Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH PELABUHAN

“PERMASALAHAN PADA PELABUHAN RATU JAWA BARAT”

Dosen Pengampu : Fanriyanto Sampe, ST., M.Eng

Disusun Oleh
KELAS : A

MAIKE SARI PALUMMI 220213048

JODI SUSANTO 220213072

DELVI PAPPA 220213075

UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA TORAJA

FAKULTAS TEKNIK

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

2023

i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan
karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul,
“PERMASALAHAN PADA PELABUHAN RATU JAWA BARAT” dengan baik. kami
berharap makalah ini dapat menambah wawasan akan pengetahuan dan pengalaman bagi
pembaca. Dan kami bersyukur atas Kesehatan yang Tuhan karuniakan kepada kami
sehingga makalah ini dapat kami susun melalui beberapa sumber yakni melalui kajian
pustaka maupun melalui media internet.
Pada kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah memberikan kami motivasi dalam pembuatan tugas jurnal ini, terutama Kepada
Bapak Fanriyanto Sampe, ST., M.Eng selaku Dosen Pengampuh Mata Kuliah
Pelabuhan dan juga kepada teman-teman seperjuangan yang membantu kami dalam
berbagai hal.
Kami menyadari, bahwa makalah yang kami buat ini masih jauh dari kata
sempurna baik dari segi penyusunan, bahasa, maupun penulisannya. Oleh karena itu, kami
sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pembaca guna
menjadi acuan agar penulis bisa menjadi lebih baik lagi di masa mendatang.

Toraja Utara,12 Mei 2023

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang.............................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................................2
1.3 Tujuan Penelitian.........................................................................................................2
BAB II KAJIAN TEORI
2.1 Pengertian Pelabuhan ................................................................................................3
2.2 Peran Pelabuhan .........................................................................................................3
2.3 Fungsi Pelabuhan.........................................................................................................3
2.4 Jenis-jenis Pelabuhan ..................................................................................................4
2.5 Sejarah Pelabuhan Pantai Ratu....................................................................................5
2.6 Daya Tarik Pelabuhan Pantai Ratu..............................................................................6
2.7 Perencanaan Desain Dan Struktur Pelabuhan..............................................................6
2.8 Sumber Daya Manusia.................................................................................................8
BAB III PEMBAHASAN
3.1 Struktur Pada Pelabuhan Ratu...................................................................................11
3.2 Sumber Daya Manusia (SDM) Pada Pelabuhan Ratu.................................................16
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan ...............................................................................................................19
4.2 Saran..........................................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA

iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sumber daya pesisir dan laut merupakan sumber daya milik bersama (common
pool resources) sehingga bersifat terbuka (open acces) dalam pemanfaatannya
(Hardin 1968; Satria 2015). Ini berarti sumber daya laut dapat dimanfaatkan oleh
berbagai aktor yang memiliki kepentingan ekonomi yang berbeda, sehingga dapat
menimbulkan konflik (Anderson and Obeng 2017; Boucquey 2017). Konflik terjadi
karena keragaman alat tangkap dan perebutan wilayah penangkapan (Crosson 2011).
Oleh karena itu, negara perlu hadir untuk melakukan pengelolaan untuk menghindari
konflik.
Prinsip pengelolaan sumberdaya laut di Indonesia terdapat dalam Undang-
Undang Dasar 1945 pasal 33 (dikenal dengan sistem pengelolaan yang bersifat state
property). Sumberdaya laut memiliki sifat quasi open acces sehingga tidak
sepenuhnya dapat diakses karena dibatasi oleh sejumlah peraturan (Annisa, Satria,
and A Kinseng 2009). Akan tetapi, aturan yang dibuat seringkali tidak bersifat
partisipatif tanpa mempertimbangkan aspek sosial ekonomi dan budaya masyarakat
lokal yang akhirya justru menimbulkan sejumlah permasalahan baru.
Pemberian izin usaha kepada korporasi (privatisasi) dalam pemanfaatan
sumberdaya laut telah merusak lingkungan dan mempengaruhi sistem sosial ekonomi
masyarakat pesisir (Carothers 2015). Privatisasi tidak lepas dari multifungsi
sumberdaya laut untuk berbagai kegiatan ekonomi seperti yang terjadi di kawasan
perairan Pelabuhan Ratu. Di wilayah ini dibangun Pembangkit Listrik Tenaga Uap
(PLTU) Pelabuhan Ratu, jalur transportasi, dan usaha budidaya ikan dan perikanan
tangkap. Permasalahan muncul ketika pembangunan PLTU dituding sebagai
penyebab utama terjadinya degradasi lingkungan perairan laut, sehingga mempersulit
nelayan untuk melakukan penangkapan ikan dan aktivitas kapal pengangkut batubara
merusak alat tangkap nelayan.

