Anda di halaman 1dari 21

Revisi Tataran Transportasi Lokal Kabupaten Maluku Tenggara Barat Tahun 2015-2035

BAB PERKEMBANGAN LINGKUNGAN


II STRATEGIS

2.1 Gambaran Umum Transportasi Nasional


Terwujudnya transportasi yang efektif dan efisien dalam menunjang dan sekaligus
menggerakkan dinamika pembangunan, meningkatkan mobilitas manusia, barang dan
jasa; membantu terciptanya pola distribusi nasional yang mantap dan dinamis, serta
mendukung pengembangan wilayah dan lebih memantapkan perkembangan kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara dalam rangka perwujudan wawasan
nusantara dan peningkatan hubungan internasional merupakan tujuan Sistim
Transportasi Nasional (Sistranas). Fungsi sistranas adalah sebagai unsur penunjang
(servicing) yang menyediakan jasa transportasi secara efektif dan efisien untuk
memenuhi kebutuhan sektor lain, sekaligus juga berfungsi ikut menggerakkan dinamika
pembangunan nasional serta sebagai industri jasa yang dapat memberikan nilai tambah,
dan sebagai unsur pendorong (promoting) yang menyediakan jasa transportasi yang
efektif untuk menghubungkan daerah terisolasi dengan daerah berkembang yang
berada di luar wilayahnya dan/atau luar negeri sehingga terjadi pertumbuhan
perekonomian yang sinergis. Tujuan dan fungsi Sistranas ini yang selanjutnya digunakan
sebagai landasan penyusunan Tatranas, Tatrawil dan Tatralok, yang secara hirarki
dapat dilihat pada Gambar 2.1.
Perkembangan angkutan penumpang untuk moda udara tahun 2003 – 2007
meningkat sebesar 20% domestik dan 10% internasional; sedangkan angkutan barang
untuk moda udara tahun 2003 – 2007 meningkat sebesar 30% domestik dan 15%
internasional. Data angkutan penumpang secara nasional untuk moda laut tahun 2003
– 2007 menunjukan tren yang menurun, dan merupakan dampak dari kebijakan low cost
carrier pada moda angkutan udara. Sedangkan angkutan barang untuk moda laut tetap
menunjukan peningkatan yang signifikan. Moda penyeberangan juga mengalami
pertumbuhan yang cukup signifikan dalam periode 2003 – 2007 untuk memindahkan
penumpang, kendaraan R4 dan R2, dan barang. Perkembangan panjang jalan menurut
kewenangan hingga tahun 2006 tidak menunjukan perkembangan yang cukup berarti.
Namun perkembangan jumlah kendaraan bermotor menurut jenisnya mengalami
pertumbuhan yang signifikan, khusus kendaraan roda dua (sepeda motor) mengalami
peningkatan lebih dari 50% dalam periode ini.

Laporan Akhir  II-1


 
Revisi Tataran Transportasi Lokal Kabupaten Maluku Tenggara Barat Tahun 2015-2035

Gambar 2.1
Sistem Transportasi Nasional

Pelabuhan laut berjumlah 1.887 unit dengan rincian pelabuhan umum (dikelola oleh
PT. Pelindo) sebanyak 111 unit, pelabuhan umum (dikelola oleh UPT Ditjen Hubla) 614
unit, pelabuhan khusus 450 unit, dan pelabuhan untuk kepentingan sendiri (DUKS)
sebanyak 712 unit. Jumlah pelabuhan yang terbuka untuk perdagangan luar negeri saat
ini: 141 unit pelabuhan. Dan sesuai Amanat INPRES Nomor 6tahun 2007 sedang dilakukan
kajian optimalisasi peran & fungsi pelabuhan, jumlah pelabuhan terbuka untuk
perdagangan luar negeri akan dikurangi menjadi 25 pelabuhan.
Hingga tahun 2009 (dalam periode 2005 – 2009) program pengembangan bandara
yang mampu didarati oleh pesawat hercules di daerah rawan bencana dan perbatasan
dapat dilihat pada Gambar 2.2.

Gambar 2.2
Program Pengembangan Bandara Dephub RI.

Laporan Akhir  II-2


 
Revisi Tataran Transportasi Lokal Kabupaten Maluku Tenggara Barat Tahun 2015-2035

Komposisi alokasi anggaran Dephub tahun 2008 menurut fungsi pelayanan (belanja
modal dan belanja barang tidak mengikat) diketahui 48,33% untuk peningkatan
keselamatan, 35,43% untuk peningkatan kapasitas angkutan, 8,47% untuk peningkatan
aksesibilitas, dan sisanya untuk pengembangan SDM dan disain. Tingginya alokasi
anggaran untuk masalah keselamatan dipicu oleh angka kecelakaan untuk semua moda
transportasi yang cenderung cukup tinggi dengan angka kehilangan nyawa total 17.827
orang.

2.2 Gambaran Umum Propinsi Maluku


Propinsi Maluku merupakan propinsi yang terletak di wilayah timur Indonesia.
Kabupaten Maluku Tenggara Barat merupakan bagian dari Provinsi Maluku oleh karena
itu perlu melihat kondisi secara keseluruhan Provinsi Jawa Maluku sebelum melihat
kondisi wilayah studi secara lebih khusus.
Luas wilayah propinsi Maluku secara keseluruhan adalah 712.479,69 km2 yang
terdiri dari 658.294,69 km2(92,40%) merupakan wilayah perairan sedangkan 54.185
km2 (7,60%) adalah wilayah daratan

2.2.1 Geografis
Berdasarkan letaknya Propinsi Maluku terletak antara 2 030 ' - 90 Lintang Selatan
124 0 - 1360 Bujur Timur . Propinsi Maluku terdiri dari 13 Kabupaten dengan batas –
batas wilayah sebagai berikut:
 Sebelah Utara : Laut Seram
 Sebelah Selatan : Lautan Indonesia dan Laut Arafuru
 Sebelah Barat : Pulau Sulawesi
 Sebelah Timur : Pulau Irian

2.2.2 Tata guna lahan


Propinsi Maluku terdiri atas wilayah daratan dan lautan dengan banyak gugus
Pulau baik pulau – pulau besar maupun kecil. Adapun penggunaan lahan di Provinsi
Maluku dapat dilihat pada tabel.
Tabel 2.1
Penggunaan Lahan di Provinsi Maluku
Penggunaan Lahan Luas (Ha) Presentase (%)
Suaka marga satwa 142.428,75 3,29
Cagar alam 194.000,46 4,48
Taman nasional 189.000 4,36
Taman wisata alam 734,46 0,017
Taman wisata alam laut 13.098 0,30
Cagar alam laut 116.500 2,69
Hutan lindung - -

Laporan Akhir  II-3


 
Revisi Tataran Transportasi Lokal Kabupaten Maluku Tenggara Barat Tahun 2015-2035

Penggunaan Lahan Luas (Ha) Presentase (%)


