DOKUMEN UKL-UPL
A. PENDAHULUAN
1. Identitas Pemrakarsa
1) Pemrakarsa : Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang Kab. Wakatobi
2) Alamat Kantor : Jln. La Ode Ali No. 2 Telp. (0404) ……… Wangi-Wangi
Wakatobi
2. Hendrawanto, S.Sos
2. Latar Belakang
Salah satu output dari aktivitas manusia yang tak bisa dihindari adalah adanya sampah. Jumlah
produksi sampah linear dengan pertumbuhan jumlah penduduk serta gaya hidup. Umumnya di
Indonesia, sebagian besar volume sampah yang dihasilkan adalah sampah organik sebanyak 60-
70%. Volume sampah yang banyak dan tidak terkelola secara baik dan benar, dapat
menimbulkan pengaruh buruk terhadap lingkungan, baik terhadap komponen fisik kimia (kualitas
air dan udara), biologi, sosial ekonomi, budaya serta kesehatan lingkungan.
Permasalahan sampah tersebut memerlukan sistem pengelolaan secara terpadu yang tepat dan
dapat diimplemantasikan agar tidak menjadi momok dalam pelaksanaan pembangunan. Secara
teknologi, penanganan sampah tidak akan tuntas jika hanya dengan menerapkan satu metode
saja, tetapi memerlukan kolaborasi dari berbagai metode dan teknik yang ada. Salah satu sistem
yang popular dalam penanganan persampahan adalah Sistem Pengelolaan Sampah Terpadu.
Sistem Pengelolaan Sampah Terpadu merupakan pengkombinasian dari pendekatan pengurangan
sumber sampah, daur ulang dan guna ulang, pengkomposan, insinerasi dan pembuangan akhir
(landfilling).
Pemerintah Daerah Kabupaten Wakatobi telah menyiapkan arahan lokasi dalam Rencana Tata
Ruang Wilayah (RTRW) untuk peruntukan TPA di masing-masing kecamatan. Sehingga masing-
masing kecamatan dapat menyiapkan lahan untuk pembangunan TPA. P engelolaan sampah
menurut UU No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah mempersyaratkan setiap TPA
harus memiliki fasilitas pengolahan sampah, sehingga di setiap TPA direncanakan penyiapan
fasilitas Tempat Pengolahan Sampah Terpadu atau TPST.
Salah satu dampak lingkungan yang diperkirakan terjadi pada operasionalisasi TPA/TPST adalah
potensi pencemaran lingkungan yang akan memicu terjadinya konflik sosial antar komponen
masyarakat. Oleh karena itu, pada tahap pengelolaan, sampah akan mengalami pemrosesan
baik secara fisik, kimia maupun biologis sedemikian rupa, sehingga dapat meminimalisasi dan
menganulir berbagai permasalahan sosial, ekonomi, dan lingkungan. Atas dasar itulah dinilai
pentingnya penyusunan dokumen lingkungan ini.
Kriteria Pembangunan TPA yang memenuhi kegiatan wajib UKL-UPL menurut Peraturan Menteri
Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor 4 Tahun 2021 tentang Daftar Usaha dan/Atau
Kegiatan Yang Wajib Memiliki Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup, Upaya Pengelolaan
Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup atau Surat Pernyataan
Kesanggupan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup adalah besaran < 500 ton/hari
adalah wajib UKL-UPL dengan sistem controlled landfill/sanitary landfill termasuk ketersediaan
instalasi penunjangnya.
Adapun alasan ilmiahnya adalah besaran tersebut diperhitungkan berdasarkan: (a) Pembebasan
lahan, (b) Daya dukung lahan, (c) Tingkat kebutuhan air sehari-hari, (d) Limbah yang dihasilkan,
(e) Efek pembangunan terhadap lingkungan sekitar (getaran, kebisingan, polusi udara, dan lain-
lain), (f) KDB (koefisien dasar bangunan) dan KLB (koefisien luas bangunan), (g) Jumlah dan jenis
pohon yang mungkin hilang, (h) Konflik sosial akibat pembebasan lahan (umumnya berlokasi
dekat pusat kota yang memiliki kepadatan tinggi), (i) Struktur bangunan bertingkat tinggi dan
basement menyebabkan masalah dewatering dan gangguan tiang-tiang pancang terhadap akuifer
sumber air sekitar, (j) Bangkitan pergerakan (traffic) dan kebutuhan permukiman dari tenaga
kerja yang besar, (k) Bangkitan pergerakan dan kebutuhan parker pengunjung, (l) Produksi
sampah, limbah domestic, dan (m) Genangan/banjir lokal.
Aktivitas Usaha dan/atau kegiatan pembangunan TPA, mencakup beberapa tahapan, yakni: tahap
pra-konstruksi, konstruksi, operasional dan pasca konstuksi (operasional). Setiap tahapan
tersebut dinilai akan menimbulkan dampak terhadap lingkungan. Dampak yang terjadi dapat
bersifat positif (menguntungkan) dan/atau sebaliknya berdampak negatif (merugikan). Untuk itu
perlu adanya upaya mengembangkan dampak positif dan menekan dampak negatif yang timbul
akibat Usaha dan/atau Kegiatan pembangunan Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu tersebut,
sehingga diperoleh manfaat yang optimum. Upaya tersebut dapat dilaksanakan apabila dampak
yang mungkin terjadi bisa diprakirakan dan dievaluasi sejak dini pada tahap perencanaan
pembangunan usaha/kegiatan melalui studi lingkungan Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan
Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL) sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan oleh
pemerintah.
