PENDAHULUAN
1.3.2 Kegunaan
Kegunaan dari dokumen UKL-UPL rencana usaha dan/atau kegiatan pembangunan
Rumah Sakit Siloam di Kelurahan Fatululi Kecamatan Oebobo Kota Kupang, adalah :
1) Bagi Pemerintah
a) Sebagai bahan pertimbangan bagi pengambilan keputusan dalam perencanaan,
pelaksanaan, pengembangan, pengawasan dan pengendalian pembangunan.
b) Sebagai pedoman bagi Pemerintah Kota Kupang dan instansi terkait dalam
melakukan pengawasan dan pemantauan lingkungan hidup.
2) Bagi Pemrakarsa
a) Membantu pemrakarsa dalam pengambilan keputusan sehubungan dengan
perencanaan dan pengelolaan lingkungan hidup dari rencana usaha dan/atau
kegiatan Rumah Sakit Siloam.
b) Sebagai bahan acuan dalam upaya pemberdayaan masyarakat sebagai akibat dari
kegiatan pengoperasian rumah sakit dan fasilitas penunjangnya.
c) Sebagai instrument pengikat dan acuan bagi pemrakarsa dalam pengelolaan dan
pemantauan lingkungan hidup.
d) Sebagai bahan pertimbangan dalam permohonan rekomendasi kelayakan
lingkungan hidup terhadap pembangunan dan pengoperasian rumah sakit.
3) Bagi Masyarakat.
a) Kemudahan memperoleh fasilitas pengobatan yang memadai, yang setara dengan
rumah sakit di luar negeri seperti di Singapura serta fasilitas Dokter Ahli yang
2. Lokasi Rencana Usaha : Jl. Veteran RT: 017 RW: 005, Kelurahan
dan/atau Kegiatan Fatululi, Kecamatan Oebobo, Kota Kupang.
Secara jelas deskripsi kegiatan pembangunan Rumah Sakit Siloam Kota Kupang
nantinya dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Data Teknis Kegiatan Fisik Rumah Sakit Siloam Kota Kupang
Satuan
No Uraian Rencana Kegiatan Volume
Kegiatan
A Pekerjaan Persiapan
1 Mobilisasi de Mobilisasi 1,00 Unit
2 Pembersihan Lapangan 9.750,00 2
m
3 Uitzet & Bouwplank 540,00 2
m
4 Pagar Pengaman Keliling 300,00 m
5 Direksi keet 60,00 2
m
6 Air & Listrik Kerja 1,00 Unit
7 Papan nama Proyek (120 x240) cm 1,00 Unit
B Pekerjaan Tanah
1 Galian pematangan lahan 37,25 3
m
2 Galian tanah pondasi struktur 1.502,79 3
m
3 Urugan dan pemadatan tanah peninggian elevasi gedung 18.372,53 3
m
4 Urugan pasir 609,29 3
m
C Pekerjaan Struktur
C.1 Pekerjaan Beton Sub Struktur
1 Lantai kerja Pondasi 239,20 3
m
2 Pondasi Footplat 422,76 3
m
3 Pondasi bored pile 273,00 3
m
4 Pile cup 256,77 3
m
C.2 Pekerjaan Beton Upper struktur
1 Beton Bertulang Ground Floor 420,42 3
m
2 Beton Bertulang 2nd Floor 883,88 3
m
3 Beton Bertulang 3rd Floor 874,11 3
m
4 Beton Bertulang Roof Floor 839,59 3
m
5 Beton Bertulang Tangga 1,00 Unit
Selain itu rumah sakit ini dilengkapi dengan layanan umum, antara lain
layanan Mobil Ambulance, layanan Medical Chek Up, layanan Visum and Repertum,
layanan KB Rumah Sakit dan layanan MOW (Medical Operatif Wanita).
Dalam usaha mendukung kegiatan utama, yaitu pelayanan jasa kesehatan dan
penyediaan jasa yang berhubungan dengan kesehatan pasien, maka Rumah Sakit
Instalasi Bersalin 1 15
Instalasi Laboratorium 1 10
Instalasi Farmasi 1 5
Instalasi Gizi 1 10
Instalasi Sterilisasi 1 10
Instalasi Hemodialisis 1 5
Restaurant/Cafeteria 1 50
Secara geografis Kota Kupang memiliki luas wilayah sebesar 180,27 Km 2 atau 18.027 Ha.
Batas wilayah Kota Kupang diapit oleh wilayah Kabupaten Kupang dan Laut Teluk Kupang
yaitu pada Sebelah Utara, berbatasan dengan teluk Kupang, Sebelah Selatan, berbatasan
dengan Kecamatan Kupang Barat, Kabupaten Kupang, Sebelah Timur, berbatasan dengan
kecamatan Kupang Tengah, Kabupaten Kupang, Sebelah Barat, berbatasan dengan
Kecamatan Kupang Barat, Kabupaten Kupang. Batas wilayah administrasi Kota Kupang
dapat dilihat pada gambar 1.
