Anda di halaman 1dari 21

2

2.1 Kajian Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Maluku


Dalam kegiatan penataan ruang digunakan pendekatan pengembangan wilayah.
Wilayah sebagai ajang pembangunan, pengembangannya didasarkan pada satuan
geografi dan seluruh unsur yang terkait dengannya, dimana batas dan sistemnya
ditentukan berdasarkan aspek administrasi atau aspek fungsional. Berdasarkan
aspek fungsional, di Provinsi Maluku telah berkembang hubungan interaksi desa‐
kota yang saling menguntungkan kedua belah pihak. Perkembangan wilayah
perkotaan sampai saat ini telah memunculkan adanya skala dan hierarki atau
wilayah perkotaan atau kota.
Tabel 2.1 Pembagian Sistem Pusat Pelayanan Pengembangan Provinsi Maluku
Kategori Kabupaten Fungsi
Pusat Kegiatan Ambon Pusat Pelayanan Primer Jasa Pemerintahan, Pertanian,
Nasional (PKN) Perkebunan, Kehutanan, Perikanan, dan Pariwisata
Saumlaki / P. Pusat pelayanan administrasi pelintas batas negara,
Tanimbar perdagangan-jasa dan transhipment point, Pertanian,
Perkebunan, Kehutanan, dan Perikanan
Pusat Kegiatan
Ilwaki Pusat pelayanan administrasi pelintas batas negara,
Strategis
perdagangan-jasa dan transhipment point, Kehutanan,
Nasional
Pertambangan, Dan perikanan
(PKSN)
Dobo Pusat pelayanan administrasi pelintas batas negara,
perdagangan-jasa dan transhipment point, dan
perikanan
Masohi Pusat Pelayanan Tersier Jasa Pemerintahan, Pertanian,
Perkebunan, Kehutanan, dan Perikanan
Tual Pusat Pelayanan Tersier Jasa Pemerintahan, Pertanian,
Perkebunan, Kehutanan, dan Perikanan
Pusat Kegiatan Namlea Pusat Pelayanan Tersier Jasa Pemerintahan, Pertanian,
Wilayah (PKW) Perkebunan dan Perikanan
Werinama Pusat Pelayanan Tersier Jasa Pemerintahan dan
Perikanan
Kairatu Pusat Pelayanan Tersier Jasa Pemerintahan dan
Perikanan
Sumber: Bappeda Provinsi Maluku

Pengembangan tata ruang Provinsi Maluku menggunakan pendekatan


pengembangan ‘Laut-Pulau’. Pendekatan ini secara makro lebih menitikberatkan
pada pandangan bahwa Kepulauan Maluku sebagai satu kesatuan ekonomi
dengan wilayah lain terutama wilayah yang berbatasan dengan Provinsi Maluku,
dan laut dipandang sebagai bagian dari wilayah perencanaan bukan sebagai

Halaman II-1
pembatas. Sedangkan batas administrasi dilihat sebagai pemersatu Kepulauan Maluku dari
aspek pemerintahan. Dengan demikian pengembangan Provinsi Maluku tidak hanya berasal dari
wilayah administrasi Maluku saja (pusat pemerintahan), tetapi juga diharapkan adanya pengaruh
dari perkembangan pusat-pusat pertumbuhan di luar Maluku (simpul pertumbuhan). Maka
daripada itu, pendekatan pengembangan ‘Laut Pulau’ menganut sistem Pintu Jamak (Multi Gate)
yang menghubungkan pusat-pusat pengembangan wilayah di Provinsi Maluku ke pusat-pusat
pertumbuhan di luar Maluku.
Pengembangan struktur ruang wilayah Provinsi Maluku semenjak tahun 2001 dilakukan dengan
pendekatan ‘Gugus Pulau’ dengan pembagian berdasarkan kesamaan ekosistem, sosial budaya
(kependudukan), transportasi, potensi sumberdaya alam, dan perekonomian. Pendekatan ini
dilakukan dengan maksud untuk mengoptimalkan pengembangan wilayah di Provinsi Maluku.
Pendekatan Gugus Pulau ini masih cukup efektif untuk dilakukan dalam pemanfaatan ruang
wilayah Provinsi Maluku dan diharapkan dapat mengurangi bahkan menghindarkan potensi
konflik antar wilayah. Masing-masing Gugus Pulau ini nantinya diharapkan dapat menjadi wilayah
yang mandiri dan mampu memenuhi kebutuhan utama wilayahnya masing-masing dengan
mengandalkan potensi yang dimiliki. Kemandirian Gugus Pulau ini mencakup aksesibilitas yang
baik secara internal Gugus Pulau maupun eksternal terhadap Gugus Pulau yang lain, mampu
memenuhi kebutuhan wilayahnya, mampu mengembangkan potensi yang dimiliki secara
berkelanjutan.

