Halaman II-1
pembatas. Sedangkan batas administrasi dilihat sebagai pemersatu Kepulauan Maluku dari
aspek pemerintahan. Dengan demikian pengembangan Provinsi Maluku tidak hanya berasal dari
wilayah administrasi Maluku saja (pusat pemerintahan), tetapi juga diharapkan adanya pengaruh
dari perkembangan pusat-pusat pertumbuhan di luar Maluku (simpul pertumbuhan). Maka
daripada itu, pendekatan pengembangan ‘Laut Pulau’ menganut sistem Pintu Jamak (Multi Gate)
yang menghubungkan pusat-pusat pengembangan wilayah di Provinsi Maluku ke pusat-pusat
pertumbuhan di luar Maluku.
Pengembangan struktur ruang wilayah Provinsi Maluku semenjak tahun 2001 dilakukan dengan
pendekatan ‘Gugus Pulau’ dengan pembagian berdasarkan kesamaan ekosistem, sosial budaya
(kependudukan), transportasi, potensi sumberdaya alam, dan perekonomian. Pendekatan ini
dilakukan dengan maksud untuk mengoptimalkan pengembangan wilayah di Provinsi Maluku.
Pendekatan Gugus Pulau ini masih cukup efektif untuk dilakukan dalam pemanfaatan ruang
wilayah Provinsi Maluku dan diharapkan dapat mengurangi bahkan menghindarkan potensi
konflik antar wilayah. Masing-masing Gugus Pulau ini nantinya diharapkan dapat menjadi wilayah
yang mandiri dan mampu memenuhi kebutuhan utama wilayahnya masing-masing dengan
mengandalkan potensi yang dimiliki. Kemandirian Gugus Pulau ini mencakup aksesibilitas yang
baik secara internal Gugus Pulau maupun eksternal terhadap Gugus Pulau yang lain, mampu
memenuhi kebutuhan wilayahnya, mampu mengembangkan potensi yang dimiliki secara
berkelanjutan.
Halaman II-2
d. Mendukung misi pengembangan Kepulauan Maluku untuk pengembangan system kota-
kota di Kepulauan Maluku yang terpadu melalui pengintegrasian pusat-pusat kegiatan
pesisir, pusat-pusat agropolitan, dan pusat-pusat pertumbuhan lainnya dengan jaringan
jalan di Kepulauan Maluku.
2. Pengembangan sistem jaringan jalan Kepulauan Maluku menurut prioritas penanganannya.
3. Pengembangan jaringan jalan koridor utama sebagaimana berikut:
a. Peningkatan jaringan jalan lintas Pulau Seram yang menghubungkan kota-kota Amahai –
Masohi – Simpang Makariki – Liang – Waiselan – Kairatu dan Simpang Makariki – Waipia
– Saleman – Besi – Wahai – Pasahari – Kobisonta – Bula;
b. Peningkatan jaringan jalan lintas Pulau Ambon yang menghubungkan kota-kota Ambon
– Galala – Passo – Durian Patah – Laha dan Passo – Suli – Tulehu – Waai – Liang;
c. Peningkatan jaringan jalan lintas Pulau Buru yang menghubungkan kota-kota Namlea –
Samalagi – Air Buaya – Teluk Bara dan Namlea – Marloso – Maka – Namrole;
d. Peningkatan jaringan jalan lintas Pulau Yamdena: Saumlaki – Aludas – Arma – Siwahan
e. Pulau Wetar: Ilwaki – Lunang
f. Pulau Aru: Dobo - BBM
g. Peningkatan jaringan jalan lintas Pulau Halmahera yang menghubungkan Sidang Oli –
Boso – Kao – Padiwang – Tobelo – Galela - Lap. Terbang, dan Boso- Simpang Dodinga –
Sofifi – Akelamo – Payahe – Weda; Simpang Dodinga – Bobaneigo – Ekor- Subain – Buli –
Maba – Sagea – Gotowase; Daruba – Bere-bere; Labuha – Babang, Sanana – Manaf;
Bobong – Tikong; Sidang Oli – Jailolo – Goal – Ibu; Jailolo – Susupu;
4. Simpul jaringan transportasi jalan untuk terminal penumpang Tipe A diutamakan pada kota-
kota yang berfungsi sebagai PKN atau kota-kota lain yang memiliki permintaan tinggi untuk
pergerakan penumpang antar-kota antar-provinsi.
5. Sistem jaringan transportasi jalan Kepulauan Maluku dikembangkan sebagai satu kesatuan
sistem jaringan transportasi yang terpadu.