1
Pantai Palabuhanratu atau lebih populer sebagai Pantai Pelabuhan Ratu, adalah
sebuah tempat wisata di pesisir Samudra Hindia di selatan Jawa Barat. Lokasinya
terletak sekitar 60 km ke arah selatan dari Kota Sukabumi. Pantai ini dikenal
memiliki ombak yang sangat kuat dan karena itu berbahaya bagi perenang pantai.
Topografinya berupa perpaduan antara pantai yang curam dan landai, tebing karang
terjal, hempasan ombak, dan hutan cagar alam.
Karena tempat ini mempunyai daya tarik sendiri, presiden Soekarno mendirikan
tempat peristirahatannya pada tahun 1960 di Tenjo Resmi. Selain itu, atas inisiatif
Soekarno pula didirikanlah Samudera Beach Hotel, salah satu hotel mewah
pertama yang dibangun di Indonesia pada kurun waktu yang sama dengan Hotel
Indonesia, Bali Beach Hotel, dan Toko Serba Ada “Sarinah”, yang kesemuanya
menggunakan dana pampasan perang dari Jepang.

1.2 Rumusan Masalah


Dari latar belakang diatas, ditarik sebuah rumusah masalah yaitu,
1. Bagaimana struktur pada pelabuhan ratu?
2. Bagaiman sumber daya manusia (SDM) pada pelabuhan ratu?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah tersebut sebagai berikut:
1. Mengetahui struktur pada pekabuhan ratu.
2.Mengetahui sumber daya manusia (SDM) pada pelabuhan ratu.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Pelabuhan
Pelabuhan adalah tempat yang terdiri atas daratan dan/atau perairan dengan
batas-batas tertetu sebagai tempat kegiatan pemerintahan dan kegiatan pengusahaan
yang dipergunakan sebagai tempat kapal bersandar, naik turun penumpang, dan/atau
bongkar muat barang, berupa terminaldan tempat berlabuh kapal yang dilengkapi
dengan fasilitas keselamatan dan keamanan pelayaran dan kegiatan peunjang
pelabuhan serta sebagai tempat perpindahan intra dan antar moda transportasi. ( UU
RI No.17 Th 2008 ).
Harbour adalah parairan yang terlindungi badai, aman dan baik/cocok bagi
akomodasi kapal-kapal untuk berlindung, mengisi bahan bakar, persedian dan
bongkar muat, sedangkan port adalah harbour yang terlindungi, dimana tersedia
fasilitas terminal laut, yang terdiri dari tambatan (dermaga) untuk bongkar muat
barang dari kapal, gudang translate dan penumpukan lainnya untuk menyimpan
barang dalam jangka pendek ataupun panjang. (Edi hidayat, 2009).

2.2 Peran Pelabuhan.


Dalam kedudukan kepelabuhan sebagai sub system terhadap pelayaran,dan
mengingat pelayaran sendiri adalagh pembawa bendera mengikuti pola perdagangan
(ship follows the trade), maka pelabuhan menjadi salah satu unsur penentu terhadap
aktivitas perdagangan. Pelabuhan yang dikelola secara efisien akan mendorong
kemajuan perdagangan, bahkan industri di daerah belakang akan melaju dengan
sendirinya (Lasse,2017).
2.3 Fungsi Pelabuhan
1. Interface

3
Pelabuhan mempunyai fungsi interface, maksudnya pelabuhan menyediakan
berbagai fasilitas dan jasa yang dibutuhkan untuk perpindahan moda angkutan darat
ke kapal atau sebaliknnya dalam kegitan transhipment.
2. Gateway
Pelabuhan berfungsi sebagai gateway artinya pelabuhan melaksanakan prosedur
dan peraturan yang harus diikuti kapal yang menyinggahi pelabuhan. Selain itu
pelabuhan juga berfungsi sebagai gerbang masuk keluarnnya barang. (Edi hidayat,
2009)
3. Industrial entity
Pelabuhan yang diselenggarakan dengan baik akan bertumbuh dan akan
menyuburkan bidang usaha lain sehingga area pelabuhan menjadi zona industry
terkait dengan kepelabuhan (Lasse,2017).
4. Link
Dari batasan pengertian yang telah dipaparkan terdahulu pada hakikatnya
memfasilitasi pemindahan barang muatan antara moda transportasi darat (Inland
transport) dan moda transportasi laut (Marine transport) menyalurkan barang masuk
dan keluar daerah pabean secepat dan seefesien mungkin. Pelabuhan versi UNCTAD
berfungsi sebagai mata rantai (link) yang menjadi penghubung rangkaian transportasi
atau A portis,therefore,an essential link in thei international maritime transport chain
dan menyatakan bahwa “the primary function of a sea port is to transport cargo
between maritime and inland transport quickly and efficiently”.

2.4 Jenis-Jenis Pelabuhan


Jenis jenis pelabuhan antara lain :
a) Pelabuhan Umum : Pelabuhan yang diselenggarakan untuk kepentingan pelayaran
masyarakat umum. Contoh : Pelabuhan Tj.Perak Surabaya
b.)Pelabuhan Khusus : Pelabuhan yang diselenggarakan untuk kepentingan sendiri
guna menunjang kegiatan atau usaha tertentu. Contoh : Pelabuhan Khusus
Petrokimia Gresik.