Dokumen UKL dan UPL Usaha dan/atau Kegiatan Tempat Pemrosesan Akhir Sampah (TPA) ini
disusun sesuai dengan tata laksana Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22 Tahun
2021 tentang Penyelenggaraan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, khususnya
Lampiran III tentang Pedoman Pengisian Formulir UKL-UPL yang difokuskan pada kegiatan tahap
pra-kontruksi, tahap kontruksi, tahap pasca konstruksi (operasional). Studi UKL-UPL ini dibuat
guna mematuhi dan melaksanakan Undang-Undang serta Peraturan Pemerintah tentang
Lingkungan Hidup dalam upaya melaksanakan pembangunan yang berkelanjutan dan
berwawasan lingkungan hidup.
2) Tujuan
Untuk memenuhi peraturan pemerintah tentang pengelolaan lingkungan, maka pemrakarsa
Kegiatan Pembangunan TPA Sampah melakukan studi dengan tujuan sebagai berikut:
1) Mengidentifikasi potensi dan kendala yang ada pada lokasi pembangunan, yang terdiri dari
aspek teknis, sosial dan lingkungan.
2) Untuk mengelola kegiatan pembangunan agar dapat meminimalkan dampak negatif dan
3) Kegunaan
Sesuai tujuan tersebut di atas, maka dokumen Upaya Pengelolaan dan Pemantauan
Lingkungan (UKL-UPL) Kegiatan Pembangunan TPA Sampah mempunyai kegunaan sebagai
berikut :
a. Bagi Pemerintah
• Membantu pemerintah dalam proses pengambilan keputusan, khususnya dalam hal
pemilihan alternatif yang layak dari segi dampak lingkungan yang ditimbulkan dalam
kaitannya dengan adanya rencana kegiatan Pembangunan TPA Sampah,
• Mengintergrasikan pertimbangan lingkungan dalam tahap perencanaan rinci dari
rencana kegiatan Pembangunan TPA Sampah,
• Sebagai dasar pertimbangan penilaian kelayakan terhadap kegiatan Pembangunan TPA
Sampah.
b. Bagi Pemrakarsa
• Pedoman bagi pengoperasian TPA Kaledupa, khususnya terkait sistem dan cara
pengelolaan dan pemantauan lingkungan.
• Mengetahui permasalahan lingkungan yang mungkin timbul di masa yang akan datang
dan cara pengelolaan serta pencegahan dan penanggulangannya sebagai akibat adanya
rencana kegiatan Pembangunan TPA Sampah ,
• Sebagai pedoman untuk melaksanakan pengelolaan dan pemantauan lingkungan
rencana kegiatan Pembangunan TPA Sampah.
c. Bagi Masyarakat
• Memberikan informasi (sosialisasi) kepada masyarakat mengenai adanya rencana
kegiatan Pembangunan TPA Sampah, sehingga dapat mempersiapkan dan menyesuaikan
diri dengan perubahan yang akan terjadi, serta dapat memanfaatkan dampak positif dan
menghindari dampak negatif yang ditimbulkan.
• Sebagai bahan pertimbangan untuk ikut serta berpartisipasi di dalam kegiatan
pengelolaan dan pemantauan lingkungan.
23) Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor
P.10/Menlhk/Setjen/PLB.0/4/2018 Tentang Pedoman Penyusunan Kebijakan Dan Strategi
Daerah Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga;
24) Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor: 26 Tahun
2018 Tentang Pedoman Penyusunan dan Penilaian Serta Pemeriksaan Dokumen Lingkungan
Hidup Dalam Pelaksanaan Pelayanan Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara
Elektronik(Sistem OSS);
25) Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor
P.59/Menlhk/Setjen/Kum.1/7/2016 Tentang Baku Mutu Lindi Bagi Usaha Dan/Atau Kegiatan
Tempat Pemrosesan Akhir Sampah;
26) Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor
P.63/Menlhk/Setjen/KUM.1/7/2016 Tentang Persyaratan Dan Tata Cara Penimbunan Limbah
Bahan Berbahaya Dan Beracun Di Fasilitas Penimbusan Akhir;
27) Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor:
P.70/Menlhk/Setjen/Kum.1/8/2016 Tentang Baku Mutu Emisi Usaha Dan/Atau Kegiatan
Pengolahan Sampah Secara Termal;
28) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Republik Indonesia Nomor 03/Prt/M/2013 Tentang
Penyelenggaraan Prasarana dan Sarana Persampahan Dalam Penanganan Sampah Rumah
Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga;
29) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Republik Indonesia No.69/PRT/1995 Tentang Pedoman
Teknis Mengenai Dampak Lingkungan Proyek Bidang Pekerjaan Umum;
30) Peraturan Daerah Kabupaten Wakatobi Nomor 12 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Kabupaten Wakatobi;
31) Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia No.377/1996 Tentang
Petunjuk tata Laksana UKL dan UPL Proyek Bidang PU;
32) SK SNI M-36-1991-2003 Tentang Metode Pengambilan dan Pengukuran Contoh Timbulan
dan Komposisi Sampah Perkotaan;
33) SK SNI No 19-2454-2002 tentang Tata Cara Teknik Operasional Pengelolaan Sampah
Perkotaan;
34) Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Republik Indonesia No.296/1996 Tentang Petunjuk
Teknis Penyusunan UKL dan UPL Dep.PU;
35) SK-SNI 19-2454-1991 dan SK-SNI 19-3242-1994 tentang Cara Pengelolaan Sampah Perkotaan;
36) SK SNI 91 dan SNI 19-3241-1994 tentang Cara Pemilihan Lokasi Tempat Pembuangan Akhir
Sampah.
