Anda di halaman 1dari 70

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pembangunan pada dasarnya adalah usaha untuk meningkatkan taraf
kehidupan masyarakat dengan jalan memanfaatkan dan mengelola sumber
daya alam yang dimiliki, namun disisi lain, pembangunan ini juga dapat
menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan yang berakibat terjadinya
perubahan lingkungan biofisika, lingkungan social ekonomi dan lingkungan
budaya.
Sampah menjadi persoalan Pemerintah Daerah di seluruh Indonesia
terutama di daerah-daerah yang padat penduduknya, karena belum ada sistem
pengolahan sampah yang lebih baik. Upaya yang dilakukan Pemerintah
Provinsi Jawa Barat Khususnya kota Depok dalam pengelolaan sampah
dengan cara konvensional khususnya pengelolaan sampah di Tempat
Pemrosesan Akhir (TPA) Sampah Harum Mewangi.
Pembangunan Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) sampah juga merupakan
salah satu program nasional di daerah, yang berkaitan dengan penyediaan
tempat penampungan akhir sampah. Pengelolaan kebersihan di Kota Depok
khusunya di Kecamatan Pancoran Mas telah ditangani secara serius dan nyata
melalui program-program yang dibiayai oleh APBD Kota Depok. Pengelolaan
sampah di Kecamatan Pancoran Mas dimulai dari tingkat yang paling
mendasar adalah dengan membersihkan sampah-sampah dari pusat produksi
sampah yang diakibatkan oleh kegiatan manusia, seperti tempat permukiman,
toko, pasar, tempat perdagangan dan perkantoran, dan tempat kegiatan social
(masjid, gereja, rumahsakit, dan terminal). Kegiatan tersebut berupa
pengumpulan pertama (primer) yaitu pengumpulan sampah dari proses
produksi ke Lokasi Pembuangan Sementara (LPS), yang pelaksanaannya
ditangai secara gotong-royong oleh warga masyarakat melalui RT/RW dan
kelurahan. Sedangkan pengumpulan tahap kedua (sekunder) dari tempat
pembuangan sampah sementara ke tempat pembuangan akhir pelaksanaannya
dilakukan oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Depok.
Sampah-sampah yang terproduksi yang dapat diangkut dari LPS pada
akhirnya akan membutuhkan fasilitas pemusnahan (disposal) agar tercipta
suatu lingkungan yang bersih, tidak tercemar dan tidak membahayakan
kehidupan manusia. Penambahan jumlah penduduk dan perluasan
pembangunan kabupaten telah mendorong terjadinya perubahan penggunaan
lahan. Sehingga dengan akan beroperasinya TPA Harum Mewangi dapat
meminimalisasi permasalahan timbunan sampah di tempat-tempat produksi
sampah. Dan permasalahan yang paling mendasar adalah pertanahan atau
tersedianya lahan yang memadai guna menunjang pembangunan TPA tersebut
serta pendanaan maupun prosedur pembangunannya. Selain itu pembangunan
TPA Harum Mewangi dengan luas sekitar 24,18 Ha di kecamatan Pancoran
Mas diharapkan tidak hanya memenuhi sarana kehidupan saja, melainkan
harus dapat menciptakan keseimbangan dengan kelestarian lingkungan hidup
di Kota Depok.
Studi ini akan menelaah seluruh tahapan rencana usaha dan atau kegiatan
baik pada tahap pra konstruksi, konstruksi dan pascaoperasi. Pada tahap pasca
operasi hendaknya tetap mengantisipasi rencana peruntukan lahan sesuai
dengan dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Depok.
Pembangunan TPA serta operasionalisasinya diperkirakan akan menimbulkan
dampak terhadap lingkungan baik positif maupun negative. Menyadari adanya
pengaruh kegiatan ini terhadap lingkungan hidup maka pembangunan TPA
berpedoman pada Undang-undang Nomor 23 tahun 1997 tentang pengelolaan
Lingkungan Hidup, Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan, dan Peraturan Menteri Negara
Liongkungan Hidup Nomor 11 Tahun 2006 tentang jenis Rencana Usaha
dan/atau Kegiatan Yang Wajib Dilengkapi dengan Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan hidup. Berdasarkan peraturan perundangan tersebut,
rencana kegiatan pembangunan tempat pengelolaan sampah termasuk dalam
kegiatan yang wajib dilengkapi dengan studi AMDAL.
Penyusunan AMDAL mengikuti standar/pedoman yang telah ditetapkan
sesuai dengan peraturan yang dikeluarkan pemerintah dengan mengikuti
tahapan-tahapan tertentu. Sebagai tahap awal penyusunan dokumen AMDAL,
maka disusun Kerangka Acuan ANDAL (KA-ANDAL) yang berfungsi
sebagai dokumen pengarah dalam melakukan studi AMDAL yang terkait
dengan dampak yang ditimbulkan oleh rencana kegiatan.

1.2 Maksud Dan Tujuan Proyek


Maksud dari Penyusunan Kerangka Acuan Analisis dampak Lingkungan (KA-
ANDAL) Pembangunan TPA Harum Mewangi adalah untuk terciptanya
pembangunan yang berwawasan lingkungan serta pembangunan sarana pelayanan
yang dapat memenuhi kebutuhan masyarakat sekaligus tetap memperhatikan
keseimbangan dan kelestarian lingkungannya.
Tujuan Penyusunan Kerangka Acuan Analisis dampak Lingkungan (KA-
ANDAL) Pembangunan TPA Harum Mewangi adalah:
1. menunjukkan tingkat kepedulian pihak pemrakarsa dalam upaya
menjalankan pembangunan yang berwawasan lingkungan.
2. Memberikan informasi kepada masyarakat yang tinggal di sekitar
lokasi kegiatan dan pihak terkait tentang rencana kegiatan
pembangunan TPA yang bersifat spesifik untuk kegiatan-kegiatan
yang dapat menimbulkan dampak terhadap lingkungan, sehingga
masyarakat dapat memberikan masukan, saran dan tanggapan atas
rencana kegiatan tersebut.
3. Masyarakat berhak mengetahui setiap rencana usaha dan/atau kegiatan
yang wajib UKL-UPL.
4. Pemrakarsa bersama-sama Bapedalda wajib memberitahukan kepada
masyarakat setiap rencana usaha dan/atau kegiatan yang akan
diterbitkan rekomendasi U KL-UPL.
5. Mengetahui kualitas/rona lingkungan di lokasi rencana pembangunan
dan sekitarnya.
6. Sebagai instrumen pengikat bagi pemrakarsa untuk melaksanakan
pengelolaan dan pemantauan lingkungan.
7. Mengkaji dan memperkirakan dampak lingkungan serta mengevaluasi
dampak terhadap lingkungan hidup dari rencana kegiatan pada tahap
pra konstruksi, konstruksi, dan pasca konstruksi terhadap komponen
lingkungan hidup serta mengidentifikasi dampak yang muncul akibat
kegiatan pembangunan.
8. Menyusun rencana pencegahan, penanggulangan dan pengendalian
dampak negatif serta mengoptimalkan dan meningkatkan dampak
positif akibat rencana usaha/kegiatan pembangunan.
9. Menyusun Upaya Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup
yang dituangkan dalam bentuk Dokumen UKL dan UPL.

1.3 Peraturan Perundangan Yang Berlaku


Sebagai landasan dalam penyusunan studi Kerangka Acuan Analisis dampak
Lingkungan (KA-ANDAL) Kegiatan Pembangunan TPA adalah sebagai berikut:
1. Undang-Undang No. 11 Tahun 1974, tentang Pengairan
2. Undang-Undang No. 5 Tahun 1990, tentang Konservasi Sumber Daya
Alam Hayati dan Sistemnya.
3. Undang-Undang No. 23 Tahun 1997, tentang Pengelolaan Lingkungan
Hidup.
4. Undang-Undang No. 22 Tahun 1999, tentang Pemerintahan Dearah
5. Undang-Undang No. 26 Tahun 2007, tentang Penataan Ruang.
6. Peraturan Pemerintah No. 35 Tahun 1991, tentang Sungai
7. Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 1999, tentang Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan
8. Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001, tentang Pengelolaan kualitas
Air dan Pengendalian Pencemaran Air
9. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 718/MENKES/Per/XI/1987, tentang
Kebisingan yang Berhubungan dengan Kesehatan
10. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 416/MENKES/Per/IX/1990, tentang
Syarat-Syarat dan pegawasan Kualitas Air Bersih.
11. Keputusan Meteri Kesehatan RI No. 907/MENKES/Per/2002, tentang
Syarat-Syarat Pengawasan Air Minum
BAB II

RUANG LINGKUP STUDI

2.1 Lingkup Rencana Kegiatan

2.1.1 Gambaran Lokasi Kegiatan


Secara geografis, Kota Depok berada pada posisi 06019’ – 06028’ Lintang Selatan
dan 106043’ BT-106055’ Bujur Timur, dengan ketinggian 19 m di atas permukaan
laut dan luas wilayah 20000 ha. Kota Depok terbagi menjadi 6 wilayah kecamatan
yang masing-masing terdiri dari beberapa kelurahan.
Kecamatan Pancoran Mas yang menjadi lokasi rencana proyek meliputi
delapan kelurahan yaitu: Kelurahan Depok, Kelurahan Depok Jaya, Kelurahan
Pancoran Mas, Kelurahan Mampang, Kelurahan Rangkepan Jaya, dan Kelurahan
Rangkapan Jaya Baru. Batas Kecamatan Pancoran Mas dengan daerah sekitarnya
adalah sebagai berikut:

