di sekitar kawasan Puskesmas .

Jalan masuk Puskesmas dilakukan pengaspalan atau jalan padat permanen.

c. Genangan Air
Dikelola dengan membuat saluran drainase dan sumur resapan di lokasi Klinik Selain
itu dibuat danau buatan sebagai penampungan air.
B. Komponen Sosial Ekonomi dan Budaya
a. Peningkatan Pendapatan Masyarakat
Upaya pengelolaan lingkungan peningkatan pendapatan masyarakat adalah sebagai
berikut;
- Mengutamakan rekrutmen tenaga kerja dari daerah sekitar kawasan Klinik untuk
mengisi kebutuhan tenaga kerja pada tahap operasi pembangunan Klinik .
- Melakukan koordinasi/ konsultasi dengan lurah setempat.
- Memberikan upah kerja sesuai dengan tingkat upah minimum kabupaten (UMK)
yang berlaku di Kabupaten Sambas.
b. Peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Upaya pengelolaan dampak adalah sebagai berikut;
- Melakukan konsultasi dengan Pemerintah Kabupaten Sambas mengenai aspek legal
dalam pembangunan Puskesmas dan fasilitasnya, serta berbagai rencana kegiatan
pendukung.
- Melakukan kewajiban pembayaran kepada instansi yang berwenang (antara lain
Dinas Pendapatan Daerah) tentang pajak dan retribusi yang telah ditentukan oleh
Pemerintah Kabupaten Sambas sesuai dengan jadwal waktu yang ditentukan.
c. Peningkatan Kemacetan Lalu lintas
BAB-III 12
DOKUMEN DPLH Puskesmas Matang Suri, Tahun 2014

- Menempatkan rambu-rambu lalu lintas di lintasan keluar masuknya kendaraan.


- Mendirikan pos keamanan jalan pada lintasan keluar masuk truk angkutan.
- Mengatur waktu pengoperasian truk angkutan dan diutamakan pada malam hari.
C. Komponen Kamtibmas
Meningkatkan sistem keamanan lingkungan bersama masyarakat di sekitar maupun di
dalam kawasan Puskesmas dan mendirikan pos satpam dan poskamling di dalam dan di
sekitar kawasan Puskesmas .
5. Lokasi Pengelolaan Lingkungan Hidup
A. Komponen Fisik Kimia
a. Pencemaran Air
Lokasi pengelolaan kualitas air adalah di seluruh kawasan Puskesmas dan kelurahan di
sekitar Klinik yang meliputi batas proyek, batas ekologi, dan batas sosial.
b. Pencemaran Udara
Lokasi pengelolaan kualitas udara adalah di seluruh kawasan Puskesmas dan wilayah
kelurahan di sekitar Puskesmas yang meliputi batas proyek, batas ekologi, dan batas
sosial.
B. Komponen Sosial Ekonomi dan Budaya
a. Peningkatan Pendapatan Masyarakat
Pengelolaan dilakukan di kantor Klinik Nada Medikadan di lokasi proyek, yaitu
Kelurahan Pallima, Kecamatan Pontianak Barat, Kota Pontianak.
b. Peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Pengelolaan pendapatan dilakukan di Kantor Dinas Pendapatan Daerah Kota Pontianak.
c. Peningkatan Kemacetan Lalu lintas
Lokasi pengelolaan adalah di seluruh kawasan Klinik dan di wilayah kelurahan di
sekitar Klinik Nada Medikayang meliputi batas proyek dan batas sosial.
C. Komponen Kamtibmas
Lokasi pengelolaan adalah di seluruh kawasan Klinik Nada Medikadan wilayah kelurahan
di sekitar Klinik yang meliputi batas proyek dan batas sosial.

BAB-III 13
DOKUMEN DPLH Puskesmas Matang Suri, Tahun 2014

6. Periode Pengelolaan Lingkungan Hidup


A. Komponen Fisik Kimia
a. Pencemaran Air
Periode pengelolaan lingkungan timbulnya pencemaran air adalah selama tahap
operasi, meliputi pemanfaatan fasilitas; pengangkutan barang; dan pengelolaan
limbah.
b. Pencemaran Udara
Periode pengelolaan lingkungan timbulnya pencemaran udara adalah selama tahap
operasi, meliputi pemanfaatan fasilitas; dan pengangkutan barang.
c. Genangan air
Periode pengelolaan lingkungan timbulnya genangan adalah selama tahap konstruksi
dan operasi. Dimulai semenjak kegiatan pembuatan jalan kerja, petangan lahan dan
pemagaran, pembangunan konstruksi rumah dan lain-lainnya hingga pemanfaatan
fasilitas.
B. Komponen Sosial Ekonomi dan Budaya
a. Peningkatan Pendapatan Masyarakat
Pengelolaan lingkungan dilakukan minimal sekali setahun selama tahap operasi,
terutama pada kegiatan penerimaan tenaga kerja
b. Peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD)
c.