3.1.2 Topografi
Kondisi Kota Kupang secara geografis dapat dijelaskan, terletak pada dataran pantai pulau
Timor dengan topografi bergelombang dari arah timur ke barat dengan memiliki kemiringan
±10 % dan memiliki ketinggian tertinggi berkisar antara 150-300 m dan daerah terendah
berkisar antara 0-50 m dari permukaan laut.
Di sebelah barat Kota Kupang, seperti daerah antara Tenau dan Bolok, pung-
gungan tersebut mempunyai perbedaan ketinggian (elevasi) yang cukup besar dengan
dataran pantai di sebelah utaranya, dan di samping itu dibatasi oleh tebing yang agak
terjal hingga terjal. Sementara itu Praptisih (1996), mengemukakan bahwa batu gamping
terumbu koral di daerah Kota Kupang membentuk morfologi perbukitan memanjang
(hampir utara-selatan), seperti di daerah Tenau mempunyai ketinggian wilayah kira-kira
75 m dpl.
Pada bagian lereng dan lembah punggungan batu gamping di daerah Manulai-
Batuplat dan Kolhua, terdapat singkapan napal dan batu lempung (batuan yang berumur
lebih tua), diperkirakan karena daerah tersebut dilalui oleh sesar mendatar berarah utara-
selatan.
Di bagian barat daerah cekungan, dari Kota Kupang ke arah selatan melalui
Manulai, terdapat jalur sesar mendatar (sinistral) yang berarah hampir utara-selatan.
Jalur sesar tersebut membentuk pematang bukit dan diperkirakan merupakan batas dari
cekungan tersebut menyebabkan tersingkapnya napal dan batu lempung ke permukaan.
Akibatnya lebuh jauh adalah daerah tersebut mudah terjadi erosi dan gerakan tanah yang
intensif.
Keberadaan struktur geologi Kota Kupang tidak dapat dipisahkan dengan proses
tektonik yang sedang berlangsung. Indikasinya adalah batuan yang terlipat, sesar
mendatar, sesar normal, dan sesar naik, (Rosidi, dan Tjokrosapoetro, 1979). Diduga
keberadaan punggungan yang berpuncak hampir datar tersebut merupakan sumbu
lipatan maupun jalur sesar.
Jalur sesar tersebut memanjang dari wilayah sebelah timur (di luar Kota Kupang)
hingga Tanjung Oesapa dan daerah pantai Kota Kupang. Wilayah ini akan semakin tidak
stabil, terlebih lagi apabila sesar mendatar (dextral) tersebut merupakan sesar aktif yang
memungkinkan terakumulasinya pusat gempa. Seperti halnya kejadian gempa bumi
tahun 1976 dan 1978, teridentifikasi adanya retakan di permukaan akibat dari
pengangkatan dan penurunan tegak di wilayah tersebut (Rosidi, dan Tjokrosapoetro,
1979). Maka pertimbangan konstruksi tahan gempa untuk pekerjaan ini sangat berkaitan
dengan aktivitas gempa bumi yang harus dipertimbangkan secara serius.
3. Sprinkler
Spinkler adalah suatu alat semacam nozzle (penyemprot) yang dapat
memancarkan air secara pengabutan (Fog) dan bekerja secara otomatis. Sprinkler
juga merupakan sistem keamanan kebakaran yang digunakan di gedung untuk
memberikan peringatan dini pada penghuni atau pengujung gedung tersebut saat
terjadi kebakaran, meskipun tidak digunakan terus menerus namun alat ini berfungsi
sebagai pemberi tanda agar agar barisan pemadam kebakaran dapat segerah
menanggulangi kebakaran yang terjadi.
Ada beberapa jenis sprinkler, diantaranya yang sering digunakan adalah
sprinkler tabung dan sprinkler segel. Perletakan sprinkler biasanya di pasang pada
plafon ruangan, di pasang juga pada ruangan-ruangan yang isinya mahal, sprinkler
juga bekerja jika ruangan mencapai suhu panas tertentu, dengan thermostat
sprinkler akan membuka dan menyemprotkan air.
Untuk perhitungan jumlah dan kebutuhan air pada sprinkler dapat dinyatakan
dengan rumus :
a. Jumlah sprinkler
Area 1 head : 25 m2
1 zone : 16 unit
b. Kebutuhan air
1 zone : 80 liter
Kebutuhan air = Σ sprinkler x 80 liter.
