Anda di halaman 1dari 11

DRAFT KERANGK ACUAN KERJA

Penyusunan Teknis Manajemen Persampahan & DED Optimalisasi


TPA Kab. Nunukan

A. MAKSUD DAN TUJUAN


Menurunnya kualitas pengelolaan sampah secara signifikan umumnya mulai terjadi
sejak krisis ekonomi yang berkepanjangan menimpa seluruh kota di Indonesia. Hal
tersebut berdampak pada penurunan kinerja sarana dan prasarana persampahan
terutama kualitas TPA serta menurunnya kapasitas pembiayaan dan retribusi. Buruknya
kinerja pengelolaan sampah mengakibatkan permasalahan yang serius yang perlu
segera ditangani.
Kabupaten Nunukan yang sedang berkembang telah menghadapi banyak masalah
dalam pengelolaan sampahnya. Permasalahan pengelolaan persampahan di Kabupaten
Kapuas muncul dari berbagai aspek yaitu aspek teknis operasional, keuangan,
manajemen, dan sosio kultural. Perhatian yang tinggi dari Pemerintah Provinsi
Kalimantan Tengah terhadap pengelolaan persampahan, dalam pelaksanaannya
sampai dengan saat ini belum dapat mengejar percepatan penambahan jumlah penduduk
dan beragamnya perkembangan kehidupan kota. Akibat dari semakin bertambahnya
jumlah penduduk perkotaan dan berkembangnya berbagai macam kegiatan ekonomi di
Kabupaten Kapuas menimbulkan bertambahnya volume, jenis, dan karakteristik sampah
yang semakin banyak dan beragam.
Permasalahan sampah bukan lagi sekadar masalah kebersihan dan lingkungan saja,
tetapi sudah menjadi masalah sosial yang mampu menimbulkan konflik. Lebih parah lagi,
hampir semua kota di Indonesia, baik kota besar atau kota kecil, tidak memiliki
penanganan sampah yang baik. Umumnya kota di Indonesia memiliki manajemen
sampah yang sama, yaitu dengan metode kumpul-angkut-buang. Sebuah metode
manajemen persampahan klasik yang akhirnya berubah menjadi praktek pembuangan
sampah secara sembarangan tanpa mengikuti ketentuan teknis di lokasi yang sudah
ditentukan (open dumping). Sampah selalu identik dengan barang sisa atau hasil
buangan tak berharga. Pertumbuhan penduduk yang semakin tinggi mengakibatkan
semakin bertambahnya tingkat konsumsi masyarakat serta aktivitas lainnya. Hal ini
tentunya akan berdampak pada terjadinya pertambahan volume buangan/limbah yang
dihasilkan yang lebih dikenal sebagai limbah domestik. Meski setiap hari manusia selalu
menghasilkan sampah, manusia pula yang paling menghindari sampah. Orang
kebanyakan hanya bisa membuangnya, namun kurang peduli bagaimana barang sisa itu
seharusnya diperlakukan. Tidaklah heran, akibat kelalaian dan kekurangpedulian kita
terhadap sampah, kita pula yang menuai bencana yang ditimbulkan oleh sampah yang