2.2 Rencana Tatanan Transportasi Wilayah Provinsi Maluku


2.2.1 Transportasi Darat
1. Pengembangan sistem transportasi jalan:

a. Mendukung peningkatan pemanfaatan potensi unggulan wilayah secara optimal, yang


diikuti dengan meningkatnya daya saing produk-produk unggulan di Kepulauan Maluku;

b. Meningkatkan mobilitas penduduk di daerah-daerah yang terisolasi atau mampu


menjangkau daerah-daerah terpencil;

c. Meningkatkan aksesibilitas dari kawasan-kawasan andalan dan kawasan budidaya


lainnya ke tujuan-tujuan pemasaran, baik ke kawasan ekonomi sub-regional ASEAN,
kawasan Asia Pasifik maupun ke kawasan internasional lainnya;

Halaman II-2
d. Mendukung misi pengembangan Kepulauan Maluku untuk pengembangan system kota-
kota di Kepulauan Maluku yang terpadu melalui pengintegrasian pusat-pusat kegiatan
pesisir, pusat-pusat agropolitan, dan pusat-pusat pertumbuhan lainnya dengan jaringan
jalan di Kepulauan Maluku.
2. Pengembangan sistem jaringan jalan Kepulauan Maluku menurut prioritas penanganannya.
3. Pengembangan jaringan jalan koridor utama sebagaimana berikut:
a. Peningkatan jaringan jalan lintas Pulau Seram yang menghubungkan kota-kota Amahai –
Masohi – Simpang Makariki – Liang – Waiselan – Kairatu dan Simpang Makariki – Waipia
– Saleman – Besi – Wahai – Pasahari – Kobisonta – Bula;
b. Peningkatan jaringan jalan lintas Pulau Ambon yang menghubungkan kota-kota Ambon
– Galala – Passo – Durian Patah – Laha dan Passo – Suli – Tulehu – Waai – Liang;
c. Peningkatan jaringan jalan lintas Pulau Buru yang menghubungkan kota-kota Namlea –
Samalagi – Air Buaya – Teluk Bara dan Namlea – Marloso – Maka – Namrole;
d. Peningkatan jaringan jalan lintas Pulau Yamdena: Saumlaki – Aludas – Arma – Siwahan
e. Pulau Wetar: Ilwaki – Lunang
f. Pulau Aru: Dobo - BBM
g. Peningkatan jaringan jalan lintas Pulau Halmahera yang menghubungkan Sidang Oli –
Boso – Kao – Padiwang – Tobelo – Galela - Lap. Terbang, dan Boso- Simpang Dodinga –
Sofifi – Akelamo – Payahe – Weda; Simpang Dodinga – Bobaneigo – Ekor- Subain – Buli –
Maba – Sagea – Gotowase; Daruba – Bere-bere; Labuha – Babang, Sanana – Manaf;
Bobong – Tikong; Sidang Oli – Jailolo – Goal – Ibu; Jailolo – Susupu;
4. Simpul jaringan transportasi jalan untuk terminal penumpang Tipe A diutamakan pada kota-
kota yang berfungsi sebagai PKN atau kota-kota lain yang memiliki permintaan tinggi untuk
pergerakan penumpang antar-kota antar-provinsi.
5. Sistem jaringan transportasi jalan Kepulauan Maluku dikembangkan sebagai satu kesatuan
sistem jaringan transportasi yang terpadu.
6. Kondisi Eksisting Angkutan Jalan Panjang jalan Nasional = 985.46 km, Panjang Jalan Provinsi
= 899.77 km, Terminal Penumpang =15 buah (tersebar), Pagar Pengaman = 9.440 m² (jalan
nasional), Rambu = 2.730 buah. Marka jalan = 50.000 m, Deliniator = 3.000 buah, Traffic Light
= 12 unit (Ambon 9 unit dan Masohi 1 unit, Tual 1 unit, Dobo 1 unit), Sedangkan Angkutan
Antar Kota Dalam Provinsi (AKDP) telah melayani 40 trayek dan 568 Kendaran.