Tabel 11. Rata-Rata curah hujan kota Kupang menurut bulan dari tahun 2008 - 2011
Curah Hujan (mm)
No Bulan
2008 2009 2010 2011
1 Januari 564 554 598,3 509,2
2 Pebruari 1167 454 208,3 316,5
3 Maret 230 105 132,7 380,4
4 April 109 3 179 236,6
5 Mei 0 40 124 50,1
6 Juni 0 0 10 0
7 Juli 0 2 2 7,5
8 Agustus 0 0 34,1 0
9 September 0 0 27,6 0
10 Oktober 50 0 109,4 21,4
11 Nopember 589 205 33,1 104,5
12 Desember 1112 556 262,2 299,4
Sumber, Kota Kupang Dalam Angka Tahun 2011
Tabel 12. Rata-rata Temperatur Udara Kota Kupang menurut bulan, dari tahun 2008 - 2011
Temperatur Udara (oC)
No Bulan
2008 2009 2010 2011
1 Januari 27,4 27,4 26,9 26,5
2 Pebruari 26,9 26,3 27,9 26,7
3 Maret 26,7 26,4 27,5 26,3
4 April 27,2 26,9 27,6 26,3
5 Mei 27,4 27,0 27,6 26,1
6 Juni 26,2 25,3 26,7 24,2
7 Juli 25,3 24,3 26,6 25,5
8 Agustus 25,7 25,3 26,6 25,6
9 September 26,7 26,7 28,2 26,9
Tabel 13. Persentase Penyinaran Matahari Kota Kupang menurut Bulan, Tahun 2008 – 2011
Persentase Penyinaran Matahari
No Bulan
2008 2009 2010 2011
1 Januari 47 51 54 29
2 Pebruari 24 35 73 57
3 Maret 42 73 79 52
4 April 69 95 78 53
5 Mei 78 85 71 89
6 Juni 73 95 89 97
7 Juli 78 92 85 89
8 Agustus 78 91 92 98
9 September 77 98 82 99
10 Oktober 74 98 78 90
11 Nopember 60 81 86 89
12 Desember 36 70 44 60
Sumber, Kota Kupang Dalam Angka Tahun 2011
Tabel 14. Rata-rata Kecepatan dan Arah Angin Kota Kupang Tahun 2008 - 2011
Arah dan Kecepatan Angin (knots)
No Bulan
2008 2009 2010 2011
1 Januari 4 Nw 6 Nw 4 Nw 4 Nw
2 Pebruari 6 Nw 6 Nw 3 Nw 4 Nw
3 Maret 6 Nw 4 Nw 2 Nw 2 Nw
4 April 4 E 6 Nw 3 Nw 4 Se
5 Mei 8 Se 8 Se 5 Se/e 3 Se
6 Juni 6 Se 8 Se 8 Se/e 6 Se
7 Juli 10 Se 10 Se 9 Se/e 8 Se
8 Agustus 10 Se 11 Se 8 Se/e 6 Se
9 September 8 Se 9 Se 7 Se/e 6 Se
10 October 8 E 10 Nw 6 Nw 9 Se
11 Nopember 6 Nw 7 Nw 3 Nw 5 Nw
12 Desember 7 Nw 8 Nw 3 Nw 8 Nw
Sumber, Kota Kupang Dalam Angka Tahun 2011
Tabel 15. Potensi Debit Air Permukaan Tersedia Untuk Kebutuhan Air Bersih Kota Kupang
No Sumber Air Mata Air Debit Musim Hujan Debit Musim Kemarau
1 M.a Oeba 261 40
2 M.a Dendeng 20,3 10
3 Kali Dendeng 890 50
4 M.a Oepura 118 25
5 M.a Kolhua 35,5 15
6 Kali Kolhua 50 7
7 M.a Haukoto 17,8 1
8 M.a Amnesi 120,5 20
9 M.a Air Sagu II 174,8 35
10 M.a Oefeu 0 0
11 Kali Sembunyi 317 15
12 M.a Oetona 4,22 4
13 M.a kali sembunyi 1,2 0
14 Kali Fatukoa 760 60
15 M.Air labat 323 20
16 M.a Kali Fatukoa 12,02 1
17 M.a Air Lobang 26,8 15
18 Air Sagu (PDAM) 150 30
19 Air Nona 110 10
Total Debit 3.355,01 235.00
Sumber: Laporan Masterplan air bersih Kota Kupang tahun 2006
Dengan menipisnya potensi sumber air yang ada, maka saat ini 90 % kebutuhan
air bersih Kota Kupang memanfaatkan potensi air tanah (Dinas Pertambangan dan
Energi Kota Kupang 2007) mengunakan sumur bor yang tersebar di beberapa cekungan
air tanah.
Cekungan air tanah di Kota Kupang dan sekitarnya menurut Laporan Akhir
Penelitian Potensi Pengembangan Pengelolan dan Zonasi Air tanah di Kota Kupang
Tabel 16. Data potensi air tanah tersedia di kota kupang yang di kelola oleh PDAM Kabupaten
dan UPTD Kota Kupang.
No. Pemilik/ Debit maks Debit pakai
Elevasi (m)
Sumur Pengelolah (ltr/dtk) (ltr/dtk)
12 PDAM Kab 67 31 15
3 PDAM Kab 171 30 10
11 PDAM Kab 76 30 15
34 PDAM Kab 76 20 15
4 UPTD Kota 171 30 10
29 UPTD Kota 27 30 6
63 UPTD Kota 188 26 7
33 UPTD Kota 72 25 7,5
9 UPTD Kota 61 16 6
19 UPTD Kota 46 15 5
24 PDAM 29 15 2,5
41 UPTD Kota 26 15 6
42 PDAM 60 15 10
44 PDAM 47 15 10
45 UPTD Kota 40 15 5
160 PDAM 60 15 10
Sumber : Hasil analisis Lab Lingkungan BLHD Provinsi NTT , Tahun 2012.