Hutan produksi tetap 465.835,44 10,76
Hutan produksi konversi 894.291,33 20,65
Hutan produksi terbatas 505.227,46 11,67
Peng.perkebunan 1.022.406,41 23,61
Peng.pertanian lahan 61.719,40 1,43
basah
Peng.pertaian lahan kering 710.731,37 16,41
Kawasan pertambangan 14.603,23 0,34
Luas Total 4.330.576,31 100
Sumber : RTRW Maluku 2007-2025

2.2.3 Gambaran Umum Transportasi Maluku


Pelaksanaan program pembangunan sektor transportasi di Maluku dalam rangka
mempertahankan tingkat pelayanan, masih dihadapkan pada terbatasnya pendanaan
pemerintah propinsi untuk pengadaan fasilitas baru, serta pemeliharaan dan rehabilitasi
prasarana dan sarana lama. Tingkat ketersediaan armada angkutan dirasa masih kurang
untuk mengakomodasi pergerakkan barang dan penumpang untuk wilayah-wilayah padat.
Sementara, pada wilayah-wilayah kepulauan di Selatan terasa masih memiliki tingkat
utilitas yang belum maksimal bahkan sangat rendah. Di sisi lain dijumpai beberapa kondisi
prasarana dan sarana yang kurang mendapatkan perawatan, terutama transportasi jalan,
sarana ASDP serta prasarana dan sarana transportasi laut dan udara.
Berkaitan dengan kebijakan multi-operator transportasi udara telah menyebabkan
persaingan sangat tajam antara operator yang mengakibatkan semakin berkurangnya
jumlah operator udara khususnya untuk tujuan Ambon dari luar wilayah Maluku juga di
dalam wilayah Maluku. Sama seperti wilayah lainnya di luar Maluku, di wilayah ini juga
terdapat pola persaingan moda transportasi udara dengan moda transportasi lain
khususnya moda transportasi laut, utamanya pada pelayanan transportasi penumpang.
Peningkatan jumlah penumpang transportasi udara domestik sejak tahun 2003 di Maluku
sampai tahun 2007 telah memunculkan permintaan adanya pengembangan dan
pembangunan bandara baru serta perpanjangan/perluasan fasilitas bandara di beberapa
daerah Kabupaten dan Kota di Maluku.
Faktanya terdapat indikasi bahwa dibalik tingginya permintaan jasa transportasi
udara selama kurun waktu 2003-2007, permintaan jasa transportasi penumpang seluruh
moda transportasi pada tahun 2001, 2002 dan 2004 tumbuh kurang dari 1%, bahkan pada
tahun 2003 pertumbuhannya minus 4,4%. Sentimen positif terhadap pertumbuhan
permintaan jasa transportasi penumpang pada tahun 2006-2007 berkaitan erat dengan
kebijakan low cost carrier moda udara, dan berbagai kegiatan pemerintahan sebagai akibat
pemekaran wilayah pemerintahan baik tingkat II maupun kecamatan yang memicu kegiatan
mobilitas masyarakat.

Laporan Akhir  II-4


 
Revisi Tataran Transportasi Lokal Kabupaten Maluku Tenggara Barat Tahun 2015-2035

Gambar 2.3
Konsep Trans MALUKU

Tataran Transportasi Wilayah Provinsi Maluku tahun 2006 mengedepankan konsep


Trans Maluku yang menghubungkan wilayah asal-tujuan atas pusat-pusat kota di masing-
masing gugus pulau, secara filosofis menerapkan aplikasi land-bridge dan mobile-bridge.
Konsep ini mengkombinasikan moda darat dan moda penyeberangan, dengan tujuan
memperpendek jangkauan jarak dan waktu tempuh, meningkatkan kapasitas angkut
menjadi lebih besar, memberikan armada penghubung “jembatan” antar gugus pulau,
mendorong pertumbuhan ekonomi, membuka akses angkutan yang semakin terbuka
dengan tingkat ketersediaan moda angkutan yang lebih baik (per hari). Secara grafis,
konsep Trans Maluku dapat dilihat pada Gambar 2.3. di atas.

2.3 Gambaran Umum Kabupaten Maluku Tenggara Barat


Kabupaten Maluku Tenggara merupakan Kabupaten yang terbentuk berdasarkan
Undang - Undang Nomor 6 Tahun 2000 tentang Perubahan Undang – Undang Nomor 46
Tahun 1999 tentang pembentukan Propinsi Maluku Utara, Kabupaten Buru dan Kabupaten
Maluku Tenggara Barat. Setelah pembentukan Kabupaten Maluku Tenggara Barat tersebut
maka mengacu pada Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2008 dibentuk Kabupaten Maluku
Barat Daya sebagai pemekaran Kabupaten Maluku Tenggara.

Laporan Akhir  II-5


 
Revisi Tataran Transportasi Lokal Kabupaten Maluku Tenggara Barat Tahun 2015-2035

2.3.1 Letak geografis


Secara geografis Kabupaten Maluku Tenggara Barat terletak antara 60 – 80.30’ LS
dan 125045’ – 1330 BT. Batas wilayah Kabupaten ini adalah :
 Sebelah Utara : Laut Banda
 Sebelah Selatan : Laut Timor dan Samudra Pasifik
 Sebelah Barat : Kabupaten Maluku Barat Daya
 Sebelah Timur : Laut Arafura

Kabupaten Maluku Tenggara Barat merupakan wilayah serba pulau, “Laut Pulau”
(wilayah kepulauan) dengan luas 125.422,4 km2, terdiri dari luas wilayah laut 110.838,4
km2 (88,37%) dan luas wilayah darat 14.584 km2 (11,63%) yang terkonsentrasi pada 4
(empat) gugus pulau yaitu :
 Gugus Pulau Tanimbar luas daratan 5.936 km2
 Gugus Pulau-pulau Babar luas daratan 2.456 km2
 Gugus Pulau-pulau Terselatan luas daratan 4.686 km2
 Gugus Pulau-pulau Leti, Moa, Lakor luas daratan 1.506 km2

Kabupaten Maluku Tenggara Barat merupakan wilayah gugus Pulau Tanimbar


dengan luas 52.996,2 km, yang terdiri dari wilayah darat sebesar 10.102,92 km2 (19,06
0/0) dan luas wilayah laut sebesar 42.892,28 km2 (80,94 0/0) secara administratif
Kabupaten Maluku Tenggara Barat terdiri dari 10 Kecamatan, 1 Kelurahan, 75 Desa, 9
anak Desa/Dusun. Kabupaten Maluku Tenggara Barat merupakan wilayah kepualauan baik
yang berpenghuni maupun yang tidak berpenghuni.

