Anda di halaman 1dari 16

ANALISIS FAKTOR PENUNJANG

KONSTRUKSI BANGUNAN PANTAI dan LEPAS PANTAI

Oleh:
Ruhut G H Pasaribu
NIM 104120073

Program Studi Teknik Sipil


Fakultas Perencanaan dan Infrastruktur
Universitas Pertamina
2020
Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya
sehingga karya tulis ilmiah ini dapat disusun hingga selesai tepat pada waktunya.
Saya juga mengucapkan terimakasih kepada pihak yang memberikan kontribusi
dalam hal menyediakan materi dan teori baik secara lisan maupun tulisan.

Karya tulis ini dibuat sebagai salah satu tugas akhir semester mata kuliah Tata
Tulis Karya Ilmiah di program studi Teknik Sipil. Saya juga berterimakasih
kepada Bapak Mohammad Siddiq selaku dosen penganpu atas bimbingan dan
arahan terkait penyelesaian karya tulis ilmiah ini.

Saya berharap semoga karya tulis ilmiah ini dapat berguna demi menambah
pengetahuan dan informasi terhadap pembacanya. Saya menyadari bahwa karya
tulis ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran dari seluruh
pihak yang umumnya bersifat membangun sangat diharapkan demi kesempurnaan
karya tulis ini.

Penulis

Analisis Faktor Pendukung Konstruksi 2


Bangunan Pantai dan Lepas Pantai
Daftar Isi
Kata Pengantar ............................................................................................ 2
Daftar Isi ...................................................................................................... 3
Abstrak ........................................................................................................ 4
BAB I : Pendahuluan
1.1. Latar Belakang .................................................................................. 5
1.2. Rumusan Masalah ............................................................................. 6
1.3. Tujuan Penelitian .............................................................................. 6
1.4. Manfaat Penelitian ............................................................................ 6

BAB II : PEMBAHASAN
2.1. Tinjauan Umum ................................................................................ 7
2.2. Bangunan Pantai Dan Bangunan Lepas Pantai ................................. 7
2.2.1. Definisi Bangunan Pantai ............................................................ 7
2.2.2. Definisi Bangunan Lepas Pantai ................................................. 7
2.3. Dasar-Dasar Perencaan ..................................................................... 8
2.3.1. Angin ........................................................................................... 8
2.3.2. Gelombang .................................................................................. 8
2.3.3. Sedimen Pantai ............................................................................ 8
2.3.4. Mekanika Tanah (Pasir Pantai) ................................................... 8
2.4. Bangunan Pelindung Pantai .............................................................. 9
2.4.1. Dinding Pantai ............................................................................. 9
2.4.2. Breakwater .................................................................................. 9
2.4.3. Groin ........................................................................................... 10
2.5. Dampak Bangunan Pantai dan Bangunan Lepas Pantai terhadap
Masyarakat setempat ......................................................................... 10

BAB III : Analisis Data


3.1. Identifikasi Masalah .......................................................................... 12
3.2. Analisis Data ..................................................................................... 12
3.2.1. Pasang Surut ................................................................................ 12
3.2.2. Angin ........................................................................................... 12
3.2.3. Orientasi Pantai ........................................................................... 13
3.2.4. Gelombang .................................................................................. 14

BAB IV : PENUTUP
4.1. Kesimpulan ....................................................................................... 15
4.2. Saran .................................................................................................. 15

DAFTAR PUSTAKA

Analisis Faktor Pendukung Konstruksi 3


Bangunan Pantai dan Lepas Pantai
ABSTRAK
Penelitian yang saya lakukan bertujuan untuk menganalisis faktor penunjang
bangunan konstruksi bangunan pantai dan lepas pantai. Metode penelitian yang
dilakukan yaitu jenis kualitatif dengan cara mengumpullkan data-data dari
berbagai sumber informasi dan penelitian yang menunjung pokok bahasan. Hasil
dan pembahasan yang dikumpulkan menjadi sebuah objek kajian penelitian
dengan tujuan untuk menambah informasi serta pengetahuan bagi pembaca
mengenai bangunan pantai dan lepas pantai. Dari rangkuman penelitian akan
didapat kesimpulan berupa konsep yang mendukung berdirinya suatu bangunan
pantai dan lepas pantai.

Kata kunci : Bangunan Pantai, Bangunan Lepas Pantai, Ekonomi.