Halaman II-3
2.2.2 Transportasi Laut
1. Pengembangan Sistem Transportasi Jaringan Laut
a. Meningkatkan efisiensi dan skala ekonomi investasi pengembangan pelabuhan laut
dengan memanfaatkan jalur ALKI III yang melintasi Laut Maluku dan Laut Banda;
b. Meningkatkan kelancaran proses koleksi dan distribusi orang dan barang dalam rangka
mendukung pengembangan ekonomi wilayah;
c. Meningkatkan aksesibilitas dari kawasan andalan ke tujuan pemasaran, baik ke kawasan
sub-regional ASEAN, Asia Pasifik, maupun kawasan internasional lainnya;
d. Meningkatkan volume ekspor-impor melalui pelabuhan peti kemas yang didukung oleh
keberadaan industri manufaktur dan/atau industri pengolahan;
e. Mengembangkan jaringan transportasi laut antar provinsi, antar pulau dan antar negara.
2. Pengembangan jaringan prasarana pelabuhan laut sebagai bagian dari system jaringan
transportasi laut meliputi:
a. Pelabuhan Nasional di Ambon, Dobo, Saumlaki, Labuha, dan Ternate dengan prioritas
tinggi.
b. Pelabuhan Regional di Tual, Tulehu, Tobelo, Morotai, Maba, Obi, Babang, Mafa, Sanana,
Dofa, Bobong, dan Buli dengan prioritas sedang.
3. Pengembangan jaringan prasarana berupa alur dan prasarana keselamatan pelayaran, serta
jaringan pelayanan yang terdiri atas jaringan pelayanan tetap dan teratur serta jaringan
pelayanan tidak tetap dan tidak teratur diatur lebih lanjut melalui Keputusan Menteri.
4. Pengembangan sistem jaringan transportasi laut antar-negara disesuaikan dengan
kebutuhan perekonomian, pertahanan negara dan kepentingan nasional lainnya.
5. Sistem jaringan transportasi laut kepulauan Maluku dikembangkan sebagai satu kesatuan
sistem jaringan transportasi yang terpadu.
Adapun lokasi rencana pelabuhan laut dalam tataran transportasi wilayah Provinsi Maluku adalah
sebagai berikut.

Halaman II-4
Gambar 2.1 Lokasi Rencana Pelabuhan Laut
Sumber: Dishub Provinsi Maluku

2.3 Kajian Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Kepulauan Aru


Sesuai dengan Peraturan Daerah Kabupaten Kepulauan Aru Nomor 3 Tahun 2012 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Kepulauan Aru tahun 2012-2032 Kebijakan Penataan
Ruang Wilayah Kabupaten Kepulauan Aru bertujuan untuk Mewujudkan penataan ruang
Kabupaten Kepulauan Aru yang berbasis potensi dan keunggulan komoditas lokal berupa
perikanan tangkap dan budidaya sektor kelautan, pariwisata bahari dan sektor unggulan
perkebunan dengan memajukan wilayah pesisir sebagai pusat pertumbuhan ekonomi wilayah
kabupaten sekaligus mendukung upaya pelestarian lingkungan.
Kebijakan penataan Ruang Kabupaten Kepulauan Aru adalah sebagai Berikut

1. Untuk mewujudkan tujuan penataan ruang wilayah sebagaimana dimaksud dalam Pasal
2 ditetapkan kebijakan rencana tata ruang wilayah kabupaten;
2. Kebijakan penataan ruang wilayah Kabupaten Kepulauan Aru meliputi:

Halaman II-5
a. Peningkatan akses pelayanan perkotaan dan pusat pertumbuhan ekonomi wilayah
yang merata dan berhierarki hingga ke pulaupulau kecil terluar yang merupakan
wilayah-wilayah yang berbatasan dengan negara lain;
b. Peningkatan keterkaitan antara pusat-pusat kegiatan di wilayah pesisir dan pulau-
pulau di wilayah Kabupaten Kepulauan Aru dalam upaya peningkatan pertumbuhan
ekonomi;
c. Peningkatan fasilitas tranasportasi hingga ke pulau-pulau kecil terluar
d. Peningkatan pelayanan prasarana lingkungan hingga ke wilayah pulau-pulau kecil
terluar
e. Peningkatan upaya pelestarian lingkungan berupa kawasan lindung, kawasan
resapan air dan kawasan cagar alam yang memberikan perlindungan bagi habitat
satwa asli daerah;
f. Pengembangan kawasan budidaya di wilayah Kabupaten Kepulauan Aru, khususnya
kawasan budidaya perikanan, pertanian, dan permukiman; dan.
g. Pengembangan kawasan strategis di bidang ekonomi, sosial budaya pendayagunaan
sumberdaya alam dan/ atau teknologi tinggi serta daya dukung lingkungan hidup.
h. Peningkatan Fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan

2.3.1 Rencana Pengembangan Sistem Perkotaan


2.3.1.1 Wilayah Pengembangan
Pembagian Wilayah Pengembangan (WP) di Kabupaten, terdiri atas:

a. Wilayah Pengembangan/Gugus Pulau I yang meliputi Kecamatan Pulau-Pulau Aru dan Aru
Utara dengan pusat pelayanan di Kota Dobo, dan dengan fungsi utama sebagai berikut:
1. Sentra produksi perkebunan;
2. Pusat pelayanan jasa;
3. Pusat transportasi regional;
4. Sentra tanaman pangan;
5. Sentra hutan produksi;
6. Sentra budidaya mutiara dan perikanan (rumput laut, ikan, udang);
7. Sentra perdagangan; dan
8. Pariwisata.

Halaman II-6
b. Wilayah Pengembangan/Gugus Pulau II yang meliputi Kecamatan Aru Tengah, Aru Tengah
Timur, dan Aru Tengah Selatan dengan pusat pelayanan di Kota Benjina, dan dengan fungsi
utama sebagai berikut :
1. Sentra Produksi Kehutanan
2. Sentra produksi pertanian;
3. Sentra budidaya mutiara dan perikanan;;
4. Perlindungan hutan (cagar alam);
5. Pusat pelayanan jasa;
6. Sentra perdagangan mutiara dan perikanan
7. Sentra industri pengolahan perikanan dan pertanian dan pariwisata.

2.3.1.2 Hirarki Perkotaan


Hirarki perkotaan di Kabupaten Kepulauan Aru terdiri atas:

a. Kota Korpuy sebagai Pusat Kegiatan Lokal (PKL);


b. Kota Marlasi, Kota Benjina, Kota Koijabi, Kota Longgar, Kota Korpuy, dan Kota Meror sebagai
Pusat Pelayanan Kawasan (PPK);
c. Kobamar, Batuley, Wokam, Kolaha, Kobraur, Basada, Koba Seltimur, Fatlabata, Mesiang,
Warabal, Lorang, Tabarfane, Ngaibor, Batugoyang sebagai Pusat Pelayanan Lingkungan
(PPL); dan
d. Kota Dobo sebagai Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN).

Halaman II-7
Gambar 2.2 Peta Wilayah Pengembangan Kabupaten Kepulauan Aru

Halaman II-8
2.3.2 Sistem Jaringan Transportasi Wilayah
2.3.2.1 Sistem Jaringan Transportasi Darat
Sistem jaringan transportasi darat terdiri atas:

A. Jaringan lalu lintas dan angkutan jalan, meliputi jaringan jalan, dan jaringan prasarana lalu
lintas dan angkutan jalan, serta jaringan pelayanan lalu lintas dan angkutan jalan, terdiri
atas:

• Rencana jaringan jalan arteri primer di Kabupaten Kepulauan Aru yang akan
dikembangkan, terdiri dari lingkar jalan pulau Kobror.