 Sebelah utara : Kecamatan Beji


 Sebelah Selatan : Kecamatan Cipayung
 Sebelah Barat : Kecamatan Limo
 Sebelah Timur : Kecamatan Sukmajaya
Lokasi TPA Harum Mewangi sendiri dibatasi tiga kelurahan yaitu
Kelurahan Depok, Kelurahan Pancoran Mas dan Kelurahan Depok Jaya. Luas
lahan TPA Harum Mewangi seluruhnya adalah 108 ha yang terdiri dari lima
wilayah. Luas efektif TPA yaitu luas yang digunakan untuk menimbun sampah
adalah 80% dari seluruh luas lahan, 20% digunkaan untuk prasarana TPA seperti
pintu masuk, jalan, kantor dan instalasi pengolahan lindi.
Gambar 1. Peta Kota Depok

Gambar 2. Peta Admistratif Kecamatan Pancoran Mas


2.2 Lingkup wilayah Studi

Untuk batas wilayah studi ditentukan berdasarkan batas proyek/tapak


kegiatan rencana pembangunan TPA, batas administrative, batas sosial dan batas
ekologi.

 Batas proyek
Batas proyek adalah ruang dimana suatu rencana atau usaha atau kegiatan
akan melakukan aktivitas prakonstruksi, konstruksi dan operasi, dari ruang ini
lah bersumber dampak terhadap lingkungan. Batas proyek ditentukan
berdasarkan batas tapak proyek rencana tata letak kegiatan pembangunan
TPA yang mana saat ini sebagian besar masih ditanami penduduk serta
sebagian lagi merupakan lahan milik Desa Bersih Selalu.

 Batas administrative
Batas administrative pembangunan TPA ditetapkan berdasarkan status
administrasi wilayah dimana kegiatan proyek dilaksanakan yaitu di Desa
Talangagung, Kecamatan Kepanjen, Kabupaten Depok.

 Batas sosial
Batas sosial merupakan ruang disekitar rencana kegiatan/usaha yang
merupakan tempat berlangsungnya berbagai interaksi sosial yang
mengandung norma dan nilai tertentu yang sudah mapan, sesuai dengan
proses dinamika sosial suatu kelompok masyarakat, yang \diperkirakan akan
mengalami perubahan mendasar akibat suatu rencana usaha/kegiatan.
Untuk pembanguanan TPA Talangagung ini penduduk terkena dampak
bertempat tinggal di sepanjang jalan akses ke TPA yang berjarak sekitar 0,5
km dari lokasi TPA.

 Batas ekologis
Batas ekologis merupakan ruang persebaran dampak dari suatu rencana
usaha/kegiatan menurut media transportasi limbah, dimana proses alami
berlangsung di dalam ruang tersebut diperkirakan akan mengalami perubahan
mendasar. Batas ekologi TPA Talangagung , meliputi:
a. Perubahan bentang lahan alam yang meliputi daerah tapak
pembangunan TPA
b. Batas ekologi yang terkait dengan udara yaitu komponen kebauan yang
dapat dirasakan pengaruhnya pada jarak radius 0,5 km.
c. Batas ekologi dari komponen biotis adalah persebaran vector lalat yang
kepadatannya tinggi dalam radius 0,2 km.

Gambar 3. Peta Batas Wilayah Studi

2.3 Lingkup Rona Lingkungan Awal

2.3.1 Komponen Fisika

1. Iklim
Hasil pengumpulan data iklim dari Stasiun Klimatologi provinsi Jawa
barat sebagai stasiun klimatologi terdekat dengan rencana lokasi proyek yang
tercatat selama 3 tahun  antara 2010 - 2013, menunjukkan suhu udara rata-rata
bulanan berkisar antara 29 – 32oC. Angin yang dari arah selatan dan juga  barat 
daya  membuat  curah  hujan  disekitar  wilayah  rencana lokasi proyek TPA 
menjadi cukup  tinggi,  hal  ini  menyebabkan  kelembaban  rata-rata Kecamatan
Pancoran Mas berkisar antara 65-96 % dengan suhu maksimum terjadi pada
bulan Agustus dan suhu minimum terjadi pada bulan Desember sampai Januari.
(Sumberdata:http://bmkg.go.id/bmkg_pusat/meteorologi/Prakiraan_Cuaca_Propin
si.bmkg?pro).

2. Kualitas Udara Dan Kebisingan


Berdasarkan data yang diperoleh dari Badan Pengendalian lingkungan
Hidup Daerah (BPLHD) Provinsi Jawa barat, konsentrasi partikulat debu (PM 10)
telah melebihi ambang batas di beberapa titik pemantauan udara kota Depok.
Konsentrasi partikulat tertinggi adalah di sekitar jalan Margonda yaitu mencapai
240 sementara batas yang ditentukan adalah 150. Sehubungan dengan kualitas
udara ambien, maka dilakukan beberapa pengukuran untuk memantau kualitas
udara ambien di beberapa lokasi di kota depok. Berikut data lokasi dan hasil
pemantauan kualitas udara ambien:
Keterangan Lokasi:

1. Jalan Jawa (kec. Limo) 7. UPS Maruyung


2. Jalan Sadewa (kec. Beji) 8. Jalan Nusantara (Kec.
3. Jalan Margonda Raya Pancoran Mas)
4. Jalan Juanda 9. Jalan Palembang (Kec.
5. RPH Tapos Cimanggis)
6. RSUD Sawangan 10. UPS Cilangkap
(a)

(b)

(c)

(d)
Gambar 4. Hasil Pemantauan Udara Ambien untuk SO2 (a), Partikulat (b),
H2S (c), dan Kebisingan (d) di beberapa lokasi di Kota Depok
3. Fisiografi dan Morfologi
Secara Geomorfologis Kecamatan Pancoran Mas sangat strategis,
terletak pada 06019’ – 06028’ Lintang Selatan dan 106043’ BT-106055’ Bujur
Timur yaitu terletak ditengah jantung perkotaan  Kota Depok, yang
dikelilingi oleh rumah-rumah penduduk dan pusat perbelanjaan, pertokoan
serta perkantoran dan tempat ibadah. Kecamatan Pancoran Mas mempunyai
luas wilayah ± 1.919 ha, dengan ketinggian wilayah dari permukaan air laut
sekitar 50 sampai dengan 60 meter dengan permukaan tanah yang relatif datar
dan berbukit. Kecamatan Pancoran Mas terdiri dari 6 (enam) Kelurahan, 106
Rukun Warga (RW) dan 627 Rukun Warga (RT) dengan jumlah penduduk
240.920 jiwa per Maret 2013 (Sumber: Pemerintah kota Depok, 2014)
4. Kualitas Air
Perusahaan Daerah Air minum (PDAM) Tirta Kahuripan
merupakan penyelenggara penyedia air utama ke kota Depok termasuk
kecamatan Pancoran Mas. Tingkat pelayanan air untuk kota Depok dari
PDAM Tirta Kahuripan mencakup 49,63% dari seluruh pelayanan. Kapasitas
air minum kota depok yang dilayani oleh PDAM Tirta Kahuripan adalah 333
liter/detik dari total produksi air minum PDAM Tirta Kahuripan di wilayah
Kota Depok. Berdasarkan data SLHD kota Depok tahun 2010 masih terdapat
15,46% penduduk yang memanfaatkan air sumur dalam memenuhi kebutuhan
air bersihnya dan terdapat 0,70% yang menggunakan sumur tidak terlindungi.
5. Jenis Tanah
Secara umum jenis tanah yang terdapat di Kota Depok menurut
RTRW Kota Depok) terdiri dari:
a. Tanah alluvial, tanah endapan yang masih muda, terbentuk dari
endapan lempung, debu dan pasir, umumnya tersingkap di
jalur-jalur sungai, tingkat kesuburan sedang – tinggi.
b. Tanah latosol coklat kemerahan, tanah yang belum begitu lanjut
perkembangannya, terbentuk dari tufa vulkan andesitis – basaltis,
tingkat kesuburannya rendah – cukup, mudah meresapkan air,
tahan terhadap erosi, tekstur halus.
c. Asosiasi latosol merah dan laterit air tanah, tanah latosol yang
perkembangannya dipengaruhi air tanah, tingkat kesuburan sedang,
kandungan air tanah cukup banyak, sifat fisik tanah sedang –
kurang baik.
6. Penggunaan Lahan
Jenis penggunan lahan di Kota Depok dapat dibedakan menjadi
kawasan lindung dan kawasan budidaya. Jenis kawasan yang perlu dilindungi
terdiri dari Cagar Alam Kampung Baru (Kelurahan Depok) area pinggir
sungai dan situ. Berdasarkan jenis kawasan lindung yang ada
menggambarkan bahwa kondisi morfologis Kota Depok relatif datar. Badan
air yang terdiri dari sungai dan situ-situ lokasinya tersebar menvcakup luasan
551,61 Ha (2,08%) dari total luas Kota Depok.