4
c.) Pelabuhan Laut : Pelabuhan yang dapat disinggahi oleh kapal-kapal laut,
ditunjuk oleh Peraturan Pemerintah sebagai pelabuhan laut Contoh : Pelabuhan
Tj.Priok, Jakarta
d.) Pelabuhan Pantai : Pelabuhan yang dapat disinggahi oleh kapal-kapal laut, yang
tidak termasuk dalam kategori pelabuhan laut. Contoh : Pelabuhan Ratu, Jawa Barat
e.) Pelabuhan Kelas (Kelas I,II dan seterusnya) : Pelabuhan yang dibedakan atas
dasar kepentingan serta frekuensi arus barang yang dimuat/dibongkar di pelabuhan
tersebut. Contoh : Pelabuhan kelas I Tj.Priok Jakarta, Pelabuhan kelas I Tj.Perak
Surabaya , Pelabuhan kelas II Tj.Emas Semarang dll (Herman,2012).

2.5 Sejarah Pelabuhan Pantai Ratu


Sebagai salah satu legenda yang terkenal di kalangan masyarakat Jawa, cerita
tentang Nyi Roro Kidul dan sejarah Pelabuhan Ratu masih menjadi topik hangat di
beberapa lingkungan. Pada intinya, Pelabuhan Ratu adalah sebuah wilayah
pemukiman dan kecamatan yang terletak di Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat.
Berdasarkan kisah yang diturunkan dari generasi ke generasi, Pelabuhan Ratu
berasal dari peristiwa pelarian Nyi Mas Purnamasari, seorang putri dari Kerajaan
Pajajaran yang juga terkait dengan legenda Nyi Roro Kidul.
Kisah Pelabuhan Ratu terkenal dengan cerita Nyi Purnamasari yang melarikan
diri dari Banten dan tiba di Babakan Cidadap ketika sedang hamil lima bulan.
Setelah cukup lama menjabat sebagai pemimpin di Cidadap, Nyi Purnamasari
berhasil meningkatkan pertumbuhan ekonomi di daerah tersebut. Namun, pada
puncak kekuasaannya, Nyi Ratu memilih untuk melakukan tapa.
Ketika Nyi Purnamasari melakukan tapa, kekuasaan di wilayah itu di pegang
oleh para Puun. Setelah daerah tersebut di tinggalkan oleh Nyi Ratu, daerah tersebut
mengalami kemunduran.
Kemudian putri Nyi Ratu yang bernama Nyi Mayang Sagara yang sudah tumbuh
dewasa dan pintar, di angkat menjadi ratu. Nyi Mayang Sagara menjadi pemimpin
dan bergelar Nyi Roro Kidul. Di bawah kekuasaannya, Nyi Roro Kidul berhasil

5
memajukan daerah tersebut hingga mengalami puncak keemasan. Segi ekonomi yang
meningkat hingga tempat kekuasaan semakin meluas.

2.6 Daya Tarik Pelabuhan Pantai Ratu


Pantai Pelabuhan Ratu Sukabumi merupakan pantai yang memiliki
pemandangan dan suasana yang indah, berikut ini adalah daya tarik yang di miliki
pantai ini :
1. Pemandangan yang Indah
Pantai Pelabuhan Ratu menawarkan panorama alam yang menakjubkan dengan
adanya karang-karang yang menjorok ke laut. Di atas karang-karang tersebut, para
pengunjung dapat duduk santai sambil memancing atau hanya menikmati keindahan
pemandangan alam yang diciptakan oleh Tuhan dalam bentuk ombak laut yang
memecah di atas karang yang menyerupai mutiara.
2. Melihat Sunset dan Sunrise
Tempat ini biasanya cocok untuk menyaksikan Matahari terbenam atau terbit
selain Pegunungan. Kamu dapat menanti pemandangan alam yang indah tersebut
dengan duduk di atas pasir atau duduk di atas batu karang yang menjorok ke laut.
3. Lokasi Surfing
Di seputar Pelabuhan Ratu, paling tidak ada sembilan titik lokasi untuk
Berselancar. Lokasi itu meliputi Batu Guram, Karang Sari, Samudra Beach, Cimaja,
Karang Haji, Indicator, Sunset Beach, Ombak Tujuh sampai Ujung Genteng.
2.7 Perencanaan Desain dan Struktur Pelabuhan
Perencanaan desain dan struktur bangunan pelabuhan sangat kompleks. Tujuan
akhir dari hasil disain dan struktur bangunan yang tepat adalah bagaimana membuat
areal pelabuhan laut berfungsi optimal, aman bagi kapal dan dapat kuat terhadap
kondisi perairan yang dinamis. Berfungsi optimal berarti bahwa hasil disain yang
dibuat memiliki layout yang efektif dan efisien untuk keluar masuk kapal, bongkar
muat kapal di dermaga, area lego jangkar yang terlindung dan lain sebagainya dimana
optimasi yang dilakukan telah mempertimbangkan pengaruh dari gangguan