1
akhirnya menjadi permasalahan yang harus disikapi lebih serius. Kasus TPA (Tempat
Pemrosesan Akhir) sampah Leuwigajah dan Bantar Gebang yang memakan korban jiwa
jangan sampai terjadi lagi di tempat lain.
Permasalahan sampah di Kabupaten Nunukan adalah rendahnya tingkat pelayanan
karena sarana angkutan sampah yang terbatas, lokasi TPA eksisting (open dumping)
walaupun perencanaan TPA adalah Sanitary Landfill, TPA ini cenderung mencemari
lingkungan serta manajemen persampahan yang belum memadai. Berdasarkan UU No.
7/2004 tentang Sumber Daya Air dan PP No. 16/2005 tentang Pengembangan Sistem
Penyediaan Air Minum, mensyaratkan ketentuan perlindungan air baku melalui
penyediaan prasarana dan sarana persampahan yang memadai seperti penerapan
metode pembuangan akhir sampah secara controlled landfill.
Dengan telah disahkannya UU Pengelolaan Sampah pada tanggal 9 April 2008,
paling lama setelah 6 tahun tidak diperkenankan lagi praktek TPA open dumping serta
adanya ketentuan penerapan pengurangan dan pemanfaatan sampah melalui program 3
R, untuk itu diperlukan upaya dan komitmen semua pihak agar secara sungguh-sungguh
meningkatkan sistem pengelolaan secara lebih komprehensif. Di samping itu, adanya
tuntutan akan permukiman yang bersih dan sehat mengakibatkan kebutuhan akan
pelayanan persampahan tetap harus diperhatikan. Peningkatan pelayanan persampahan
seringkali dilakukan tanpa suatu kebijakan dan perencanaan sebagai acuan yang jelas
sehingga menyulitkan para pelaksana di lapangan.
Pengelolaan sampah merupakan sistem yang terkait dengan dengan banyak pihak,
mulai dari penghasil sampah (seperti rumah tangga, pasar, institusi, industri, dan lain-
lain), pengelola, pembuat peraturan, sektor informal, maupun masyarakat yang terkena
dampak pengelolaan sampah tersebut sehingga penyelesaiannyapun membutuhkan
pendekatan yang komprehensif dan keterlibatan semua pihak yang terkait. Guna
terselenggaranya pengelolaan prasarana dan sarana persampahan yang baik dan
terencana diperlukan suatu perencana yang sistematis dan integratif, untuk itu Dinas
Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat Provinsi Kalimantan Utara pada Tahun
Anggaran 2018 menyelenggarakan jasa konsultasi “Penyusunan Perencanaan Teknis
Manajemen Persampahan dan DED Optimalisasi TPA Kabupaten Nunukan”. Kegiatan ini
nantinya menjadi pegangan Pemerintah Kabupaten/Kota dalam penyusunan suatu
strategi yang tepat untuk pembangunan prasarana dan sarana persampahan sehingga
dapat beroperasi dengan optimum dan bermanfaat bagi peningkatan derajat kesehatan
masyarakat serta dapat mewujudkan suatu pembangunan yang berwawasan lingkungan
dan berkelanjutan.

2
B.MAKSUD DAN TUJUAN
1.MAKSUD

Maksud dilaksanakan kegiatan ini adalah untuk membuat suatu arahan yang
terencana bagi segenap pelaku dalam pengelolaan persampahan dengan menerapkan
prinsip-prinsip perencanaan (teknis operasional, kelembagaan, pengaturan dan
pembiayaan serta peran serta masyarakat) untuk meningkatkan kinerja pengelolaan
persampahan dan Studi Optimalisasi DED TPA Kabupaten Nunukan.

2.TUJUAN

Tujuan pelaksanaan kegiatan ini adalah menyusun suatu konsep strategi


pengelolaan prasarana dan sarana persampahan dalam usaha untuk memenuhi
kebutuhan akan terciptanya peningkatan kesehatan masyarakat dan perbaikan kualitas
lingkungan hidup.

C.LANDASAN HUKUM DAN STANDAR TEKNIS


1 Undang-undang RI 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah telah
melimpahkan kewenangan pengelolaan lingkungan hidup kepada Pemerintah
Provinsi dan Kabupaten/Kota;
2 Undang-undang RI No. 18 Tahun 2008, tentang Pengelolaan Sampah;
3 Undang-Undang RI No. 32 Tahun 2009, tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup;
4 Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah (Lembaran
Negara Tahun 2001 Nomor 119, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4139);
5 Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem
Penyediaan Air Minum yang didalamnya berisi tentang penanganan sampah yang
memadai perlu dilakukan untuk perlindungan air baku air minum;
6 Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan dan
Penerapan Standar Pelayanan Minimal;
7 Peraturan Presiden Nomor 97 Tahun 2017 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional
Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga;
8 PERPRES No 185 Tahun 2014 Tentang Percepatan Penyediaan Air Minum dan
Sanitasi;
9 Peraturan Menteri LH No. 86/2002 Tentang Pedoman Pelaksanaan Upaya
Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup;
10 Peraturan Menteri PU, No. 21/PRT/m/2006, tentang Kebijakan dan Strategi Nasional
Pengembangan Sistem Persampahan;
11 Peraturan Menteri PU No. 10/PRT/M/2008 tentang Penetapan Jenis Rencana
Usaha dan/atau Kegiatan Bidang Pekerjaan Umum yang Wajib Dilengkapi dengan
Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup;