Suhu air yang semakin tinggi menyebabkan sedikit oksigen yang terlarut di
dalamnya.
6-9
3 Tingkat Keasaman Air Bor Inaboi 7,2
Sumber : Data hasil analisis Lab. Lingkungan BLHD Prov. NTT Tahun 2012
Nilai pH air sebagai sampel sebesar 7 dan 7,1 masih dalam ambang batas
baku mutu yang dipersyaratkan yaitu 6 – 9 sesuai Peraturan Pemerintah Nomor
82 Tahun 2001. Air dengan pH lebih kecil dari pH normal akan bersifat asam
dan sebaliknya bila lebih tinggi akan bersifat basa.
Tingkat kekeruhan air yang terukur dapat dibaca pada tabel di tabel 20.
Tabel 20. Analisa Tingkat Kekeruhan Air
Hasil
Pemeriksaan Standar
No Jenis Pemeriksaan Nama Sampel
(NTU) (NTU)
1 Tkt kekeruhan Air Bor Oesapa 4 Max. 25
2 Tingkat kekeruhan Air Bor Oebobo 6 Max. 25
3 Tingkat kekeruhan Air Bor Inaboi 4 Max. 25
Sumber : Hasil Analisis Lab. Lingkungan BLHD Prov. NTT Tahun 2012.
e. Kesadahan Total
Kesadahan merupakan jumlah ion Ca dan Mg yang bersenyawa dengan
karbonat yang terdapat di perairan. Kesadahan terbagi atas 2, yaitu kesadahan
sementara dan kesadahan tetap. Kesadahan sementara dapat dihilangkan
Kadar Ion Nitrat ( NO3-), Nitrit (NO2- ) dan Amoniak, pada ketiga sumber air
tersebut di atas menggambarkan kualitas air masih normal artinya masih
dibawah baku mutu.
Sumber : Hasil Sampling dan analisis Lab. Kimia, Fakultas Sains dan Teknik UNDANA Tahun 2012.
Keterangan : St : Stasiun
Konsentasi gas di stasiun 1 (disamping siang hari sebelum hujan pada tanggal, 13
Nov. 2012), menunjukkan kadar SOx relatif tinggi, sedangkan di stasiun lain rendah,
tetapi masih memenuhi baku mutu udara ambien sesuai Kepmen LH Nomor : Kep-
45/MENLH/10/1997 tentang Indeks Standar Pencemar Udara Tanggal 13 Oktober
1997) artinya tingkat kualitas udara tidak berpengaruh pada kesehatan manusia
ataupun hewan tetapi berpengaruh pada tumbuhan yang sensitif (karena pH air hujan
menjadi kurang dari 7 atau agak asam), dan nilai estetika.
3.7 Getaran
Untuk menjamin kelestarian lingkungan hidup agar dapat bermanfaat bagi
kehidupan manusia dan makluk hidup lainnya, maka setiap usaha atau kegiatan perlu
melakukan pengendalian akibat getaran yang dihasilkan. Karena itu, Kementerian
Lingkungan Hidup menetapkan Baku Tingkat Getaran dalam Surat Keputusan Menteri
Lingkungan Hidup Nomor : 49/MENLH/11/1996. Adapun baku tingkat getaran
mekanik berdasarkan Jenis Bangunan adalah sebagai berikut:
Selain itu, baku tingkat getaran mekanik berdasarkan dampak kerusakan dapat dilihat
pada tabel 29.
Keterangan :
Kategori A : Tidak menimbulkan kerusakan
Dari data diatas tidak ditemukan fauna yang dilindungi di lokasi Rumah Sakit Siloam
Kota Kupang dan sekitarnya.
Dari tabel 32 di atas dapat dilihat bahwa tahun 2010, penduduk Kota
Kupang lebih banyak tersebar di Kecamatan Oebobo dan yang paling sedikit
terdapat di Kecamatan Kota Lama. Pada tahun 2010, jumlah penduduk di
Kecamatan Oebobo tercatat sebanyak 79.675 jiwa atau sebesar 23,70 persen dari
penduduk Kota Kupang dan di Kecamatan Kota Lama terdapat 30.196 jiwa atau
sebesar 8,98 persen. Banyaknya fasilitas penunjang pembangunan seperti
misalnya fasiltas pendidikan dari tingkat pra sekolah hingga pendidikan tinggi,
b. Kepadatan Penduduk
Kepadatan penduduk menggambarkan rata-rata banyaknya penduduk yang
mendiami suatu wilayah (yang diukur dengan satuan km²). Angka Kepadatan
Penduduk merupakan perbandingan antara jumlah penduduk di suatu wilayah
dengan luas wilayah tersebut. Luas Kota Kupang yang tercatat 165,34 km² (Bappeda
Kota Kupang) dengan jumlah penduduk sebanyak 336.239 jiwa. Dari data tersebut
dapat disimpulkan bahwa kepadatan penduduk Kota Kupang tahun 2009 adalah
2.034 jiwa per km².