• Rencana jaringan jalan kolektor primer K3 di Kabupaten Kepulauan Aru, terdiri atas:

1. Ruas jalan Trans Aru (Wokam – Selibatabata, Lorang - Batugoyang)


2. Ruas jalan Sional – Sionidal
3. Ruas jalan Wokam – Lamerang – Karangguli – Jabulenga – Tunguwatu

• Rencana jaringan jalan kolektor K4, terdiri atas:

1. Ruas jalan Marlasi – Tasinwaha


2. Ruas jalan Marlasi – Kolamar – Masidang – Selmona – Mohongpulau – Mohongsel
– Leiting – Gomsei – Wafan – Waifual
3. Ruas jalan Langhalau – Bardefan – Kompane - Kobamar
4. Kobamar – Tunguwatu
5. Kaibolafin – Foket –Wahangulangula – Wahayum - Kolaha
6. Goda-Goda – Londe – Samang – Kotalama – Wokam
7. Tabarfane - Katanter – Hokmar – Lutur – Rebi
8. Maekor – Gardakau
9. Kabalukin – Korpuy – Marafenfen
10. Kabalukin – Kalar-Kalar – Feruni – Ngaiguli – Fatural – Ngaibor
11. Laininir – Dokabarat – Dokatimur – Jelia – Gaimar – Popjetur
12. Popjetur – Dosimar – Batugoyang – Salarem – Meror – Siya
13. Siya – Beltubur – Karey – Jorang – Gomarmeti – Gomar Sungai
14. Longgar – Bemun – Mesiang – Gomo-Gomo
15. Juring – Erersin

Halaman II-9
• Rencana jaringan jalan kolektor sekunder yang menghubungkan internal Kota Dobo,
yakni ruas jalan, terdiri atas:
1. Ruas jalan Dobo – Durjela
2. Ruas jalan Dobo – BBM
• Jaringan prasarana lalu lintas dan angkutan jalan, terdiri atas:

1. Terminal Penumpang Tipe B terdapat di Dobo


2. Terminal Penumpang Tipe C terdapat di Benjina dan Serwatu
3. Terminal barang terdapat di Dobo, Benjina, Serwatu dan Marlasi

• Jaringan pelayanan lalu lintas dan angkutan jalan terdiri atas trayek penghubung
dalam kota Dobo.
B. Jaringan angkutan sungai, danau, dan penyebrangan, terdiri atas:
• Alur pelayaran sungai, terdiri atas:
1. Selat Manumbai menghubungkan Pulau Wokam dan Pulau Kobror, dengan
jangkauan ke arah perairan dan pesisir pantai Kobror, Lau-lau di Pulau Babi, Pulau
Karai serta Daerah Wakua
2. Selat Workai yang melayani Kawasan permukiman di Kobadangar, Pulau Baun,
Jambu Air, Pulau Barakan dan kawasan permukiman di sepanjang sungai Workai;
dan
3. Selat Maekor penghubung Pulau Koba dan Trangan sebagai dermaga yang
berfungsi melayani masyarakat di pantai timur termasuk masyarakat Mesiang.
• Lintas penyebrangan, terdiri atas:
1. Dobo – Wokam
2. Dobo – Timika
3. Dobo – Benjina – Tabarfane – Jerol
4. Benjina - Tual – Saumlaki;
5. Benjina – Larat;
6. Basada – Merauke;
7. Basada – Timika;
8. Marlasi – Kaimana – Timika
• Pelabuhan sungai, terdiri atas:

Halaman II-10
1. Pelabuhan di Desa Namara, Selilau, Gulili, Papakula Besar, Wokam, di Kecamatan
Aru Tengah dan Dosinamalau di Kecamatan Aru Tengah Timur;
2. Pelabuhan di Desa Benjina, Papakula Kecil, Gardakau, Irloy, Lorang, Manjau,
Kwarbola, di Kecamatan Aru Tengah dan Ponom di Kecamatan Aru Tengah
Timur; dan
3. Pelabuhan di Desa Tabarfane di Kecamatan Aru Selatan Utara dan Desa Juring,
Erersin, Gomar Sungai, Fatlabata di Kecamatan Aru Selatan Timur.

2.3.2.2 Sistem Jaringan Transportasi Laut


Sistem Jaringan Transportasi Laut, meliputi:

A. Tatanan Kepelabuhanan
• Pelabuhan Pengumpul
1. Pelabuhan Dobo di Kecamatan Pulau-Pulau Aru
2. Pelabuhan Batugoyang di Kecamatan Aru Selatan Timur
3. Pelaubuhan Kalar-Kalar di Kecamatan Aru Selatan
• Pelabuhan Pengumpan