2.3.2 Kondisi topografi


Kabupaten Maluku Tenggara merupakan Kabupaten yang terdiri dari pulau – pulau.
Kondisi topografi di Kabupaten Maluku Tenggara Barat terbagi atas tiga kelas yaitu dataran,
perbukitan dan pegunungan. Bagian utara Pulau Yamdena pada umumnya datar dengan
ketinggian kurang dari 50 meter, sedangkan daerah perbukitan tingginya melebihi 200
meter. Sedamgkan untuk Yamdena bagian tenggara terdapat perbukitan bergelombang
dengan ketingian mencapai 260 meter. Dataran rendah terpanjang terdapat di sepanjang
sungai Ranarmoje.

2.3.3 Kemiringan lahan


Kabupaten Maluku Tenggara Barat merupakan wilayah yang mempunyai kemiringan
lahan bervariasi antara lain relatif datar (kemiringan lahan 0-3%), landai dan berombak
(kemiringan 3-8%) bergelombang 8-15%, agak curam (15-30%) dan sangat curam >50%.

Laporan Akhir  II-6


 
Revisi Tataran Transportasi Lokal Kabupaten Maluku Tenggara Barat Tahun 2015-2035

2.3.4 Jenis tanah


Jenis tanah yang terdapat di Kabupaten Maluku Tenggara Barat yang berada di
gugusan pulau – pulau besar dan kecil terutama pada gugus pulau Yamdena, Molu, dan
Larat adalah jenis tanah regosol, aluvial, gleisol, kambisol, litosol, rensina, brunizem dan
podsolik.

2.3.5 Kondisi klimatologi


Iklim di wilayah Kabupaten Maluku Tenggara Barat sangat dipengaruhi oleh musim
yang bergerak dari dan ke arah equator. Kondisi data historis curah hujan menunjukkan
bahwa wilayah Maluku Tenggara Barat merupakan daerah terkering dengan curah hujan
tahunan rata-rata antara 1500– 2000 mm. Berdasarkan peta Zona Agroklimat Provinsi
Maluku (LTA – 72, 1986) dan klasifikasi iklim Oldeman (1980), Kabupaten MTB termasuk
dalam 2 zona agroklimat, yaitu kedua zona groklimat tersebut adalah (1) Zone II.3 dengan
curah hujan tahunan 1500 – 1800 mm, dan (2) Zona IV.1 : Curah hujan tahunan 3000 –
4000 mm.

2.3.6 Kondisi tata guna lahan


Perubahan penggunaan lahan di Kabupaten Maluku Tenggara Barat dapat dikatakan
relatif rendah. Hal ini tercermin dari perkembangan lahan non pertanian yang tidak
mencapai 5% dari total kawasan budidaya di wilayah tersebut. Perkembangan yang cukup
mengkhawatirkan adalah perubahan tutupan lahan kawasan hutan yang cukup signifikan,
Dari intepretasi terhadap citra satelit landsat tahun 2001 dan 2005, terlihat perubahan lahan
hutan yang sangat signifikan. Perubahan kawasan hutan menjadi semak belukar, pertanian
lahan kering dan savana merupakan perkembangan yang paling menonjol. Demikian pula
dengan perubahan pada luasan lahan terbuka yang cukup signifikan perubahannya. Luas
Kawasan hutan di Kabupaten Maluku Tenggara Barat Mencapai 89,96% dari total luas
wilayah Maluku Tenggara Barat. Hutan Produksi Konversi Memiliki proporsi terbesar,
sementara proporsi terkecil dimiliki oleh Hutan Lindung sebesar 3.09%.

2.3.7 Potensi Sumber Daya Alam


A. Sumber Daya Alam Hayati
Luas hutan di kabupaten Maluku Tenggara Barat adalah 985.845,7 Ha(67,6%).
Sumber daya alam hutan di kabupaten Maluku Tenggara Barat sesuai tabel berikut:

Laporan Akhir  II-7


 
Revisi Tataran Transportasi Lokal Kabupaten Maluku Tenggara Barat Tahun 2015-2035

Tabel 2.2
Pembagian Kawasan Hutan
LUAS
No. PEMBAGIAN KAWASAN
(Ha)
1. Kawasan Budidaya Hutan 821.722,04
Hutan Produksi Terbatas 191.420
Hutan Produksi Tetap 170.388,46
Hutan Produksi yang dapat dikonversi 459.913,58
2. Kawasan hutan lindung/konservasi 164.123,66
hutan suaka alam/konservasi 122.736,66
hutan lindung 41.388,00
Sumber : Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten MTB Tahun 2012-2032

B. Bahan Galian
Terdapat berbagai jenis bahan galian di Kab. MTB antara lain dapat dilihat pada tabel
berikut ini.
Tabel 2.3
Potensi bahan galian
JENIS BAHAN GALIAN
PULAU
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Wetar
Romang
Damar
Kisar
Leti
Moa
Lakor
Babar
Wetar
Dawera
Dawelor
Masela
Sermata
Gugus Pulau Tanimbar
Sumber : Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten MTB
Keterangan :
1. Emas 6. Lumpur Belerang 11. Batu Gamping Kotal
2. Tembaga 7. Batuan Lava 12. Batu Gamping Malih
3. Timah Hitam 8. Breksi 13. Minyak Bumi
4. Seng 9. Marmer
5. Belerang Murni 10. Bijih Besi Laterit (Magnesit)

Potensi bahan galian kabupaten MTB dapat dilihat pada Tabel 2.3 di atas, yang
menunjukan sebaran bahan galian per pulau. Bahan galian yang terdapat di Kabupaten
Maluku Tenggara Barat tidak dijumpai di semua pulau dan jenisnya pun terbatas.
Berdasarkan data-data hasil peneliti terdahulu, bahan galian yang terdapat di kabupaten ini
adalah bahan galian logam yaitu emas, tembaga, bijih besi laterit, belerang, dan beberapa
bahan galian golongan C.

Laporan Akhir  II-8


 
Revisi Tataran Transportasi Lokal Kabupaten Maluku Tenggara Barat Tahun 2015-2035