3
12 Permen PU No 03 Tahun 2013 Penyelenggaran Prasarana dan Sarana
Persampahan dalam Penanganan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis
Sampah Rumah Tangga;
13 Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 33 Tahun 2010 tentang Pedoman Pengelolaan
Sampah;
14 Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan NOMOR
P.10/MENLHK/SETJEN/PLB.0/4/2018 Tentang Pedoman Penyusunan Kebijakan
Dan Strategi Daerah Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Dan Sampah Sejenis
Sampah Rumah Tangga;
15 PermenLH No 16 Tahun 2011 Tentang Pedoman Materi Muatan Rancangan
Peraturan Daerah Tentang Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah
Rumah Tangga;
16 SNI 03-3241-1994 Tata Cara Pemilihan Lokasi Tempat Pembuangan Akhir Sampah;
17 SNI 19-2454-2002 Tata Cara Teknis Operasional Pengelolaan Sampah Perkotaan;

D.RUANG LINGKUP RENCANA INDUK


1.RUANG LINGKUP WILAYAH

Daerah yang tercakup dalam Perencanaan Teknis Manajemen Persampahan dan DED
Optimalisasi TPA di Kabupaten Nunukan.

2.RUANG LINGKUP KEGIATAN


Untuk mencapai tujuan tersebut, ruang lingkup pekerjaan yang harus dilakukan oleh
konsultan adalah:

1. Melakukan review studi yang relevan dengan masalah persampahan di


Kabupaten Nunukan.
2. Melaksanakan pengumpulan data yang meliputi:
a. Kondisi Fisik Kabupaten Nunukan, meliputi:
- Data letak dan kondisi geografi, topografi, hidrologi, geologi.
- Data sosial dan ekonomi, seperti kondisi sosial budaya,
pemerintahan, sarana dan prasarana perkotaan dan kondisi
ekonomi setempat termasuk data APBD Kabupaten Nunukan (3
tahun terakhir) dan data strata penghasilan masyarakat
(Rp/kk/bulan).
- Data prasarana dan sarana bidang air minum dan ke PLP an serta
jaringan jalan.
- Data kependudukan, meliputi jumlah penduduk, kepadatan
penduduk diwilayah terbangun (per kecamatan atau per kelurahan).