Pengelolaan lingkungan dilakukan minimal sekali dalam setahun selama tahap

operasional kawasan Klinik


d. Peningkatan Kemacetan Lalu lintas
Periode pengelolaan adalah selama tahap operasional berlangsung, meliputi kegiatan
pemasaran; rekrutmen tenaga kerja; serta pengangkutan barang.
C Komponen Kamtibmas
Periode pengelolaan adalah selama tahap operasi berlangsung, meliputi kegiatan
pengelolaan limbah cair dan padat.

BAB-III 14
DOKUMEN DPLH Puskesmas Matang Suri, Tahun 2014

7. Institusi Pengelolaan Lingkungan Hidup


Instansi/ lembaga yang bertugas sebagai pengawas pelaksanaan UKL di lapangan
adalah : (1) Dinas Lingkungan Hidup, (2) Dinas PU, (3) Dinas Pemukiman dan Dinas Tata
Ruang dan Klinik , (4) Dinas Dinas Perhubungan Dan Infokom Kota Pontianak,(5) Dinas
Kesehatan Kabupaten sambas dan (6) Dinas Kebersihan dan Pertamanan kabupaten
sambas, dengan wewenang dan tanggung jawab sebagai berikut:
a.

Mengevaluasi laporan studi teknis pelaksanaan pengelolaan lingkungan sesuai UKLUPL yang disetujui.

b.

Mengevaluasi pemakaian bahan kimia dalam pembangunan fisik Klinik dan fasilitas
pendukung lainnya, pengelolaan limbah padat, cair dan sebagainya yang dapat
menyebabkan terjadinya pencemaran.

c.

Melaksanakan inspeksi berkala dan khusus sesuai dengan sifat dan jenis peralatan
pengelolaan limbah padat dan teknik pengelolaan dan pemantauan limbah yang
digunakan.

d.

Bila terjadi konflik lingkungan pada skala lokal/ regional maka Pemerintah Kota
dengan Dinas terkait, dan Polres bertugas mengkoordinasikan upaya penyelesaian
konflik

tersebut.

Pemerintah

setempat

dan

pemrakarsa

bertanggung

jawab

menyelesaikan dampak yang ditimbulkan akibat kegiatan Klinik Nada Medika.


Untuk Lebih jelasnya program pengelolaan lingkungan hidup (UKL) ini dapat dilihat pada
tabel 4.1 Matrik UKL-UPL Klinik Nada Medika.

4.5. UPAYA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP (UPL)


Program Upaya Pemantauan Lingkungan hidup (UPL) ini memuat upaya-upaya yang
akan dilakukan oleh Pemrakarsa Puskesmas Matang Suri dalam rangka memantau dampak
lingkungan terhadap komponen-komponen lingkungan yang sensitif. Dengan terpantaunya
dampak lingkungan yang timbul pada parameter lingkungan yang sensitif, maka dampak
(penting) kegiatan operasional yang timbul pada komponen lingkungan lainnya akan dapat

BAB-III 15
DOKUMEN DPLH Puskesmas Matang Suri, Tahun 2014

dipantau. Beberapa dampak lingkungan yang dipantau beserta indikatornya pada tahap
operasional adalah.
Tahap Operasional
Pencemaran Air
1. Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup
Melakukan pemantauan kualitas air hasil pengolahan limbah domestik dari septik tank
sebelum dilepas ke lingkungan umum atau ke badan air penerima limbah cair dari rencana
kegiatan dengan cara melakukan pengambilan sampel.
2. Lokasi PemantauanLingkungan
Lokasi Pemantauan di Wilayah kelurahan Pallima sekitar kawasan Klinik yang meliputi
batas proyek, batas ekologi, dan batas sosial.
3. Periode PemantauanLingkungan
Periode pemantauan 6 (enam) bulan sekali
4. Institusi PemantauanLingkungan
- Pelaksana : Pemrakarsa Klinik Nada Medika
- Pengawas : Badan Lingkungan Hidup kota Pontianak
Pencemaran Udara
1. Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup
Melakukan pemantauan pencemaran udara debu termasuk gas-gas buangan akibat dari
mobilitas dan pemanfaatan fasilitas Klinik sesuai yang ditetapkan PP No. 41 Tahun
1999.
2. Lokasi PemantauanLingkungan
Lokasi pemantauan di Wilayah kelurahan Pallima dan sekitar kawasan Klinik yang
meliputi batas proyek, batas ekologi, dan batas sosial
3. Periode PemantauanLingkungan
Periode pemantauan Setiap enam bulan sekali
4. Institusi PemantauanLingkungan
- Pelaksana : Pemrakarsa Klinik Nada Medika
- Pengawas : Badan Lingkungan Hidup kota Pontianak
Peningkatan Genangan air
BAB-III 16
DOKUMEN DPLH Puskesmas Matang Suri, Tahun 2014

1. Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup


Melakukan pemantauan timbulnya genangan air atau aliran air permukaan dari kegiatan
pembangunan fisik Klinik Nada Medika.
2. Lokasi PemantauanLingkungan
Lokasi pemantauan di Wilayah kelurahan Pallima dan sekitar kawasan Klinik yang
meliputi batas proyek, batas ekologi, dan batas sosial
3. Periode Pemantauan Lingkungan
Periode pemantauan Setiap 6 (enam) bulan sekali pada musim hujan
4. Institusi Pemantauan Lingkungan
- Pelaksana : Pemrakarsa Klinik Nada Medika
- Pengawas : Dinas Pekerjaan Umum/ PU kota Pontianak
Peningkatan Pendapatan masyarakat
1. Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup
Melakukan pemantauan realisasi jumlah tenaga kerja yang berasal dari kelurahan terdekat
untuk mengisi kesempatan kerja tahap operasi kawasan perumah an serta tingkat upah
yang diterima, sehingga dapat meningkatkan pendapatan penduduk sekitar
2. Lokasi PemantauanLingkungan
Kantor Dinas Pendapatan Daerah Kota Pontianak.
3. Periode PemantauanLingkungan
Sekali dalam setahun.
4. Institusi PemantauanLingkungan
- Pelaksana : Pemrakarsa Klinik Nada Medika
- Pengawas : Dinas Pendapatan Pemda Pontianak
Peningkatan PAD
1. Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup
Melakukan pemantauan dan Mengevaluasi setiap ketentuan kewajiban pembayaran pajak
suatu kegiatan, dapat dijalankan sesuai ketentuan yang berlaku baik dari besaran dan
jadwal waktunya.
2. Lokasi PemantauanLingkungan
BAB-III 17
DOKUMEN DPLH Puskesmas Matang Suri, Tahun 2014

Kantor Dinas Pendapatan Daerah Kota Pontianak.


3. Periode PemantauanLingkungan
Sekali dalam setahun
4. Institusi PemantauanLingkungan
- Pelaksana : Pemrakarsa Klinik Nada Medika
- Pengawas : Dinas Pendapatan Daerah Kota Pontianak
Keresahan Masyarakat
1. Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup
Melakukan pemantauan sikap/ pendapat dari warga sekitar kawasan Klinik terhadap
sistem penerimaan/ rekrut men tenaga kerja, sikap masyarakat terhadap gangguan,
dampak sosial, kondisi lalu lintas dan penanganan sampah di sekitar proyek.
2. Lokasi PemantauanLingkungan
Lokasi pemantauan diseluruh kawasan Klinik dan di wilayah kel. sekitar Klinik Nada
Medikayang meliputi batas proyek dan batas sosial
3. Periode PemantauanLingkungan
Setiap bulan sekali.
4. Institusi PemantauanLingkungan
- Pelaksana : Pemrakarsa Klinik Nada Medika
- Pengawas : Kelurahan Pallima Kec. Pontianak Barat
Peningkatan Kemacetan lalu-lintas
1. Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup
Melakukan pemantauan manajemen lalu lintas selama masa konstruksi dan operasional
kawasan Klinik Nada Medika.
2. Lokasi PemantauanLingkungan
Dilakukan di kawasan Klinik dan wilayah kelurahan di sekitar Klinik Nada Medikayang
meliputi batas proyek dan batas sosial
3. Periode PemantauanLingkungan
Selama tahap operasi berlangsung, meliputi kegiatan pemasaran; rekrutmen tenaga kerja;
serta aksesibilitas peru mahan Nada Medike.
BAB-III 18
DOKUMEN DPLH Puskesmas Matang Suri, Tahun 2014

4. Institusi PemantauanLingkungan
- Pelaksana : Pemrakarsa Klinik Nada Medika
- Pengawas : Dinas Perhubungan Dan Infokom
Untuk Lebih jelasnya program Pemantauan lingkungan hidup (UPL) dan Ringkasan Sumber
dampak, Jenis dampak , Besaran dampak, bentuk upaya lingkungan, Periode Pengelolaan dan
pemantauan lingkungan dan institusi pengelolaan dan pemantauan lingkungan pada tahap
operasi disajikan pada matrik 4.1.

BAB-III 19
DOKUMEN DPLH Puskesmas Matang Suri, Tahun 2014

Anda mungkin juga menyukai