2.3.8 Struktur Tata Ruang


Struktur tata ruang wilayah Kabupaten Maluku Tenggara Barat merupakan profil
mengenai pola orientasi dan jangkauan pelayanan antar pusat pelayanan/kota kecamatan
akibat adanya pergerakan penduduk yang didukung oleh sistem transportasi. Adanya
perbedaan dalam kemampuan dan kedudukan di tiap pusat-pusat pelayanan/permukiman
dalam melayani kebutuhan penduduk telah melahirkan struktur orde pelayanan yang
berhirarki, dimana pusat pelayanan dengan orde tinggi melayani bagi wilayah pusat dan
orientasi pelayanan yang berorde lebih rendah. Selain itu, adanya pola pergerakan barang
dan penduduk merupakan gambaran kekuatan dan keterkaitan wilayah bagi pergerakan
baik secara eksternal maupun internal wilayah.
Gambaran struktur tata ruang wilayah Kabupaten maluku Tenggara Barat terdiri dari
2 (dua) bagian, yaitu struktur tata ruang eksternal dan internal. Struktur tata ruang eksternal
dicirikan oleh adanya pergerakan dengan wilayah luar berupa gambaran keterkaitan pusat
pelayanan wilayah dengan pusat-pusat pertumbuhan yang berada di wilayah sekitarnya,
seperti kabupaten-kabupaten di Propinsi Papua, Propinsi Maluku, Propinsi Nusa Tenggara
Timur serta wilayah perbatasan dengan negara tetangga. Sedangkan struktur tata ruang
internal dicirikan oleh pergerakan dan keterkaitan/hubungan antar pusat-pusat pelayanan
di lingkup wilayah kabupaten.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan struktur tata ruang wilayah
kabupaten baik secara internal maupun eksternal sebagai berikut :
 Karakteristik geografis wilayah yang terdiri dari wilayah laut dan pulau-pulau. Wilayah
ini memiliki 4 (empat) gugus pulau, yaitu gugus pulau Tanimbar, pulau-pulau Leti,
Moa Lakor dan gugus pulau Terselatan. Pada masing-masing wilayah pulau tersebut
terdapat pusat-pusat permukiman yang berfungsi sebagai ibukota kecamatan dan
hanya dapat dicapai melalui transportasi laut atau udara dari wilayah pulau-pulau lain.
 Kondisi geografis internal gugus pulau memiliki pulau besar dan beberapa pulau kecil
sehngga masing-masing-masing membentuk suatu kesatuan pelayanan sosial-
ekonomi dan pergerakan penduduk tersendiri. Pola pelayanan dan pergerakan yang
terjadi sebagian besar menggunakan moda transportasi laut untuk menghubungkan
beberapa pulau dalam wilayah satu gugus pulau.
 Letak dan kedudukan secara geografis wilayah kabupaten yang merupakan wilayah
perbatasan bagian Selatan yang bertetangga dengan negara Australia dan Timor
Lorosae menciptakan peran dan posisi yang sangat strategis dalam aspek ekonomi
dan pertahanan keamanan terhadap wilayah luar di masa mendatang.

Laporan Akhir  II-9


 
Revisi Tataran Transportasi Lokal Kabupaten Maluku Tenggara Barat Tahun 2015-2035

2.3.9 Kondisi kependudukan


Jumlah penduduk di Kabupaten Maluku Tenggara Barat mengalami peningkatan
setiap tahunnya. Jumlah penduduk Kabupaten Maluku Tenggara Barat dapat dilihat pada
tabel berikut ini.
Tabel 2.4
Jumlah Penduduk Tahun 2013
Kecamatan Laki - laki Perempuan Total
Tanimbar Selatan 16.490 16.077 32.567
Wertamrian 4.975 5.040 10.015
Wermaktian 5.723 5.526 11.249
Selaru 6.284 6.352 12.636
Tanimbar Utara 6.774 6.870 13.644
Yaru 2.454 2.508 4.962
Wuarlabobar 3.760 3.597 7.357
Molu Maru 1.476 1.386 2.862
Nirunmas 3.590 3.675 7.265
Kormomolin 3.063 3.045 6.108
Jumlah total 54.589 54.076 108.665
Sumber : MTB Dalam Angka 2014

Berdasarkan data tersebut dapat diketahui jika jumlah penduduk di Kabupaten


Maluku Tenggara Barat adalah 108.665 jiwa. Jmlah penduduk terbanyak menempati
Kecamatan Tanimbar Selatan sebanyak 32.567 jiwa atau sebesar 30% dari total penduduk
di Kabupaten MTB. Sedangkan jumlah penduduk paling sedikit terletak di Kecamatan Molu
Maru sebesar 2.862 jiwa. Untuk kepadatan penduduk di Kabupaten Maluku Tenggara Barat
adalah sebagai berikut

Tabel 2.5
Jumlah Kepadatan Penduduk Tahun 2013
Kecamatan Luas area Jumlah penduduk Kepadatan Penduduk
Tanimbar Selatan 825,69 32.567 39,4
Wertamrian 1.298,45 10.015 7,7
Wermaktian 2.941,16 11.249 3,8
Selaru 826,26 12.636 15,3
Tanimbar Utara 1.075,74 13.644 12,7
Yaru 79,42 4.962 62,5
Wuarlabobar 654,74 7.357 11,2
Molu Maru (sedang direvisi) 2.862 -
Nirunmas 1.468,30 7.265 4,9
Kormomolin 933,16 6.108 6,5
Jumlah total 10.102,92 108.665 10,8
Sumber : MTB Dalam Angka 2014

Jumlah penduduk Kabupaten Maluku Tenggara Barat cenderung meningkat baik


secara keseluruhan maupun pada tiap-tiap kecamatan. Tingkat kepadatan penduduk di
Kabupaen Maluku Tenggara Barat adalah 10,8 orang/km2. Tingkat kepadatan tertinggi
terdapat di Kecamatan Tanimbar Selatan sebesar 39,4 orgkm 2 sedangkat untuk tingkat

Laporan Akhir  II-10


 
Revisi Tataran Transportasi Lokal Kabupaten Maluku Tenggara Barat Tahun 2015-2035

kepadatan terendah terdapat di Kecamatan Nirunmas 4,9 orang/km2. Jumlah penduduk


dan distribusi Penduduk Kabupaten Maluku Tenggara Barat Tahun 2013 disajikan pada
Tabel berikut
Tabel 2.6
Jumlah Penduduk, Rasio Jenis Kelamin, Pertumbuhan dan Distribusi Penduduk Kabupaten
Maluku Tenggara Barat Tahun 2013
Kecamatan Laki - laki Perempuan Rasio
Tanimbar Selatan 16.490 16.077 103
Wertamrian 4.975 5.040 99
Wermaktian 5.723 5.526 104
Selaru 6.284 6.352 99
Tanimbar Utara 6.774 6.870 99
Yaru 2.454 2.508 98
Wuarlabobar 3.760 3.597 105
Molu Maru 1.476 1.386 106
Nirunmas 3.590 3.675 98
Kormomolin 3.063 3.045 101
Jumlah total 54.589 54.076 101
Sumber : BPS Kabupaten MTB, 2014
*(Termasuk Kecamatan Molo Maru)