Tabel 33. Luas Wilayah dan Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan Tahun 2006 - 2010
Luas Kepadatan Penduduk
Kecamatan Wilayah
2006 2007 2008 2009 2010
(Km²)
1. Alak 70,40 500 506 529 527 728
2. Maulafa 55,67 985 1.011 1.021 1.019 1.183
3. Oebobo 14,72 5.211 5.463 5.469 5.658 5.413
4. Kota Raja 6,19 - - - - 7.734
5. Kelapa Lima 15,31 3.933 3.929 4.017 4.121 4.011
6. Kota Lama 3,05 - - - - 9.900
Kota Kupang 165,34 1.526 1.565 1.588 1.619 2.034
Sumber: Indikator Kesra Kota Kupang Tahun 2010, Hal. 19
Tabel 34. Persentase Penduduk Kota Kupang Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Tahun 2010
Angka Beban Tanggungan Hidup di Kota Kupang pada tahun 2010 sebesar
44,09 yang berarti 100 orang penduduk usia produktif di Kota Kupang menanggung
beban hidup 44 orang penduduk usia nonproduktif. Angka Beban Tanggungan Hidup
Laki-Laki dan Perempuan di Kota Kupang tahun 2010 masing-masing sebesar 45,67
dan 42,55.
3.9.2 Pendidikan
Pendidikan merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan masyarakat
yang memiliki peran dalam peningkatan kualitas hidup. Semakin tinggi tingkat
pendidikan suatu masyarakat akan semakin baik pula kualitas sumber dayanya.
Dalam pengertian praktis, pendidikan merupakan upaya sadar seseorang untuk
meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan memperluas wawasan. Pada dasarnya
pendidikan yang diupayakan merupakan tanggung jawab bersama antara pemerintah,
masyarakat dan keluarga. Pemerataan kesempatan pendidikan diupayakan melalui
penyediaan sarana dan prasarana belajar seperti gedung sekolah dan penambahan
tenaga pengajar.
a. Status Pendidikan
Indikator pendidikan khususnya tentang status pendidikan dalam suatu
masyarakat menggambarkan keadaan tentang penduduk yang sedang bersekolah,
belum pernah bersekolah maupun yang sudah selesai bersekolah. Pada tahun
2010 penduduk usia 10 tahun ke atas mayoritas sudah tidak bersekolah lagi yaitu
sebesar 61,75 persen. Sedangkan yang tidak atau belum pernah bersekolah
berada pada posisi yang minoritas yaitu hanya sebesar 3,21 persen. Kelompok
umur yang sama sedang bersekolah sebesar 35,04 persen. Data tentang keadaan
Tabel 36. Persentase Penduduk 10 Tahun Ke Atas Menurut Jenis Kelamin dan Status Pendidikan
Jenis Kelamin
Laki-laki +
Laki-laki Perempuan
Status Sekolah Perempuan
(%) (%) (%)
Tidak/Belum Pernah Sekolah 3,04 3,38 3,21
Sekolah Dasar 13,21 13,53 13,37
Sekolah Lanjutan Pertama 5,51 5,29 5,40
Sekolah Lanjutan Atas 8,26 5,78 7,00
Perguruan Tinggi 8,82 9,70 9,27
Tidak Bersekolah Lagi 61,16 62,33 61,75
Jumlah 100,00 100,00 100,00
Sumber: Indikator Kesra Kota Kupang Tahun 2010, Hal. 43
Tabel 37. Angka Partisipasi Murni (APM) dan Angka Partisipasi Kasar (APK) Kota
Kupang Tahun 2010
Jenjang Pendidikan APK APM
Sekolah Dasar 126,18 103,25
Sekolah Lanjutan Pertama 116,99 80,70
Sekolah Lanjutan Atas 94,54 60,72
Sumber: Indikator Kesra Kota Kupang Tahun 2010, Hal. 49
Tabel 38. Angka Partisipasi Murni (APM) Perguruan Tinggi menurut Jenis Kelamin Tahun 2010
3.9.3 Kesehatan
Kondisi kesehatan merupakan bagian dari kesejahteraan rakyat yang saling
berhubungan satu dengan yang lainnya. Untuk mengukur tingkat kesehatan dan gizi
kelompok masyarakat diperlukan suatu indikator yang relevan. Program
pembangunan kesehatan dan gizi dikoordinasikan secara nasional oleh Departemen
Tabel 40. Persentase Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Jenis Keluhan Kesehatan, Kota
Kupang Tahun 2010
Jenis Kelamin Laki-laki+
Laki-laki Perempuan Perempuan
Jenis Keluhan
(%) (%) (%)
Panas 12,28 10,04 11,15
Batuk 22,83 21,60 22,21
Pilek 24,83 22,39 23,60
Asma 1,26 1,77 1,52
Diare 1,15 1,11 1,13
Tabel 41. Persentase Penduduk yang Pernah Mengalami Keluhan Penyakit Menurut
Jenis Kelamin dan Apakah Pernah Berobat Jalan
Berobat Jalan
Jumlah
Jenis Kelamin Pernah Tidak Pernah
(%) (%) (%)
Laki - laki 36,39 63,61 100,00
Perempuan 34,36 65,64 100,00
Laki-laki + Perempuan 35,37 64,63 100,00
Sumber: Indikator Kesra Kota Kupang Tahun 2010, Hal. 69
Dari persentase penduduk Kota Kupang yang berobat jalan sebesar 35,37%,
dapat lagi dirinci berdasarkan tempat atau cara berobat yang dilakukan. Hal
tersebut secara rinci dapat dilihat pada tabel 42.