Analisis Faktor Pendukung Konstruksi 4


Bangunan Pantai dan Lepas Pantai
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Indonesia adalah negara kepulauan yang memiliki lebih dari 17.504 pulau
(Kemenko, 2016). Ada lima pulau besar yang banyak dihuni oleh penduduk
Indonesia atau sudah dikenal dan di akui di dunia, yaitu Pulau Sumatera, Pulau
Kalimantan, Pulau Jawa, Pulau Sulawesi, dan Pulau Papua. Dan sebagian kota –
kota besar di Indonesia terletak di pesisir pantai (dataran rendah) dengan intensitas
penduduk yang tinggi. Hal ini mengakibatkan laju pertumbuhan dan
perkembangan ekonomi sangat pesat yang menimbulkan peningkatan kebutuhan
lahan pantai serta kelengkapan sarana dan prasarana yang kemungkinan besar
akan mengakibatkan timbulnya berbagai masalah baik dari segi pendidikan,
sosial, politik dan terutama ekonomi setiap daerah.
Pemanfaatan sumber daya pesisir pantai berdampak pada kesejahteraan
masyarakat terutama dalam bidang penyediaan lapangan pekerjaan seperti
penangkapan ikan, penambangan terumbu karang, pelabuhan, kawasan industri,
kawasan pemerintahan, serta pusat pengembangan pariwisata. Dengan adanya
kegiatan-kegiatan tersebut pastinya akan membutuhkan berbagai sarana dan
prasarana yang akan dibangun disepanjang pesisir pantai dan lepas pantai.
Pembangunan sarana dan prasarana tersebut akan mengakibatkan dampak yang
besar terhadap masalah-masalah yang ada di tengah masyarakat penduduk pantai.
Beberapa masalah tersebut mencakup erosi pantai, tanah akibat endapan pantai,
pembelokan dan pendangkalan muara sungai, dan penurunan tanah dan intrusi air
asin akibat pemompaan air tanah yang berlebih. Karena permasalah tersebut,
maka timbul berbagai gagasan yang dapat diterapkan untuk melindungi kawasan
pantai, seperti:
1. Melindungi kawasan pantai dari gelombang,
2. Melakukan pemindahan/ penambahan material sedimentasi pasir ke daerah
yang tererosi.
3. Melakukan perbaikan ekosistem bawah laut sekaligus kontrol hidrodinamika air
yang menyebabkan erosi pada kawasan pesisir pantai.
Sesuai dengan tujuan tersebut, maka dibutuhkan bangunan pantai dan lepas pantai
demi terjaganya kawasan pantai yang akan ditargetkan sebagai sumber
pengembangan ekonomi daerah pantai.
Penggunaan bangunan pantai dan lepas pantai merupakan faktor pendukung
keberhasilan pengembangan kawasan pantai. Hal ini didukung oleh ketersediaan
material atau didekat lokasi pekerjaan, kondisi pantai dan dasar laut, kedalaman
air serta akses penghubung menuju objek pengembangan. Penelitian mengenai
tanah dan kondisi pasir pantai menjadi sasaran utama pembangunan sebagai lokasi
pembangunan sehingga stabilitas pembangunan dapat terjamin.

Analisis Faktor Pendukung Konstruksi 5


Bangunan Pantai dan Lepas Pantai
1.2. Rumusan Masalah
1.3.1. Bagaimana pengaruh konstruksi bangunan pantai dan lepas pantai
terhadap kehidupan masyarakat setempat?
1.3.2. Siapa saja yang terlibat aktif dalam keberhasilan konstruksi bangunan
pantai dan lepas pantai?
1.3.3. Apa dampak buruk dari pembangunan tersebut?

1.3. Tujuan Penelitian


1. Menganalisis faktor penunjang bangunan pantai dan lepas pantai
2. Mengidentifikasi sebab akibat yang akan didapat dari pembangunan yang
dilakukan
3. Mengidentifikasi bidang yang terlibat dalam konstrusi bangunan pantai dan
bangunan lepas pantai

1.4. Manfaat Penelitian


Dengan disusunnya makalah ini, diharapkan agar dapat bermanfaat serta
menambah ilmu dan pengetahuan bagi para pembaca khususnya kepada
mahasiswa program studi teknik sipil ataupun ilmu yang mempelajari mengenai
rekayasa pantai atau teknik pantai.