Masyarakat Maluku Tenggara Barat dalam menjalin hubungan memiliki nilai-nilai adat
yang kuat. Hubungan antara pemerintah dengan rakyat didasarkan atas aturan adat yang
melekat di masyarakat antara lain adat duan lolat. Adat ini merupakan salah satu adat suku
Tanimbar di antara masyarakat Adat lain yang dijadikan pranata formal oleh beberapa
masyarakat Maluku di tingkat desa termasuk masyarakat di Maluku Tenggara Barat yaitu
adat sasi. Adat ini mengatur jangka waktu memanen sumber daya tertentu (hayati laut dan
darat).
Berdasarkan data kegiatan utama penduduk umur 10 tahun ke atas di Maluku
Tenggara Barat pada tahun 2013 terdapat 42% penduduk Maluku Tenggara Barat
melakukan kegiatan utamanya dengan bekerja, 28% bersekolah, 18% mengurus rumah
tangga, 8% tidak memiliki kegiatan utama, dan 4% melakukan kegiatan lainnya. Presentase
penduduk yang bekerja menurut lapangan usaha utama berdasarkan data tahun 2008 yaitu
67.57% bekerja pada sektor pertanian, 0.12% bekerja pada sektor pertambangan dan
galian; 1.53% bekerja pada sektor industri; 0.24% bekerja pada sektor listrik, gas, dan air;
1.97% bekerja pada sektor konstruksi; 3.36% bekerja pada sektor perdagangan; 5.30%
bekerja pada sektor transportasi dan komunikasi; 1.67% bekerja pada sektor keuangan;
dan 18.24% bekerja pada sektor jasa.
Lapangan pekerjaan utama yang banyak dijadikan sebagai mata pencaharian
penduduk di Maluku Tenggara Barat menurut data penduduk 10 tahun ke atas yang bekerja
tahun 2010 adalah sektor pertanian, kehutanan, perburuan, dan perikanan yaitu sebesar
72,84% disusul sektor jasa-jasa sebesar 21,87% dan sektor Industri sebesar 5,29%. Sektor
pertambangan dan penggalian; sektor listrik, gas dan air minum; bangunan; serta sektor

Laporan Akhir  II-11


 
Revisi Tataran Transportasi Lokal Kabupaten Maluku Tenggara Barat Tahun 2015-2035

angkutan, pergudangan dan komunikasi hanya menjadi mata pencaharian penduduk laki-
laki di Maluku Tenggara Barat (100%) sementara sektor perdagangan lebih banyak
dijadikan mata pencaharian penduduk berjenis kelamin perempuan dengan perbandingan
54.12% tenaga kerja perempuan dan 45.88% tenaga kerja laki-laki.
Jumlah angkatan kerja pada periode 2007-2008 mengalami peningkatan dari
73.131 orang menjadi 35.346 orang atau berkurang 37.785 orang namun pada periode
2008-2009 jumlah angkatan kerja berbertambah menjadi 1.255 dan selanjutnya pada
periode 2009-2010 mengalami peningkatan kembali jumlah angkatan kerja menjadi
10.295. Laju jumlah angkatan kerja selama periode 2007-2010 sebesar 25.76% atau
mengalami peningkatan sebesar 6,44% setiap tahun.

2.3.10 Kondisi perekonomian


Laju pertumbuhan perekonomian Kabupaten Maluku Tenggara Barat rata-rata selama
kurun waktu 2007-2010 sebesar 5%. Berdasarkan data distribusi persentase PDRB atas
dasar harga konstan 2000 maka sektor yang memberikan kontribusi besar dalam
perekonomian di Kabupaten Maluku Tenggara Barat pada tahun 2010 yaitu sektor
pertanian dengan kontribusi sebesar 54,18%; sektor perdagangan, hotel dan restoran
dengan kontribusi sebesar 24,40%; serta sektor jasa-jasa dengan kontribusi sebesar
4.18%.
Sub sektor perikanan dan sub sektor tanaman bahan makanan memberikan
kontribusi yang besar bagi perekonomian dari sektor pertanian yaitu masing-masing
sebesar 26,06% dan 17,18%. Sub sektor perdagangan merupakan sub sektor yang
memberikan kontribusi besar bagi perekonomian dibandingkan sub sektor yang lain dari
sektor perdagangan, hotel dan restoran dengan kontribusi sebesar 24,40%.
PDRB adalah jumlah nilai tambah bruto yang dihasilkan seluruh unit usaha dalam
wilayah tertentu, atau merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilakan oleh
seluruh unit ekonomi. PDRB atas dasar harga berlaku menggambarkan nilai tambah
barang dan jasa yang dihitung dengan menggunakan harga pada setiap tahun, sedangkan
PDRB atas dasar harga konstan menunjukan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung
menggunakan harga pada satu tahun tertentu sebagai tahun dasar penghitungannya.
PDRB atas dasar harga berlaku dapat digunakan untuk melihat pergeseran struktur
ekonomi, sedangkan harga konstan dapat digunakan untuk mengetahui pertumbuhan
ekonomi dari tahun ke tahun. PDRB Kabupaten Maluku Tenggara Barat berdasarkan harga
berlaku maupun harga konstan beserta indikatorindikator lain yang terkait dapat dilihat pada
tabel berikut.

Laporan Akhir  II-12


 
Revisi Tataran Transportasi Lokal Kabupaten Maluku Tenggara Barat Tahun 2015-2035

Gambar 2.4
Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha
di Kabupaten Maluku Tenggara Barat, 2009-2013

Tabel 2.7
Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha
di Kabupaten Maluku Tenggara Barat (juta rupiah), 2009 – 2013

Lapangan usaha 2009 2010 2011 2012 2013


Pertanian, peternakan, kehutanan & perikanan 274.464 293.369 325.089 376.116 425.124
Pertambangan dan penggalian 4.497 5.286 6.147 7.148 8.123
Industri pengolahan 2.524 2.922 3.470 4.014 4.476
Listrik dan air bersih 2.258 2.391 2.589 2.752 2.920
Bangunan 8.368 12.942 15.413 18.013 21.420
Perdagangan, hotel dan restoran 114.938 132.104 156.119 188.610 215.945
Pengangkutan dan komunikasi 6.971 8.346 10.450 11.840 13.121
Keuangan persewaan dan jasa perusahaan 20.743 22.616 25.069 28.808 32.792
Jasa – jasa 52.902 61.511 79.731 97.808 110.991
PDRB / GRDP 487.665 541.487 623.717 735.108 834.911
Sumber : Profil MTB 2014

Berdasarkan PDRB atas dasar harga berlaku Kabupaten MTB dapat terlihat bahwa
PDRB Kab.MTB dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Pada tahun 2013 PDRB atas
dasar harga berlaku Kab.MTB mencapai 813.911 juta rupiah dengan penyumbang terbesar
terletak pada sektor pertanian sebesar 425.124 juta rupiah dan sektor perdagangan, hotel,
dan restoran sebesar 215.945 juta rupiah.

