Anda di halaman 1dari 2

Latar Belakang

Indonesia dikenal sebagai Negara maritim, menurut catatan Kementrian Pertahanan


Republik Indonesia pulau-pulau yang tersebar dari ujung barat hingga ujung timur Indonesia
sejumlah 17.504 pulau. Disebut demikian dikarenakan kondisi dan letak Indonesia yang berada
ditengah perairan yang luas yang terletak diantara dua lautan luas yakni Samudra Hindia dan
Samudra Pasifik. Indonesia yang merupakan negara yang terdiri dari banyak kepulauan yang
dibatasi oleh lautan menimbulkan keterbatasan interaksi yang terjadi anatar berbagai elemen
masyarakat (Angelica et al., 2020).

Pembangunan sektor perhubungan laut memiliki peranan sangat penting dalam menopang
aktivitas dan mobilitas penduduk baik dalam mengangkut, memasarkan dan mengatur sirkulasi hasil-
hasil bumi serta produk-produk bernilai ekonomis lainnya guna didistribusikan sebagai barang dagangan
maupun sebagai bahan konsumsi masyarakat.

Pelabuhan adalah tempat/ prasarana hubungan laut sebagai tempat berlabunya kapal- kapal
laut. Dalam system transportasi, pelabuhan adalah titik peralihan dari system transportasi darat dalam
daerah menuju system transportasi laut yang menghubungkan daerah tersebut dengan daerah lainnya,
atau sebaliknya.

Pelabuhan Penumpang Bau Bau adalah salah satu pelabuhan yang berada pada pulau
buton/Kota BauBau. Pelabuhan ini digunakan sebagai tempat berlabunya kapal – kapal Laut yang
menghubungkan atara pulau yang berada di wilayah buton (Bau- Bau ) dangan pulau – pulau yang
berada pada Sulawesi Tenggara serata beberapa pulau di Indonesia. pelabuhan ini juga merupakn salah
satu pelabuhan Penghubung antar Indonesia bangian barat dan Indonesia bangian Timur sehingga
pembangunan gedung terminal pelabuhan harus melihat pertimbangan seperti ciri khas asritekur dari
kota Bau- Bau, budaya dan tradisi serta perpaduan antara tradisi dan modern sehingga menjadi daya
Tarik tersendiri sendiri pada terminal pelabuhan Murhum.

Letak Geografis

Sistem transportasi dan pengembangan guna lahan merupakan suatu kajian yang tidak dapat
terlepas dari eksistensi ruang dalam studi geografis wilayah. Secara geografis, Kota Baubau letaknya
strategis yaitu berada di bagian Selatan Propinsi Sulawesi Tenggara tepatnya berada di Pulau Buton,
yang terletak pada 05˚15' - 05˚32' Lintang Selatan dan di antara 122˚30' - 122˚46' Bujur Timur dengan
luas wilayah sekitar 221 Km², yang memiliki aktivitas kelautan yang intensif.

Sejarah Perkembangan Transportasi Air

 Bangka Kabangu

Perahu yang digunakan masyarakat Pulau Batuatas untuk berlayar dan berdagang disebut
bangka/bhangka atau wangka. Ada juga yang menyebutnya dengan kata boti (serapan dari kata boat).
Adrian Horridge (1981) sendiri menggunakan istilah lambo. Istilah terakhir, selama penelitian ini, hampir
tidak dikenal oleh pelayar Buton. Jenis perahu ini ditandai bentuk layarnya, berdiri atau kabangu. Dalam
model ini, ada dua tiang layar utama (kokombu) yang dipasang pada bagian tengah-depan dan tengah-
belakang perahu.

 Bangka Nade

Model layar utama merupakan aspek pembeda antara bangka kabangu dengan bangka nade. Pada
model ini, tiang utama layar (kokombu) hanya satu di bagian agak depan. Bila pada layar kabangu bagian
gapu lebih besar dan terlihat jelas, maka pada layar ini bentuk gapu sedikit merapat ke tiang utama,
sehingga dari kejauhan tidak tampak. Keberadaan gapu hanya dapat dilihat dari jarak yang lebih dekat.
Bentuk layar nade lebih besar. Kayu/ bambu layar utama bagian bawah tanpak lebih panjang,
dibandingkan dengan layar kabangu, yakni melebihi panjang bagian belakang (wana) perahu.

 Perahu Layar Motor

Pada tahun 1960-an, perahu layar telah dilengkapi dengan mesin/motor. Pada konteks ini. layar bukan
lagi sumber satu-satunya tenaga pelayaran karena sudah dibantu dengan tenaga mesin. Kedua sumber
tenaga, layar dan mesin, digunakan secara bersama. Karena itu perahu ini biasa disebut Perahu Layar
Motor (PLM). Pada awalnya, perahu-perahu yang menggunakan mesin adalah milik non pribumi,
khususnya orang Cina. Penggunaan mesin baru berkembang tahun 1980-an, ketika pelayar dan pemilik
perahu menyadari bahwa teknologi baru tidak merusak konstruksi perahu dan membuat pelayaran lebih
mudah dikendalikan ketika angin tidak berhembus.

Anda mungkin juga menyukai