Tabel 4. Daftar Situ Di Kota Depok per Kecamatan


(Sumber: Bunga Rampai 2002 dalam Depok dalam Angka)
2.3.2 Komponen Biologi

Luas penggunaan lahan sawah di Kota Depok tahun 2008 adalah 972
Ha,sedangkan Luas penggunaan lahan bukan sawah adalah 19.057 Ha. Luas
panen tanaman padi  sawah 848 ha dan  produksinya 5.333,30 ton. Tanaman 
palawija yang  diusahakan diKota Depok antara lain, ubi kayu,  ubi jalar, jagung,
dan kacang tanah. Jenis tanaman hortikultura yang paling banyak diusahakan di
Kota Depok tahun 2008 adalah kacang panjang luas panennya 602 ha,
kemudian kangkung yang luas panennya 363 ha, dan mentimun yang luas
panennya 304 ha. Produksi buah belimbing mencapai 42.732 kwintal dari 26.805
pohon belimbing  produktif.  Produksi jambu  biji  mencapai  33.213  kwintal,
dari 17.320  tanaman jambu  biji  produktif.  Produksi  rambutan  mencapai 
20.252  kwintal  dari 13.832  tanaman  produktif. Selain itu masih banyak
buah-buahan yang diusahakan antara lain durian, dukuh/langsat,  pepaya dan
lain-lain. Selain buah-buahan tanaman hias juga merupakan produk pertanian
unggulan Kota Depok. Luas  panen tanaman hias anggrek 135.593 m2 dengan
produksi 427.670 tangkai.Tanaman hias Aglaonema luas panennya mencapai
59.547 pohon, dengan produksi 15.052tangkai (pot). Jenis tanaman hias lainnya
yang diusahakan masyarakat Depok antara lain: heliconia, mawar, melati, dan
palem.
Luas areal perikanan di Kota Depok Tahun 2008 untuk kolam air
tenang adalah 216,82 ha, luas kolam pembenihan 15,97 ha, kolam ikan hias
8,39ha, dan ada 634 unit  japung.  Produksi  ikan  pada  budidaya  kolam  air
tenang  mencapai 1.460,65 ton. Produksi ikan hias mencapai 67.697,89 ribu ekor.
Produksi ikan pada kolam pembenihan 13.239,86 ribu ekor
Jenis peternakan yang diusahakan di Kota Depok antara lain : sapi perah,
sapi potong, kambing, domba, kelinci, kerbau, kuda, anjing. Untuk jenis
unggasnya adalah ayam buras, ayam ras petelur, ayam ras pedaging, dan itik.

2.3.3 Komponen Sosial


1. Penduduk
Jumlah penduduk Kota Depok pada tahun 2008 mencapai 1.503.677
jiwa, yang terdiri dari laki-laki 780.092 jiwa dan perempuan 723.585
jiwa. Laju pertumbuhan  penduduk  Kota  Depok  tahun  2008 3,43 persen, 
sedangkan  rasio jenis  kelamin  di Kota Depok adalah 102. Kecamatan
Cimanggis paling banyak penduduknya dibanding kecamatan lain di Kota
Depok, yaitu 412.388 jiwa, Sedangkan kecamatan dengan penduduk
terkecil adalah Kecamatan Beji yaitu 143.190 jiwa. Di Tahun 2008,
kepadatan penduduk Kota Depok mencapai 7.507,50 jiwa/km 2. Kecamatan
Sukmajaya merupakan kecamatan terpadat di Kota Depok dengan
tingkatkepadatan 10.264,61 jiwa/km2, kemudian Kecamatan Beji dengan
tingkat kepadatan10.013,29 jiwa/km2. Sedangkan kecamatan dengan
kepadatan penduduk terendah adalahKecamatan Sawangan yaitu sebesar
3.714,75 jiwa/km2.

Tabel 1. Data Penduduk Kota Depok Tiap kecamatan

.(Sumber: Proyeksi Penduduk BPS Kota Depok dalam Kota Depok Dalam
Angka)

2. Tenaga Kerja

Hasil Survei Angkatan Kerja Nasional 2007, dapat diperoleh


gambaran bahwa pada tahun 2006, penduduk Kota Depok yang
bekerja 44,63 % sedangkan yang menganggur sekitar 7,85 %. Jadi
penduduk Kota Depok yang tergolong angkatan kerja 61,33 %,
sisanyamerupakan penduduk bukan angkatan kerja. Penduduk yang
bekerja masih didominasi laki-laki dari pada perempuan (laki-laki 69,98 %
dan perempuan 37.00 %.
Tabel 2. Persentase Penduduk 15 Tahun Keatas Menurut Kegiatan
(Sumber: Sakernas Kota depok, 2007 dalam Kota Depok Dalam Angka)

3. Ekonomi
Dari sisi penerimaan APBD kota Depok pada tahun 2003,
penerimaan daerah yang terbesar berasal dari dana perimbangan yaitu
sekitar 85% atau Rp 315.103.996.476,00 dari total nilai APBD sebesar Rp
369.678.000.000,00 sedangkan penerimaan yang berasal dari Pendapatan
Asli Daerah menyumbang Rp 41.165.629.524,00 atau sekitar 11%.
Sedangkan penerimaan lain sebesar 13 milyar rupiah.
Tabel 3. Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah Kota Depok 2009
(Sumber: Pemerintah kota Depok, 2009)

2.3.4 Kesehatan Masyarakat


1. Sanitasi Lingkungan
Ada banyak indikator sanitasi lingkungan yang dapat dijadikan
ukuran, namun dalam hal ini yang dijadikan pedoman pengukuran
adalah saluran  pembuangan  air  limbah  yaitu  saluran  yang  dipakai 
sebagai  tempat  pembuangan cairan limbah rumah tangga yang terletak di
luar rumah dan langsung menuju ke lingkungan sekitar.
Berdasarkan hasil pemantauan yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan
kota Depok Pada Tahun 2010, dari sampling yang diperikasa sejumlah
328.183 KK dapat digambarkan bahwa sebagian besar keluarga di Depok
telah menggunakan jamban (79,57%) meskipun baru 89,55% yang memenuhi
kriteria sehat.

Tabel 5. Persentase keluarga Dan Prasarana Air Limbah Tiap


Kecamatan di kota Depok
(Sumber: Profil Kesehatan 2010 dalam Buku Putih kota Depok)

2. Pengelolaan Sampah
Daerah pelayanan sampah saat ini hanya pada wilayah rumah
tangga, pasar, komersial/jalan dan industri/rumah sakit dimana timbulan
sampah yang dihasilkan adalah 4.265 m3/hari. Untuk wilayah komersial
dan pemukiman masih dikelola secara konvensional.
Berikut data timbulan sampah Kota Depok Per kecamatan pada
tabel 6:

Tabel 6. Data timbulan Sampah kota Depok per Kecamatan


(Sunber: Buku Putih kota Depok, 2010)
Tabel 7. Data Fasilitas TPS dan UPS di tiap kecamatan Kota Depok

(Sumber: DKP Kota Depok 2010 dalam Buku Putih Kota Depok)

2.4 Isu-Isu Pokok


2.4.1 Rencana Tahapan kegiatan dan Komponen Kegiatan yang Akan
Ditelaah Berkaitan Dengan Dampak yang Akan Ditimbulkan
Rencana tahapan pembangunan TPA Harum Mewangi dan sarana
penunjangnya terdiri dari empat tahapan yaitu tahap pra konstruksi,
konstruksi, operasi, dan pasca operasi. Ketiga tahap ini digunakan untuk
memudahkan pembahasan rencana kegiatan yang akan ditelaah karena
diperkirakan dan dapat diduga akan menimbulkan dampak besar dan penting
terhadap lingkungan.
Tahap Pra konstruksi
1. Penetapan lahan dan perizinan peruntukkan
2. Pengukuran lahan penyelidikan tanah
3. Sosialisasi kepada masyarakat

Tahap Konstruksi
1. Mobilisasi tenaga kerja
2. Mobilisasi materi dan alat berat
3. Penyiapan lahan penampung urugan
4. Transportasi tanah urug
5. Pembuatan saluran drainase
6. Pembukaan dan pematangan lahan
7. Pembangunan instalasi sarana dan prasarana TPA
8. Pembuatan jalan kerja

Tahap Operasi
1. Mobilisasi tenaga kerja
2. Transportasi sampah
3. Pengoperasian utilitas

Tahap Pasca Operasi


1. Bioremediasi lahan

2.4.2 Identifikasi Dampak Potensial


Identifikasi dampak potensial dilakukan dengan metode matrik
sederhan. Identifikasi dampak ini dilakukan dengan mencatat semua
dampak yang mungkin timbul tanpa melihat besaran dan pentingnya
dampak yang akan ditimbulkan. Identifikasi dampak potensial
dilakukan berdasarkan masukan masing-masing tenaga ahli dan
pengamatan lapangan. Hasil identifikasi dampak potensial adalah
sebagai berikut:
1. Kualitas Udara (debu dan bau)
Kegiatan konstruksi yang didalamnya tercakup kegiatan
pematangan lahan, mobilisasi peralatan dan material konstruksi
bangunan akan menghasilkan gas emisi dan debu yang berpengaruh
terhadap kualitas udara ambiendi sekitarnya. Pada tahap operasi,
kegiatan pengangkutan, bongkar muatan sampah dan proses
pengolahan sampah dalam TPA Harum Mewangi akan menyebabkan
menurunnya kualitas udara vakibat emisi kendaraan, debu dan bau
yang ditimbulkan