Laporan Akhir  II-13


 
Revisi Tataran Transportasi Lokal Kabupaten Maluku Tenggara Barat Tahun 2015-2035

Tabel 2.8
Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha
di Kabupaten Maluku Tenggara Barat (juta rupiah), 2009 – 2013

Lapangan usaha 2009 2010 2011 2012 2013


Pertanian, peternakan, kehutanan & perikanan 151.981 158.904 163.952 174.454 182.794
Pertambangan dan penggalian 2.141 2.374 2.582 2.778 2.929
Industri pengolahan 1.418 1.501 1.670 1.765 1.842
Listrik dan air bersih 989 1.007 1.071 1.095 1.135
Bangunan 4.976 6.849 7.529 7.916 8.590
Perdagangan, hotel dan restoran 59.910 62.619 68.027 74.626 79.572
Pengangkutan dan komunikasi 4.622 4.869 5.050 5.363 5.682
Keuangan persewaan dan jasa perusahaan 13.312 13.667 14.069 14.747 15.685
Jasa – jasa 32.643 34.118 36.968 40.270 41.788
PDRB / GRDP 271.992 285.908 300.917 323.012 340.018
Sumber : Profil MTB 2014

Menurut data PDRB atas harga konstan 2000 Kab. MTB dapat diketahui jika setiap
tahunnya terjadi peningkatan. Pada tahun 2013 PDRB atas harga konstan 2000 Kab. MTB
mencapai 340.018 juta rupian dengan penyumbang sektor tertinggi terdapat pada pertanian
sebesar 182.794 juta rupiah dan sektor perdagangan, perhotelan, dan restoran sebesar
79.572 jua rupiah.
Berdasarkan data PDRB atas dasar harga berlaku dan harga konstan dapat diketahui
beberapa sektor penyumbang terbesar di Kab. MTB, berikut merupakan penjelasan dari
sektor pertanian yang merupakan penyumbang PDRB terbesar di Kab. Maluku Tenggara
Barat.

A. Pertanian
Pertanian di Kabupaten Maluku tenggara Barat terdiri atas tanaman pangan, tanaman
holtikultura, dan tanaman perkebunan.
 Tanaman pangan
Tanaman pangan yang terdapat di Kabupaten Malutu Tenggara Barat adalah jenis
tanaman padi dan tanaman palawija. Tanaman ini meliputi padi ladang, jagung, ketela
pohon, ketela rambat, kacang tanah, kacang hijau dll nya.

Tabel 2.9
Luas Tanam, Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas Padi Ladang Menurut Kecamatan
di Kabupaten Maluku Tenggara Barat, 2011 – 2013

Luas Tanam Luas Panen Produksi Produktivitas


Kecamatan
(Ha) (Ha) (ton) (kuintal/ha)
Tanimbar Selatan 120 108 248 23.0
Wertamrian 260 221 530 24.0
Wermaktian 95 81 81 10.0
Selaru 320 256 691 27.0
Tanimbar utara 115 101 213 21.0
Yaru 65 57 51 8.9

Laporan Akhir  II-14


 
Revisi Tataran Transportasi Lokal Kabupaten Maluku Tenggara Barat Tahun 2015-2035

Luas Tanam Luas Panen Produksi Produktivitas


Kecamatan
(Ha) (Ha) (ton) (kuintal/ha)
Wuarlabobar 145 126 252 20.0
Nirunmas 40 32 26 8.0
Komomolin 30 26 21 8.0
Molu maru 10 9 6 6.7
2013 1.200 1.017 2.119 20.8
2012 975 938 1792 19.1
2011 762 710 853 12.0
Sumber : Profil Maluku Tenggara Barat,2014

Berdasarkan data tersebut dapat terlihat bahwa terdapat beberapa kecamatan


dengan penghasilan padi setiap tahunnya besar. Kecamatan tersebut antara lain
kecamatan tanimbar selatan, wertamrian, selaru,dan tanimbar utara. Penghasil padi
terbesar di Kabupaten Malutu Tenggara Barat terdapat di Kecamatan Selaru dengan
produksi padi tiap tahun mencapai 691 ton dan luas tanam 320 ha, produktivitas di
Kecamatan ini mencapai 27 kuintal/ha setiap tahunnya.

Tabel 2.10
Luas Tanam, Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas jagung Menurut Kecamatan
di Kabupaten Maluku Tenggara Barat, 2011 – 2013
Luas Tanam Luas Panen Produksi Produktivitas
Kecamatan
(Ha) (Ha) (ton) (kuintal/ha)
Tanimbar Selatan 85 81 283 34.9
Wertamrian 90 86 257 29.8
Wermaktian 110 105 261 24.9
Selaru 198 188 527 28.0
Tanimbar utara 102 97 291 30.0
Yaru 45 43 86 19.9
Wuarlabobar 60 57 137 24.0
Nirunmas 190 181 542 29.9
Komomolin 130 124 321 25.9
Molu maru 15 14 24 17.4
2013 1.025 976 2.727 27.9
2012 675 634 1.534 24.2
2011 625 588 881 15.0
Sumber : Profil Maluku Tenggara Barat,2014

Penghasil jagung terbesar di Kabupaten Malutu Tenggara Barat terdapat di


Kecamatan Tanimbar Selatan dengan produksi padi tiap tahun mencapai 283 ton dan
luas tanam 85 ha, produktivitas di Kecamatan ini mencapai 34.9 kuintal/ha setiap
tahunnya

Laporan Akhir  II-15


 
Revisi Tataran Transportasi Lokal Kabupaten Maluku Tenggara Barat Tahun 2015-2035

Tabel 2.11
Luas Tanam, Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas Kacang Tanah
Menurut Kecamatan di Kabupaten Maluku Tenggara Barat, 2011 – 2013
Luas Tanam Luas Panen Produksi Produktivitas
Kecamatan
(Ha) (Ha) (ton) (kuintal/ha)
Tanimbar Selatan 32 29 43 14.9
Wertamrian 28 25 35 13.9
Wermaktian 30 27 32 11.9
Selaru 54 49 92 18.8
Tanimbar utara 95 86 171 19.9
Yaru 18 16 19 11.9
Wuarlabobar 25 22 29 13.0
Nirunmas 21 19 28 14.8
Komomolin 15 13 17 13.1
Molu maru 8 7 7 9.9
2013 326 293 473 16.1
2012 259 226 292 12.9
2011 224 205 226 11.0
Sumber : Profil Maluku Tenggara Barat,2014

Penghasil kacang tanah terbesar di Kabupaten Malutu Tenggara Barat terdapat di


Kecamatan Tanimbar Selatan dengan produksi padi tiap tahun mencapai 171 ton dan
luas tanam 95 ha, produktivitas di Kecamatan ini mencapai 19.9 kuintal/ha setiap
tahunnya

Tabel 2.12
Luas Tanam, Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas Ubi Kayu
Menurut Kecamatan di Kabupaten Maluku Tenggara Barat, 2011 – 2013
Luas Tanam Luas Panen Produksi Produktivitas
Kecamatan
(Ha) (Ha) (ton) (kuintal/ha)
Tanimbar Selatan 69 62 994 160.3
Wertamrian 50 45 624 138.6
Wermaktian 52 47 442 94.0
Selaru 62 56 753 134.5
Tanimbar utara 41 37 513 138.6
Yaru 28 25 248 99.0
Wuarlabobar 37 34 438 128.7
Nirunmas 60 57 855 150.0
Komomolin 43 39 368 94.3
Molu maru 20 18 144 80.2
2013 262 420 5.378 128.0
2012 329 283 1.729 61.1
2011 306 253 1.439 56.9
Sumber : Profil Maluku Tenggara Barat,2014

Penghasil ubi kayu pada tahun 2013 mencapai 5.378 ton dengan produktivitas
mencapai 128.0 kuintal/ha dan luas panen mencapai 420 ha.