B. RENCANA USAHA
DAN/ATAU KEGIATAN
Gambar B.2.
Site Plan TPA
Tata letak bangunan tersebut baik bangunan TPA maupun bangunan fasilitas
lainnya akan dirancang dan disesuaikan dengan kondisi lahan.
Tabel B.1
Perhitungan Sampah Berdasarkan Proyeksi Penduduk
Populasi (Jiwa)
Sampah Sampah
Tahun Kaledupa 3
Kaledupa (m /tahun) (ton/tahun)
Selatan
2006 9.998 7.551 504.424 4.244
2007 10.668 7.790 530.552 4.463
2008 10.741 7.748 531.443 4.471
2009 11.119 7.378 531.673 4.473
2010 9.999 6.644 478.382 4.024
2011 10.179 6.779 487.437 4.101
2012 10.181 6.772 487.293 4.099
2013 10.188 6.781 487.753 4.103
2014 10.533 7.149 508.247 4.276
2015 12.726 9.021 625.090 5.259
2016 12.832 9.075 629.689 5.297
2017 13.364 9.113 646.073 5.435
2018 10.964 7.112 519.572 4.371
2019 12.841 9.021 628.396 5.287
Keterangan: Asumsi 2,63 liter/org/hari & 0,6625 kg/org/hari
Perhitungan di atas didasarkan pada asumsi sebagai berikut:
Tabel B.2.
Timbulan Sampah Berdasarkan Komponen-Komponen Sumber Sampah
No Komponen Sumber Satuan Volume (Liter) Berat (Kg)
Sampah
1 Rumah permanen per org/hari 2,25 – 2,50 0,350 – 0,400
2 Rumah semi permanen per org/hari 2,00 – 2,25 0,300 – 0,350
3 Rumah non permanen per org/hari 1,75 – 2,00 0,250 – 0,300
4 Kantor per pegawai/hari 0,50 – 0,75 0,025 – 0,100
5 Toko/Ruko per petugas/hari 2,50 – 3,00 0,150 – 0,350
6 Sekolah per murid/hari 0,10 – 0,15 0,010 – 0,020
7 Jalan arteri sekunder per meter/hari 0,10 – 0,15 0,020 – 0,100
8 Jalan kolektor sekunder per meter/hari 0,10 – 0,15 0,010 – 0,050
9 Jalan lokal per meter/hari 0,05 – 0,10 0,005 – 0,025
10 Pasar per meter2/hari 0,20 – 0,60 0,100 – 0,300
Sumber: Lampiran A Spesifikasi Teknis Sektor Persampahan
Tabel B.3.
Timbulan Sampah Berdasarkan Klasifikasi Kota
No Klasifikasi Kota Volume Volume
(l/orang/hari) (kg/orang/hari)
1. Kota Besar 2,75 – 3,25 0,70 – 0,80
(500.000 – 1.000.000 jiwa)
2. Kota Sedang 2,75 – 3,25 0,70 – 0,80
(100.000 – 500.000 jiwa)
3. Kota Kecil 2,50 – 2,75 0,625 – 0,70
(20.000 – 100.000 jiwa)
Dinas Pekerjaan Umum & Tata Ruang Kab. Wakatobi B-7
Formulir UKL-UPL
Tempat Pemrosesan Akhir Sampah (TPAS)
Adapun berkiraan limbah Bahan Beracun dan Berbahaya (B3) yang dihasilkan di Pulau
kaledupa dari limbah tersebut, ditunjukkan sebagaimana tabel berikut.
Tabel B.4.
Perkiraan Limbah Bahan Beracun dan Berbahaya (B3) di Pulau Kaledupa
Populasi (Jiwa)
B3 B3
Tahun Kaledupa
Kaledupa (m3/tahun) (ton/tahun)
Selatan
2006 9.998 7.551 303 449
2007 10.668 7.790 319 472
2008 10.741 7.748 319 473
2009 11.119 7.378 320 473
2010 9.999 6.644 288 425
2011 10.179 6.779 293 433
2012 10.181 6.772 293 433
2013 10.188 6.781 293 434
2014 10.533 7.149 306 452
2015 12.726 9.021 376 556
2016 12.832 9.075 379 560
2017 13.364 9.113 388 575
2018 10.964 7.112 312 462
2019 12.841 9.021 378 559
Asumsi: 0,071 kg/o/h atau 0,048 l/o/bln
Gambar B.3.