2. Kebisingan dan Getaran


Kebisingan mobilisasi material konstruksi serta pelaksanaan
konstruksi bangunan dengan menggunakan peralatan berat seperti
pada kegiatan pemancangan pondasi juga akan mempengaruhi
intensitas kebisingan dan getaran terutama dlam tapak proyek.
Sementara pada tahap operasi, kebisingan yang terjadi lebih
diakibatkan oleh aktifitas kendaraan pengangkut sampah

3. Kuantitas Limpasan Air Permukaan


Awal kegiatan proyek merupakan areal TPA Harum Mewangi
yang berpotensi meresapkan air. Dengan adanya kegiatan konstruksi,
terjadi perubahan fungsi lahan yang ditandai dengan meningkatnya
koefisien run off lahan dan berdampak terhadap meningkatnya volume
air larian atau limpasan hujan. Jika kapasitas tampungan badan air
yang ada di sekitar lokasi proyek tidak memadai dalam menerima air
larian ini, maka air larian dapat mengakibatkan banjir ke wilayah
sekitarnya

4. Kualitas Air Permukaan


Pada tahap operasi kualitas air permukaan akan dipengaruhi oleh
buangan limbah cair dari kegiatan domestik karyawan TPA Harum
Mewangi, limbah sisa kegiatan produksi serta leacheat yang
ditimbulkan oleh sampah di dalam lokasi kegiatan.

5. Kualitas Air Tanah


Limbah sisa cair kegiatan produksi maupun leacheat dari timbulan
sampah yang meresap ke dalam tanah dapat mempengaruhi kualitas
air tanah setempat.
6. Sampah Padat
Sampah pada kegiatan konstruksi proyek sebagian besar akan
berupa sisa/puing-puing bahan dan material proyek. Sementara pada
tahap operasi limbah padat akan berupa ceceran sampah di badan jalan
maupun residu sampah yang di hasilkan oleh kegiatan produksi.

7. Ketersediaan Air Bersih


Meningkatnya kebutuhan air bersih, sementara ketersediaannya di
lokasi kegiatan terbatas akibat terbatasnya kemampuan distribusi
PAM dan buruknya kualitas air tanah dangkal akan mengakibatkan
dampak kelangkaan air bersih.

8. Flora dan Fauna


Perubahan fungsi lahan dari lahan berumput menjadi bangunan
TPA Harum Mewangi dapat mempengaruhi keberadaan flora dan
fauna darat setempat.

9. Biota Perairan
Limbah yang dibuang ke sungai dapat mempengaruhi kualitas
biota perairan setempat.

10. Kesempatan Kerja


Dampak terhadap pendapatan masyarakat merupakan dampak
turunan akibat terbukanya kesempatan kerja dan peluang berusaha
pada tahap konstruksi dan operasional TPA Harum Mewangi.

11. Estetika Lingkungan


Dampak terhadap estetika lingkungan merupakan dampak turunan
akibat ceceran sampah padat, pengotoran badan jalan, kerusakan
badan jalan serta penghijauan yang berlangsung sejak masa konstruksi
dan operasional proyek.
12. Sanitasi Lingkungan
Dampak terhadap sanitasi lingkungan merupakan dampak turunan
akibat limbah padat dan air limbah yang dihasilkan selama tahap
konstruksi dan operasional proyek

13. Kamtibmas
Dampak terhadap kamtibmas merupakan dampak turunan akibat
limbah/polutan dan gangguan lingkungan yang terjadi selama tahap
konstruksi dan operasional proyek.

14. Persepsi Masyarakat


Penetapan lokasi proyek serta dampak primer dan sekunder yang
terjadi salam tahap konstruksi dan operasi proyek, akan berpengaruh
terhadap persepsi masyarakat yang menetap di sekitar lokasi proyek.

15. Kesehatan Masyarakat


Dampak terhadap kesehatan masyarakat juga merupakan dampak
turunan yang muncul selama tahap konstruksi dan operasi proyek
yang diakibatkan oleh gas pollutan, debu, bau, kebisingan, dan
timbulnya vektor penyakit.

16. Lalu Lintas


Kegiatan mobilisasi kegiatan peralatan dan material pada tahao
konstruksi akan berpengaruh terhadap kelancaran lalu lintas dan
kondisi badan jalan. Pada tahap operasi proyek, aktivitas dari
kendaraan pengangkut sampah, residu sampah maupun hasil produksi
TPA Harum Mewangi juga akan berdampak terhadap volume lalu
lintas di sekitar lokasi kegiatan.
2.4.3 Identifikasi Dampak Penting
Pelingkupan pada tahap ini bertujuan untuk mengelompokkan dampak
penting hipotetik agar diperoleh prioritas dampak penting hipotetik
lingkungan hidup. Prioritas dampak penting hipotetik yang akan timbul pada
seriap tahapan kegiatan yaitu pada tahap pra konstruksi, konstruksi dan
operasi proyek TPA Harum Mewangi berdasarkan hasil proses pelingkupan
adalah sebagai berikut:
1. Kualitas Udara
2. Kualitas Air Tanah
3. Kualitas Air Permukaan
4. Lalu lintas
5. Persepsi Masyarakat
6. Konflik Sosial
7. Kesehatan Masyarkat
8. Sanitasi Lingkungan

BAB III
METODE STUDI

3.1. Metode Pengumpulan dan Analisis Data


Tujuan pengumpulan dan analisis data :
a. Menelaah, mengamati, mengukur parameter lingkungan yang
diperkirakan akan terkena dampak besar dan penting dari kegiatan
proyek
b. Menentukan kualitas lingkungan dari berbagai parameter yang
dipekirakan akan terkena dampak besar dan penting dari kegiatan proyek
c. Menelaah, mengamati, dan mengukur komponen rencana kegiatan yang
diperkirakan akan terkena dampak besar dan penting dari lingkungan
hidup sekitarnya
d. Memperkirakan perubahan kualitas lingkungan hidup awal akibat
kegiatan proyek

Secara umum lokasi-lokasi pengambilan data ditetapkan pada lokasi


tapak proyek, serta beberapa lokasi di sekitar tapak proyek yang
diperkirakan akan terkena sebaran dampak. Dengan cara ini kondisi atau
rona lingkungan hidup awal pada lokasi-lokasi calon penerima dampak
dapat terukur atau teramati, sehingga nantinya besaran dampak di wilayah
studi dapat diperkirakan.
Komponen lingkungan dan parameter yang harus diamati, diukur, dan
dicatat beserta metode pengumpulan dan analisis datanya diuraikan sebagai
berikut :
3.1.1. Komponen Geo-Fisika-Kimia
Komponen lingkungan geo-fisik-kimia yang ditelaah dalam
studi ini meliputi :

a. Iklim (suhu udara, kelembaban, arah dan kecepatan angin, curah


hujan dan intensitas penyinaran matahar), kualitas udara ambien,
kebisingan, kebauan dan getaran
b. Fisiografi dan geologi
c. Hidrologi, kualitas dan kuantitas air
d. Ruang, lahan dan tanah
3.1.1.1. Iklim, Kualitas Udara Ambien, Kebisingan dan Getaran
3.1.1.1.1.Iklim
Komponen lingkungan hidup yang akan ditelaah antara lain : suhu,
kelembaban, curah hujan, arah dan kecepatan angin.
a) Metode Pengumpulan Data
Pengambilan data iklim dilakukan pada Stasiun Klimatologi
Darmaga Bogor yang ada di daerah penelitian dengan periode
pencatatan selama 10 tahun terakhir. Hal ini didasarkan pada asumsi
bahwa selama 10 tahun pencatatan data iklim tersebut hasil
analisisnya dapat digunakan untuk mengetahui kondisi iklim daerah
penelitian. Parameter-parameter iklim yang dikumpulkan meliputi :
 Suhu udara
Data suhu udara dikumpulkan dari stasiun meteorologi
terdekat, selain itu suhu udara diukur langsung di
beberapa lokasi (tercantum pada peta lokasi
pengambilan/pengukuran sampel). Pengukuran dilakukan
dengan menggunakan thermometer bola kering dan
thermometer untuk suhu maksimum dan minimum.
 Kelembaban
Data kelembaban akan dikumpulkan dari data sekunder
hasil pencatatan stasiun meteorologi terdekat. Selain itu
pengukuran akan dilakukan langsung dengan alat
Termohygrometer.