Analisis Faktor Pendukung Konstruksi 6


Bangunan Pantai dan Lepas Pantai
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Tinjauan Umum
Pantai merupakan daerah tepi perairan yang merupakan batasan antara
kawasan darat dengan kawasan air laut. Daerah daratan merupakan daerah yang
terletak di atas maupun di bawah permukaan laut yang dapat ditentukan
berdasarkan batas tertinggi dari pasang air laut. Daerah lautan adalah daerah yang
letaknya berada di atas maupun di bawah permukaan laut yang dapat ditentukan
berdasarkan batas terendah dari surut air laut. Dengan adanya pembagian antar
wilayah ini, ada indikasi yang mendukung untuk dibangunnya berbagai jenis
sarana dan prasarana baik di pantai maupun di lepas pantai. Hal ini tentunya akan
mendorong kemajuan stabilitas ekonomi masyarakat pantai. Mengapa demikian?
Karena sumber kekayaan alam terbesar ada pada kawasan pantai itu sendiri. Dan
dari sini, suatu wilayah dituntut untuk dapat memanfaatkan segala isinya untuk
dikelola dengan baik dan benar. Dengan ini, dibutuhkan peran aktif dari
masyarakat dan pemerintah setempat untuk bekerjasama menjadikan kawasan
pantai sebagai mobilitas ekonomi yang lebih berkompeten dan berdaya saing baik
nasional hingga internasional.

2.2. Bangunan Pantai dan Bangunan Lepas Pantai


2.2.1. Definisi Bangunan Pantai
Bangunan Pantai merupakan struktur yang dibangun diwilayah pantai
yang di ukur berdasarkan garis tertinggi pasang air laut. Fungsi utama
dibangunnnya bangunan pantai adalah untuk mengatasi erosi yang diakibatkan
oleh gelombang laut. Bangunan pantai juga berfungsi untuk melindungi kawasan
pantai dari terpaan gelombang laut, kuat arus laut, serta kekuatan angin. Secara
keseluruhan struktur bangunan pantai ini sedikit mirip dengan konsep bangunan di
daratan pada umumnya. Yang membedakannya hanyalah pondasi atau mekanika
tanah (kekuatan tanah) yang pastinya sangat berbeda dengan kawasan darat pada
umumnya.
2.2.2. Definisi Bangunan Lepas Pantai
Kawasan lepas pantai merupakan bagian dari daerah lautan yang
permukaan dasarnya berada dibawah garis terendah surut. Kawasan lepas pantai
ini mempunyai kedalaman kurang dari 200m atau sekitar 8% dari luas lautan.
Sarana dan prasarana seperti bangunan, kendaraan dan fasilitas yang beroperasi di
lepas pantai erat pengaruhnya dengan komoditas ekonomi kawasan lepas pantai.
Ada beberapa ciri dari bangunan lepas pantai yaitu:
1. Secara keseluruhan, daerah lepas pantai banyak dijadikan sebagai daerah
tambang penghasil minyak dan gas bumi yang terbatas.
2. Infrastrukturnya tidak beroperasi di daratan
3. Komponen penyusun dari bangunan lepas pantai dirancang atau dimodifikasi di
daratan yang kemudian diangkut untuk siap dioperasikan dengan menggunakan
transportasi kapal pada umumnya.

Analisis Faktor Pendukung Konstruksi 7


Bangunan Pantai dan Lepas Pantai
4. Memiliki pondasi dan elemen-elemen penyusun struktur bangunan yang kokoh
terhadap gangguan alam agar dapat beroperasi dalam jangka waktu yang relatif
lama.

2.3. Dasar-dasar perencanaan


2.3.1. Angin
Pada perencanaan pembangunan pantai dibutuhkan data angin untuk
menganalisa mengenai arah gelombang dan tinggi gelombang berupa data arah
dan kecepatan angin. Hubungan persamaan angin laut dengan angin darat dapat
dinyatakan sebagai berikut:

Keterangan:
RL = Hubungan kecepatan angin di darat dan di laut
UW = Kecepatan angin di laut(m/d)
UL = Kecepatan angin di darat(m/d)

2.3.2. Gelombang
Gelombang bisa saja diakibatkan oleh hembusan angin, pasang surut
akibat gaya tarik matahari dan bulan, gempa bumi di dasar laut bahkan letusan
gunung merapi yang ada di dasar laut. Gelombang-gelombang ini akan
menimbulkan gaya-gaya yang bekerja pada banguna pantai maupun lepas pantai.
Gelombang yang ditimbulkan ini juga dapat menimbulkan arus dan transportasi
sedimen di daerah pantai.
Secara umum, fenomena gelombang air dikatakan kompleks dan sulit
untuk dijelaskan dalam koncep matematis karena terlihat sangat acak. Untuk
menganalisa besar kecilnya gelombang mengacu pada teori gelombang linear
(small amplitude theory)(Airy,1845). Untuk menganalisa perilaku gelombang
secara lebih baik bisa digunakan teori gelombang dengan orde tinggi atau bisa
disebut dengan teori amplitudo (finite amplitude theory).

