Anda di halaman 1dari 13

PEMERINTAH KABUPATEN MOROWALI

DINAS PERHUBUNGAN DAERAH


Jl. Trans Sulawesi No. Tel. : -
Kompleks Perkantoran Bumi Fonuansingko Fax : -
BUNGKU 94673 E-mail : dishubmorowali@gmail.com

PROPOSAL

BANTUAN PENGADAAN PERAHU


PENYEBERANG ANTAR PULAU

RENCANA TAHUN ANGGARAN 2018


Diajukan Oleh :

BUPATI MOROWALI
A. LATAR BELAKANG

Kabupaten Morowali merupakan kabupaten yang terbentuk dari hasil


pemekaran wilayah Kabupaten Poso Provinsi Sulawesi Tengah berdasarkan
Undang-Undang RI Nomor 51 Tahun 1999. Kabupaten Morowali merupakan
salah satu dari 9 kabupaten dan 1 kota yang ada di provinsi sulawesi tengah,
melihat dari umur kabupaten morowali yang masih terbilang muda memacu
Pemerintah Daerah untuk mempercepat pertumbuhan daerah. Hal ini dapat
tercapai apabila diimbangi dengan ketersediaan prasarana dan sarana
transportasi yang memadai, khususnya dalam menunjang pelaksanaan
pencapaian tingkat kesejahteraan masyarakat yang selama ini jauh dari
standar nasional.

Meskipun Kabupaten Morowali memiliki jarak yang cukup luas, tetapi


peran transportasi penyeberangan dan laut sangat menentukan, hal ini
disebabkan karena sepanjang pantai teluk Tolo berdomisili penduduk yang
memiliki aktivitas sebagai Nelayan dan Petambak.
Rumah sebagai tempat tinggal masih dijumpai dalam bentuk rumah di
atas air dalam bentuk rumah panggung dengan konstruksi kayu, hal ini terlihat
dipantai Bungku, Kaleroang, Sambalagi, Menui dan Bahodopi.

Aktivitas masyarakat sebagai Nelayan dan Petambak dalam


memasarkan hasil tangkapannya menggunakan moda transportasi laut
dengan ukuran 1 s/d 7 GT. Pusat-pusat pengumpul di pelabuhan, atau di
pantai yang berfungsi sebagai titik simpul transportasi.

Selain itu terdapat pelabuhan yang berfungsi sebagai pelayanan


transportasi penyeberangan baik yang melintasi Teluk Tolo yang
menghubungkan Kolonodale Tambayo Baturube, Bungku Ulunambo,
Bungku Kaleroang dll.

Pelayanan transportasi penyeberangan diarahkan untuk


menghubungkan ujung jalan suatu wilayah dengan ujung jalan wilayah lainnya
dengan melintasi teluk, selat atau pun laut, sehingga biasanya disebut dengan
jembatan terapung. Sekaitan dengan hal itu, tuntutan masyarakat pemakai
jasa transportasi dewasa ini mengalami perubahan yaitu peran transportasi
penyeberangan adalah menyeberangkan penumpang barang melalui media
air tanpa melihat ketersediaan dermaga penyeberangan.

Oleh sebab itu operasional kapal penyeberangan dewasa ini dapat


menggunakan dermaga pelabuhan laut dengan menganut sistem Port to Port,
sepanjang kapal yang digunakan memiliki Ramp door yang memenuhi syarat
untuk kegiatan embarkasi dan debarkasi penumpang atau menaikkan dan
menurunkan kendaraan.

Bahkan penggunaan kapal cousterpun dapat difungsikan untuk


kegiatan transportasi penyeberangan bilamana permintaan jasa ini
memungkinkan dari segi usaha pelayaran.

Sistem ini dapat dikembangkan kelak sebagai tindak lanjut dalam


mewujudkan pelayanan yang memadai bagi masyarakat yang berdomisili di
wilayah pantai atau kepulauan kecamatan Bungku Selatan dan Menui
Kepulauan. Pada umumnya kecamatan pantai telah memiliki pelabuhan
sebagai tempat tambat kapal meskipun konstruksinya berupa causeway
dengan tumpukan Batu, dan dermaga kayu, namun sudah mampu berfungsi
untuk melayani kapal-kapal milik masyarakat. Oleh sebab itu keberadaan
Pelabuhan laut bagi wilayah yang memiliki pantai mutlak dibutuhkan, karena
berfungsi sebagai Pintu Keluar dan masuknya komoditas/barang dalam
menunjang perekonomian daerah.