 Angin
Data arah dan kecepatan angin dalam serangkaian waktu
(time series) akan dikumpulkan dari stasiun meteorologi
terdekat. Data yang diperoleh kemudian akan diolah untuk
memperoleh pola wind rose di wilayah studi. Pola wind
rose yang diperoleh akan digunakan untuk memprakirakan
arah dan tingkat pencemaran udara.
 Curah hujan
Data curah hujan dikumpulkan dengan mencatat data
hujan dari stasiun-stasiun penakar hujan yang ada di
wilayah studi untuk periode 10 tahun terakhir untuk
mengetahui hujan rata-rata tahunan dan tipe curah
hujannya.
b) Metode Analsis Data
 Suhu dan kelembaban udara
Analisis data suhu udara dan kelembaban akan dilakukan
dengan menetapkan suhu ratarata, suhu maksimum dan
minimum, kelembaban rata-rata dan kelembaban
maksimum dan minimum. Sedangkan untuk menghitung
suhu rata-rata dan kelembaban rata-rata udara dilakukan
dengan menghitung suhu dan kelembanan rata-rata secara
aritmatik. Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa
wilayah yang akan dilalui jalur pipa adalah daerah dengan
topografi relatif datar pada dataran rendah (low land).
 Angin
Data yang diperoleh dari hasil pencatatan dan pengukuran
arah dan kecepatan angin kemudian diolah untuk
memperoleh pola wind rose di wilayah studi. Pola wind
rose yang diperoleh akan digunakan untuk memprakirakan
arah dan kecepatan angin dominan.

 Curah hujan
Dengan memperhatikan topografi yang relatif datar, maka
perhitungan tebal hujan rata-rata daerah penelitian
menggunakan metode Poligon Thiessen. Metode Poligon
Thiessen dipergunakan untuk menghitung hujan rata-rata
dengan cara membuat poligon yang mewakili luas
persebaran hujan masing-masing stasiun pencatat hujan.
Dari masing-masing stasiun hujan dihubungkan satu sama
lain dengan garis. Pada garis penghubung tersebut ditarik
garis tegaklurus pada titik tengahnya sehingga garis-garis
yang tegak lurus tersebut akan berpotongan pada suatu
titik. Dari banyak perpotong garis pada titik-titik di antara
tiga stasiun pencatat hujan tersebut akan membentuk suatu
poligon yang banyak seperti Gambar 3.1.

Gambar 3.1 Poligon Thiessen


Catatan: P1 : Tebal hujan pada stasiun penakar hujan 1
P2 : Tebal hujan pada stasiun penakar hujan 2
P3 : Tebal hujan pada stasiun penakar hujan 3
P4 : Tebal hujan pada stasiun penakar hujan 4
P5 : Tebal hujan pada stasiun penakar hujan 5
A1 : Luas daerah poligon 1
A2 : Luas daerah poligon 2
A3 : Luas daerah poligon 3
A4 : Luas daerah poligon 4
A5 : Luas daerah poligon 5
An : Luas daerah poligon ke n
P : Curah hujan rata-rata daerah penelitian
A1 . P1 + A 2 . P2+ A 3 . P3 + A4 . P4 + A 5 . P5 +…+ A n . Pn
P=
A 1 + A 2 + A3 + A 4 + A 5 + A n
Penetapan tipe iklim menurut Schmidt dan Ferguson (1951)
menggunakan rasio atau nisbah nilai Q, yaitu
perbandingan antara jumlah rerata bulan kering dengan
jumlah rerata bulan basah. Persamaannya adalah sebagai
berikut:
Jumlahrata−ratabulan kering
Q= x 100 %
Jumlah rata−rata bulan basah
Penetapan bulan kering dan bulan basah, dicari dengan
menghitung adanya bulan kering
dan bulan basah setiap tahunnya, kemudian dijumlah untuk
jumlah tahun pencatatan
dan kemudian dirata-ratakan. Bulan kering terjadi apabila
curah hujan < 60 mm/bulan,
dan bulan basah terjadi apabila curah hujan >100 mm/bulan,
sedangkan curah hujan
antara 60 - 100 mm/bulan dikatakan bulan lembab. Tabel 3.1
dan Gambar 3.2
berikut menyajikan penggolongan tipe iklim menurut
Schmidt dan Ferguson
mendasarkan nilai Q.
Tabel 3.1 Penggolongan Tipe Iklim
Gambar 3.2 Grafik Penentuan Tipe Hujan Menurut Schmidt
dan Fergusson (1951)
3.1.1.1.2. Kualitas Udara dan Kebisingan
a. Metode Pengumpulan Data
Penetuan titik atau lokasi sampling didasarkan atas
pertimbangan arah dan kecepatan angin yang dihubungkan
dengan tapak rencana kegiatan. Data kualitas udara,
kebisingan, dan kebauan merupakan data primer yang
akan dikumpulkan langsung di lapangan.
Parameter yang dikumpulkan untuk kualitas udara dan
kebisingan meliputi :
 Kualitas udara ambien
Parameter kualitas udara ambien yang akan diteliti sesuai
dengan Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 1999 tentang
Pengendalian Pencemaran Udara.
 Kebisingan
Kebisingan akan diukur secara langsung dengan
menggunakan alat Sound Level Meter di lokasi yang sama
dengan lokasi pengukuran/pengambilan sampel udara
ambien. Baku mutu tingkat kebisingan diatur dalam
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. Kep-
48/MENLH/11/ 1996 tentang Baku Tingkat Kebisingan.
b. Metode Analisis Data
Analisis kualitas udara akan dilakukan dengan cara
menghitung sesuai Indeks Standar Pencemaran Udara
(ISPU). Tabel 3.2 menyajikan parameter-parameter,
metode pengumpulan dan analisis data untuk kualitas
udara dan kebisingan.
Tabel 3.2 Parameter, Metode Pengumpulan dan Analisis Data
untuk Kualitas Udara dan Kebisingan

3.1.1.2. Fisiografi dan Gelogi


a. Fisiografi
a) Metode Pengumpulan Data
Data kondisi fisiografi mencakup konfigurasi permukaan
bumi yang lebih menekankan data bentuklahan dan proses
geomorfologi yang terjadi. Pengumpulan data yang
dilaksanakan dengan menggunakan metode observasi
yakni langsung melakukan pengamatan, pengukuran dan
pencatatan parameter-parameter bentuk lahan mencakup
topografi, lereng, material dan proses geomorfologi yang
bekerja. Selain itu data sekunder konfigurasi permukaan
bumi disadap dari peta topografi sebagai sumber data
untuk digunakan dalam mengkaji fisiografi daerah
penelitian.
b) Metode Analisis Data
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini
menggunakan metode deskriptif observasional. Informasi
kemiringan lereng diperoleh dari data sekunder berupa
Peta Kemiringan Lereng yang telah ada. Ceking lapangan
dilakukan untuk memperbaiki dan/atau merevisi peta
lereng yang telah ada dengan melakukan pengukuran
kemiringan lereng di lapangan menggunakan abney level
dan kompas geologi. Apabila belum ada peta lereng, maka
akan dibuat peta lereng dengan data pokok dari Peta Rupa
Bumi. Dengan menggunakan Peta Rupa Bumi skala
1:25.000, Peta Lereng Daerah Penelitian Peta Kemiringan
Lereng dapat dibuat dengan metode Thornwhite (grid
system).
Berikut metode analisis kemiringan lereng
menggunakan Peta Rupa Bumi:
 Peta dibagi ke dalam beberapa grid
 Masing-masing grid ditarik garis diagonal yang paling
banyak terpotong oleh garis tinggi (kontur)
 Hitung panjang diagonal (L) dan jumlah kontur yang
terpotong oleh diagonal (N)
 Hitung dengan menggunakan rumus

( N−1 ) x Ci
∝= x 100 %
L
Catatan : ∝ = besar lereng (%)
N = jumlah kontur yang terpotong diagonal
Ci = kontur interval ( 12,5 m untuk Peta Rupa Bumi skala
1:25.000 dan 25 m untuk skala 1:50.000)
L = panjang diagonal (m)
Dengan diperolehnya data kemiringan lereng masing-masing
grid maka peta lereng dapat
disusun berdasarkan nilai kemiringan lereng tersebut. Hasil
pemetaan kemudian dicek di
lapangan dengan melakukan pengukuran di beberapa lokasi
sampel, hasilnya kemudian dianalisis untuk mengetahui
klas kemiringan lereng dan topografi daerah penelitian.
Tabel 3.3 Aspek-Aspek Relief yang Merupakan Gabungan
yang Erat antara Topografi, Kemiringan Lereng dan Beda
Tinggi Relatif

b. Geologi
a) Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data geologi meliputi jenis batuan, struktur
geologi dan stratigrafi dilakukan dengan pengumpulan
data primer dan data sekunder. Data primer dikumpulkan
dengan metode observasi lapangan yakni mengamati,
melihat, mengukur dan mencatat fenomena geologi,
batuan di lapangan. Data sekunder berupa data dari
laporan hasil penelitian terdahulu dan dari peta-peta
geologi daerah setempat.
b) Analisis Data
Teknik analisis yang digunakan menggunakan teknik
analisis deskriptif secara langsung di lapangan dan
bantuan data sekunder untuk mendeskripsikan kondisi
geologi setempat.
Tabel 3.4 Parameter, Metode Pengumpulan dan Analisis Data Fisiografi, Tanah dan Geologi
3.1.1.3.Hidrologi dan Kualitas Air