2.3.3. Sedimen Pantai


Sedimentasi merupakan endapan material yang merupakan hasil erosi di
daerah pesisir pantai. Sedimentasi ini diakibatkan oleh angin, gelombang laut,
atau bisa juga terbawa gletser. Seiring waktu sedimentasi itu akan mengeras
membentuk batuan baru dan disebut dengan batuan sedimen. Pembentukan
sedimen ini juga dipengaruhi oleh hulu sungai, arus sejajar pantai, pasang surut,
dan arus tegak lurus terhadap pantai. (Komar, 1998).

2.3.4. Mekanika Tanah (Pasir Pantai)


Pengertian tanah yaitu endapan yang lepas dan umumnya bersifat lunak,
baik yang diangkut maupun tidak diangkut, dan proses endapannya terjadi secara
alamiah yang terbentuk di atas lapisan batuan yang padat. Secara keseluruhan di
daerah pesisir pantai sangat sulit untuk menemukan jenis tanah. Yang sering
ditemukan di pesisir pantai berupa agregat halus dan batuan-batuan dengan

Analisis Faktor Pendukung Konstruksi 8


Bangunan Pantai dan Lepas Pantai
ukuran yang beragam. Material-material halus tersebut adalah pasir. Semula pasir
juga merupakan batuan dan terkikis akibat pengikisan oleh angin dan gelombang
di pantai. Di sepanjang pantai tersebut sebenarnya terdapat tanah, namun tanah
tersebut ditimbun oleh pasir yang diakibatkan oleh erosi di pantai, yang
mengakibatkan tanah tersebut tertutupi oleh volume pasir yang cukup banyak.

2.4. Bangunan Pelindung Pantai


2.4.1. Dinding Pantai
Dinding pantai adalah tumpukan batuan yang diletakkan di garis pantai.
Dinding pantai ada yang dibuat dari susunan batuan dan ada juga dari formasi
beton, dengan maksud untuk melindungi wilayah pantai. Dinding pantai ini
dibangun dengan kemiringan yang curam. Ada juga yang disebut dengan
revetment. Kedua memiliki fungsi yang sama, namun letak perbedaannya terdapat
pada posisi konstruksinya. Revetment dibangun di kemiringan landai. Revetment
ini juga dibangun dengan tujuan mencegah agar tidak terjadi longsor pada daratan
yang berada di atas permukaan laut, serta melindungi adanya pergeseran garis
pantai akibat dari abrasi.

Gambar 2.1. Dinding Pantai


Gambar 2.2. Revetment

2.4.2. Breakwater
Breakwater merupakan bangunan yang fungsi dasarnya sebagai pemecah
gelombang. Ada dua macam breakwater berdasarkan letak dan objek yang dikenai
yaitu pemecah gelombang lepas pantai dan pemecah gelombang sambung pantai.
Pemecah gelombang lepas pantai dibangun sejajar dengan pantai dan
terletak pada jarak tertentu dari garis pantai yang tujuannya untuk melindungi
pantai dari erosi. Prosesnya yaitu dengan cara menghancurkan energi yang dibawa
oleh gelombang sebelum sampai ke pantai. Tidak menutup kemungkinan akan
terjadi endapan dibelakang bangunan ini, dan endapan tersebut nantinya akan
menghalangi transport sedimen di sepanjang pantai. Pemecah gelombang
sambung pantai umumnya lebih bergunan pada kawasan pelabuhan. Fungsinya
bukan untuk melindungi pantai terhadap erosi.

Analisis Faktor Pendukung Konstruksi 9


Bangunan Pantai dan Lepas Pantai
Gambar 2.3. Breakwater Lepas Pantai Gambar 2.3. Breakwater Lepas Pantai

2.4.3. Groin
Groin adalah banguna pelindung pantai yang biasanya dibuat tegak lurus
garis pantai dan berfungsi untuk menahan transpor sedimen sepanjang
pantai sehingga bias mengurangi/menghentikan erosi yang terjadi.
Bangunan ini juga bisa digunakan untuk menahan masuknya transport
sedimen sepanjang pantai ke pelabuhan atau muara sungai.
Groin yang ditempatkan di pantai akan menahan gerak sedimen tersebut
sehingga sedimen mengendap di sisi sebelah hulu ( terhadap arah transport
sedimen sepanjang pantai ).