6
gelombang dan sirkulasi arus laut. Aman bagi kapal memiliki arti bahwa gelombang
yang ditimbulkan oleh keluar masuknya kapal tidak menimbulkan gangguan
keamanan dari efek refleksi, refraksi dan resonansi gelombang. Selain itu, aman pula
terhadap gangguan fenomena gelombang, sedimentasi (pendangkalan) dan sirkulasi
arus yang terbentuk dari struktur pelabuhan. Struktur bangungan yang kuat memiliki
arti bahwa kerusakan akibat dari dinamika perairan meliputi gelombang, arus, suhu
dan salinitas laut dapat ditekan sedemikian rupa sehingga struktur bangunannya dapat
bertahan lama.
Perencanaan desain dan struktur bangunan pelabuhan dapat dibantu dengan
mudah melalui pemanfaatan teknologi pemodelan dari mulai perencanaan,
pembangunan sampai dengan pemantauan kondisi perairan di areal pelabuhan.
Berbagai kajian yang mendalam dapat dilakukan meliputi pola penyebaran
sedimentasi, pola sirkulasi arus, tinggi muka laut, perencanaan pengerukan dasar
perairan, perubahan garis pantai dan yang terpenting adalah kajian mengenai
identifikasi fenomena-fenomena gelombang dengan berbagai parameternya.
Kajian kekuatan struktur pelabuhan sangat kompleks karena desain layout
pelabuhan mengharuskan kebutuhan ruang struktur pelabuhan seminimal mungkin
dan seefektif mungkin karena ruang yang disediakan lebih besar untuk lalulintas dan
penempatan kapal. Seperti penghalang ombak dan pemecah ombak, dermaga-
dermaga tempat sandar kapal, tiang-tiang tambat kapal di luar pelabuhan, rambu-
rambu pelayaran berupa rambu permanen atau pelampung dan struktur lainnya
diharuskan memiliki kebutuhan ruang yang kecil. Oleh karena itu kekuatan struktur
tersebut dari kondisi eksternal perairan harus terjamin.
Kebutuhan aktifitas enjinering pelabuhan mengenai informasi kondisi perairan
sangat dibutuhkan. Hal ini tidak lepas dari bagaimana seorang enjiner merancang
suatu struktur pelabuhan yang berkaitan dengan bahan dan komposisi bangunan agar
kuat dan dapat bertahan lama. Faktor yang paling berperan dari kondisi perairan
tersebut adalah hempasan energi gelombang, dinamika muka laut, proses sedimentasi,
properti massa air dan pola sirkulasi perairan. Jika dalam merancang struktur

7
pelabuhan sudah mempertimbangkan faktor-faktor tersebut maka dapat dipastikan
suatu pelabuhan dapat lebih kuat dan memiliki umur yang lebih lama.
Pengamatan kondisi perairan untuk mengetahui karakteristiknya akan memakan
waktu dan biaya yang besar, karena informasi tersebut didapatkan dengan melakukan
pengamatan yang komprehensif dengan parameter pengamatan perairan yang
lengkap. Melalui pemanfaatan teknologi pemodelan, kendala tersebut dapat diatasi
dengan membangun berbagai macam skenario pemodelan untuk mensimulasikan
kondisi perairan pada periode waktu jangka pendek maupun jangka panjang. Hasilnya
dapat diketahui dampak kondisi perairan seperti apa yang mungkin akan
mempengaruhi kondisi kekuatan struktur pelabuhan tersebut.
Modul model Hidrodinamika digunakan untuk mengetahui pola sirkulasi dari
skenario model yang dibangun. Pertimbangan kuat lemahnya arus, dengan modul
model ini dapat dimasukan dalam parameter rancangan pelabuhan. Beragam modul
gelombang juga telah disediakan yang disesuaikan dengan karakteristik perairan yang
akan dikaji. Modul model gelombang ini untuk mengetahui karakteristik dari
parameter-parameter yang berperan dalam mempengaruhi kondisi kekuatan struktur
pelabuhan terhadap hempasan energi gelombang. Kepadatan dan pergerakan sedimen
dasar dalam jangka waktu panjang dapat pula dipertimbangkan dalam merancang
kekuatan dari struktur pelabuhan. Modul yang disediakan adalah modul model
Pergerakan Sedimen Dasar dan Sedimen Kolom Air. Proses erosi pantai dan erosi
sedimen dasar perairan akan mempengaruhi kekuatan struktur pelabuhan dalam
jangka waktu lama. Jika diperlukan kajian yang lebih mendalam pada pelabuhan di
perairan estuari maka modul Aliran Sungai dapat diintegrasikan sehingga mampu
menganalisis secara lebih komprehensif mengenai rancangan kekuatan struktur
pelabuhan dan kaitannya dengan energi yang dilepas dari perairan estuari yang
memiliki muara sungai. Modul GIS Kelautan digunakan untuk membantu
perencanaan struktur pelabuhan dalam bentuk aktifitas pemetaan.
2.8 Sumber Daya Manusia

