1. Latar Belakang
Permasalahan air bersih merupakan salah satu permasalahan utama yang terjadi di kota-
kota besar, ini dikarenakan jumlah konsumsi air bersih oleh masyarakat kota sangat besar.
Seiring perkembangan zaman, permintaan terhadap kualitas, kuantitas, kontinuitas serta
kerterjangkauan atas penyediaan air bersih terus meningkat. Akibat ketidaksiapan badan
penyelenggara sistem penyediaan air minum, terjadi ketidakseimbangan antara kebutuhan
dan suplai. Air minum yang merupakan salah satu kebutuhan dasar bagi kualitas dan
keberlanjutan kehidupan manusia, mutlak harus tersedia dalam kualitas, kuantitas,
kontinuitas serta kerterjangkauan yang memadai. Pada hakikatnya alam telah
menyediakan air minum yang dibutuhkan, namun desakan pertumbuhan penduduk serta
aktivitasnya telah menimbulkan berbagai dampak perubahan tatanan dan keseimbangan
lingkungan. Daya dukung air baku yang semakin terbatas, karena pencemaran air sebagai
akibat dari rendahnya kesadaran masyarakat, pengelolaan daerah tangkap air kurang baik,
dan adanya perubahan iklim, merupakan isu lingkungan yang penting untuk ditangani.
Dilain pihak, ketersediaan air pada suatu wilayah akan mendorong peningkatan ekonomi
di wilayah tersebut karena pusat pertumbuhan di suatu wilayah hanya akan terjadi bila
didukung sarana dan prasaran dasar, termasuk sarana dan prasarana air minum. Untuk itu,
Pemerintah mempunyai perhatian dalam pengembangan prasarana dan sarana air minum.
Penyelenggaraan SPAM dilaksanakan berdasarkan asas kelestarian, keseimbangan,
kemanfaatan umum, keterpaduan dan keserasian, keberlanjutan, keadilan, kemandirian,
serta transparansi, dan akuntabilitas. Sebagai upaya peningkatan cakupan pelayanan dan
akses aman terhadap air minum, pemerintah melalui Direktorat Air Minum, Ditjen Cipta
Karya, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat telah membangun SPAM
di berbagai daerah.
Sebagaimana diamanatkan dalam RPJMN 2020 – 2024 disebutkan bahwa capaian akses
air minum layak ditargetkan sebesar 100% pada tahun 2024, baik melalui jaringan
perpipaan (JP) maupun bukan jaringan perpipaan (BJP). Dengan capaian akses air minum
layak saat ini yakni sebesar 90,21%. Pencapaian hal tersebut bukan hal yang mudah,
mengingat masih banyaknya persepsi masyarakat yang menganggap bahwa air
merupakan benda sosial (public goods) yang dapat diperoleh secara gratis dan tidak
mempunyai nilai ekonomis.
Rendahnya cakupan pelayanan secara operasional merupakan refleksi dari kurangnya
pendanaan untuk pengembangan SPAM yang sudah dibangun, pengelolaan yang kurang
efisien, masih belum berfungsinya SPAM terbangun ataupun belum dibentuknya
kelembagaan penyelenggara SPAM pada daerah pemekaran baru atau kelembagaan
UPTD/BLUD yang sudah terbentuk masih perlu perbaikan/peningkatan dari sisi
manajerial, SDM, sarana dan prasarana. Dari segi pelaksanaan pembangunan yang sedang
berjalan perlu dilakukan pengawasan, pemantauan dan pengendalian untuk menjamin
kualitas pembangunan yaitu monitoring dan evaluasi SPAM baik APBN regular, DAK
KAK Penyusunan Draft JAKSTRADA Air Minum 2
maupun PHLN. Selanjutnya Program Hibah Air Minum merupakan salah satu suatu
upaya percepatan peningkatan akses air minum melalui penerapan outputbased atau
berdasarkan kinerja yang terukur. Program Hibah Air Minum yang dimaksud di sini
adalah pemberian hibah dari Pemerintah Pusat kepadaPemerintah Daerah yang bersumber
dari penerimaan dalam negeri APBN tahun 2021-2025.