Pelabuhan laut yang cukup strategis dalam melayani jasa transportasi


laut adalah pelabuhan yang dapat beroperasi sepanjang tahun, tanpa
mengenal musim Barat atau Timur. Masalah yang muncul dimana pelabuhan
yang dimiliki berlokasi pada pantai terbuka sehingga cukup mengganggu
aktivitas olah gerak dan tambat kapal.

Pelabuhan laut Bungku dan Pelabuhan Kaleroang termasuk pelabuhan


yang memiliki aktivitas terbesar di Kabupaten Marowali dibandingkan
pelabuhan lainnya yang berlokasi di ibu kota Kecamatan. Produksi kedua
pelabuhan tersebut pada tahun 2006 mencapai 718 call kapal dan jumlah
penumpang baik naik maupun turun 30.569 orang dan Barang yang dibongkar
dan dimuat 185.907 ton. Jumlah barang yang dimuat dipelabuhan Kolonodale
sebesar 156.767 ton dan dibongkar 28.246 ton ini berarti kabupaten ini
memiliki komoditas unggulan yang dapat diantar pulaukan, namun lain halnya
di pelabuhan Bungku jumlah barang yang dibongkar lebih besar dari yang
dimuat karena dibongkar 256 ton dan dimuat 140 ton, artinya pada pelabuhan
ini umumnya mendatangkan barang kebutuhan konsumsi dan pembangunan
bagi masyarakat Morowali.

Secara kumulatif kedua pelabuhan ini melayani peningkatan call kapal


selama 2 (dua) tahun terakhir yaitu call kapal meningkat dari 1.356 menjadi
1.436 atau meningkat 5,90%, penumpang diangkut dari 21.946 orang menjadi
34.565 orang atau meningkat 57,52% dan barang dari 142.782 ton menjadi
185.405 ton atau meningkat 29,85%.

Peningkatan jumlah penumpang yang mencapai 57,52%


mengindikasikan bahwa Kabupaten Marowali termasuk wilayah yang menjadi
tujuan bagi masyarakat dan wilayah lain. Sebagai daerah baru memang cukup
menjanjikan bagi pelaku usaha ekonomi, mengingat berbagai sektor usaha
dan jasa dapat dikembangkan karena alokasi dana baik dari pemerintah
maupun swasta relatif tersedia. Dibawah ini salah satu kegiatan operasional
pelabuhan pada Gambar 4.7.
Gambar 4.7. Aktivitas Bongkar Muat di Salah Satu Pelabuhan

Selain kedua pelabuhan tersebut di atas masih terdapat pelabuhan laut


yang dikelolah oleh masyarakat dan dibangun untuk pertumbuhan dan
swadana masyarakat sebagai titik simpul wilayah kesuatu pantai dan
kepulauan. Pelabuhan dimaksud adalah;

a. Pelabuhan Kaleroang
Pelabuhan ini berlokasi di Kecamatan Bungku Selatan, yang mana
kecamatan ini wilayahnya terdiri atas sebagian daratan dan sebagai
Pulau, namun alokasi kecamatan berlokasi di Pulau Salahbangka
yaitu Kaleroang. Penduduk kecamatan ini berjumlah 16.242 orang
termasuk kecamatan no. 4 terbanyak penduduknya, dan Salabangka
sejak dahulu dikenal sebagai Pulau yang memiliki potensi kopra yang
besar. Pelabuhan ini mengalami kendala apabila terjadi air surut,
sehingga kedepan dibutuhkan lokasi dermaga yang tidak mengalami
kendala karena faktor alam, apakah dengan membangun Causeway
yang lebih panjang plus trestel dengan type I, agar kapal yang standar
dapat tetap tenang pada saat kegiatan bongkar muat.
Pulau Salabangka juga memiliki anak Pulau yaitu Pulau Paku yang
pada saat air surut kelihatan dasar laut, sehingga dapat dihubungkan
dengan membangun causeway, namun tetap mempertimbangkan
arah arus dan gelombang agar causeway tersebut tidak terbongkar.
Jarak kedua pulau ini 1.200 m, keberadaan causeway/talud ini akan
meningkatkan mobilisasi masyarakat antar pulau.
b. Pelabuhan Bahodopi
Pelabuhan ini berlokasi di Kecamatan Bahodopi sehingga dapat
menjadi pintu masuk ke wilayah kearah Bungku Selatan, khususnya
ke Pulau Salabangka dan Menui Selatan.