Laporan Akhir  II-16


 
Revisi Tataran Transportasi Lokal Kabupaten Maluku Tenggara Barat Tahun 2015-2035

Tabel 2.13
Luas Tanam, Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas Ubi Jalar
Menurut Kecamatan di Kabupaten Maluku Tenggara Barat, 2011 – 2013
Luas Tanam Luas Panen Produksi Produktivitas
Kecamatan
(Ha) (Ha) (ton) (kuintal/ha)
Tanimbar Selatan 24 22 131 59.4
Wertamrian 33 30 190 63.4
Wermaktian 36 33 176 53.5
Selaru 47 43 277 64.3
Tanimbar utara 43 39 232 59.4
Yaru 32 29 144 49.5
Wuarlabobar 30 27 152 56.4
Nirunmas 64 57 385 67.5
Komomolin 40 36 189 52.5
Molu maru 13 12 59 49.5
2013 362 328 1.935 59.0
2012 290 255 1.673 65.6
2011 276 265 1.520 57.4
Sumber : Profil Maluku Tenggara Barat,2014

Penghasil ubi jalar pada tahun 2013 mencapai 1.935 ton dengan produktivitas
mencapai 59.0 kuintal/ha dan luas panen mencapai 328 ha.

 Holtikultura
Tanaman holtikultura yang banyak terdapat di Kabupaten Maluku Tenggara Barat ini
berupa sayuran dan buah – buahan.
Tabel 2.14
Produksi buah – buahan Menurut Kecamatan
di Kabupaten Maluku Tenggara Barat 2013

Kecamatan Mangga Jeruk Pisang Pepaya Nanas Jambu Sukun Nangka


Tanimbar Selatan 199,32 34,00 504,00 110,00 0,08 27,24 140,66 24,00
Wertamrian 147,02 - 501,12 31,12 0,11 12,30 51,24 15,20
Wermaktian 111,32 127,50 232,90 15,80 0,09 11,88 47,37 9,60
Selaru 202,00 - 308,28 30,80 0,24 16,56 48,76 5,44
Tanimbar utara 42,70 - 844,52 68,20 0,00 21,50 85,55 18,00
Yaru 17,71 3.401,00 408,50 11,00 0,00 6,40 11,80 2,40
Wuarlabobar 36,98 - 136,95 11,52 0,26 11,25 27,53 4,20
Nirunmas 20,40 - 348,87 10,54 0,00 4,14 22,87 3,80
Komomolin 34,50 - 150,45 9,68 0,00 7,90 35,57 7,60
Molu maru 10,75 - 70,55 2,75 0,00 6,71 7,26 1,80
2013 822,70 3.562,50 3.506,14 302,41 0,78 125,88 478,61 92,04
2012 912,10 2.850,00 3.506,14 633,38 23,96 147,51 479,27 97,60
2011 875,52 3.741,00 3.506,14 633,38 23,51 147,92 478,62 92,04
Sumber : Profil Maluku Tenggara Barat,2014

Berdasarkan data tersebut dapat terlihat bahwa komoditi buah di Kab MTB adalah
mangga, jeruk, pisang, pepaya, nanas, jambu, sukun, dan nangka. Rata-rata semua
jenis buah ini dapat tumbuh di keseluruhan wilayah MTB kecuali jeruk yang hanya
tumbuh subur di wilayah Yaru dengan produksi 3401 ton. Komoditi tertingi adalah

Laporan Akhir  II-17


 
Revisi Tataran Transportasi Lokal Kabupaten Maluku Tenggara Barat Tahun 2015-2035

buah jeruk dan buah pisang. Hampir semua wilayah dapat ditanami pisang tetapi
produksi pisang terbesar di Kecamatan Tanimbar utara 844,52 ton.

Jenis sayuran yang dapat tumbuh di MTB ada berbagai jenis diantaranya bawang
merah, cabe besar, cabe rawit, kubis,wortel, petsai, kacang panjang, buncis, bayam,
kangkung, tomat, ketimun, dan terong. Untuk sayuran produksi tertinggi adalah
kangkung 217.80 ton, terong 145.40 ton, bawang merah dengan produksi 130.50 ton,
bayam 120.60 taon, kubis 115.70 ton.

 Tanaman perkebunan
Hasil perkebunan yang terdapat di Kabupaten Maluku Tenggara Barat adalah kelapa,
kopi, coklat, dan jambu mete.

Tabel 2.15
Produksi Tanaman Perkebunan Menurut Kecamatan
di Kabupaten Maluku Tenggara Barat, 2011 – 2013

Kecamatan Kelapa Kakao Jambu Mete Pala


Tanimbar Selatan 5.005,00 0,85 1.303,78 0,00
Wertamrian 4.748,00 1,03 1.534,60 0,00
Wermaktian 5.363,00 0,00 1.003,90 0,00
Selaru 6.095,00 0,00 512,49 0,00
Tanimbar utara 5.708,00 0,00 832,22 0,00
Yaru 4.572,00 0,30 54,27 0,00
Wuarlabobar 4.080,00 0,00 155,61 0,00
Nirunmas 4.685,00 0,00 104,64 0,00
Komomolin 3.899,00 1,35 361,41 0,00
Molu maru - - 0,00 0,00
2013 44.155,00 3,53 5.862,91 0,10
2012 43.815,97 3,53 5.862,91 0,10
2011 42.455,00 3,00 5.800,00 0,10
2010 40.686,00 3,00 5.800,00 0,10
Sumber : Profil Maluku Tenggara Barat,2014

Berdasarkan tabel tersebut dapat terlihat bahwa produk ungulan Kabupaten Maluku
Tenggara Barat dari sektor perkebunan adalah Kelapa dan Jambu Mete. Setiap
kecamatan rata – rata menghasilkan kelapa diatas 4000 ton setiap tahunnya.
Sedangkan untuk Jambu mete penghasilan terbanyak terdapat di kecamatan
wertamrian dengan produksi 1534.60 ton setiap tahunnya.

B. Perikanan
Jumlah potensi Perikanan di Laut Banda dan Laut Arafura yaitu sekitar 1.034.174 ton,
dengan jenis ikan yang bervariasi antara lain cakalang, tongkol, tuna, marlin, ikan
pedang, tenggiri, ikan karang, lobster, udang, udang, dan cumi-cumi. Dari potensi
tersebut yang baru di produksi sebesar 6.895 ton atau sebesar 0,66 %.

Laporan Akhir  II-18


 
Revisi Tataran Transportasi Lokal Kabupaten Maluku Tenggara Barat Tahun 2015-2035

C. Peternakan
Ternak umumnya dimiliki oleh masyarakat di seluruh wilayah Maluku Tenggara Barat.
Jenis – jenis ternak yang diusahakan antara lain kerbau Moa, Sapi, kambing Lakor,
domba Kisar, babi dan kuda serta jenis unggas. Ternak yang di usahakan di wilayah
Maluku Tenggara Barat mencapai 144.550 ekor dengan potensi terbesar adalah
kambing, babi, kerbau dan sapi sementara populasi ternak unggas mencapai 3.030.236
ekor dan Itik 167.903 ekor.