Contoh Operasi TPST
TPA memerlukan fasilitas berdasarkan komponensampah yang masuk dan
yang akan dikelola. Secara umum dibedakan atas jenis dan fungsi fasilitas:
Dinas Pekerjaan Umum & Tata Ruang Kab. Wakatobi B - 10
Formulir UKL-UPL
Tempat Pemrosesan Akhir Sampah (TPAS)
1) Prasarana Jalan
Prasarana dasar ini sangat menentukan keberhasilan pengoperasian
TPA. Semakin baikkondisi jalan ke TPA akan semakin lancar kegiatan
pengangkutan sehingga efisiensi keduanya menjadi tinggi.
Konstruksi jalan TPA cukup beragam disesuaikan dengan kondisi
setempat sehinggadikenal jalan TPST dengan konstruksi:
▪ Hotmix
▪ Beton
▪ Aspal
▪ Perkerasan situ
▪ Kayu
Dalam hal ini TPA perlu dilengkapi dengan:
▪ Jalan masuk/akses; yang menghubungkan TPA dengan jalan umum
yang telah tersedia;
▪ Jalan penghubung; yang menghubungkan antarasatu bagian dengan
bagian lain dalam wilayah TPA tersebut;
▪ Jalan operasi/kerja yang diperlukan oleh kendaraan pengangkut
menuju titikpembongkaran sampah;
▪ Pada TPA dengan luas dan kapasitas pembuangan yang terbatas
biasanya jalan penghubung dapat juga berfungsi sekaligus sebagai
jalan kerja/operasi.
2) Prasarana Drainase
▪ Drainase di TPA berfungsi untuk mengendalikan aliran limpasan air
hujan dengan tujuan untuk memperkecil aliran yang masuk ke
timbunan sampah. Seperti diketahui, air hujan merupakan faktor
utamaterhadap debit lindi yang dihasilkan. Semakin kecil rembesan
air hujan yang masukke timbunan sampah akan semakin kecil pula
debit lindi yang dihasilkan yang padagilirannya akan memperkecil
kebutuhan unitpengolahannya.
▪ Secara teknis drainase TPA dimaksudkan untuk menahan aliran
limpasan air hujan dari luar TPST agar tidak masuk ke dalam area
timbunan sampah. Drainase penahan ini umumnya dibangun di
sekeliling blok atau zona penimbunan. Selain itu, untuk lahan yang
telah ditutup tanah, drainase TPST juga dapat berfungsi sebagai
penangkap aliran limpasan air hujan yang jatuh di atas timbunan
sampah tersebut. Untuk itu permukaan tanah penutup harus dijaga
kemiringannya mengarah pada saluran drainase.
3) Fasilitas Penerimaan
Fasilitas penerimaan dimaksudkan sebagai tempat pemeriksaan sampah
yang datang, pencatatan data, dan pengaturan kedatangan truk
sampah atau disebut fasilitas pre-processing.
8) Penghijauan
Penghijauan lahan TPA diperlukan untuk beberapa maksud di
antaranya adalah: peningkatan estetika lingkungan, sebagai buffer
zone untuk pencegahan bau dan lalat yang berlebihan. Untuk itu
perencancaan daerahpenghijauan ini perlu mempertimbangkan letak
dan jarak kegiatan masyarakat di sekitarnya (permukiman, jalan raya,
dll).
9) Fasilitas Penunjang
Beberapa fasilitas penunjang masih diperlukan untuk membantu
pengoperasian TPA yang baik diantaranya: pemadam kebakaran,
mesin pengasap (mist blower), kesehatan/keselamatan kerja, toilet,
dan lain lain.
Gambar B.4
Peta Pola Ruang Pulau Kaledupa Kabupaten Wakatobi 2012-2032
4.3.1. Pra-Konstruksi
4.3.1.1. Penyusunan Studi Kelayakan (PTMP dan DED)
Secara keseluruhan kegiatan – kegiatan Proyek untuk setiaptahapan akan
dibahas pada sub bab selanjutnya.
4.3.1.2. Penyusunan studi kelayakan TPA
Dalam kegiatan perencanaan TPA, studi kelayakan adalah Perencanaan
Teknis dan Manajemen Persampahan (PTMP). Dalam dokumen PTMP
nanti akan diatur secara lengkap mengenai pengelolaan persampahan di
Wakatobi, termasuk kajian kebutuhan lahan, kajian kebutuhan sarana
pengangkut sampah (truk dan gerobak pengangkut), kajian jalur
pengangkutan dari daerah pelayanan, kajian besarantarif retribusi sampah
dan kajian kelembagaan pengelolaan nantinya.
Sebelum lahan TPA diisi dengan sampah maka perlu dilakukan penyiapan
lahan agar kegiatan pembuangan berikutnya dapat berjalan dengan lancar.
Beberapa kegiatan penyiapan lahan tersebut akan meliputi:
a) Penutupan lapisan kedap air dengan lapisan tanah setempat yang
dimaksudkan untuk mencegah terjadinyakerusakan atas lapisan tersebut
akibat operasi alatberat di atasnya. Umumnya diperlukan lapisan tanah
setebal 50 cm yang dipadatkan di atas lapisan kedap air tersebut.
b) Persediaan tanah penutup perlu disiapkan di dekat lahan yang akan
dioperasikan untuk membantu kelancaran penutupan sampah;
terutama bila operasional dilakukan secara sanitary landfill. Pelatakan
tanah harus memperhatikan kemampuan operasi alat berat yang ada.
c) Sebagai bagian dari Persiapan lahan maka perlu dilakukanpemancangan
batas-batas kegiatan konstruksi sesuai dengan lay-out yang disiapkan.