c. Pelabuhan Sambalangi
Pelabuhan Sambalangi termasuk pelabuhan yang paling strategis
ditinjau dari aspek teknik pelayaran, karena berlokasi dalam teluk dan
terlindung, dari gelombang, sehingga pelabuhan ini banyak disinggahi
kapal nelayan. Hal lain yang menunjang pelabuhan ini karena adanya
sumber air tawar yang cukup untuk operasional kapal, baik untuk
penumpang maupun untuk para nelayan. Pelabuhan ini dapat
dikembangkan untuk memudahkan pelayanan kepulauan
Salabangka dan Menui, dengan asumsi jaringan jalan Lintas Timur
telah terwujud.

KONDISI PELABUHAN SAMBALAGI

d. Pelabuhan Wosu
Pelabuhan ini berlokasi di Kecamatan Bungku Barat, pelabuhan
dapat mensupply kebutuhan pangan keseluruh kepulauan, mengingat
kecamatan ini memiliki potensi sandang pangan yang cukup besar.

e. Pelabuhan Lafeu
Pelabuhan ini berlokasi di Kecamatan Bungku Pesisir dan merupakan
salah satu pintu masuk dari arah Ibu kota kecamatan lainnyaa. Lokasi
pelabuhan cukup strategis karena terlindung oleh tanjung batu
gamping dan dari segi kedalaman pelabuhan untuk olah gerak kapal,
cukup mampu melayani kapal berbobot besar.

f. Pelabuhan Ulunambo
Kecamatan Menui kepulauan berdasarkan lokasi relatif dekat dengan
wilayah propinsi Sulawesi Tenggara, sehingga aktitivitas di
Pelabuhan Ulunambo pada umumnya searah dengan Pelabuhan
Kendari, meskipun dari segi pemerintahan tetap ke ibukota
Kabupaten Bungku. Pelabuhan Ulunambo kelak dapat berfungsi
ganda karena dapat dikembangkan sebagai pelabuhan
penyeberangan untuk menangkap peluang yang menggunakan
kendaraan bermotor dengan membuka Trayek Kendari Wawoni
Ulunambo Bungku.
.

Kondisi Kapal Penumpang yang berdesakan


Dari keberadaan delapan pelabuhan tersebut terlihat bahwa Kabupaten
Morowali dari segi pelayanan transportasi masih memiliki segudang tantangan
untuk menjangkau wilayahnya dengan tingkat aksesibilitas tinggi.
Keterpaduan moda transportasi jalan, penyeberangan dan laut mutlak
dikembangkan di Kabupaten ini mengingat dari 14 kecamatan, terdapat 2
kecamatan harus ditempuh dengan transportasi penyeberangan atau di laut,
dan 5 (lima) kesemuanya membutuhkan keterpaduan moda yaitu transportasi
jalan, penyeberangan dan laut.

Gambar 4.9. Lokasi Pelabuhan Laut di Kabupaten Morowali


B. STRATEGI PENGEMBANGAN TRANSPORTASI LAUT

Pada moda penyeberangan, sesuai dengan visi, misi, tujuan dan


sasaran pembangunan perhubungan yang ditetapkan oleh Dinas
Perhubungan Propinsi Sulawesi Tengah pembangunan infrastruktur moda
penyeberangan diarahkan untuk pengembangan rute angkutan
penyeberangan, pengembangan fasilitas pelabuhan penyeberangan di pulau-
pulau kecil dan meningkatkan jumlah prasarana dermaga guna meningkatkan
jumlah lintas penyeberangan baru yang siap operasi dan meningkatkan
kapasitas lintas penyeberangan yang padat.

Sesuai dengan arahan pengembangan infrastruktur moda


penyeberangan seperti diuraiakan di atas, maka pemerintah Propinsi Sulawesi
tengah melakukan pembangunan beberapa fasilitas pelabuhan
penyeberangan baru guna memenuhi permintaan angkutan penyeberangan
serta membuka keterisolasian wilayah kepulauan. Adapun pelabuhan
penyeberangan yang saat ini tengah dibangun di Propinsi Sulawesi Tengah
beserta dengan lintas yang dilayani seperti pada tabel berikut;