4
- Data rencana pengembangan kota, meliputi rencana tata guna
lahan, proyeksi perkembangan kota jangka panjang dan proyeksi
pengembangan prasarana dan sarana perkotaan.
b. Sistem dan Manajemen Pengelolaan Persampahan, meliputi :
- Aspek organisasi, meliputi struktur organisasi, personalia (kualitas
dan kuantitas), tata laksana kerja, pendidikan dan latihan, program
peningkatan pegawai.
- Aspek Operasional, meliputi tingkat pelayanan, daerah pelayanan,
pola penanganan sampah dari sumber sampai TPA, pewadahan
dan pengumpulan, pemindahan, pengangkutan, pembuangan akhir.
Selain itu juga data kegiatan 3 R berbasis masyarakat dan data
pengolahan sampah yang ada (formal dan informal).
- Aspek pembiayaan, meliputi sumber pendanaan, dana operasi dan
pemeliharaan, dana investasi/pembangunan, penarikan retribusi
serta pola/prosedur penarikan retribusi. Data tersebut minimum
dalam 3 (tiga) tahun terakhir.
- Aspek Pengaturan, meliputi peraturan daerah, kelengkapan dan
kemampuan dalam dalam pelaksanaan perda.
- Aspek Peran Serta Masyarakat, meliputi bentuk partisipasi
masyarakat, program penyuluhan bidang kebersihan/penyuluhan,
pelaksanaan penyuluhan, serta promosi program 3 R yang telah
ada.
- Aspek peran serta swasta bidang persampahan yang ada.
c. Data Timbulan dan Karakteristik Sampah, meliputi:
- Data timbulan sampah (lt/orang/hari atau kg/orang/hari).
- Data komposisi dan karakteristik sampah, meliputi prosentase
komposisi fisik (organik, kertas, plastik, logam, kaca, tekstil dll) dan
karakteristik sampah (nilai kalor, kadar air dan kadar abu).
d. Data Kondisi TPA, meliputi :
- Data lokasi (luas, jarak ke daerah pelayanan, jarak ke permukiman
terdekat, jarak ke badan air terdekat, kondisi permeabilitas tanah,
muka air tanah, dll).
- Data fasilitas TPA yang ada dan ketersediaan tanah penutup.
- Kondisi pengoperasian TPA selama ini (jumlah sampah masuk ke
TPA, kondisi penimbunan/pemadatan sampah, penutupan tanah,
kepadatan lalat, kualitas influen/efluen leachate, kebakaran TPA
yang pernah terjadi, komplain masyarakat, dll).
- Permasalahan dan dampak yang timbul akibat pengoperasian TPA
secara open dumping yang selama ini dilakukan.
e. Pengukuran setempat lokasi TPA Kabupaten Nunukan meliputi:
- Melakukan pengukuran topografi dari lokasi yang telah disetujui
agar perancangan sarana tersebut dapat tergambar secara baik.
5
- Pengukuran topografi tersebut dengan perbedaan interval minimum
0,5 m meter dengan informasi yang jelas tentang:
* Batas-batas tanah.
* Slope dan ketinggian.
* Sumber-sumber air yang berbatasan.
* Jalan penghubung dari jalan umum ke lokasi tersebut.
* Tata guna tanah yang ada.
- Hasil pengukuran Topografi (interval 0,5 m) di lokasi terpilih
termasuk informasi wilayah sekitarnya dalam radius 300 m,
termasuk laporan analisis tentang kondisi topografi umum wilayah
dan topografi lokasi site TPA. Pada pengukuran topografi ini wajib
dipasang benchmark (BM) dengan patok beton yang jelas.
- Mengumpulkan informasi hidrogeologis dan geoteknis yang akurat
dan mewakili secara baik seluruh lokasi terpilih tersebut, meliputi:
* Tanah: kedalaman, tekstur, struktur, porositas, permeabilitas,
kelembaban.
* Bedrock: kedalaman, jenis, kehadiran fraktur.
* Kondisi kegempaan.
* Air tanah di daerah lokasi: kedalaman rata-rata, kemiringan
hidrolis, arah aliran, kualitas dan penggunaan.
* Badan air yang berbatasan langsung dengan lokasi: sifat,
pemanfaatan, dan kualitas.
* Data klimatologis: presipitasi, evaporasi, temperatur, dan arah
angin.
Informasi geoteknis yang dikumpulkan berupa hasil pengamatan
dan analisis data mekanika tanah (termasuk peta titik-titik sondir
dan boring), dan termasuk laporan analisis kondisi mekanika tanah.
Untuk lahan dengan luas 10 ha atau kurang, diwajibkan minimal
diambil 6 titik sondir dan 3 titik boring (handboring ±6 m).
Pengambilan sampel tanah untuk dianalisis di laboratorium tanah
diambil setiap kedalaman 2 m. Parameter yang dianalisis di
laboratorium mencakup seluruh parameter (triaxial, undrain,
consolidation, permeability, perkolasi, dll). Untuk lahan lebih dari 10
ha, jumlah pengambilan titik geolistrik, sondir, maupun boring
berlaku kelipatannya.
- Mengumpulkan data klimatologi, meliputi data harian curah hujan,
suhu, kelembaban, tekanan, cahaya matahari, dsb dalam kurun
waktu minimal 5 tahun terakhir, bisa diperoleh dari data BMG
setempat.
3. Analisis