2.4 Perkembangan Lingkungan Strategis


Perkembangan Lingkungan Strategis merupakan faktor positif yang dimiliki
Kabupaten Maluku Tenggara Barat dalam hal ini adalah kondisi yang telah tercipta yang
akan menunjang perkembangan Kabupaten Maluku Tenggara Barat apabila di kelola
dengan baik. Perkembangan Strategis Pokok yang harus diperhatikan dalam
penyusunan Tatralok Kabupaten Maluku Tenggara Barat adalah hal-hal sebagai berikut:
 Berdasarkan skala nasional Kabupaen MTB berada di wilayah ALKI III A, III B dan
III C sekaligus meniadikan daerah Kabupaten MTB merupakan kabupaten dengan
wilayah Kepulauan terbesar di Maluku (27.74%). Dengan karakteristik wilayah
seperti itu, Kabupaten MTB merupakan sebuah regio khas yang memiliki kekuatan
maritim dan kelautan yang dominan bagi Indonesia secara umum dan secara
khusus di provinsi Maluku. Dengan fakta natural tersebut, Kabupaten MTB memiliki
wilayah fishing ground yang besar namun aktivitas perikanan tangkap dan budidaya
laut yang minimal dibanding kabupaten/kota lain di wilayah provinsi Maluku.

 Pertumbuhan Kawasan Tumbuh Pesat yang juga merupakan kawasan sentra


produksi yang berbasiskan komoditas alamiah pesisir dan lautnya merupakan
unggulan komparatif Kabupaten MTB dibanding dengan kabupaten lain di propinsi
Maluku. Pertumbuhan wilayah perkotaan dan sistem kota (Orde II-IV) yang mulai
menunjukkan geliat perkembangan yang semakin stabil, ada pertumbuhan ekonomi,
serta mobilitas penduduk cukup tinggi.

 Pertumbuhan dan penyebaran aktivitas ekonomi Kabupaten MTB saat ini terpusat
di kota Saumlaki sebagai wilayah transit dan wilayah jasa potensial. Namun situasi
ini memberikan konsekuensi jarak yang dalam perkembangannya menjadi item
kelemahan bagi wilayah lain di Kabupaten MTB khususnya dengan keberadaan
wilayah-wilayah terbelakang dan terisolasi di hampir seluruh wilayah kabupaten ini.

Laporan Akhir  II-19


 
Revisi Tataran Transportasi Lokal Kabupaten Maluku Tenggara Barat Tahun 2015-2035

 Kabupaten MTB juga memiliki keterkaitan yang relevan terhadap interaksi


internasional yang mungkin akan dirasakan di masa mendatang khususnya dalam
5-10 tahun ke depan. Relasi internasional Kabupaten MTB dengan daerah-daerah
perbatasan Indonesia dan negara tetangga di wilayah pulau-pulau terluar selatan
MTB menjadi suatu poin utama dan strategis baik dalam aspek
pertahanan/keamanan, keutuhan NKRI dan juga dampak ekonominya secara lokal,
regional, dan nasional. Untuk itu jaringan, armada, dan sarana serta prasarana
perhubungan memiliki peran penting di dalam mengakomodasi kebutuhan distribusi
dan angkutan hubungannya dengan wilayah perbatasan Indonesia di Kabupaten
MTB.

 Wilayah Maluku secara khusus Kabupaten MTB berpotensi menjadi wilayah transit
bagi seluruh angkutan udara dan laut yang memakai wilayah navigasi penerbangan
dan pelayaran Kabupaten MTB khususnya untuk trafik utara-selatan (North-South)
dunia baik untuk penumpang (melalui udara) dan kargo curah kering serta kontainer
khususnya untuk barang-barang angkutan dari dan ke benua Australia. Karenanya,
posisi pulau-pulau terselatan MTB memiliki ruang perbatasan yang menentukan
khususnya dengan negara tetangga yaitu Timor Leste dan Australia. Secara khusus
untuk kontak perdagangan dengan Timor Leste, bila pertimbangan potensi
perdagangan baik yang bersifat kompetitif dan komparatif diambil, maka
diperkirakan adanya peluang terbentuknya pola dan blok perdagangan baru yang
dapat distimulasi antara masyarakat di Selatan Kabupaten MTB dengan masyarakat
di Timor Leste

 Perkembangan fasilitas sarana land-bridge terbaru di Australia dalam tahun 2005


juga membuka potensi baru bagi arus interaksi Indonesia-Australia melalui Maluku
khususnya Kabupaten MTB. Hal ini diinisiasi dengan dibukanya rute langsung
Australasia yang mana sebelum ini rute menuju ke Australia dengan area tujuannya
adalah kota Sidney dan Meulborne, namun sekarang dengan tersedianya fasilitas
land-bridge memungkinkan adanya rute pendek Indonesia ke Darwin (utara
Australia) dan dilanjutkan dengan jasa moda kereta api dari Darwin ke Selatan
Australia hingga kota Sidney dan Meulborne. Waktu dengan rute terbaru dapat
sekitar 6-7 hari lebih cepat dibanding dengan rute laut yang diperkirakan sekitar 14-
15 hari. Juga dengan biaya (freight) diperkirakan lebih murah 30% dari freight
sebelumnya. Karenanya Kabupaten MTB dapat memiliki peluang memanfaatkan
potensi rute terdekat tersebut menuju Benua Australia lewat kota Darwin, yang
merupakan sister city kota Saumlaki.

Laporan Akhir  II-20


 
Revisi Tataran Transportasi Lokal Kabupaten Maluku Tenggara Barat Tahun 2015-2035

2.5 Hubungan Dengan Tatralok Daerah Sekitarnya


Korelasi antara Kabupaten Maluku Tenggara Barat dengan Kabupaten Maluku Barat
Daya diantaranya terdapatnya pelabuhan yang melayani angkutan barang dan penumpang
di Maluku Barat Daya, sehingga masyarakat Kabupaten Maluku Tenggara Barat dan
Maluku Barat Daya dapat memanfaatkannya.
Selain itu hubungan transportasi diantara keduanya terdapat pada kebijakan Tatralok
Maluku dimana Kabupaten Maluku Tenggara Barat dan Maluku Barat Daya sebagai
Konsep Laut Pulau dan Konsep Gugus Pulau dimana hal ini dikarenakan sebagian besar
wilayah di Maluku berupa Pulau – pulau.
Pada akhirnya korelasi antara tatralok Kabupaten Maluku Tenggara Barat dan
tatralok daerah sekitarnya saling menunjang satu sama lain, sehingga diperlukan adanya
suatu kerjasama antara pemerintah daerah yang bersangkutan.

Laporan Akhir  II-21


 

Anda mungkin juga menyukai