8
Manusia merupakan komponen penting dalam organisasi yang akan bergerak
dan melakukan aktifitas untuk mencapai tujuan. Keberhasilan suatu organisasi
ditentukan dari kualitas orang-orang yang berada di dalamnya. SDM akan bekerja
secara optimal jika organisasi dapat mendukung kemajuan karir mereka dengan
melihat apa sebenarnya kompetensi mereka. Biasanya, pengembangan SDM berbasis
kompetensi akan mempertinggi produktivitas karyawan sehingga kualitas kerja pun
lebih tinggi pula dan berujung pada puasnya pelanggan dan organisasi akan
diuntungkan. Sumber Daya Manusia dapat didefinisikan sebagai semua manusia yang
terlibat di dalam suatu organisasi dalam mengupayakan terwujudnya tujuan
organisasi tersebut.
Nawawi membagi pengertian SDM menjadi dua, yaitu pengertian secara makro
dan mikro. Pengertian SDM secara makro adalah semua manusia sebagai penduduk
atau warga negara suatu negara atau dalam batas wilayah tertentu yang sudah
memasuki usia angkatan kerja, baik yang sudah maupun belum memperoleh
pekerjaan (lapangan kerja). Pengertian SDM dalam arti mikro secara sederhana
adalah manusia atau orang yang bekerja atau menjadi anggota suatu organisasi yang
disebut personil, pegawai, karyawan, pekerja, tenaga kerja dan lain-lain.
Menurut Veithzal Rivai SDM adalah seorang yang siap, mau dan mampu
memberi sumbangan usaha pencapaian tujuan organisasi. Selain itu sumber daya
manusia merupakan salah satu unsur masukan (input) yang bersama unsur lainnya
seperti modal, bahan, mesin dan metode/teknologi diubah menjadi proses manajemen
menjadi keluaran (output) berupa barang atau jasa dalam usaha mencapai tujuan
perusahaan.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa SDM adalah orang-orang yang
terlibat dalam pelaksanaan organisasi di berbagai level, baik level pimpinan atau top
manajer, midle manajer maupun staf atau karyawan termasuk di dalamnya investor
atau pemodal. Sumber daya yang paling penting bagi suatu organisasi adalah orang
yang memberikan kerja, bakat, kreativitas, dan semangat kepada organisasi". Oleh
karena itu kesulitan sumberdaya manusia merupakan sumber masalah dalam

9
organisasi. Konsekuensi dari hai ini adalah tersedianya sumber daya manusia yang
mempunyai kapasitas sebagai perencana dan pelaksana program kegiatan. Kapasitas
ini ditentukan oleh kapabilitas, kompetensi dan produktivitas kerja.

10
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Struktur Pada Pelabuhan Ratu
Setiap dermaga dibangun untuk mengakomodasi kebutuhan jenis kapal tertentu
sehingga bentuk dan dimensinya bergantung kepada jenis dan ukuran kapal yang
akan bertambat pada dermaga tersebut. Dalam perencanaannya lokasi dermaga harus
terlindung dari gerakan gelombang laut yang dapat mengganggu proses kegiatan
bongkar-muat kapal. Bentuk dan jenis struktur dipilih berdasarkan kapal yang akan
dilayani, serta berkaitan dengan kondisi lingkungan tempat dermaga akan dibangun.
Komponen-komponen struktur dermaga seperti balok, pelat lantai, pile cap, dan tiang
pancang dirancang sedemikian rupa agar kuat menerima beban-beban yang bekerja
pada struktur dermaga. Dermaga penumpang di Pelabuhan Ratu dirancang untuk
mengakomodasi kapal dengan ukuran maksimum 1000 GRT. Penentuan kriteria
desain seperti panjang dan lebar dermaga merujuk kepada British Standard 6349:
Maritime Structures dan Technical Standards for Port and Harbour Facilities in Japan.
Dermaga penumpang yang dirancang ditentukan akan menggunakan bentuk dermaga
jenis jetty, yaitu bentuk dermaga di mana struktur dermaga tegak lurus dengan garis
pantai. Bentuk dermaga tipe jetty dibangun bila garis kedalaman yang diperlukan
jauh dari pantai dan tidak diinginkan adanya pengerukan pada kolam pelabuhan
ataupun alur pelayaran, antara dermaga dengan pantai dihubungkan dengan jembatan
penghubung (trestle). Akan tetapi pada pengerjaan tugas akhir penulis ruang lingkup
pengerjaan tidak mencakup struktur trestle, hanya pada struktur dermaganya saja.
Tipe struktur dermaga yang dipilih adalah dermaga deck on pile yang secara umum
terdiri atas formasi balok (beam) dan lantai (slab) yang ditopang oleh tiang fondasi
yang dipancang ke dalam dasar perairan. Pada pengerjaan Tugas Akhir ini, dermaga
ditentukan akan menggunakan elemen beton bertulang untuk bagian dek dan akan
menggunakan tiang baja silinder untuk fondasi.