Analisis terhadap data yang ada diperlukan untuk dasar perencanaan


peningkatan sistem pengelolaan persampahan jangka panjang. Analisis

6
tersebut: dapat dilakukan dengan berbagai metode baik SWOT, deskriptif,
maupun metode kualitatif dan kuantitatif. Analisis tersebut meliputi:

- Kondisi kota/kabupaten untuk mendapatkan gambaran daerah


pelayanan dan pola pelayanan yang sesuai.
- Kondisi sistem pengelolaan persampahan yang ada saat ini, untuk
mendapatkan gambaran lompatan peningkatan pengelolaan
persampahan jangka panjang sesuai dengan kemampuan daerah dan
masyarakat.
- Rencana pengembangan kota, untuk mendapatkan gambaran proyeksi
kebutuhan pengembangan pelayanan persampahan dan alokasi lahan
TPA (tempat pemrosesan akhir) sampah dan TPST (tempat pengolahan
sampah terpadu) skala kota yang memadai.
- Kondisi TPA, untuk mendapatkan gambaran tingkat pencemaran dan
upaya rehabilitasi/revitalisasi yang harus dilakukan serta alternatif
pengembangan lokasi TPA baru.
- Kondisi 3R, untuk mendapatkan gambaran peningkatan upaya
pengurangan dan pemanfaatan sampah sesuai dengan target yang
diharapkan serta meningkatkan upaya program kampanye dan edukasi
serta pemberdayaan masyarakat.
- Analisis kebutuhan pengembangan persampahan jangka panjang, untuk
memperkirakan prioritas wilayah pelayanan jangka pendek, jangka
menengah dan jangka panjang berdasarkan kriteria yang berlaku.
- Evaluasi lokasi TPA berdasarkan tingkat kelayakan sesuai dengan SNI
No 03-3241-1994 dan metode Le Grand.
- Analisis kondisi fisik lokasi TPA Kota “A” (Kabupaten “C”), meliputi
analisis kondisi topografi, analisis kondisi hidrogeologi, analisis kondisi
geoteknik serta analisis kondisi klimatologi.
4. Strategi pengembangan pelayanan, meliputi:
- Prakiraan timbulan sampah jangka panjang.
- Sistem pengelolaan persampahan.
- Sistem pengelolaan TPA.
5. Perencanaan Umum
- Rencana teknis, meliputi daerah pelayanan, rencana penanganan
sampah dengan minimal 2 (dua) alternatif, evaluasi setiap alternatif dan
pemilihan prioritas, serta penyusunan rencana teknis desain TPA.
- Rencana kelembagaan meliputi peningkatan kualitas organisasi dengan
pemisahan peran operator dan regulator, pelatihan SDM, dan lain-lain
sesuai ketentuan perundangan yang berlaku.
6. Rencana Tahapan Pelaksanaan

7
- Pelaksanaan rencana kegiatan perlu dijabarkan dalam jangka pendek,
- jangka Menengah dan jangka panjang berdasarkan prioritas daerah.
- Rencana program jangka pendek dan jangka menengah perlu
dijabarkan.
7. Hasil Penyusunan rancangan rencana berupa :
a. Buku laporan yang berisi rumusan teknis dan manajemen, pokok-
pokok rencana baik dalam bentuk uraian atau diagram.
b. Gambar-gambar rencana meliputi:
- Peta rencana tata guna lahan.
- Peta rencana lingkungan pendidikan, perdagangan dan perumahan.
- Peta rencana area pelayanan pengangkutan sampah, meliputi :
* Peta Problem: minimal menggambarkan kerawanan sampah,
tingkat kesulitan pelayanan, kerapatan timbulan sampah, tata
guna lahan, jumlah penduduk / pengguna, rumah / bangunan.
* Peta Pemecahan masalah: menggambarkan pola yang
digunakan, kapasitas perencanaan (meliputi alat dan personel),
jenis sarana dan prasarana, potensi pendapatan jasa pelayanan
serta rute dan penugasan.
- Peta rencana jaringan transportasi persampahan dari sumber
hingga tempat pemrosesan akhir (TPA).
- Gambar siteplan dan layout TPA.
- Gambar teknis potongan dan detail landfill.
- Gambar teknis IPL.
- Gambar bangunan penunjang TPA.
c. Nota Desain, berisi perhitungan-perhitungan dimensi disertai dengan
asumsi yang diambil
d. Standar Operasional Prosedur dari TPA yang dirancang
e. Dokumen Tender pelaksanaan konstruksi TPA.
8. Membuat rencana final berupa Buku PTMP dan DED TPA kabupaten
Nunukan Mandar dengan umur konstruksi yang direncanakan 10 tahun
sesuai dengan Undang-Undang no 18 tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi.