Tabel 42. Persentase Penduduk yang Berobat Jalan Menurut Jenis Kelamin dan
Tempat/Cara Berobat
Jenis Kelamin
Tempat/ Laki-laki+
Laki-laki Perempuan
Cara Berobat Perempuan
(%) (%) (%)
RS Pemerintah 13,75 14,96 14,35
RS Swasta 6,69 7,37 7,03
Praktek Dokter 28,85 19,77 24,31
Puskesmas/Pustu 45,44 47,83 46,63
Praktek Tenaga Kesehatan 0,98 2,86 1,92
Praktek Batra 0,98 2,86 1,92
Dukun Bersalin 1,66 2,18 1,92
Lainnya 1,66 2,18 1,92
Jumlah 100.00 100.00 100.00
Sumber: Indikator Kesra Kota Kupang Tahun 2010, Hal. 69
Tabel 43. Persentase Rumah Tangga menurut Ketersediaan Jaminan Kesehatan Kota
Kupang, Tahun 2010
Jenis Jaminan Kesehatan Persentase Rumah Tangga
JPK/PNS/Veteran/Pensiunan 26,63
Jamsostek 4,57
Kesehatan Swasta 3,61
Tunjangan Perusahaan 0,46
MM/Kartu Miskin 25,20
Dana Sehat 0,91
Lainnya 0,46
Jumlah 61,84
Sumber: Indikator Kesra Kota Kupang Tahun 2010, Hal. 72
b. Sarana Kesehatan
Pembangunan kesehatan terindikasi juga dari jumlah sarana dan prasarana
kesehatan yang tersedia. Pada tabel 44 dan 45 dapat dilihat secara rinci jumlah
sarana kesehatan yang ada di Kota Kupang pada tahun 2010.
Tabel 44. Jumlah Rumah Sakit menurut Kecamatan dan Statusnya Tahun 2010
Status
Kecamatan Jumlah
Pemerintah Swasta TNI/Polri
1. Alak - - 1 1
2. Maulafa - - 1 1
3. Oebobo 1 - 1 2
4. Kota Raja - - 1 1
5. Kelapa Lima - - - -
6. Kota Lama 1 1 - 2
Kota Kupang 2 1 4 7
Sumber: Indikator Kesra Kota Kupang Tahun 2010, Hal. 79
3.10 Ketenagakerjaan
Dewasa ini data-data mengenai ketenagakerjaan semakin dibutuhkan,
terutama untuk evaluasi perencanaan pembangunan di bidang ketenagakerjaan
seperti peningkatan keterampilan tenaga kerja, perluasan kesempatan kerja dan
berusaha serta produktivfitas tenaga kerja. Sehingga analisis mengenai kualitas
sumber daya manusia (SDM) biasanya menempatkan faktor ketenagakerjaan sebagai
salah satu dimensi yang vital.
Standar BPS untuk menunjukkan angkatan kerja, adalah yang didefinisikan
sebagai penduduk usia kerja. Penduduk Usia Kerja: penduduk yang berumur 10
tahun ke atas. Hal standar umur ini, sejajar dengan penetapan standar umur untuk
kriteria Angkatan Kerja. Angkatan Kerja adalah penduduk usia 10 tahun ke atas yang
bekerja atau sedang mencari pekerjaan. Walaupun penetapan standard umur tersebut,
secara substansif berbeda dengan standar umur yang ditetapkan untuk perhitungan
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja, yang
dimaksudkan adalah persentase angkatan kerja terhadap penduduk usia 15 tahun ke
atas.