11
Dermaga penumpang ini dirancang dengan dimensi panjang dan lebar masing-
masing sebesar 80 dan 10 meter, dimensi yang cukup untuk melayani 1 buah kapal
penumpang dengan ukuran 1000 GRT dan kegiatan arus penumpang di atas dermaga
dengan beban seberat 5 kN/m2 . Selain itu, faktor lingkungan yang mempengaruhi
dermaga baik secara langsung maupun melalui kapal antara lain adalah rata-rata
kedalaman perairan -4,5 m dan HWS +1,25 m (LWS ±0,0 m), tinggi maksimum
gelombang rencana 1 m dengan perioda 12 detik, kecepatan rata-rata arus air laut 0,5
m/s, dan kecepatan rata-rata angin 7,18 m/s. Sedangkan untuk beban gempa akan
ditentukan menurut lokasi dan karakter tanah dengan acuan SNI Peta Bahaya Gempa
Indonesia 2010. Gambar tampak dermaga dapat dilihat pada gambar berikut.

12
Selanjutnya setelah berbagai faktor perancangan dermaga diperoleh, faktor
lingkungan serta faktor tambahan, seperti ukuran komponen-komponen struktur dan
komponen pelengkap struktur, serta berat beban penumpang, diolah menurut standar
yang telah dipilih hingga menghasilkan beban-beban. Berbagai beban ini
dikelompokkan berdasarkan jenisnya menjadi beban mati, beban mati tambahan,
beban hidup, beban berthing, beban mooring, beban akibat gempa, dan beban akibat
gelombang dan arus. Beban-beban yang sudah dikelompokkan lalu disusun menjadi
kombinasi pembebanan menurut standar yang dijadikan acuan yaitu kombinasi beban
LRFD (Load and Resistance Factor Design).
Dari semua kombinasi beban yang dimodelkan, keluaran yang ditinjau meliputi
pergeseran (displacement) yang terjadi pada dek, perbandingan tegangan aktual pada
tiang fondasi terhadap kapasitasnya (unity check ratio), gaya-gaya dalam dari
komponen beton pada balok dan pelat, serta reaksi perletakan di setiap tumpuan.
Keluaran pemodelan yang berupa gaya-gaya dalam pada komponen struktur ini

13
akan dijadikan acuan dalam proses perhitungan penulangan komponen struktur
dermaga. Kebutuhan penulangan pada struktur beton diakibatkan karena sifat beton
yang tidak kuat menerima gaya Tarik.
Dari hasil akhir pemodelan dengan menggunakan tiang fondasi baja berdiameter
660 mm dan tebal 17,5 mm dengan tegangan leleh fy = 400 Mpa, nilai pergeseran
maksimum yang terjadi adalah 0,0431 m dan UCR maksimum sebesar 0,77.
Perancangan merupakan dimensi dan penulangan pada komponen struktur dermaga
yaitu balok, pelat, dan pile cap berdasarkan beban maksimum yang diterima oleh
masing-masing komponen struktur. Adapun kuat beton dan baja tulangan adalah f’c =
38 Mpa dan fy = 400 Mpa. Pada Tabel 1 berikut disajikan detail penulangan struktur
dermaga rencana.

14
15
3.2 Sumber Daya Manusia (SDM) Pada Pelabuhan Ratu
Potensi laut yang kaya sumber daya alam seharusnya dapat dijadikan sebagai
mesin pertumbuhan dan pemerataan ekonomi baru bagi kesejahteraan masyarakat.
Ironisnya masyarakat nelayan sering dinilai lebih terbelakang daripada masyarakat
perkotaan dalam hal derap pembangunan, dalam arti seluas-luasnya. Padahal mereka
dapat mencukupi hidup keseharian jika bisa mengaturnya dengan baik. Namun semua
itu hanya bersifat memenuhi kebutuhan primer saja, dibalik potensi kelautan yang
begitu melimpah, justru komunitas nelayan yang banyak menderita kemiskinan.
Karena secara umum nelayan pun dapat dibedakan kedudukannya berdasarkan tiga
tingkatan atau stratifikasi yaitu nelayan juragan, nelayan tradisional dan nelayan
buruh. Biasanya komunitas nelayan tradisional dan buruh yang selalu diidentikan
dengan kemiskinan. Pada kawasan pesisir yang kaya akan sumber daya perikanan ini,
justru banyak yang menjadi kantong kemiskinan. Kondisi kemiskinan ini ibarat orang
yang selamanya berdiri terendam dalam air sampai ke leher, sehingga ombak yang
kecil sekalipun sudah cukup (Tain, 2010, hlm. 1).
Usaha-usaha untuk menjadikan wilayah pesisir sebagai mesin pertumbuhan dan
pemerataan ekonomi baru yang berkelanjutan masih sulit diwujudkan hal ini diduga
karena pembangunan sektor maritim di Indonesia masih sarat dengan kelemahan.
Menurut Kamaludin (2005, hlm 9) menyampaikan, beberapa hal penyebab maritim
Indonesia tertinggal adalah:
1. Kebijakan maritim belum menyentuh aspek-aspek strategis yang mampu mengikat
dan memayungi instrumen ekonomi maritim seperti sektor perikanan
pertambangan dan energi lepas pantai, pariwisata bahari, transportasi laut dan
pelabuhan, serta sumber daya manusia di sektor maritim,
2. Karena maritme policy tidak menjadi payung politik bagi pembangunan ekonomi,
maka kelembagaan yang telibat dalam sektor maritim juga akan mengalami
disorientasi,
3. Terjadinya backuash effeck secara masif yang menempatkan sektor maritim
khususnya perikanan sebagai sektor pengurasan. Kecenderungan ini berpengaruh