E.NAMA DAN ORGANISASI PEMBERI KEGIATAN


Dinas Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat Provinsi Kalimantan Utara.

F.SUMBER PENDANAAN
Kegiatan ini didanai oleh APBD yang dialokasikan pada DIPA Tahun Anggaran 2019 Dinas
Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat Provinsi Kalimantan Utara. nilai Harga

8
Perkiraan Sendiri (HPS) sebesar Rp. 1.200.000.000,- (Satu Milyar Dua ratus Juta
Rupiah).

G.HASIL YANG DIHARAPKAN


Hasil yang diharapkan dari kegiatan “Penyusunan Perencanaan Teknis Manajemen
Persampahan dan DED Optimalisasi TPA Kabupaten Nunukan” ini yaitu tersedianya
dokumen Perencanaan Teknis Manajemen Persampahan dan DED Optimalisasi TPA
Kabupaten Nunukan untuk mendukung upaya penanggulangan masalah persampahan
secara terpadu melalui sistem penanganan yang lebih up to date dan efisien, serta tidak
rentan terhadap kelumpuhan sistem, mengaplikasikan sistem secara terintegrasi,
dukungan publik dan penggunaan teknologi tepat guna yang berwawasan lingkungan.

H.KEBUTUHAN TENAGA AHLI


Tenaga ahli yang dibutuhkan untuk mengerjakan kegiatan ini :
1. Team Leader / Ahli Persampahan (1 orang – 8 OB)
Minimal Magister Teknik Penyehatan / Lingkungan / Sipil (Sertifikasi Keahlian Madya)
yang berpengalaman minimum 6 tahun, dan berpengalaman di bidang master plan,
studi/kajian bidang manajemen persampahan dan DED TPA serta berpengalaman
sebagai Team Leader.
2. Ahli Teknik Lingkungan (1 orang – 8 OB)
Minimal Sarjana S1 dengan latar belakang pendidikan Teknik Lingkungan Mempunyai
Sertifikasi Keahlian Muda yang diregistrasi oleh LPJK dengan pengalaman minimal 3
(Tiga) tahun di bidang lingkungan terutama dalam merencanakan dan membangun
infrastruktur persampahan
3. Ahli Teknik Sipil (1 orang – 4 OB)
Minimal Sarjana S1 dengan latar belakang pendidikan Teknik Sipil Struktur
Mempunyai Sertifikasi Keahlian Muda yang diregistrasi oleh LPJK dengan
pengalaman minimal 3 (Tiga) tahun di bidang persampahabn terutama dalam
merencanakan dan membangun infrastruktur persampahan.
4. Ahli Hidrologi/Hidrogeologi (1 orang – 4 OB)
Minimal Sarjana S1 dengan latar belakang Pendidikan Teknik Sipil/Teknik Hidrologi;
Mempunyai Sertifikasi Keahlian Muda yang diregistrasi oleh LPJK dengan
pengalaman minimal 3 (Tiga) tahun dalam merencanakan bangunan persampahan.
5. Ahli Kelembagaan / manajemen (1 orang – 4 OB)

9
Latar belakang pendidikan minimal S1 Hukum dengan pengalaman professional
minimal selama 3 (Tiga) tahun dan berpengalaman dalam menyusun perencanaan
pengelolaan sebuah institusi
6. Ahli Perencanaan Kota/Planologi (1 orang – 4 OB)
Sarjana S1 Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota / Planologi (Sertifikasi Keahlian
Muda), berpengalaman minimum 3 tahun di bidang perencanaan pembangunan
7. Ahli Cost Estimator (1 orang – 4 OB)
Minimal Sarjana S1 dengan latar belakang pendidikan Ekonomi, Mempunyai
Sertifikasi Keahlian Muda yang diregistrasi oleh LPJK dengan pengalaman minimal 3
tahun dalam menyusun Dokumen Tender dan Cost Estimation
8.Ahli Keuangan /Finansial (1 orang – 4 OB)
Sarjana S1 Ekonomi / Manajemen / Akuntansi, berpengalaman minimum 3 tahun di
bidang ekonomi mikro dan investasi.