a. Hidrologi
a) Metode Pengumpulan Data
Lingkup studi komponen lingkungan hidrologi meliputi
komponen-komponen sebagai berikut:
 Hidrologi atau air permukaan
 Karakteristik fisik sungai, danau dan rawa
 Rata-rata debit dekade, bulanan dan tahunan
 Kadar sedimentasi (lumpur), tingkat erosi
 Kondisi fisik daerah resapan air permukaan dan air tanah
 Kualitas fisik, kimia dan mikrobiologi air
 Tingkat penyediaan dan Kebutuhan atau pemanfaatan air
Tabel 3.5 Parameter, Metode Pengumpulan dan Analisis Data
Hidrologi
Masing-masing komponen dan paramerter lingkungan yang
diprakirakan terkena dampak tersebut akan dikumpulkan
baik dari lapangan maupun instansi terkait, dengan rencana
lokasi pengambilan sampel disajikan pada Peta Rencana
Lokasi Pengambilan Sampel, yang selanjutnya akan
dianalisis untuk menentukan skala Kualitas Lingkungannya.
b. Kualitas Air
a) Kualitas Air Tanah
Untuk mengetahui kualitas air tanah pada lokasi
penelitian, maka dilakukan pengukuran terhadap kualitas air
sumur penduduk. Cara pengukuran, perhitungan dan
evaluasi kualitas air tanah berpedoman pada Peraturan
Menteri Kesehatan Nomor 416 Tahun 1990. Parameter-
parameter kualitas air tanah yang akan diukur disajikan
pada Tabel 3.6.
Tabel 3.6 Parameter Air Tanah atau Sumur yang akan Diukur
(sesuai PERMENKES 907/MENKES/SK/VII/2002)

b) Kualitas Air Permukaan


Untuk mengetahui kualitas air permukaan (air
sungai) pada lokasi penelitian, maka dilakukan pengukuran
terhadap kualitas air permukaan. Cara pengukuran,
perhitungan dan evaluasi kualitas air sungai berpedoman
pada Peraturan Pemerintah RI No. 82 Tahun 2001 tentang
Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air
dan Kep.Men LH No. 37 Tahun 2003 tentang Metode
Analisis Kualitas Air Permukaan dan Pengambilan Contoh
Air Permukaan. Parameter-parameter kualitas air
permukaan yang akan diukur disajikan pada tabel berikut.
Tabel 3.7 Parameter Kualitas Air Permukaan yang akan
Diukur (sesuai PP RI No.82 Tahun 2001)

Lokasi pengambilan sampel ditetapkan pada lokasi


tapak proyek dan sekitarnya yang diprakirakan akan terkena
dampak kegiatan proyek. Penetapan lokasi ini juga
mempertimbangkan:
 Kemiringan topografi daerah aliran sungai dan daerah
resapan
 Arah aliran sungai
 Arah aliran air tanah
b) Metode Analisis Data
Parameter yang telah diukur/diamati dan dicatat
kemudian dianalisis dengan metode seperti yang diuraikan
dalam Tabel 3.8.
Tabel 3.8 Parameter, Teknik Pengujian, Spesifikasi Metode
Pengujian Kualitas Air

3.1.1.4. Ruang, Lahan dan Tanah


a. Tata Ruang
a) Metode Pengumpulan Data
Dua pendekatan akan digunakan dalam studi tata ruang ini,
yaitu :
 Kajian data sekunder
Kegiatan utama dalam kajian data sekunder ini adalah
pengumpulan berbagai peta yang memuat data tata ruang
wilayah studi yaitu wilayah Kecamatan Beji, Cipayung,
Limo, dan Sukmajaya. Dalam metode ini akan dikaji
keberadaan rencana tata ruang yang ada. Lebih lanjut akan
dikaji pula kebijakan-kebijakan pengembangan ruang di
wilayah studi.
 Observasi lapangan
Dalam observasi ini akan dikaji pola tata ruang yang
ada sebagaimana telah dikumpulkan melalui data sekunder.
Dalam observasi lapangan ini akan dikaji secara khusus
kemungkinan pemindahan pemukiman penduduk di
sepanjang jalur pipa (bila ada) serta alternatif-alternatif tata
ruang yang dapat mengakomodasi antara kepentingan
pemukiman penduduk dan kepentingan proyek. Secara
khusus akan dilakukan pula dokumentasi lansekap kawasan
agar pembangunan di kawasan ini tidak mengurangi
kualitas lansekap wilayah studi. Hasil-hasil kajian lapangan
dan data sekunder ini akan digunakan untuk memberikan
masukan bagi kajian tata ruang serta mengusulkan ide-ide
penataan ruang wilayah studi. Secara khusus akan diusulkan
tata ruang yang meminimalkan kemungkinan onflik antar
kegiatan.
b) Metode Analisis Data
 Inventarisasi tata guna lahan dan sumberdaya lainnya serta
kemungkinan pengembangan serta peruntukkannya dalam
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten.
 Rencana pengembangan wilayah, rencana tata ruang, dan
rencana tata guna lahan dianalisis secara deskriptif untuk
mengetahui persebaran, kepadatan dan pola penggunaan
lahan di masing-masing fungsi ruang.
b. Tanah
a) Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data tanah dilakukan dengan pengumpulan data
primer dan data sekunder. Dasar penentuan lokasi pengambilan sampel
tanah, adalah jenis tanah di daerah penelitian. Jenis tanah di daerah
penelitian secara garis besar terdapat dua jenis tanah, yaitu tanah
aluvial dan grumusol, dengan masing-masing tanah diambil 5 sampel
tanah dengan maksud untuk dapat mewakili seluruh karakteristik tanah
(sifat fisik, kimia dan kesuburan).
b) Metode Analisis Data
Unsur-unsur yang dikaji dalam analisis
laboratorium tersebut meliputi unsur-unsur fisika dan
kimia tanah. Unsur-unsur fisik tanah meliputi unsur
ketebalan solum tanah, horison tanah, tekstrur, struktur,
warna dan konsistensi tanah. Unsur-unsur kimia tanah
meliputi unsur-unsur bahan organik, pH tanah, KTK,
kandungan N, P, K dan lain-lain, dimaksudkan
untuk menganalisis tingkat kesuburan tanah.
Pengumpulan data sekunder tanah dilakukan dengan
pengumpulan data dari hasil laporan penelitian
terdahulu serta dari peta tanah dan kesesuaian tanah
daerah penelitian.
3.2. Metode Prakiraan Dampak Besar dan Penting
3.2.1. Prakiraan Besaran Dampak
Metode prakiraan dampak pada prinsipnya adalah untuk
memprakirakan besaran dampak (magnitude) dan tingkat
kepentingan (important) dampak.
Tabel 3.9 Ringkasan Hasil Prakiraan Besaran Dampak Rencana Kegiatan Proyek Pembangunan Tempat Pemrosesan
Akhir (TPA) Sampah Harum Mewangi di Kota Depok

Komponen Komponen Rencana Kegiatan


o. Lingkungan Pr Konstruksi Op P
a erasi a
Konstr sc
uksi a
O
p
e
r
a
si
1
Geo-Fisika-Kimia
Kualitas udara x
ambien
Kebisingan x
Erosi tanah x
Sistem drainase x
dan irigasi x
Kualitas air
permukaan
Kualitas air laut
Transportasi darat

Biologi
Vegetasi x
Satwa liar x
Biota air tawar x
Biota air laut x
Sosial-Ekonomi-
Budaya
Kependudukan
Pola kepemilikan
lahan
Pendapatan
masyarakat
Kesempatan
berusaha
Proses sosial
Sikap dan persepsi
masyarakat

Kesehatan
Masyarakat x
Sanitasi x
lingkungan
Tingkat kesehatan
masyarakat

Keterangan:
A. Tahap Prakonstruksi
1. Penetapan lahan dan perizinan peruntukan
2.Pengukuran lahan penyelidikan tanah
3. Sosialisasi kepada masyarakat
B. Tahap Konstruksi
1. Mobilisasi tenaga kerja
2. Mobilisasi materi dan alat berat
3. Penyiapan lahan penampung urugan
4. Transportasi tanah urug
5. Pembuatan saluran drainase
6. Pembukaan dan pematangan lahan
7. Pembangunan instalasi saran dan prasarana TPA
8. Pembuatan jalan kerja
C. Tahap Operasi
1. Mobilisasi tenaga kerja
2. Transportasi sampah
3. Pengoperasian Utilitas
D. Tahap Pasca Operasi
1. Bioremediasi lahan
3.2.2. Prakiraan Sifat Penting Dampak
Sifat penting dampak akan ditetapkan dengan berpedoman pada
Peraturan Pemerintah RI No. 27 Tahun 1999 tentang Analisis
Mengenai Dampak Lingkungan. Dampak besar dan penting
merupakan satu kesatuan makna “dampak penting”. Hal ini berarti
bahwa tidak selalu yang hanya mempunyai dampak besar saja yang
bersifat penting, tetapi dampak yang kecil pun dapat bersifat penting.
Untuk mengetahui apakah dampak-dampak tersebut mempunyai sifat
penting tertentu, maka dilakukan evaluasi terhadap faktor-faktor
penentu dampak penting untuk selanjutnya dievaluasi bersama-sama
dengan besaran dampak-dampak tersebut, untuk mengambil
keputusan apakah dampak tersebut merupakan dampak besar dan
penting agar dapat disimpulkan menjadi dampak lingkungan besar dan
penting. Penentuan Tingkat kepentingan dampak dilakukan pada
semua dampak-dampak hipotesis dengan mengacu pada kriteria
penentu dampak penting sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 27
tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
(AMDAL), yaitu:
 Jumlah manusia yang terkena dampak
 Luas wilayah persebaran dampak
 Intensitas dan lamanya dampak berlangsung
 Banyaknya komponen lain yang akan terkena dampak
 Sifat kumulatif dampak
 Berbalik atau tidak berbaliknya dampak