16
terhadap tingkat kebocoran sektoral yang justru membuat sektor perikanan menjadi
kerdil dan marginal4.
4. faktor Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang diharapkan menjadi
saluran membagi kemakmuran secara adil, tampaknya masih sulit diwujudkan
karena wajah APBN yang continental oriented, tetap saja menempatkan sektor
maritim termasuk provinsi berbasis maritim dan pulau-pulau kecil yang
termarginalisasi dalam pembagian sarana dan prasarana pembangunan.
Kecamatan Palabuhanratu merupakan salah satu basis perikanan tangkap untuk
wilayah penangkapan di Laut Selatan Jawa dan Zona Ekonomi Ekslusif Indonesia
(ZEEI) di Perairan Samudera Hindia. Selain itu Palabuhanratu merupakan salah satu
Kecamatan yang ada di Kabupaten Sukabumi yang menjadi pusat Pelabuhan
Perikanan Nusantara (PPN) dan menjadi salah satu sentra perikanan laut di pantai
utara Jawa. Letaknya yang strategis yaitu Lokasinya terletak sekitar 60 km ke arah
selatan dari Kota Sukabumi serta fasilitas yang lengkap seperti adanya tempat
pelelangan ikan, gedung pasar grosir ikan, gedung pengecer ikan, kios, gudang,
kantor yang dimanfaatkan oleh para pengusaha perikanan, kios penjualan, tempat
pengepakan ikan dan berbagai fasilitas penunjang lainnya membuat daerah ini
menjadi salah satu daerah pemasok ikan untuk Pulau Jawa dan sekitarnya. Selain itu
juga hasil dari penangkapan ikan di Pelabuhanratu ini sudah menjadi komoditi ekspor
misalnya ke negara-negara Eropa, Cina, Asia Tenggara dan lainnya, adapun ikan
yang diekspor yaitu Tuna, Layur, Cakalang dan lainnya.
Mayoritas penduduknya bermata pencaharian sebagai pedagang nelayan yang
menggantungkan hidupnya dari kekayaan alam laut di kawasan ini. Di dalam
masyarakat nelayan Pelabuhanratu terdapat pengelompokan nelayan ke dalam
beberapa kelompok yaitu nelayan juragan di Pelabuhanratu disebut Taweu yaitu
mereka pemilik modal dan yang memiliki kapal, yang kedua yaitu nelayan buruh
yaitu para nelayan yang menangkap ikan menggunakan kapal para nelayan juragan
dan yang terakhir yaitu nelayan tradisonal yaitu para nelayan yang menggunakan alat
tangkap sendiri tapi masih bersifat tradisional. Selain pengelompokan masyarakat

17
nelayan Pelabuhanratu berdasarkan modal dan alat tangkap, adapula pengelompokan
lain yaitu masyarakat nelayan penuh, masyarakat nelayan sambilan utama, dan
masyarakat sambilan tambahan. Namun ironisnya di tengah sumber daya alam
khususnya dalam bidang perikanan melimpah kehidupan ekonomi dari masyarakat
nelayan di Pelabuhanratu ini pun masih terbilang berada di bawah garis kemiskinan
khususnya bagi mereka para nelayan tradisional dan buruh, seperti halnya pada
masyarakat nelayan Indonesia pada umumnya, para nelayan hanya bisa memenuhi
kebutuhan primer saja karena hasil tangkapan ikan yang mereka dapatkan masih
sangat minim.