Beberapa personil asisten tenaga ahli yang diperlukan dalam kegiatan ini, antara lain:
1. Asisten Teknik Lingkungan (1 orang – 8 OB)
2. Asisten Teknik Sipil (1 orang – 4 OB)
3. Asisten Ahli Sosial-Ekonomi-Budaya (1 orang – 4 OB)
Beberapa personil tenaga pendukung yang diperlukan dalam kegiatan ini, antara lain:
1. Surveyor (1 orang – 8 OB)
2. Asisten Surveyor (1 orang – 8 OB)
3. Operator komputer CAD (1 orang – 8 OB)
4. Operator Komputer (1 orang – 8 OB)
5. Sekretaris (1 orang – 8 OB)

I.WAKTU PELAKSANAAN
Untuk melaksanakan kegiatan ini dibutuhkan waktu pelaksanaan maksimum 8 (delapan)
bulan hari kerja terhitung setelah dikeluarkannya Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK)

10
J.SISTEMATIKA LAPORAN
Dalam kegiatan ini diwajibkan membuat pelaporan sebagai berikut :
(1) Laporan Pendahuluan (Inception Report)
Laporan Pendahuluan berisi rencana kerja, metodologi pelaksanaan pekerjaan, struktur
organisasi pelaksana proyek dan jadwal penugasan personil. Laporan Pendahuluan
diserahkan selambat-lambatnya 1 (satu) bulan setelah kontrak kerja ditandatangani
sebanyak 5 (lima) eksemplar. Laporan Pendahuluan tersebut selanjutnya dipresentasikan
kepada Pemberi Tugas.

(2) Laporan Antara (Interim Report)


Laporan Antara diserahkan paling lambat 4 (empat) bulan sejak SPMK dan diserahkan
sebanyak 5 (lima) eksemplar. Laporan ini memuat hasil survei data wilayah, baik data
primer maupun data sekunder, seperti : jenis, volume, sumber, timbunan dan pengelolaan
sampah, kondisi fisik, sosial, ekonomi, lingkungan kawasan, pembiayaan, dan
inventarisasi teknologi pengolahan sampah. Selain itu laporan ini berisikan tentang
permasalahan dan potensi, kajian dan analisis pelaksanaan/penerapan pengelolaan
sampah di TPA di Kabupaten Nunukan ataupun yang sesuai dengan susunan lingkup
kegiatan. Pada proses ini juga sudah melampirkan hasil pengukuran data teknis TPA
Kabupaten Nunukan

(3) Konsep Laporan Akhir (Draft Final Report)


Laporan ini diserahkan paling lambat 6 (enam) bulan sejak SPMK sebanyak 5 (lima)
eksemplar. Laporan ini berisikan keseluruhan kegiatan sejak dari awal sampai akhir studi,
analisis dan evaluasi akhir, alternatif pola pengelolaan sampah dan rekomendasi untuk
keberlanjutan program. Selain itu analisis DED Optimalisasi TPA. Konsep Laporan Akhir
tersebut selanjutnya dipresentasikan kepada Pemberi Tugas untuk memperoleh
masukan, saran dan perbaikan serta persetujuan.

(4) Laporan Akhir (Final Report)


Laporan ini merupakan perbaikan dan penyempurnaan dari Konsep Laporan Akhir setelah
sebelumnya yang telah didiskusikan bersama dengan Tim Teknis dan Pemilik Proyek.
Laporan Akhir disampaikan selambat-lambatnya dalam waktu 8 (delapan) bulan setelah
SPMK sebanyak 5 (lima) eksemplar.

11

Anda mungkin juga menyukai