6. Kondisi Eksisting Angkutan Jalan Panjang jalan Nasional = 985.46 km, Panjang Jalan Provinsi
= 899.77 km, Terminal Penumpang =15 buah (tersebar), Pagar Pengaman = 9.440 m² (jalan
nasional), Rambu = 2.730 buah. Marka jalan = 50.000 m, Deliniator = 3.000 buah, Traffic Light
= 12 unit (Ambon 9 unit dan Masohi 1 unit, Tual 1 unit, Dobo 1 unit), Sedangkan Angkutan
Antar Kota Dalam Provinsi (AKDP) telah melayani 40 trayek dan 568 Kendaran.
Halaman II-3
2.2.2 Transportasi Laut
1. Pengembangan Sistem Transportasi Jaringan Laut
a. Meningkatkan efisiensi dan skala ekonomi investasi pengembangan pelabuhan laut
dengan memanfaatkan jalur ALKI III yang melintasi Laut Maluku dan Laut Banda;
b. Meningkatkan kelancaran proses koleksi dan distribusi orang dan barang dalam rangka
mendukung pengembangan ekonomi wilayah;
c. Meningkatkan aksesibilitas dari kawasan andalan ke tujuan pemasaran, baik ke kawasan
sub-regional ASEAN, Asia Pasifik, maupun kawasan internasional lainnya;
d. Meningkatkan volume ekspor-impor melalui pelabuhan peti kemas yang didukung oleh
keberadaan industri manufaktur dan/atau industri pengolahan;
e. Mengembangkan jaringan transportasi laut antar provinsi, antar pulau dan antar negara.
2. Pengembangan jaringan prasarana pelabuhan laut sebagai bagian dari system jaringan
transportasi laut meliputi:
a. Pelabuhan Nasional di Ambon, Dobo, Saumlaki, Labuha, dan Ternate dengan prioritas
tinggi.
b. Pelabuhan Regional di Tual, Tulehu, Tobelo, Morotai, Maba, Obi, Babang, Mafa, Sanana,
Dofa, Bobong, dan Buli dengan prioritas sedang.
3. Pengembangan jaringan prasarana berupa alur dan prasarana keselamatan pelayaran, serta
jaringan pelayanan yang terdiri atas jaringan pelayanan tetap dan teratur serta jaringan
pelayanan tidak tetap dan tidak teratur diatur lebih lanjut melalui Keputusan Menteri.
4. Pengembangan sistem jaringan transportasi laut antar-negara disesuaikan dengan
kebutuhan perekonomian, pertahanan negara dan kepentingan nasional lainnya.
5. Sistem jaringan transportasi laut kepulauan Maluku dikembangkan sebagai satu kesatuan
sistem jaringan transportasi yang terpadu.
Adapun lokasi rencana pelabuhan laut dalam tataran transportasi wilayah Provinsi Maluku adalah
sebagai berikut.
Halaman II-4
Gambar 2.1 Lokasi Rencana Pelabuhan Laut
Sumber: Dishub Provinsi Maluku
1. Untuk mewujudkan tujuan penataan ruang wilayah sebagaimana dimaksud dalam Pasal
2 ditetapkan kebijakan rencana tata ruang wilayah kabupaten;
2. Kebijakan penataan ruang wilayah Kabupaten Kepulauan Aru meliputi:
Halaman II-5
a. Peningkatan akses pelayanan perkotaan dan pusat pertumbuhan ekonomi wilayah
yang merata dan berhierarki hingga ke pulaupulau kecil terluar yang merupakan
wilayah-wilayah yang berbatasan dengan negara lain;
b. Peningkatan keterkaitan antara pusat-pusat kegiatan di wilayah pesisir dan pulau-
pulau di wilayah Kabupaten Kepulauan Aru dalam upaya peningkatan pertumbuhan
ekonomi;
c. Peningkatan fasilitas tranasportasi hingga ke pulau-pulau kecil terluar
d. Peningkatan pelayanan prasarana lingkungan hingga ke wilayah pulau-pulau kecil
terluar
e. Peningkatan upaya pelestarian lingkungan berupa kawasan lindung, kawasan
resapan air dan kawasan cagar alam yang memberikan perlindungan bagi habitat
satwa asli daerah;
f. Pengembangan kawasan budidaya di wilayah Kabupaten Kepulauan Aru, khususnya
kawasan budidaya perikanan, pertanian, dan permukiman; dan.
g. Pengembangan kawasan strategis di bidang ekonomi, sosial budaya pendayagunaan
sumberdaya alam dan/ atau teknologi tinggi serta daya dukung lingkungan hidup.