6) Workshop
Workshop merupakan bengkel yg diperlukan untuk pemeliharaan alat
berat di TPST serta memperbaiki kendaraan yang mengalami kerusakan
ringan yangterjadi di TPST, sehingga tidak sampai mengganggu operasi
pembuangan sampah. Peralatan bengkel harus disesuaikan dengan jenis
kerusakan yang akan ditangani. Adapun workshop yang akan dibangun
seluas 100 m2.
7) Drainase
Drainase sebagai pembawa aliran limpasan air hujan dari lokasi TPA agar
tidak masuk kedalam area timbunan sampah. Drainase dibuat di kiri dan
kananjalan operasional TPA dan dialirkan terpisah denga aliran air lindi
dari sel sampah. Saluran drainase langsung dialirkan menuju badan air
penerima.
8) Tempat Cuci Truk/Lainnya
Sarana air bersih di TPST diperlukan untuk pembersihan kendaraan
pengangkut sampah (truck), alat berat, keperluan mandi cuci bagi petugas
maupunoperator pengangku sampah. Selain itu apabila memungkinkan air
bersih juga diperlukan untuk menyiram debu disekitar jalan operasional
secara berkala untuk mengurangi polusi udara dari debu.
Gambar B.5.
Tata Letak Pos Jaga, Kantor Dan Bangunan Penunjang Lainnya
1) Pipa Gas
Pipa gas berfungsi untuk mengalirkan gas daritimbunan sampah yang
terbentuk karena proses dekomposisi sampah oleh aktivitas
mikroorganisme. Tanpa adanya ventilasi yang memadai, akan dapat
menyebabkan tingginya akumulasi gas di timbunan sampah sehingga
sangat mudah terbakar. Gas yang mengalir dan keluar dari pipa gas
sebaiknya diolah sebagai biogas (di negara maju, gas dari landfill
dimanfaatkan untuk menghasilkan tenaga listrik). Tetapi apabila tidak
dilakukan pengolahan gas TPA, maka gas yang keluar dari pipa vent harus
dibakar, hal tersebut untuk menghindari terjadinya dampak negatif
terhadap pencemaran udara berupa efek rumahkaca (green house effect).
Pemasangan pipa gas berupa pipa PVC berlubang (vertikal) yang
dilindungi oleh casing yang diisi kerikil, harus dilakukan secara bertahap
sesuai dengan ketinggian lapisan sel sampah. Letak pipa gas agar berada
pada jalur jaringan pipa lindi.
2) Green Barrier
Untuk mengantisipasi penyebaran bau dan populasi lalat yang tinggi,
maka perlu dibuat green barrier berupa area pepohonan disekeliling TPA.
Tebal greenbarrier kurang lebih 5 m (canopi). Pohon yang cepattumbuh
dan rimbun untuk memenuhi kebutuhan ini antaralain jenis pohon angsana.
3) Sumur Uji
Sumur uji diperlukan untuk mengetahui ada tidaknya pencemaran
terhadap air tanah yang disebabkan oleh adanya rembesan lindi dari dasar
TPA (dasar TPA tidak kedap, adanya retakan lapisan tanah, adanya
kebocoran geo membran).
Gambar B.6.
Struktur Detail Jalan Masuk
Gambar B.7.
Struktur Detail Jalan Operasi Temporer dan Permanen
Gambar B.8
Potongan Melintang Drainase
Gambar B.9.
Pola Jaringan Pipa
Gambar B.10.
Gambar B.11.
Detail Pipa Ventilasi Gas
Gambar B.12.
Penutupan Lapisan Tanah
pembuangan khusus.
▪ Mengurangi volume sampah dengan pemadatan atau kompaksi:
dilakukan dengan tekanan/kompaksi. Tujuan dari kegiatan ini adalah
untuk menekan kebutuhan ruang sehingga mempermudah
penyimpanan,pengangkutan dan pembuangan. Reduksi volume juga
bermanfaat untuk mengurangi biaya pengangkutan dan
pembuangan. Jenis sampah yang membutuhkan reduksi volume
antara lain: kertas,karton, plastik, kaleng.
▪ Mereduksi ukuran dari sampah dengan proses pencacahan. Tujuan
hampir sama dengan proses kompaksi dan juga bertujuan
memperluas permukaankontak dari komponen sampah.
b. Transformasi Kimia.
Perubahan bentuk sampah secara kimiawi dengan menggunakan
prinsip proses pembakaran atau insenerasi. Proses pembakaran sampah
dapat didefinisikan sebagai pengubahan bentuk sampah padatmenjadi
fasa gas,cair, dan produk padat yang terkonversi, dengan pelepasan
energi panas.
Proses pembakaran ini sangat dipengaruhi oleh karakteristik dan
komposisi sampah yaitu :
▪ Nilai kalor dari sampah, dimana semakin tinggi nilai kalor sampah
maka akan semakin mudah prosespembakaran berlangsung.
▪ Kadar air sampah, semakin kecil dari kadar air maka proses
pembakaran akan berlangsung lebih mudah.
▪ Ukuran partikel, semakin luas permukaan kontak dari partikel
sampah maka semakin mudah sampah terbakar.