Konsep bekerja dalam konstelasi ketenagakerjaan adalah mereka yang
melakukan kegiatan paling sedikit selama 1 jam selama seminggu dengan maksud
memperoleh pendapatan atau keuntungan atau membantu memperoleh pendapatan
atau keuntungan. Penganggur adalah mereka yang termasuk dalam angkatan kerja
yang tidak bekerja tetapi mencari pekerjaan. Sedangkan yang dimaksudkan dengan
Tabel 46. Persentase Penduduk Umur 15 Tahun Keatas Menurut Jenis Kelamin dan Jenis
Kegiatan Utama Selama Seminggu yang Lalu
Jenis Kelamin
Kegiatan Utama Laki-laki+
Laki-laki Perempuan
Seminggu yang Lalu Perempuan
(%) (%) (%)
Angkatan Kerja 71.97 47.30 59.84
Bekerja 65.62 38.55 52.31
Pengangguran 6.35 8.75 7.53
Bukan Angkatan Kerja 28.03 52.70 40.16
Sekolah 19.15 16.72 17.96
Mengurus Rumah Tangga 3.21 32.62 17.67
Lainnya 5.67 3.36 4.53
Jumlah 100.00 100.00 100.00
Sumber: Indikator Kesra Kota Kupang Tahun 2010, Hal. 69
b. Mata Pencaharian
Mata pencaharian yang dimaksudkan adalah pekerjaan atau pun profesi
dari penduduk untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Secara rinci dapat dilihat
pada tabel 48.
Tabel 48. Jumlah Penduduk Kelurahan Fatululi Menurut Mata Pencaharian dan Jenis
Kelamin Tahun 2010
Mata Pencaharian/ Jenis Kelamin Jumlah
Pekerjaan/ Laki-laki+
L P
Profesi Perempuan
PNS 559 317 876
TNI/Polri 31 0 31
Guru 118 21 139
Dosen 15 5 20
Dokter 5 2 7
Mantri/Bidan 2 18 20
Petani/Nelayan 49 23 72
Pengemudi 118 0 118
Montir/Tukang Servis 50 15 65
Pedagang 655 438 1.093
Pensiunan PNS/TNI/Polri 836 316 1.152
Pengusaha/Lain-lain 730 523 1.253
Sumber: Laporan Kelurahan Fatululi Keadaan Bulan Desember 2010
c. Tingkat Pendidikan
d. Golongan Agama
Jumlah sarana peribadatan yang ada di Kelurahan Fatululi yaitu sebanyak
12 unit Gereja Protestan. Tempat peribadatan agama lainnya tidak terdapat di
Kelurahan Fatululi. Jumlah penduduk menurut golongan agama, dapat dilihat
pada tabel 50.
Tabel 50. Jumlah Penduduk Kelurahan Fatululi Menurut Golongan Agama dan Jenis
Kelamin Tahun 2010
Jenis Kelamin Jumlah
Golongan Agama Laki-laki+
L P
Perempuan
Kristen 3.113 3.041 6.154
Katolik 2.263 2.167 4.430
Islam 661 682 1.343
Tabel 51. Jumlah Fasilitas Umum Lainnya di Kelurahan Fatululi Tahun 2010
Fasilitas Umum Lainnya
Perekonomian Jlh Kesehatan Jlh Jasa Lainnya Jlh
Supermarket/Minimarket 1 Puskesmas Pembantu 1 Biro Perjalanan 2
Toko 52 Praktek Dokter/Bidan 2 Tempat Kost 78
Kios 135 Praktek Bidan 2 Wartel 1
PT/CV/FA 12 Apotik 4 Pitrad 3
Rmh Mkn/Cafe/Warung 25
Sumber: Laporan Kelurahan Fatululi Keadaan Bulan Desember 2010
Potensi dampak yang mungkin terjadi dan perlu dilakukan pengelolaan dan
pemantauan jika pembangunan Rumah Sakit Siloam serta fasilitas pendukung lainnya
dilaksanakan dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Perubahan Fungsi dan Tata Guna Lahan.
Pembangunan kegiatan rumah sakit akan merubah tata guna lahan serta produktivitas
lahan di lingkungan sekitar kawasan rumah sakit.
2. Peningkatan Bangkitan Lalu lintas dan Kerusakan Jalan.
Pembangunan dan kegiatan operasional kawasan rumah sakit akan meningkatkan
bangkitan lalu lintas sehingga kemungkinan akan terjadi kemacetan. Selain itu jika
kemampuan (kapasitas) beban jalan maksimum disekitar lokasi ternyata tidak mampu
untuk menerima beban tambahan dari kegiatan pembangunan dan operasional Rumah
Sakit maka akan terjadi kerusakan jalan.
3. Peningkatan Run Off, Erosi dan Banjir.
Kegiatan pembukaan lahan, pemotongan dan pengurugan tanah pada tahap konstruksi
akan mengakibatkan perubahan struktur dan sifat tanah, misalnya permukaan tanah
menjadi terbuka, agregat tanah hancur dan menjadikan tanah peka terhadap erosi.
Kegiatan pemadatan tanah pada tahap konstruksi juga mengakibatkan air tidak dapat
meresap ke dalam tanah, sehingga akan meningkatkan volume air limpasan (run off).
4. Penurunan Kualitas Udara (Debu).
Penurunan kualitas udara (peningkatan kadar debu) diakibatkan oleh kegiatan
pembukaan lahan dan mobilisasi alat dan bahan pada tahap konstruksi serta dari
kegiatan-kegiatan lain pada tahap operasi.