1. Pelabuhan Serwatu di Kecamatan Aru Selatan


2. Pelabuhan Benjina di Kecamatan Aru Tengah
3. Pelabuhan Tabarfane di Kecamatan Aru Selatan Utara
4. Pelabuhan Meror di Kecamatan Aru Selatan Timur
5. Pelabuhan Basada di Kecamatan Aru Tengan Timur
6. Pelabuhan Marlasi di Kecamatan Aru Utara
7. Pelabuhan Mesiang di Kecamatan Aru Tengah Selatan
8. Pelabuhan Pulau Karawai di Kecamatan Aru Tengah Timur
9. Pelabuhan Pulau Barakan di Kecamatan Aru Tengah Selatan
10. Pelabuhan Koijabi di Kecamatan Aru Tengah Timur
11. Pelabuhan Pulau Ujir di Kecamatan Pulau-Pulau Aru
12. Pelabuhan Wokam di Kecamatan PP Aru
13. Pelabuhan Wakua di Kecamatan Aru Tengah
14. Pelabuhan Longgar di Kecamatan Aru Tengah Selatan
15. Pelabuhan Kabalsiang di Kecamatan Aru Utara

Halaman II-11
16. Pelabuhan Batuley di Kecamatan Batuley
17. Pelabuhan Kobamar di Kecamatan Sir-Sir

B. Alur Pelayaran
• Alur pelayaran nasional dengan trayek Tual - Dobo;
• Alur pelayaran regional dengan trayek Dobo - Benjina – Tabarfane - Serwatu - Meror
- Longgar - Koijabi - Marlasi – Dobo

Rencana pengembangan Pelabuhan Benjina yang berfungsi sebagai pelabuhan pengumpan


menjadi pelabuhan pengumpul agar mengoptimalkan fungsinya sesuai dengan lokasinya yang
strategis pada pusat wilayah pengembangan yang dapat memajukan pertumbuhan ekonomi.

2.3.2.3 Sistem Jaringan Transportasi Udara


A. Tatanan Kebandarudaraan;
B. Ruang udara untuk penerbangan

2.3.3 Rencana Pola Ruang Wilayah


Rencana pola ruang wilayah Kabupaten Kepulauan Aru, meliputi:

A. Kawasan Lindung
• Kawasan Hutan Lindung
Pulau Aduar, Pulau Kumul, Pulau Binaar, Kepulauan Karaweira, Kepulauan Mariri,
Pulau Mocan, Pulau Tabar dan Pulau Babi dengan luas seluruhnya kurang lebih
6.475Ha
• Kawasan perlindungan setempat;
1. Kawasan sempadan pantai; dan
2. Kawasan sempadan sungai
• Kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya;
1. Kawasan suaka margasatwa
2. Kawasan cagar alam;
3. Kawasan suaka alam perairan; dan
4. Kawasan pantai berhutan bakau.
• Kawasan rawan bencana alam;
• Kawasan lindung geologi; dan

Halaman II-12
• Kawasan lindung lainnya.
B. Kawasan Budidaya

2.3.4 Rencana Kawasan Strategis


Kawasan strategis yang ada di Kabupaten, terdiri atas:

a. Kawasan Strategis Nasional;


8 pulau kecil terluar dengan negara Australia dan Papua New Guinea yaitu Pulau Arakula,
Pulau Karaweira, Pulau Penambulai, Pulau Kultubai Utara, Pulau Kultubai Selatan, Pulau
Karang, Pulau Enu, dan Pulau Batugoyang.
b. Kawasan Strategis Provinsi; dan
Kawasan Strategis Kepulauan Aru yang merupakan kawasan perbatasan provinsi dan
negara, sekaligus kawasan pengembangan potensi pariwisata.
c. Kawasan Strategis Kabupaten
• Kawasan strategis dari sudut kepentingan ekonomi;
1. Kawasan potensial tumbuh cepat terdapat di Kota Dobo dan Kota Benjina;
2. Kawasan pengembangan minapolitan terdiri atas Kawasan Benjina di Kecamatan Aru
Tengah, Kawasan Leiting di Kecamatan Aru Utara dan Kawasan Serwatu di
Kecamatan Aru Selatan; dan
3. Kawasan pengembangan ekowisata yaitu Suaka Alam Perairan Laut Kepulauan Aru
Tenggara
• Kawasan strategis dari sudut kepentingan sosial budaya;
Kawasan Pelestarian Budaya Desa Apara, Longgar, Bemun, di Kecamatan Aru Tengah
Selatan; Kobaseltimur, Kobadangar, Kobaselfara di Kecamatan Aru Tengah; Desa
Samang, Ujir di Kecamatan PP. Aru; Popjetur di Kecamatan Aru Selatan; Karey di
Kecamatan Aru Selatan Timur
• Kawasan strategis dari sudut kepentingan pendayagunaan sumberdaya alam dan/ atau
teknologi tinggi;
Kawasan pertambangan minyak di Pulau Warialau di Kecamatan Aru Utara dan lepas
pantai Kecamatan Aru Selatan Timur serta lepas pantai Kecamatan Aru Tengah Selatan.
• Kawasan strategis dari sudut kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup.
1. Kawasan Suaka Margasatwa Pulau Baun;