Jenis pembakaran dapat dibedakan atas :
▪ Pembakaran stoikhiometrik, yaitu pembakaran yang dilakukan
dengan suplai udara/oksigen yang sesuai dengan kebutuhan untuk
pembakaran sempurna.
▪ Pembakaran dengan udara berlebih, yaitu pembakaran yang
dilakukan dengan suplai udara yang melebihi kebutuhan untuk
berlangsungnya pembakaran sempurna.
▪ Gasifikasi, yaitu proses pembakaran parsial pada kondisi
substoikhiometrik, di manaproduknya adalah gas-gas CO, H2, dan
hidrokarbon.
▪ Pirolisis, yaitu proses pembakaran tanpasuplai udara.
c. Transformasi Biologi
Perubahan bentuk sampah dengan memanfaatkan aktivitas
mikroorganisme untuk mendekomposisi sampah menjadi bahan stabil
yaitu kompos. Teknikbiotransformasi yang umum dikenal adalah:
▪ Komposting secara aerobik (produk berupakompos).
▪ Penguraian secara anaerobik (produk berupa gas metana, CO2 dan
gasgas lain, humus atau lumpur). Humus/lumpur/kompos yang
Dinas Pekerjaan Umum & Tata Ruang Kab. Wakatobi B - 30
Formulir UKL-UPL
Tempat Pemrosesan Akhir Sampah (TPAS)
4.3.3.2. Pemeliharaan
1) Pemeliharaan Alat
Alat berat dan peralatan bermesin seperti pompa air lindisangat vital bagi
operasi TPA sehingga kehandalan dan unjuk kerjanya harus dipelihara
dengan prioritas tinggi.Buku manual pengoperasian dan pemeliharaan alat
berat harus selalu dijalankan dengan benar agar peralatan tersebut
terhindar dari kerusakan.
Kegiatan perawatan seperti penggantian minyak pelumas baik mesin
maupun transmisi harus diperhatikan sesuai ketentuan pemeliharaannya.
Demikian pula dengan pemeliharaan komponen seperti baterai, filter-
filter, dan lain-lain tidak boleh dilalaikan ataupun dihemat seperti banyak
Dinas Pekerjaan Umum & Tata Ruang Kab. Wakatobi B - 31
Formulir UKL-UPL
Tempat Pemrosesan Akhir Sampah (TPAS)
dilakukan.
2) Pemeliharaan Jalan
Kerusakan jalan TPA umumnya dijumpai pada ruas jalan masuk dimana
kondisi jalan bergelombang maupun berlubang yang disebabkan oleh
beratnya beban truk sampah yang melintasinya. Jalan yang berlubang/
bergelombang menyebabkan kendaraan tidak dapat melintasinya dengan
lancar sehingga terjadi penurunan kecepatan yang berarti menurunnya
efisiensi pengangkutan; disamping lebih cepatausnya beberapa komponen
seperti kopling, rem dan lain-lain.
Keterbatasan dana dan kelembagaan untuk pemeliharaan seringkali
menjadi kendala perbaikan sehingga kerusakanjalan dibiarkan berlangsung
lama tanpa disadari telah menurunkan efisiensi pengangkutan. Hal ini
sebaiknya diantisipasi dengan melengkapi manajemen TPA/TPST dengan
kemampuan memperbaiki kerusakan jalan sekalipun bersifat temporer
seperti misalnya perkerasan dengan pasir dan batu.
Bagian lain yang juga sering mengalami kerusakan dan kesulitan adalah
jalan kerja dimana kondisi jalan temporer tersebut memiliki kestabilan
yang rendah; khususnya bila dibangun di atas sel sampah. Cukup banyak
pengalaman memberi contoh betapa jalan kerja yang tidak baik telah
menimbulkan kerusakan batang hidrolis pendorong bak pada dump truck;
terutama bila pengemudi memaksa membongkar sampah pada saat posisi
kendaraan tidak rata / horizontal.
Jalan kerja di banyak TPA juga memiliki faktor kesulitanlebih tinggi pada
saat hari hujan. Jalan yang licin menyebabkan truk sampah sulit bergerak
dan harus dibantu oleh alat berat; sehingga keseluruhan menyebabkan
waktu operasi pengangkutan di TPA menjadi lebih panjang dan
pemanfaatan alat berat untuk hal yang tidak efisien.
Sekali lagi perlu diperhatikan untuk memperbaiki kerusakan jalan sesegera
mungkin sebelum menjadi semakin parah. Pengurugan dengan sirtu
umumnya sangat efektif memperbaiki jalan yang bergelombang dan
berlubang.
3) Pemeliharaan Drainase
Pemeliharaan saluran drainase secara umum sangat mudah dilakukan.
Pemeriksaan rutin setiap minggu khususnya pada musim hujan perlu
dilakukan untuk menjaga agar tidakterjadi kerusakan saluran yang serius.
Saluran drainase perlu dipelihara dari tanaman rumput ataupun semak
yang mudah sekali tumbuh akibat tertinggalnya endapan tanah hasil
erosi tanah penutup TPA di dasar saluran. TPA di daerah bertopografi
perbukitan juga sering mengalami erosi akibat aliran airyang deras.