18
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
1. Pada pengerjaan Tugas Akhir ini, dermaga ditentukan akan menggunakan elemen
beton bertulang untuk bagian dek dan akan menggunakan tiang baja silinder untuk
fondasi. Dermaga penumpang ini dirancang dengan dimensi panjang dan lebar masing-
masing sebesar 80 dan 10 meter, dimensi yang cukup untuk melayani 1 buah kapal
penumpang dengan ukuran 1000 GRT dan kegiatan arus penumpang di atas dermaga
dengan beban seberat 5 kN/m2 . Selain itu, faktor lingkungan yang mempengaruhi
dermaga baik secara langsung maupun melalui kapal antara lain adalah rata-rata
kedalaman perairan -4,5 m dan HWS +1,25 m (LWS ±0,0 m), tinggi maksimum
gelombang rencana 1 m dengan perioda 12 detik, kecepatan rata-rata arus air laut 0,5
m/s, dan kecepatan rata-rata angin 7,18 m/s. Sedangkan untuk beban gempa akan
ditentukan menurut lokasi dan karakter tanah dengan acuan SNI Peta Bahaya Gempa
Indonesia 2010. Dari hasil akhir pemodelan dengan menggunakan tiang fondasi baja
berdiameter 660 mm dan tebal 17,5 mm dengan tegangan leleh fy = 400 Mpa, nilai
pergeseran maksimum yang terjadi adalah 0,0431 m dan UCR maksimum sebesar 0,77.
Perancangan merupakan dimensi dan penulangan pada komponen struktur dermaga
yaitu balok, pelat, dan pile cap berdasarkan beban maksimum yang diterima oleh
masing-masing komponen struktur. Adapun kuat beton dan baja tulangan adalah f’c =
38 Mpa dan fy = 400 Mpa.
2. Kecamatan Palabuhanratu merupakan salah satu basis perikanan tangkap untuk
wilayah penangkapan di Laut Selatan Jawa dan Zona Ekonomi Ekslusif Indonesia
(ZEEI) di Perairan Samudera Hindia. Selain itu Palabuhanratu merupakan salah satu
Kecamatan yang ada di Kabupaten Sukabumi yang menjadi pusat Pelabuhan Perikanan
Nusantara (PPN) dan menjadi salah satu sentra perikanan laut di pantai utara Jawa.
Namun ironisnya di tengah sumber daya alam khususnya dalam bidang perikanan
melimpah kehidupan ekonomi dari masyarakat nelayan di Pelabuhanratu ini pun masih

19
terbilang berada di bawah garis kemiskinan khususnya bagi mereka para nelayan
tradisional dan buruh, seperti halnya pada masyarakat nelayan Indonesia pada
umumnya, para nelayan hanya bisa memenuhi kebutuhan primer saja karena hasil
tangkapan ikan yang mereka dapatkan masih sangat minim.oleh karena itu Sumber
Daya Manusia (SDM) Di pelabuhan Ratu sangat perlu untuk di titingkatkan, sebab
akan ada perubahan karakter bisnis yang menuntut pekerja memiliki keterampilan
baru. Pemerintah diharapkan memiliki strategi dalam pemetaan profesi baru dan
transformasi industri.
4.2 Saran
saran dari penulis bagi Pelabuhan Ratu sebagai sebuah tujuan wisata yang
berpotensi besar adalah diharapkan memiliki jalan akses yang lebih nyaman serta
lebih memiliki fasilitas jalan yang baik. Selain itu diharapkan juga memiliki fasilitas
wisata yang lebih baik dan modern. Kedua hal ini akan mempengaruhi daya wisata
yang dimiliki oleh Pelabuhan ratu itu sendiri. Selain itu Pelabuhan Ratu sebaiknya
memiliki pusat informasi terpadu seperti website, perpustakaan ataupun kantor resmi
yang menyediakan informasi langsung yang dapat dipercaya sehingga mempermudah
proses pengumpulan data.

20
DAFTAR PUSTAKA

Dean, Robert G., dan Dalrymple, Robert A., Water Wave Mechanics For
Engineers And Scientists, World Scientific Publishing Co. Pte. Ltd., Singapore, 1991.
Dinas Kelautan dan Perikanan. 2010. Laporan Kegiatan Perikanan Tangkap.
Dinas Kelautan Dan Perikanan Pelabuhan Ratu. Sukabumi.
PPN Pelabuhan Ratu. 2014. Statistik Perikanan Tangkap PPN Pelabuhan Ratu
2014. PPN Pelabuhan Ratu, Kementerian Kelautan dan Perikanan. Jakarta.
Pelabuhan Perikanan Nusantara Pelabuhan ratu. 2017. Statistik Pelabuhan
Perikanan Nusantara Pelabuhan Ratu. Sukabumi.
Salim, Emil, 1993, Pembangunan Berwawasan Lingkungan, Cetakan Kedua,
LP3ES, Jakarta.
SKSNI 03 2847-2002., Tata Cara Perencanaan Struktur Beton Untuk Bangunan
Gedung, Badan Standarisasi Nasional., Jakarta, 2002.
The Overseas Coastal Area Development Institute of Japan (OCDI), Technical
Standards For Port And Harbour Facilities in Japan. Daikousha Printing Co. Ltd.,
Tokyo Japan. 2002.

21

Anda mungkin juga menyukai