Halaman II-13
2. Kawasan Cagar Alam Kobror (Cagar Alam Bekau Huhun); dan
3. Kawasan Suaka Alam Perairan Laut Kepulauan Aru Tenggara.
• Kawasan strategis dari sudut kepentingan pertahanan dan keamanan.

Halaman II-14
Gambar 2.3 Peta Rencana Pola Ruang Wilayah Kabupaten Kepulauan Aru

Halaman II-15
Gambar 2.4 Peta Rencana Kawasan Strategis Kabupate

Halaman II-16
2.4 Rencana Tatanan Transportasi Lokal
Dokumen Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) Kabupaten Kepulauan Aru disahkan tahun 2013
dan telah dilakukan perbaikan dalam Studi Tinjauan Ulang Tataran Transportasi Lokal (Tatralok)
Kabupaten Kepulauan Aru, oleh Dinas Pekerjaan Umum Pemerintah Kabupaten Kepulauan Aru.
Pola pikir yang dikembangkan dalam melakukan kajian Studi Sistranas pada Tatralok Kabupaten
Kepulauan Aru yang bertolak dari struktur dan pola pemanfaatan ruang (RTRW dan Kebijakan
MP3EI) digambarkan pada gambar di bawah.

Gambar 2.5 Konsep Pengembangan Jaringan Transportasi Lokal

Halaman II-17
2.4.1 Kondisi Jaringan Transportasi
2.4.1.1 Transportasi Jalan
Pelayanan transportasi jalan di Kabupaten Kepulauan Aru masih terpusat di Kota Dobo
Kecamatan Pulau-Pulau Aru. Jumlah kendaraan yang beroperasi pada tahun 2013 adalah 3.686
unit dan 3.340 unit terdiri atas plat hitam atau 90,61%, artinya masyarakat mampu memiliki
kendaraan baik roda dua maupun roda empat untuk menunjang aktivitasnya. Kondisi jaringan
jalan pada tahun 2013 menunjukkan panjang jalan dengan kondisi baik adalah 23,5 km atau 11,54%,
kondisi sedang sebesar 34,00 km atau 16,70%, kondisi rusak ringan sebesar 56,90 km atau 27,95%
dan kondisi rusak berat sebesar 89,20 atau 43,81%.

Sedan, 0.11 Jeep, 0.30 Pick-up, 1.68 Bus, 0.05 Stasion


Wagen, 0.19
Truk, 2.39
Mini Bus, 4.61
Truk Tanki, 0.22

Sepeda
Motor, 90.45

Gambar 2.6 Presentase Jenis Kendaraan

Halaman II-18
Aspal Kerikil Tanah

25.05%

9.51,%
65.44%

Gambar 2.7 Presentase Jaringan Jalan Berdasarkan Permukaan

2.4.1.2 Transportasi Penyebrangan Perairan


Jumlah armada atau kapal motor ≤ 7 GT yang beroperasi di Kabupaten Kepulauan Aru tahun 2014
adalah 298 unit, 113 unit berlokasi di Kecamatan Pulau-Pulau Aru atau 37,92%, 17 unit di Kecamatan
Aru Selatan atau 5,70%, 92 unit di Kecamatan Aru Selatan Utara atau 30,87%, 14 unit di Kecamatan
Aru Tengah atau 7,38%, 5 unit di Kecamatan Aru Timur atau 1,67% dan 35 unit di Kecamatan Aru
Selatan atau 11,77%. Prasarana transportasi perairan yang tersedia hanya di Dobo dalam bentuk
talud, sedangkan di kecamatan lainnya di Pulau Wokam, Kobror dan Trangan belum tersedia.
Begitu pula dermaga pelabuhan penyeberangan yang telah terbangun terdapat di Dobo.