Lapisan semen yang retak atau pecah perlu segeradiperbaiki agar tidak
mudah lepas oleh erosi air; sementara saluran tanah yang berubah
profilnya akibat erosi perlu segera dikembalikan ke dimensi semula agar
dapat berfungsi mengalirkan air dengan baik.
Tabel B.6.
Kualitas Udara Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 41
Tahun 1999 TentangPengendalian Pencemaran Udara
No. Parameter Waktu Baku Mutu
Pengukuran
1 SO2 1 Jam 900 ug/Nm3
(Sulfur Dioksida) 24 Jam 365 ug/Nm3
1 Thn 60 ug/Nm3
2 CO 1 Jam 30.000 ug/Nm3
(Karbon 24 Jam 10.000 ug/Nm3
Monoksida) 1 Thn -
3 NO2 1 Jam 400 ug/Nm3
(Nitrogen Dioksida) 24 Jam 150 ug/Nm3
1 Thn 100 ug/Nm3
4 O3 1 Jam 235 ug/Nm3
(Oksidan) 1 Thn 50 ug/Nm3
5 HC 3 Jam 160 ug/Nm3
(Hidro Karbon)
6 PM10 24 Jam 150 ug/Nm3
(Partikel < 10 um )
PM2,5 (*) 24 Jam 65 ug/Nm3
(Partikel < 2,5 um ) 1 Thn 15 ug/Nm3
7 TSP 24 Jam 230 ug/Nm3
(Debu) 1 Thn 90 ug/Nm3
8 Pb 24 Jam 2 ug/Nm3
(Timah Hitam) 1 Thn 1 ug/Nm3
9. Dustfall (Debu 30 hari 10
Jatuh) Ton/km2/Bulan
(Pemukiman)
20
Ton/km2/Bulan
(Industri)
10 Total Fluorides (asF) 24 Jam 3 ug/Nm3
90 hari 0,5 ug/Nm3
11. Fluor Indeks 30 hari 40 u g/100 cm2
dari kertas
12. Khlorine & Khlorine 24 Jam 150 ug/Nm3
Dioksida
13. Sulphat Indeks 30 hari 1 mg SO3/100
cm3
Tabel B.7.
Kualitas Udara Berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup
Dan Kehutanan Nomor P.14/Menlhk/Setjen/Kum.1/7/2020
Tentang Indeks Standar Pencemar Udara
No. Parameter Waktu Konsentrasi ambien Hasil Kategori
Pengukuran nyata hasil Perhitungan ISPU
pengukuran ISPU
(µg/m3)
1. Partikulat 24 jam 35 35 Baik
(PM10)
2. Partikulat 24 jam 31,4 70 Sedang
(PM2.5)
3. Karbon 24 jam 1600 16 Baik
monoksida
(CO)
4. Nitrogen 24 jam 27 17 Baik
dioksida (NO2)
5. Sulfur 24 jam 30 38 Baik
dioksida (SO2)
6. Ozon (O3) 24 jam 25 10 Baik
7. Hidrokarbon 24 jam 21 23 Baik
(HC)
Parameter gas-gas polutan dan Air Quality Index (AQI) di Desa Balasuna
Selatan ditunjukkan melalui
https://www.accuweather.com/id/id/balasuna-selatan/3482750/air-
quality-index/3482750.
Tabel B.8.
Kualitas Udara Ambient di Balasuna Selatan
No. Parameter Kualitas Udara AQI
(µg/m3)
1. O3 18
2. PM10 18
3. PM2,5 17
18
4. NO2 0
5. CO 0
6. SO2 0
Keterangan: 14/8/2022
Gambar B.13.
WR Plot angin pada TPA Balasuna Selatan
7) Kualitas Air
Kualitas air tanah dilakukan pengamatan pada air sumur penduduk Desa
Balasuna Selatan, baik parameter fisik, kimia dan mikrobiologi. Hasil
pengukuran selanjutnya dibandingkna dengan Peraturan Pemerintah No.
82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas dan Pengendalian
Pencemaran Air untuk parameter fisik-kimia, dan Permenkes No. 32 tahun
2017 tentang Standar Baku Mutu Kesling dan Persyaratan Kesehatan untuk
Keperluan Higienis Sanitasi, Kolam Renang, dan Permandian Umum.
Tabel B.9.
Hasil Pengukuran Parameter Fisik-Kimia Kualitas Sumur Gali
Desa Balasuna Selatan
No Parameter Satuan Hasil Baku Mutu Kelas I
1. Bau - Tidak berbau Tidak berbau
2. Rasa - Tidak berasa Tidak berasa
3. Warna Skala TCU 5 -
4. Suhu* 0C 27 -
5. pH (Derajat - 7,24 -
Keasaman)*
6. Kesadahan (CaCO3) mg/l 112,2 -
7. Klorida (Cl) mg/l 28,88 600
8. Nitrat (NO3) mg/l 2,10 10
9. Nitrit (NO2) mg/l 0,02 0,06
10. Besi (Fe) mg/l 0,05 0,3
11. Mangan* (Mn) mg/l < 0,0016 -
12. Fluorida (F) mg/l < 0,02 0,5
*Terakreditasi
Kesehatan untuk Keperluan Higienis Sanitasi, Kolam Renang, dan Permandian Umum.
Tabel B.11.