Pada kenyataannya, saat ini ketersediaan air baku yang sesuai kapasitas dan kualitasnya
sebagai air baku untuk air minum, dan selanjutnya mengolah air baku menjadi air mium
untuk kemudian mendistribusikan kepada masyarakat merupakan upaya besar yang
memerlukan pembiayaan dengan pengelolaan yang profesional. Seperti telah disinggung
sebelumnya, bahwa ketersediaan air juga mampu mendorong pertumbuhan ekonomi di
suatu wilayah, sehingga selain masih memiliki seifat sebagi benda sosial, air saat ini juga
merupakan benda ekonomi.
Peraturan Pemerintah Nomor 122 Tahun 2015 tentang Sistem Penyediaan Air Minum
mengamanatkan penyusunan Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan Sistem
Penyediaan Air Minum, Kebijakan dan Startegi Provinsi Pengembangan Sistem
Penyediaan Air Minum dan Kebijakan dan Startegi Kabupaten/Kota Pengembangan
Sistem Penyediaan Air Minum. Amanat tersebut ditindak lanjuti oleh Kementerian
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat melalui Permen PUPR Nomor 27/PRT/M/2016
tentang Penyelenggaraan Sistem Penyediaan Air Minum sebagai turunan dari Peraturan
Pemerintah Nomor 122 Tahun 2015 tentang Sistem Penyediaan Air Minum. Dalam
peraturan tersebut dijelaskan bahwa kebijakan dan strategi pengembangan sistem
penyediaan air minum merupakan arah pengembangan sistem penyediaan air minum
dalam 5 (lima) tahun mendatang dan sebagai pedoman bagi Pemerintah Daerah dan
penyelenggara pengembangan sistem penyediaan air minum.
Berdasarkan hal tersebut di atas, Pemerintah Kabupaten Langkat Provinsi Sumatera Utara
melalui Dinas Penataan Ruang dan Permukiman akan melaksanakan kegiatan
Penyusunan Draft Kebijakan dan Strategi Daerah (Jakstrada) Air Minum.
2. Dasar Hukum
Adapun dasar hukum yang dijadikan sebagai landasan dalam penyusunan Draft
Kebijakan dan Strategi Daerah Dalam (Jakstrada) Air Minum, sebagai berikut:
a. Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945;
b. Undang-undang Nomor 11 Tahun 1974 tentang Pengairan;
c. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2019 tentang Sumber Daya Air;
d. Peraturan Pemerintah Nomor 121 Tahun 2015 tentang Pengusahaan Sumber Daya
Air;
e. Peraturan Pemerintah Nomor 122 Tahun 2015 tentang Sistem Penyediaa Air Minum;
f. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 19/PRT/M/2016
tentang Pemberian Dukungan Oleh Pemerintah Pusat dan/atau Pemerintah Daerah
Dalam Kerjasama Sistem Penyediaan Air Minum;
g. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 25/PRT/M/2016
tentang Pelaksanaan Penyelenggaraan Sistem Penyediaan Air Minum Untuk
Memenuhi Kebutuhan Sendiri Oleh Badan Usaha;
4. Manfaat
Manfaat dari kegiatan Penyusunan Draft Kebijakan dan Strategi Daerah (Jakstrada) Air
Minum, yaitu:
a. Sebagai dokumen perencanaan kebijakan dan startegi khusus bidang air minum.
b. Sebagai bahan untuk penyusunan rencana strategi dan program pengembangan
SPAM.
c. Sebagai salah satu readiness criteria untuk mendapatkan bantuan-bantuan teknis dari
Pemerintah Pusat.
5. Sasaran
Sasaran dari kegiatan Penyusunan Draft Kebijakan dan Strategi Daerah (Jakstrada) Air
Minum, yaitu:
a. Tersusunnya profil kondisi air minum pada Kabupaten Langkat.
b. Tersusunnya visi dan misi Penyelenggaraan SPAM pada Kabupaten Langkat.
c. Tersusunnya isu strategis, permasalahan dan tantangan Penyelenggaraan SPAM pada
Kabupaten Langkat.
d. Tersusunnya kebijakan dan strategi Penyelenggaraan SPAM pada Kabupaten Langkat.
e. Tersusunnya rencana aksi Penyelenggaraan SPAM pada Kabupaten Langkat.