Tabel 2.2 jumlah Penumpang Kapal Penyebrangan

No Lintas 2009 2010 2011 2012 2013


1 Dobo - Tual 22.790 19.526 15.957 13.898 9.886
2 Dobo - Benjina 1.936 983 540 671 422
3 Dobo - Tabarfane N/A 507 258 131 201
Sumber: Kabupaten Kepualauan Aru Dalam Angka 2016

2.4.1.3 Transportasi Laut


Untuk pelayanan moda transportasi laut, pelayanan kapal penumpang dilakukan oleh kapal
perintis Prima Nusantara dengan trayek Ambon - Tual - Dobo - Benjina - Tabarfane - Meror dengan
voyage 2 kali sebulan. Kapal putih atau kapal ekspres milik PT. PELNI yang melayani Kabupaten
Kepulauan Aru terdapat 2 unit yaitu KM Tidar dengan trayek Makassar - Bau-Bau - Ambon - Banda

Halaman II-19
- Tual - Dobo - Kaimana - Fak-Fak PP, sedangkan KM Kelimutu melayani trayek Surabaya -
Makassar - Bau-Bau - Ambon - Banda - Saumlaki - Tual - Dobo - Timika - Agats - Merauke PP. Kedua
kapal ini cukup memberikan kontribusi dalam pelayanan penumpang antar provinsi, bahkan pada
musim libur penumpang yang turun dan naik antara 500 - 1000 orang, sedangkan pada saat hari-
hari biasa berkisar antara 200 - 400 orang.

2.4.1.4 Transoportasi Udara


Pada dokumen Studi Tinjauan Ulang Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) Kabupaten Kepulauan
Aru tahun 2014 masih tercatat bahwa maskapai penerbangan yang melayani penerbangan ke
Dobo adalah maskapai Trigana Air, namun pada kondisi sekarang, maskapai Wings Air adalah
satu-satunya maskapai yang melayani rute Ambon – Dobo pulang pergi (PP) dengan jenis
pesawat ATR.

2.4.2 Arahan Pengembangan Jaringan Transportasi


Misi untuk mewujudkan visi terwujudnya tingkat kecukupan sarana, prasarana dan jaringan
transportasi penghubung secara terpadu adalah:

1. Meningkatkan penyediaan sarana dan prasarana transportasi yang menunjang


pembangunan daerah dan nasional
2. Meningkatkan kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana perhubungan serta
mengembangkan manajemen keselamatan penerbanagan
3. Meningkatkan pembinaan sumber daya manusia yang kreatif dan inovatif untuk
mengantisipasi perkembangan ilmu dan teknologi
4. Mempertahankan dan meningkatkan tingkat pelayanan kepada masyarakat
5. Mengembangkan budaya rasa memiliki pada masyarakat akan arti pentingnya
keselamatan dan pemeliharaan fasilitas perhubungan.

Arahan pengembangan system jaringan keairan – Transportasi Laut adalah sebagai berikut:

1. Melakukan studi kelayakan, studi investigasi dan design dan rencana induk pelabuhan
pada lokasi pelabuhan yang cukup tepat dari segi teknis dan operasional menyangkut
pertimbangan kondisi cuaca dan angin Timur dan Barat
2. Melakukan relokasi Pelabuhan Dobo untuk mengantisipasi perkembangan teknologi
pelayanan transportasi laut, khususnya dengan sistem peti kemas

Halaman II-20
3. Pembagunan pelabuhan pada titik simpul yang sifatnya strategis dan memiliki potensi
wilayah yang dapat diantar pulaukan
4. Meningkatkan frekuensi pelayanan kapal putih dari dan ke Dobo untuk arah Selatan
(NTT), arah Papua dan Ambon-Makassar
5. Meningkatkan jumlah voyage kapal perintis yang melayani Pelabuhan Dobo, Benjina,
Kalar-Kalar dan Meror
6. Melakukan pembinaan dan sosialisasi keselamatan pelayaran pada pemilik kapal ≤ 7 GT

Halaman II-21

Anda mungkin juga menyukai