Akan tetapi dalam penetapan tingkat kepentingan dampak secara


umum, dalam kajian AMDAL ini akan relatif lebih konservatif
dibanding penetapan berdasarkan SK Kep Bapedal No. 56 tahun 1994.
Penetapan tingkat kepentingan dampak ini dikelompokkan kedalam
dampak penting (P) dan tidak penting (TP). Pedoman penetapan
tingkat kepentingan dampak apakah dampak tersebut penting (P) atau
tidak penting (TP) didasarkan pada kriteria sebagai berikut.
a. Untuk jumlah manusia yang terkena dampak
Kriteria P apabila terdapat > 25% manusia tidak mendapatkan
memanfaatkan hasil atau manfaat dari proyek.
Kriteria TP apabila tidak jumlah manusia terkena dampak <
25% dari manusia yang terkena dampak.
b. Luas wilayah persebaran dampak
Kriteria P apabila luas dampak > 0,25 kali luas wilayah studi,
karena setidak-tidaknya di daerah tersebut dalam luasan 0,25 dari
luas wilayah studi pemanfaatan ruang cukup beragam sehingga
tingkat kepentingannya tinggi, sehingga dampaknya sudah
dianggap penting.
Kriteria TP apabila luas dampak < 0,25 kali luas wilayah studi.
c. Intensitas dan lamanya dampak berlangsung
Kriteria P apabila intensitasnya sama atau lebih besar daripada
ambang batas baku mutu, dan atau dampak berlangsung tidak
hanya sesaat.
Kriteria TP apabila intensitasnya rendah (dibawah ambang
batas baku mutu dan dampaknya berlangsung hanya sesaat).
d. Banyaknya komponen lain yang akan terkena dampak
Kriteria P apabila ada komponen lain yang terkena dampak.
Kriteria TP apabila tidak ada komponen lain yang terkena
dampak.
e. Sifat kumulatif dampak
Kriteria P apabila dampak akan terakumulasi.
Kriteria TP apabila dampak tidak akan terakumulasi.
f. Berbalik atau tidak berbaliknya dampak
Kriteria P apabila dampak tidak berbalik.
Kriteria TP apabila dampak berbalik.
Mengingat bahwa tujuan akhir pembangunan adalah untuk
kepentingan manusia, maka dalam penetapan sifat penting dampak,
parameter jumlah manusia terkena dampak diberi bobot 3.
Mendasarkan pada batasan tersebut di atas maka pembobotan untuk
setiap parameter penentu tingkat kepentingan dampak ditetapkan
seperti disajikan pada Tabel 3.10.
Tabel 3.10 Pembobotan Parameter Penentu Tingkat Kepentingan
Dampak

Penentuan tingkat kepentingan dampak tersebut didasarkan pada


jumlah faktor penentu dampak penting yang bersifat penting yaitu:
 Apabila P ≥ 3 maka termasuk dalam katagori penting (P)
 Apabila P ≤ 2 termasuk dalam katagori tidak penting (TP)
Ringkasan hasil proses penentuan tingkat kepentingan dampak
untuk masing-masing jenis dampak disajikan dalam Tabel 3.11.
Tabel 3.11 Ringkasan Hasil Penentuan Tingkat Kepentingan Dampak Kegiatan Proyek Pembangunan Tempat
Pemrosesan Akhir (TPA) Sampah Harum Mewangi di Kota Depok

Komponen Komponen Rencana Kegiatan


o. Lingkungan Pr Konstruksi Op P
a erasi a
Konstr sc
uksi a
O
p
e
r
a
si
1
Geo-Fisika-Kimia
Kualitas udara P
ambien P
Kebisingan
Erosi tanah P
Sistem drainase P
dan irigasi P
Kualitas air
permukaan P

P
Kualitas air laut
Transportasi darat

Biologi
Vegetasi P
Satwa liar
Biota air tawar P
Biota air laut
P
P

Sosial-Ekonomi-
Budaya
Kependudukan
Pola kepemilikan
lahan
Pendapatan
masyarakat
Kesempatan
berusaha
Proses sosial
Sikap dan persepsi
masyarakat

Kesehatan
Masyarakat P
Sanitasi P
lingkungan
Tingkat kesehatan
masyarakat

Keterangan:
A. Tahap Prakonstruksi P = Dampak Penting
1. Penetapan lahan dan perizinan peruntukan TP = Dampak Tidak Penting
2.Pengukuran lahan penyelidikan tanah
3. Sosialisasi kepada masyarakat

B. Tahap Konstruksi
1. Mobilisasi tenaga kerja
2. Mobilisasi materi dan alat berat
3. Penyiapan lahan penampung urugan
4. Transportasi tanah urug
5. Pembuatan saluran drainase
6. Pembukaan dan pematangan lahan
7. Pembangunan instalasi sarana dan prasarana TPA
8. Pembuatan jalan kerja
C. Tahap Operasi
1. Mobilisasi tenaga kerja
2. Transportasi sampah
3. Pengoperasian Utilitas
D. Tahap Pasca Operasi
1. Bioremediasi lahan
3.3. Metode Evaluasi Dampak Besar dan Penting
Tujuan dilakukan evaluasi dampak besar dan penting lingkungan
akibat dari komponen kegiatan yang direncanakan adalah
memutuskan/menentukan jenis dampak hipotetik yang akan dikelola, jenis
dampak tersebut ditelaah secara holistik, dan memberikan arahan atau
alternatif pengelolaannya. Metode evaluasi dampak penting yang digunakan
adalah non matrik yaitu dengan pendekatan deskriptif-kualitas berdasarkan
informasi besaran dan tingkat kepentingan masing-masing jenis dampak
penting hipotetik dengan bagan alir. Adapun keputusan tentang jenis
dampak hipotetik yang akan dikelola adalah jenis dampak yang termasuk
kategori dampak penting yang dikelola (PK) yang ditetapkan berdasarkan
dua kriteria sederhana berikut:
 Pada prameter linkungan yang memiliki Baku Mutu Lingkungan tertentu:
apabila tingkat kepentingannya (ΣP) > 3 dan dampak negatif yang
diprakirakan akan terjadi menyebabkan perubahan nilai pada parameter
tertentu sehingga nilai itu akan melebih baku mutu yang berlaku, maka
kesimpulan dampaknya termasuk kategori dampak penting yang dikelola
(PK).
 Pada prameter linkungan yang tidak memiliki Baku Mutu Lingkungan:
Apabila (ΣP) ≥ 3 dan besaran angka prakiraan dampak ≥ (+/-) 2, maka
kesimpulan dampaknya masuk kategori dampak penting yang dikelola
(PK).
 Diluar kedua kriteria tersebut di atas masuk dalam kategori dampak tidak
penting dan tidak dikelola (TPK).
Diluar kedua kriteria di atas, kesimpulan hasil evaluasi adalah dampak
tidak penting dan tidak dikelola (TPK). Bila dampak yang disimpulkan
merupakan dampak penting yang dikelola (PK), maka dampak-dampak
itulah yang akan dijadikan dasar untuk penyusunan Rencana Pengelolaan
Lingkungan dan Rencana Pemantauan Lingkungan. Hasil evaluasi dampak
besar dan penting disajikan dalam Tabel 3.12.
Tabel 3.12 Ringkasan Hasil Evaluasi Dampak Penting
Komponen Komponen Rencana Kegiatan T
o. Lingkungan Pr Konstruksi Op P ot
a erasi as al
Konstr ca L
uksi O e
pe o
ra p
si ol
1 d
Geo-Fisika-
Kimia 1 9
. Kualitas udara /1 /2 /1 /1 /2 /3 /1 /1
ambien 1
. Kebisingan 1
Erosi tanah /1 /1 /1 /2 /1 /1 /2 /1 /2 2/
. Sistem 1
drainase dan irigasi 2
. Kualitas air 2 8
permukaan /2 /2 /2 /2 /8
. 2 7
Kualitas air /2 /3 /2 /2 /9
laut 3 8
. Transportasi /2 /2 /3 /3 /1
darat 0
. 3 1
/2 /2 /1 /2 /3 0/
1
0
1
/2 /2 /2 /1 /2 /2 /2 /2 6/
1
5
Biologi
Vegetasi 2 9
. Satwa liar /2 /2 /2 /1 /2 /9
Biota air tawar 2 9
. Biota air laut /1 /3 /3 /2 /2 /1
1
. 2 8
/1 /2 /2 /1 /2 /8
. 2 6
/1 /2 /1 /2 /6
Sosial-
Ekonomi-Budaya 1
. Kependuduka /2 /2 /2 /1 /2 /1 /2 0/
n 1
. Pola 2
kepemilikan lahan 6
. Pendapatan /2 /2 /2 /6
masyarakat 8
. Kesempatan /2 /2 /2 /2 /8
berusaha 7
. Proses sosial /2 /2 /2 /1 /7
Sikap dan 1
. persepsi /2 /2 /2 /2 /2 /2 /2 /2 /1 7/
masyarakat 1
7
1
/2 /2 /2 /2 /2 /2 /2 4/
1
4
Kesehatan
Masyarakat 2 8
. Sanitasi /2 /2 /2 /2 /8
lingkungan 2 4
. Tingkat /2 /2 /4
kesehatan
masyarakat
BAB IV
PELAKSANA STUDI

4.1 Pemrakarsa

a. Identitas Proyek

Nama Proyek : Studi AMDAL Tempat Pemrosesan Akhir Sampah Harum


Mewangi

Alamat Proyek : Kecamata Pancoran Mas, Kota Depok, Jawa Barat

Luas Total Lahan : 24,18 Ha

b. Nama Perusahaan

Nama Perusahaan: PT. Sukses Trisakti jaya

Alamat Kantor : Gedung Trisakti, Lantai 9 Jl. Kyai Tapa No. 1B.
Jakarta, 10110, Indonesia P.O. Box 1012 Jkt.