Tabel 7.1. Pembangunan Pelabuhan Penyeberangan


di Propinsi Sulawesi Tengah

Rencana Lintas Yang Tahun


No Lokasi Pelabuhan Tahap
Dilayani Pembangunan

1 Banggai Kepulauan Bangkep-Taliabu 2005-2008 VI


2 Toli Toli Toli Toli-Tarakan 2004-2008 VI
3 Wakai (Kep. Togian) Ampana-Wakai-Marisa 2007-2008 I
4 Luwuk Luwuk-Banggai 2005-2008 VI
Sumber : Studi Transportasi Sulawesi Tengah

C. KONDISI OBYEKTIF KABUPATEN MOROWALI


1. LETAK GEOGRAFI
Kabupaten Morowali merupakan salah satu daerah otonom yang
terbentuk bersama dengan dua kabupaten lainnya di Propinsi Sulawesi
Tengah berdasarkan Undang- Undang Nomor 51 Tahun 1999 tentang
Pembentukan Kabupaten Buol, Kabupaten Morowali, dan Kabupaten
Banggai Kepulauan.
Kabupaten ini sebelumnya merupakan bagian dari wilayah Kabupaten
Poso, yang wilayahnya membentang dari arah tenggara ke barat dan
melebar ke bagian timur, serta berada di daratan Pulau Sulawesi.
Namun wilayah lainnya terdiri dari pulau-pulau kecil. Bagian paling
utara terdapat wilayah Kecamatan Witaponda, di bagian paling selatan
terdapat wilayah Kecamatan Menui Kepulauan, yang terdiri dari
beberapa pulau besar dan kecil. Sedangkan di bagian timur ada
perairan Teluk Tolo serta bagian paling barat terdapat Kecamatan
Bungku Barat.

Dilihat dari posisi di permukaan bumi, wilayah Kabupaten Morowali


terletak pada pesisir pantai di perairan Teluk Tolo, serta kawasan
lainnya terletak di kawasan hutan dan lembah pegunungan. Pada tahun
2004, Kabupaten Morowali mengalami pemekaran sehingga
kecamatan yang semula berjumlah 10 menjadi 13 kecamatan dan pada
tahun 2009 menjadi 14 kecamatan. Kemudian pada tahun 2011
bertambah lagi 4 kecamatan pemekaran, sehingga pada akhir tahun
2011, Kabupaten Morowali resmi terdiri dari 18 daerah kecamatan.
Kecamatan Bungku Utara dimekarkan menjadi dua Kecamatan yaitu
Bungku Utara dan Mamosalato, Bungku Barat dimekarkan menjadi tiga
kecamatan yaitu Bungku Barat, Bumi Raya, dan Wita Ponda,
Kecamatan Mori Atas menjadi dua kecamatan yaitu Mori Atas dan Mori
Utara.

Kemudian pada tahun 2011 Kecamatan Lembo dimekarkan menjadi


dua kecamatan yaitu, Lembo dan Lembo Raya, Petasia dimekarkan
menjadi 2 kecamatan yaitu kecamatan Petasia dan Petasia Timur,
Bungku Tengah dimekarkan menjadi 2 yaitu Bungku Tengah dan
Bungku Timur dan Kecamatan Bungku selatan dimekarkan menjadi 2
yaitu kecamatan Bungku Selatan dan Bungku Pesisir. Hingga
pertengahan akhir tahun 2012 jumlah kecamatan pada Kabupaten
Morowali mencapai 18 Kecamatan.
Namun Sesuai Undang-Undang No.12 Tahun 2013 tentang
pembentukan Kabupaten Morowali Utara, sehingga pada tahun 2013,
Kabupaten Morowali mengalami pemekaran sehingga terbentuk
kabupaten baru yaitu Kabupaten Morowali Utara. Dari yang semula
Kabupaten Morowali memiliki 18 kecamatan, hingga saat ini Kabupaten
Morowali hanya memiliki 9 kecamatan, terdiri dari Kecamatan Menui
Kepulauan, Bungku Selatan, Bahadopi, Bungku Pesisir, Bungku
Tengah,Bungku Timur, Bungku Barat, Bumi Raya dan Witaponda.

2. BATAS DAN LUAS WILAYAH

Kabupaten Morowali secara administratif memiliki batas-batas wilayah


sebagai berikut: Sebelah Utara berbatasan dengan wilayah Kabupaten
Morowali Utara, sebelah Selatan berbatasan dengan wilayah Propinsi
Sulawesi Tenggara dan Sulawesi Selatan, sebelah Timur berbatasan
dengan Perairan Teluk Tolo, sebelah Barat berbatasan dengan wilayah
Propinsi Sulawesi Selatan.