h. Peningkatan Fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan
a. Wilayah Pengembangan/Gugus Pulau I yang meliputi Kecamatan Pulau-Pulau Aru dan Aru
Utara dengan pusat pelayanan di Kota Dobo, dan dengan fungsi utama sebagai berikut:
1. Sentra produksi perkebunan;
2. Pusat pelayanan jasa;
3. Pusat transportasi regional;
4. Sentra tanaman pangan;
5. Sentra hutan produksi;
6. Sentra budidaya mutiara dan perikanan (rumput laut, ikan, udang);
7. Sentra perdagangan; dan
8. Pariwisata.
Halaman II-6
b. Wilayah Pengembangan/Gugus Pulau II yang meliputi Kecamatan Aru Tengah, Aru Tengah
Timur, dan Aru Tengah Selatan dengan pusat pelayanan di Kota Benjina, dan dengan fungsi
utama sebagai berikut :
1. Sentra Produksi Kehutanan
2. Sentra produksi pertanian;
3. Sentra budidaya mutiara dan perikanan;;
4. Perlindungan hutan (cagar alam);
5. Pusat pelayanan jasa;
6. Sentra perdagangan mutiara dan perikanan
7. Sentra industri pengolahan perikanan dan pertanian dan pariwisata.
Halaman II-7
Gambar 2.2 Peta Wilayah Pengembangan Kabupaten Kepulauan Aru
Halaman II-8
2.3.2 Sistem Jaringan Transportasi Wilayah
2.3.2.1 Sistem Jaringan Transportasi Darat
Sistem jaringan transportasi darat terdiri atas:
A. Jaringan lalu lintas dan angkutan jalan, meliputi jaringan jalan, dan jaringan prasarana lalu
lintas dan angkutan jalan, serta jaringan pelayanan lalu lintas dan angkutan jalan, terdiri
atas:
• Rencana jaringan jalan arteri primer di Kabupaten Kepulauan Aru yang akan
dikembangkan, terdiri dari lingkar jalan pulau Kobror.
• Rencana jaringan jalan kolektor primer K3 di Kabupaten Kepulauan Aru, terdiri atas:
Halaman II-9
• Rencana jaringan jalan kolektor sekunder yang menghubungkan internal Kota Dobo,
yakni ruas jalan, terdiri atas:
1. Ruas jalan Dobo – Durjela
2. Ruas jalan Dobo – BBM
• Jaringan prasarana lalu lintas dan angkutan jalan, terdiri atas:
• Jaringan pelayanan lalu lintas dan angkutan jalan terdiri atas trayek penghubung
dalam kota Dobo.
B. Jaringan angkutan sungai, danau, dan penyebrangan, terdiri atas:
• Alur pelayaran sungai, terdiri atas:
1. Selat Manumbai menghubungkan Pulau Wokam dan Pulau Kobror, dengan
jangkauan ke arah perairan dan pesisir pantai Kobror, Lau-lau di Pulau Babi, Pulau
Karai serta Daerah Wakua
2. Selat Workai yang melayani Kawasan permukiman di Kobadangar, Pulau Baun,
Jambu Air, Pulau Barakan dan kawasan permukiman di sepanjang sungai Workai;
dan
3. Selat Maekor penghubung Pulau Koba dan Trangan sebagai dermaga yang
berfungsi melayani masyarakat di pantai timur termasuk masyarakat Mesiang.
• Lintas penyebrangan, terdiri atas:
1. Dobo – Wokam
2. Dobo – Timika
3. Dobo – Benjina – Tabarfane – Jerol
4. Benjina - Tual – Saumlaki;
5. Benjina – Larat;
6. Basada – Merauke;
7. Basada – Timika;
8. Marlasi – Kaimana – Timika
• Pelabuhan sungai, terdiri atas:
Halaman II-10
1. Pelabuhan di Desa Namara, Selilau, Gulili, Papakula Besar, Wokam, di Kecamatan
Aru Tengah dan Dosinamalau di Kecamatan Aru Tengah Timur;
2. Pelabuhan di Desa Benjina, Papakula Kecil, Gardakau, Irloy, Lorang, Manjau,
Kwarbola, di Kecamatan Aru Tengah dan Ponom di Kecamatan Aru Tengah
Timur; dan
3. Pelabuhan di Desa Tabarfane di Kecamatan Aru Selatan Utara dan Desa Juring,
Erersin, Gomar Sungai, Fatlabata di Kecamatan Aru Selatan Timur.
A. Tatanan Kepelabuhanan
• Pelabuhan Pengumpul
1. Pelabuhan Dobo di Kecamatan Pulau-Pulau Aru
2. Pelabuhan Batugoyang di Kecamatan Aru Selatan Timur
3. Pelaubuhan Kalar-Kalar di Kecamatan Aru Selatan
• Pelabuhan Pengumpan
Halaman II-11
16. Pelabuhan Batuley di Kecamatan Batuley
17. Pelabuhan Kobamar di Kecamatan Sir-Sir
B. Alur Pelayaran
• Alur pelayaran nasional dengan trayek Tual - Dobo;
• Alur pelayaran regional dengan trayek Dobo - Benjina – Tabarfane - Serwatu - Meror
- Longgar - Koijabi - Marlasi – Dobo
A. Kawasan Lindung
• Kawasan Hutan Lindung
Pulau Aduar, Pulau Kumul, Pulau Binaar, Kepulauan Karaweira, Kepulauan Mariri,
Pulau Mocan, Pulau Tabar dan Pulau Babi dengan luas seluruhnya kurang lebih
6.475Ha
• Kawasan perlindungan setempat;
1. Kawasan sempadan pantai; dan
2. Kawasan sempadan sungai
• Kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya;