Telp / fax : (021) 3816570/ (021) 3521992

c. Nama dan Alamat Penanggung Jawab Kegiatan

Nama : Ir. Evin Eginer

Jabatan : General Manager Proyek Pembangunan TPA

Alamat Kantor : Gedung Trisakti, Lantai 9 Jl. Kyai Tapa No. 1B.
Jakarta, 10110, Indonesia P.O. Box 1012 Jkt.

Telp / fax : (021) 3816570/ (021) 3521992


4.2 Penyusunan Studi AMDAL

A. Nama dan Alamat Instansi


Nama : Pusat Studi Lingkungan Hidup Universitas Trisakti
Alamat : Jl. Lingkungan Budaya, Jakarta 55281
E-mail : pplh@trisakti.ac.id
Telp. : (021) 565722, 902410
Fax. : (021) 565722

B. Penanggung Jawab Studi


Nama : Dr. Anissa Rizky Faradilla, ST, MT
Jabatan : Kepala Pusat Studi Lingkungan Hidup Universitas
Trisakti
Alamat : Jl. Lingkungan Budaya, Depok 55281
E-mail : pplh@trisakti.ac.id
Telp. : (062-274) 565-722, 902-410
Fax. : (062-274) 565-722

C. Tim Pelaksana studi AMDAL

Tim pelaksana Studi AMDAL ini terdiri dari beberapa bagian, yaitu: ketua
tim, koordinator bidang fisik kimia beserta beberapa orang anggota, koordinator
bidang biologi dengan beberapa orang anggota, koordinator bidang sosial
ekonomi dan budaya dengan beberapaorang anggota, koordinator bidang
kesehatan masyarakat dengan seorang anggota dan beberapa narasumber. Susunan
tim penyusun AMDAL selengkapnya disajikan pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1 Daftar Nama Penyusun Studi ANDAL Pembangunan TPA


Harum Mewwangi
Jabatan Nama Keahlian Sertifikat AMDAL
Narasumber Ir. Irvan Zulmi, MA, PhD Ahli
Kepala,Lingkungan
dan GIS
(S3, 15 tahun)
Ketua Tim Drs. David Jonathan, M.Sc Ahli Kepala, A,B
Lingkungan
(S2, 10 tahun)
Koordinator Bidang Drs. Adityo Jati, M.Sc Ahli Kepala, A,B
Geofisik-Kimia Geomorfologi
(S2, 10 tahun)
Anggota Dr. rer. nat. Widyanigrum, M.Si Ahli Kimia A
Ir. Diky Saputra, M.T (S3, 5 tahun) A,B
Ahli Transportasi
Koordinator Bidang Drs. David Jonathan, M.Sc Ahli Kepala, A,B
Biologi Lingkungan
(S2, 10 tahun)
Asisten Danti Fadhila, S.Si Asisten Biologi A,B
Koordinator Bidang Drs. Fikri, M.Si Ahli Kepala, A,B
Sos-Ek-Bud Sos.Ek.Bud
(S2, 10 tahun)
Anggota Dicky, SH., M.Hum Ahli Sos.Ek.Bud A,B
(S2)
Asisten Ir. Anissa Rizky Asisten A,B
Sos.Ek.Bud.
Koordinator Bidang Prof. Dr. Febrian Ahli Kepala, Kes.
Kes Mas Mas.
(Guru Besar)
Asisten Rifky, S.Sos Asisten Kes. Mas. A,B
Nara Sumber Ir. Ni Made, MA, Ph.D Ahli Kepala
Lingkungan dan
GIS
(S3, 15 tahun)
Pemetaan / GIS Kartika, S.Si Pemetaan/GIS A,B
4.3. Biaya Studi
Perkiraan biaya studi AMDAL PT. SUKSES TRISAKTI JAYA- Proyek
Pembangunan TPA Harum Mewangi termasuk kegiatan konsultasi masyarakat
sebagai kewajiban yang tercantum pada Keputusan Kepala BAPEDAL No. 08
Tahun 2000 adalah sebagai berikut :

1. Konsultasi Masyarakat
a. Jasa tenaga ahli : 11%
b. Survei lapangan/kegiatan konsultasi masyarakat : 19%
c. Dokumentasi/pelaporan : 4%

2. Penyusunan KA-ANDAL, ANDAL, RKL dan RPL


a. Tenaga ahli : 21%
b. Survei lapangan dan analisis laboratorium : 29%
c. Proses persetujuan dokumen : 10%
d. Dokumentasi/administrasi : 6% +
TOTAL 100%

4.3. Waktu Studi


Studi AMDAL PT. SUKSES TRISAKTI JAYA - Proyek Pembangunan
TPA ini diprakirakan akan berlangsung selama 8 bulan, tidak termasuk waktu
tunggu presentasi di depan Komisi Penilai AMDAL Pusat dan persetujuan dari
Komisi AMDAL Pusat, Kementrian Lingkungan Hidup Jakarta.
Pembagian secara detail tahapan-tahapan penelitian penyusunan laporan
Studi AMDAL disajikan pada Tabel 4.2.
Tabel 4.2 Estimasi Lama Waktu Studi ANDAL

BULAN KE
No KEGIATAN I II III IV V VI VII VIII
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 a. Perijinan ke instansi terkait
b. koordinasi dengan pemerintah setempat
2 PENGUMUMAN PUBLIK
a. Memasang papan pengumuman di desa dan
kecamatan
b. Pengumuman di Media Elektronik
c. Pengumuman di media cetak
d. pengumpulan data tanggapan masyarakat
3 KONSULTASI MASYARAKAT
a. koordinasi dengan pemerintah setempat
b. Konsultasi Masyarakat di desa/kecamatan
c. Pengolahan Data hasil konsultasi masyarakat
d. pengolahan data hasil diskusi-konsultasi
e. penyusunan data sekunder
4 PENYUSUNAN KA ANDAL
a. penulisan draft KA ANDAL
c. penyempurnaan KA ANDAL
d. Penyerahan KA ANDAL ke pemrakarsa
e. Penyerahan KA ANDAL ke komisi penilai
AMDAL
f. Presentasi KA ANDAL di Komisi Penilai
AMDAL
g. Penyempuraan dan Persetujuan KA ANDAL
5 PENYUSUNAN ANDAL-RKL-RPL
a. pengumpulan data lapangan
b. analisis laboratorium
c. Pengolahan Data hasil konsultasi masyarakat
d.penyusunan ANDAL
e/ Peyusunan RKL
f. Penyusunan RPL
g. Konsultasi ANDAL-RKL-RPL kepada
pemrakarsa
h. penyempurnaan ANDAL-RKL-RPL
i. penyerahan ANDAL-RKL-RPL ke pemrakarsa
j. Penyerahan ANDAL-RKL-RPL ke komisi
penilai AMDAL
k. presentasi ANDAL-RKL-RPL di komisi
penilai AMDAL
l. penyempurnaan dan persetujuan ANDAL-
RKL-RPL
DAFTAR PUSTAKA

Godang Jaya Tua, PT. Naviogat Organik Energy Indonesia, PT. KA-ANDAL Pembangunan
TPST Bantar Gebang-Bekasi. 2009

(Sumber: http://panmas.torajautara.go.id/profil/geografis) Diunduh tanggal 2 Januari 2015


/10.20WIB

(Sumber: http://www.academia.edu/4456943/Kota_Depok_Dalam_Angka_2008) Diunduh


tanggal 2 Januari 2015 /10.20 WIB

(Sumber:http://www.jbic.go.jp/wp-content/uploads/projects/2012/11/3934/1-4-
6_KA_ANDAL_BAB_2B.pdf) Diunduh tanggal 2 Januari 2015 /10.20
WIB

(Sumber: http://samowob.files.wordpress.com/2008/04/ukl-upl-talangagung.pdf) Diunduh


tanggal 2 Januari 2015 /10.20 WIB

(Sumber: http://www.academia.edu/7267999/ANALISIS_RONA_LINGKUNGAN_Tanti

m_Fhilia_Resti_1111015093_Dosen_Pembimbing) Diunduh tanggal 2 Januari


2015 /10.20 WIB

(Sumber: http://www.academia.edu/4304667/1_4_7_KA_ANDAL_BAB_3)

(Sumber: http://ciptakarya.pu.go.id/profil/profil/barat/jabar/depok.pdf) Diunduh tanggal 2


Januari 2015 /10.20 WIB

(Sumber: http://www.damandiri.or.id/file/ronilaipbbab4.pdf) Diunduh tanggal 2 Januari


2015 /10.20 WIB

Anda mungkin juga menyukai