8. Ruang Lingup
a. Ruang Lingkup Wilayah
Wilayah perencanaan kegiatan Penyusunan Draft Kebijakan dan Strategi Daerah
(Jakstrada) Air Minum mencakup wilayah administrasi Kabupaten Langkat Provinsi
Sumatera Utara.
Untuk mencapai tujuan, sasaran dan ruang lingkup kegiatan di atas, maka konsultan
dituntut untuk melakukan kegiatan, sebagai berikut:
- Persiapan
- Sosialisasi pekerjaan.
- Inventarisasi data.
- Identifikasi dan pengolahan data.
- Analisis data.
- Penyusunan Draft Kebijakan dan Strategi Daerah (Jakstrada) Air Minum.
- Asistensi dan rapat-rapat
9. Metode Penyusunan
Metode Penyusunan Draft Kebijakan dan Strategi Daerah (Jakstrada) Air Minum adalah
menggunakan metode deskriptif dengan menggunakan analisis data sekunder, dengan
langkah-langkah secara umum sebagai berikut:
a. Studi dokumen dan analisis data sekunder
b. Survey lapangan
KAK Penyusunan Draft JAKSTRADA Air Minum 2
c. Wawancara
d. Diskusi kelompok dan rapat-rapat
e. Identifikasi dan analisis data sesuai ruang lingkup kegiatan
11. Pelaporan
Kegiatan Penyusunan Draft Kebijakan dan Strategi Daerah (Jakstrada) Air Minum ini
akan menghasilkan laporan sebagai berikut:
a. Laporan Pendahuluan (Inception Report)
Laporan pendahuluan berisi pembahasan rencana kerja dan alur pikir dari seluruh
rangkaian kegiatan. Selain itu pada laporan ini juga memuat metodologi pelaksanaan
pekerjaan. Laporan pendahuluan harus diserahkan selambat-lambatnya 1 (satu) bulan
sejak SPMK diterbitkan, dibuat sebanyak 5 (Lima) eksemplar, serta dibahas bersama
Tim Teknis yang telah dibentuk oleh pengguna jasa.
b. Laporan Antara (Interim Report)
Laporan antara berisi realisasi dari rencana kerja antara lain hasil pengumpulan data
dan informasi di lapangan yang telah dikompilasi, yaitu berupa fakta dan analisis.
Laporan antara harus diserahkan selambat-lambatnya 2 (dua) bulan sejak SPMK
diterbitkan, dibuat sebanyak 5 (Lima) eksemplar, serta dibahas bersama Tim Teknis
yang telah dibentuk oleh pengguna jasa.
c. Laporan Akhir (Final Report)
Laporan akhir berisi materi final yang merupakan penyempurnaan draft laporan akhir
yang telah mengakomodasi masukan-masukan pada saat pembahasan di Draft
Laporan Akhir. Laporan Akhir digandakan sebanyak 5 (lima) eksemplar. Laporan
Akhir ini harus diserahkan selambat-lambatnya 3 (bulan) bulan sejak SPMK
diterbitkan. Yang outputnya berupa Dokumen Jakstrada.
d. Draft Rancangan Peraturan Bupati (Delete jika tidak diperlukan/ Opsional)
Berisi kebijakan dan strategi daerah dalam pengembangan air minum yang mengacu
pada kebijakan strategi nasional serta dokumen Jakstrada Air Minum diserahkan
selambat-lambatnya 3 (bulan) bulan sejak SPMK diterbitkan.
e. Soft File (CD/DVD)
Berisi file-file laporan kegiatan Penyusunan Draft Kebijakan dan Strategi Daerah
(Jakstrada) Air Minum diserahkan selambat-lambatnya 3 (bulan) bulan sejak SPMK
diterbitkan.
KAK Penyusunan Draft JAKSTRADA Air Minum 2
12. Nama dan Organisasi Pengguna Jasa
Nama kegiatan : Penyusunan Draft Kebijakan dan Strategi Daerah (Jakstrada) Air
Minum.
Pengguna Jasa : Dinas Penataan Ruang dan Permukiman Kabupaten Langkat.