Dampak Lingkungan yang mungkin terjadi jika pembangunan Rumah Sakit serta
fasilitas pendukung lainnya dilaksanakan dapat diuraikan sebagai berikut:
4.1 Tahap Pra Konstruksi.
a. Potensi Dampak Lingkungan Terkait Pembebasan Lahan.
Hal ini akan berdampak sangat kecil karena lokasi rencana usaha berada dalam
penguasaan Rumah Sakit Siloam sesuai sertifikat terlampir.
b. Potensi Dampak Terkait Survey dan Pengukuran.
Survey dan pengukuran lokasi akan berdampak negatif kecil berupa konflik
kepentingan dan keresahan pada masyarakat yang berbatasan langsung dengan
lokasi rencana kegiatan karena kurangnya informasi tentang rencana kegiatan yang
Dari ketiga pelayanan diatas dapat menghasilkan limbah padat, cair dan gas
yang dapat dikelompokan menjadi limbah klinik / medik dan limbah non klinik /
non medik. Kelompok limbah medik/klinik yang dihasilkan dari kegiatan
pelayanan medik terdiri dari :
1) Limbah inveksius (limbah yang mengandung mikro organisme yang berasal
dari ruang bedah, laboratorium dan hemodialisis yang dapat menimbulkan
penyakit).
2) Limbah pathological (limbah yang berasal dari jaringan tubuh manusia)
3) Limbah Citotoxic (limbah yang berasal dari material-material yang
terkontaminasi)
4) Limbah parmacological (obat-obat bekas, obat-obat kedaluarsa atau obat-obat
yang terkontaminasi, tabung-tabung obat atau bungkusan-bungkusan obat)
5) Limbah dari Alat-alat bekas (syringe, gunting, pisau, pecahan gelas dan
gunting kuku).
2) Upaya Pengelolaan.
Dilakukan dengan cara mengumumkan secara luas tentang
kesempatan kerja, jumlah lowongan, sistim kerja, waktu pembayaran,
cara pembayaran upah kerja, semuanya dilaksanakan sesuai aturan
ketenagakerjaan yang berlaku. Upaya ini akan mengeliminasi dampak
negatif pada hubungan keharmonisan diantara pencari kerja lokal dan
semakin memaksimalkan tingkat pendapatan mereka. Disamping itu
perlu pengaturan pembagian tugas dan Jadwal kerja yang jelas agar
pekerjaan fisik dapat dilaksanakan secara maksimal. Selain upayakan
juga mengatur hubungan kerja yang baik diantara pekerja terampil
dari luar dengan pekerja lokal yang kurang terampil sehingga terjadi
peningkatan kinerja antara transfer teknologi pekerja.
3) Lokasi Pengelolaan.
Pengumuman lewat radio dan koran serta ditempatkan di Kantor
Lurah Fatululi, Dinas Nakertrans Kota Kupang dan lokasi rencana
usaha, sedangkan pembagian tugas dan jadwal kerja dijelaskan kepada
pekerja di lokasi kegiatan pembangunan Rumah Sakit.
4) Waktu dan durasi pengelolaan.
Pengumuman ditempatkan di Kantor Lurah Fatululi, Dinas Nakertrans
Kota Kupang, 14 (empat belas) hari sebelum rekrutmen dilaksanakan.
3) Lokasi Pengelolaan.
Pengelolaan dampak kegiatan pengalihan fungsi lahan dilaksanakan di
lokasi Rumah Sakit.
4) Waktu dan Durasi Pengelolaan.
Waktu pemberian informasi kepada karyawan dilaksanakan 2-5 bulan
sebelum pengalihan fungsi dilaksanakan sehingga karyawan dapat
mempersiapkan diri secara lebih baik. Sedangkan informasi kepada
karyawan dilakukan paling lambat 1 tahun sebelum dialihfungsikan
sehingga karyawan dapat mempersiapkan diri lebih baik.
4) Metode Pemantauan.
Metode pemantauan yang dipakai adalah pengujian tingkat partikel debu
di udara serta tingkat kebisingan pada saat kegiatan pembersihan lahan
dan penyiapan lokasi.
5) Lokasi Pemantauan.
Lokasi rencana usaha pembangunan rumah sakit.
6) Waktu dan Durasi Pemantauan.
Pemantauan dilakukan sekali pada saat kegiatan pembersihan lahan dan
penyiapan lokasi.
5) Lokasi Pemantauan.
Pemantauan dilakukan pada kantor Rumah Sakit Siloam Kota Kupang.
6) Waktu dan Durasi Pemantauan.
Pemantauan dilakukan minimal 1 kali pada saat seleksi dilakukan, sebelum
rumah sakit difungsikan.
4) Metode Pemantauan.
Observasi, survey, wawancara, pengujian laboratorium pada kualitas air,
udara dan tingkat kebisingan.
5) Lokasi Pemantauan.
Lokasi Rumah Sakit Siloam dan sekitarnya.
6) Waktu dan Durasi Pemantauan.
Pemantauan dilakukan tiap 6 (enam) bulan selama rumah sakit beroperasi
dan dilaporkan ke BPLHD Kota Kupang serta instansi terkait.