1. Kawasan suaka margasatwa
2. Kawasan cagar alam;
3. Kawasan suaka alam perairan; dan
4. Kawasan pantai berhutan bakau.
• Kawasan rawan bencana alam;
• Kawasan lindung geologi; dan
Halaman II-12
• Kawasan lindung lainnya.
B. Kawasan Budidaya
Halaman II-13
2. Kawasan Cagar Alam Kobror (Cagar Alam Bekau Huhun); dan
3. Kawasan Suaka Alam Perairan Laut Kepulauan Aru Tenggara.
• Kawasan strategis dari sudut kepentingan pertahanan dan keamanan.
Halaman II-14
Gambar 2.3 Peta Rencana Pola Ruang Wilayah Kabupaten Kepulauan Aru
Halaman II-15
Gambar 2.4 Peta Rencana Kawasan Strategis Kabupate
Halaman II-16
2.4 Rencana Tatanan Transportasi Lokal
Dokumen Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) Kabupaten Kepulauan Aru disahkan tahun 2013
dan telah dilakukan perbaikan dalam Studi Tinjauan Ulang Tataran Transportasi Lokal (Tatralok)
Kabupaten Kepulauan Aru, oleh Dinas Pekerjaan Umum Pemerintah Kabupaten Kepulauan Aru.
Pola pikir yang dikembangkan dalam melakukan kajian Studi Sistranas pada Tatralok Kabupaten
Kepulauan Aru yang bertolak dari struktur dan pola pemanfaatan ruang (RTRW dan Kebijakan
MP3EI) digambarkan pada gambar di bawah.
Halaman II-17
2.4.1 Kondisi Jaringan Transportasi
2.4.1.1 Transportasi Jalan
Pelayanan transportasi jalan di Kabupaten Kepulauan Aru masih terpusat di Kota Dobo
Kecamatan Pulau-Pulau Aru. Jumlah kendaraan yang beroperasi pada tahun 2013 adalah 3.686
unit dan 3.340 unit terdiri atas plat hitam atau 90,61%, artinya masyarakat mampu memiliki
kendaraan baik roda dua maupun roda empat untuk menunjang aktivitasnya. Kondisi jaringan
jalan pada tahun 2013 menunjukkan panjang jalan dengan kondisi baik adalah 23,5 km atau 11,54%,
kondisi sedang sebesar 34,00 km atau 16,70%, kondisi rusak ringan sebesar 56,90 km atau 27,95%
dan kondisi rusak berat sebesar 89,20 atau 43,81%.
Sepeda
Motor, 90.45
Halaman II-18
Aspal Kerikil Tanah
25.05%
9.51,%
65.44%
Halaman II-19
- Tual - Dobo - Kaimana - Fak-Fak PP, sedangkan KM Kelimutu melayani trayek Surabaya -
Makassar - Bau-Bau - Ambon - Banda - Saumlaki - Tual - Dobo - Timika - Agats - Merauke PP. Kedua
kapal ini cukup memberikan kontribusi dalam pelayanan penumpang antar provinsi, bahkan pada
musim libur penumpang yang turun dan naik antara 500 - 1000 orang, sedangkan pada saat hari-
hari biasa berkisar antara 200 - 400 orang.
Arahan pengembangan system jaringan keairan – Transportasi Laut adalah sebagai berikut:
1. Melakukan studi kelayakan, studi investigasi dan design dan rencana induk pelabuhan
pada lokasi pelabuhan yang cukup tepat dari segi teknis dan operasional menyangkut
pertimbangan kondisi cuaca dan angin Timur dan Barat
2. Melakukan relokasi Pelabuhan Dobo untuk mengantisipasi perkembangan teknologi
pelayanan transportasi laut, khususnya dengan sistem peti kemas
Halaman II-20
3. Pembagunan pelabuhan pada titik simpul yang sifatnya strategis dan memiliki potensi
wilayah yang dapat diantar pulaukan
4. Meningkatkan frekuensi pelayanan kapal putih dari dan ke Dobo untuk arah Selatan
(NTT), arah Papua dan Ambon-Makassar
5. Meningkatkan jumlah voyage kapal perintis yang melayani Pelabuhan Dobo, Benjina,
Kalar-Kalar dan Meror
6. Melakukan pembinaan dan sosialisasi keselamatan pelayaran pada pemilik kapal ≤ 7 GT
Halaman II-21