Luas daratan Kabupaten Morowali diperkirakan kurang lebih 5.472 km2


atau sekitar 8,04 persen dari luas daratan Propinsi Sulawesi Tengah.
Wilayah Kabupaten Morowali terdiri dari 9 kecamatan dengan wilayah
daratan yang terluas adalah kecamatan bahodopi yaitu 1.080,98 km2
atau 19,76 persen dari luas daratan Kabupaten Morowali. Sementara
itu wilayah daratan terkecil adalah Menui Kepulauan dengan luas
sebesar 223,63 km2 atau 4,07 persen dari total luas daratan di
Kabupaten Morowali.

Kabupaten Morowali terletak pada titik Koordinat 121 02 24 - 123 15


36 Bujur Timur dan 01 31 12 - 03 46 48 Lintang Selatan, dengan
batas-batas wilayah :
- Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Tojo Una-Una;
- Sebelah Selatan berbatasan dengan Provinsi Sulawesi Selatan dan
Sulawesi Tenggara;
- Sebelah Timur berbatasan dengan perairan Teluk Tolo dan
Kabupaten Banggai Kepulauan;
- Sebelah Barat berbatasan dengan Wilayah Kabupaten Poso, TOJO
Una-Una, Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara.

3. KEADAAN PENDUDUK
Hasil proyeksi penduduk pertengahan tahun 2015 (BPS-RI)
menunjukkan bahwa jumlah penduduk kabupaten Morowali tercatat
sebesar 1113.132 jiwa.Ditinjau dari jenis kelaminnya, jumlah penduduk
berjenis kelamin laki-laki lebih banyak disbanding penduduk berjenis
kelamin perempuan. Dimana jumlah penduduk berjenis kelamin laki-
laki ada sebanyak 57.820 jiwa, dan perempuan sebanyak 55.312 jiwa
dengan rasio jenis kelamin 104,53.
Penduduk Morowali berdasarkan hasil proyeksi penduduk
pertengahan tahun 2015 tersebar di 9 kecamatan dimana penduduk
terbanyak berada di Kecamatan Bungku Tengah dengan jumlah 23.365
dengan laju pertumbuhan penduduk 0,03 persen dari total jumlah
penduduk. Sementara jumlah penduduk terkecil berada di Kecamatan
Bungku Pesisir sebesar 4.505 jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk
0,01 persen dari total penduduk.

Pada pertengahan tahun 2015 di Kabupaten Morowlai terdapat


sebanyak 26.750 rumah tangga /KK, sehingga rata-rata jumlah
penduduk setiap rumah tangga/KK terdiri dari 4 jiwa per rumah
tangga/KK. Dari segi kepadatan penduduk, Kecamatan Menui
Kepulauan merupakan daerah terpadat yaitu 56 jiwaper km2 dan
kecamatan dengan kepadatan paling rendah adalah kecamatan
Bungku Pesisir dengan kepadatan sebesar 5 jiwa per km2. Secara
umum kepadatan penduduk di Morowali pada pertengahan tahun 2013
sebesar 20 jiwa per km2.

D. MANFAAT
Dengan adanya kapal yang melayani pulau dan daerah pesisir maka
diharapkan dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat pengguna kapal
tersebut.
E. RENCANA OPERASIONAL KAPAL PENUMPANG
Rencana operasional kapal penumpang akan melayani daerah pesisir
dan pulau-pulau dengan rute pelayanan Bungku Tengah Lafeu - Kaleroang
- Menui Kepulauan Kendari

Sarana dan prasarana transportasi di Kabupaten Morowali masih sangat


terbatas, hal ini dikarenakan kemampuan Pemerintah Daerah untuk
membiayai sarana transportasi tersebut belum mampu dilaksanakan.
Demikian halnya pada sektor sarana transportasi laut khususnya pengadaan
kapal penumpang fiber yang membutuhkan dana cukup besar.

Untuk itu dimohon dengan segala hormat kepada Bapak Menteri dapat
memprogramkan pengadaan sarana transportasi laut (pengadaan kapal
penumpang fiber) yang dapat melayani pengguna jasa angkutan laut di
Kabupaten Morowali.

Demikian Proposal ini diajukan kepada Bapak, atas bantuan dan


kebijaksanaannya diucapkan terima kasih.

Bungku, Januari 2017


BUPATI MOROWALI

ANWAR HAFID

Anda mungkin juga menyukai