Baku Mutu Lindi
Kadar Paling Tinggi
Parameter
Nilai Satuan
pH 6–9 mg/L
BOD 150 mg/L
COD 300 mg/L
TSS 100 mg/L
N Total 60 mg/L
Merkuri 0,005 mg/L
Kadmium 0,1 mg/L
Gambar B.14.
Alur Pilihan Penilaian Indeks Risiko
Gambar B.15.
Alur Pelaksanaan Kegiatan penutupan TPA
Gambar B.16.
Alur Pilihan Aktivitas Rehabilitasi Dan Monitoring Pasca Penutupan TPA
C. DAMPAK LINGKUNGAN
YANG DITIMBULKAN DAN
UPAYA PENGELOLAAN
LINGKUNGAN HIDUP
SERTA UPAYA
PEMANTAUAN
LINGKUNGAN HIDUP
Tabel C.1. Matriks Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup Rencana TPA
3. Penyediaan Penurunan Parameter udara - Melakukan Lokasi Selama Pengukuran Lokasi 6 (enam) 1. Instansi pelaksana yaitu
dan Kualitas Udara ambien pada 2 pemagaran area basecamp kegiatan langsung di basecamp bulan sekali pemrakarsa
Pengoperasian titik lokasi kegiatan untuk kegiatan TPA penyediaan lapangan kegiatan TPA selama berkoordinasi dengan
Basecamp pengambilan mencegah dan bekerjasama kegiatan ini DLH Kabupaten
sampel di lokasi penyebaran debu pengoperasian dengan berlangsung Wakatobi
kegiatan tidak - Melakukan basecamp laboratorium 2. Instansi pengawas
melebihi baku penyiraman lahan berlangsung lingkungan yaitu DLH Kabupaten
mutu lingkungan secara berkala terakreditasi Wakatobi
sesuai Peraturan - Melakukan KAN 3. Instansi penerima
Pemerintah No. perawatan laporan yaitu DLH
41 Tahun 1999 kendaraan/ Kabupaten Wakatobi
Tentang peralatan secara
Pengendalian rutin
Pencemaran - Melaksanakan
Udara, yaitu : prosedur teknis di
- CO di bawah dalam spesifikasi
Timbulnya Volume ceceran - Pengangkutan Jalur yang Selama Pengamatan dan Jalur yang 6 (enam) 1. Instansi pelaksana yaitu
Tumpahan material material dilakukan dilalui kegiatan inventarisasi di dilalui bulan sekali pemrakarsa
Material di dengan demobilisasi demobilisasi lapangan demobilisasi selama berkoordinasi dengan
Jalan menggunakan truk peralatan peralatan dan peralatan dan kegiatan ini DLH Kabupaten
penutup atau dan material material material berlangsung Wakatobi
dengan berlangsung 2. Instansi pengawas
menggunakan yaitu Camat Kaledupa
terpal dan Camat Kaledupa
- Membatasi Selatan
kecepatan dan 3. Instansi penerima
tonase truck sesuai laporan yaitu DLH
dengan kelas jalan Kabupaten Wakatobi
- Pencucian roda ban
sesaat sebelum
keluar dari lokasi
- Melaksanakan
prosedur teknis di
dalam spesifikasi
umum bina marga
2010
9. Rekruitmen Peningkatan Tenaga kerja - Rekruitmen tenaga Lokasi Selama Wawancara Lokasi 1 (satu)kali 1. Instansi pelaksana
Dalam hal usaha dan/ atau kegiatan yang direncanakan Pemrakarsa wajib memiliki Izin
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (PPLH). Tabel D.1. berikut ini merupakan
jenis-jenis izin perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup sesuai dengan Peraturan
Pemerintah No. 27 Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan.
Tabel D.1. Jenis Izin Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (PPLH)
DAFTAR PUSTAKA
Edition, 1993
Tjokrokusumo, KRT. Ir. 1995. Pengantar Injiniring Lingkungan, Sekolah Tinggi Teknik
Lingkungan “Yayasan Lingkungan Hidup” Yogyakarta.
Widyatmoko Dr. rer.nat. H, Dra. MM. Sintorini Moerdjoko, M. Kes., 2002, Menghindari,
Mengolah, dan Menyingkirkan Sampah, Abdi Tandur, Jakarta.
pg. 6
ID WMO : 97192
Nama Stasiun : Stasiun Meteorologi Beto Ambari
Lintang : -5.47000
Bujur : 122.62000
Elevasi : 233
Keterangan :
8888: data tidak terukur
9999: Tidak Ada Data (tidak dilakukan pengukuran)
ff_x: Kecepatan angin maksimum (m/s)
ddd_x: Arah angin saat kecepatan maksimum (°)
Formulir UKL-UPL
Tempat Pemrosesan Akhir Sampah (TPAS)
Dokumentasi Kegiatan
Bersama Warga Kaledupa Tinjau Lokasi Bersama Pemerintah Desa Tinjau Lokasi
Pembangunan TPA Pulau Kaledupa Pembangunan TPA Pulau Kaledupa
Bersama Pemerintah Desa Tinjau Lokasi Bersama Pemerintah Desa Tinjau Lokasi
Pembangunan TPA Pulau Kaledupa Pembangunan TPA Pulau Kaledupa
Observasi Lokasi Pembangunan TPA Pulau Binongko Observasi Lokasi Pembangunan TPA Pulau Binongko