2.5. Dampak bangunan pantai dan bangunan lepas pantai terhadap


masyarakat setempat
Banyak kota diberbagai negara terletak di pesisir pantai atau dataran
rendah yang jaraknya tidak jauh dari garis pantai. Menurut data Bank Dunia
(2017), populasi urbanisasi Indonesia mencapai 55% dan setiap tahunnya selalu
terjadi peningkatan. Jika dibandingkan dengan Brazil yang mencapai 86,3%,
dapat dikatakan bahwa tingkat urbanisasi di Indonesia masih tergolong menengah.
Dan kota-kota besar di Brazil berada pada radius terdekat dengan garis pantainya.

Travel.detik.com

Gambar 2.3. Batas Wilayah Perkotaan Brazil dengan Garis Pantai

Berdasarkan data ini, dapat diambil kesimpulan bahwa sebagian besar


perkembangan ekonomi suatu negara terpusat pada kawasan pantai.
Pantai memiliki berbagai kekayaan alam yang dapat dimanfaatkan untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat terutama dalam meningkatkan stabilitas
ekonomi. Dengan menjadikan kawasan pantai sebagai pusat pengembangan
ekonomi, haruslah didukung oleh berbagai sarana dan prasarana yang dapat
Analisis Faktor Pendukung Konstruksi 10
Bangunan Pantai dan Lepas Pantai
dijadikan sebagai modal dalam menjadikan daerah pantai menjadi pusat
perekonomian.
Masyarakat pantai tentunya membutuhkan fasilitas sebagai pendukung
kelancaran aktivitas dan kegiatan yang menjadi pusat akitivitas ekonomi. Sebagai
salah satu obyek yang berpengaruh terhadap keadaan sosial ekonomi masyarakat
disekitar pesisir pantai, pantai juga berpengaruh terhadap mata pencaharian yang
ditekuni masyarakat yaitu, sebagai nelayan. Selain nelayan sebagai sebagai mata
pencaharian masyarakat di sekitar pesisir pantai, dengan adanya obyek wisata
tersebut mampu meningatkan tingkat perekonomian dengan berjualan di obyek
wisata tersebut. Seiring perkembangan kehidupan manusia, pemanfaatan
sumberdaya alam dan jasa lingkungan semakin beraneka ragam, termasuk
pemanfaatan keindahan pantai. Pemanfaatan wisata pantai sudah dikembangkan
oleh masyarakat sekitar pantai. Contoh pemanfaatan wisata pantai yaitu dengan
menjadikan pantai sebagai tempat wisata, tempat olahraga, menikmati keindahan
alam. Keindahan yang dimiliki pantai wisata ini mampu menarik para wisatawan
untuk berkunjung ke pantai ini. Dalam segi pariwisata, ada tiga hal yang harus
dimiliki oleh setiap tempat wisata yaitu. Something to see (sesuatu yang dapat
dilihat) yaitu sesuatu yang dapat membuat para pengunjung tertarik oleh
pemandangan pantai yang berbeda dengan pantai-pantai yang lain. Something to
do (sesuatu yang dapat dilakukan) yaitu masyarakat sekitar pantai memakukan hal
yang dapat mengundang daya tarik pengunjung, salah satunya yaitu dengan
diadakanya orkes disekitar pantai agar para pengunjung selain bisa melihat
pemandangan pantai yang indah juga dapat mendengarkan alunan musik yang
dapat memperindah suasana pantai. Something to buy (sesuatu yang dapat dibeli)
yaitu masyarakat disekitar pantai membuat cindra mata yang dapat dijadikan ikon
pantai tersebut dan selanjutnya dijual yang berguna untuk meningkatkan ekonomi
warga sekitar pesisir pantai.
Metode Hidrodinamika digunakan untuk mengetahui pola sirkulasi dari
skenario model yang dibangun. Kuat lemahnya gelombang pantai dapat diukur
dengan parameter rancangan bangunan pantai dan lepas pantai yang juga
disesuaikan dengan kondisi dan karakteristik wilayah sekitar pantai.

Analisis Faktor Pendukung Konstruksi 11


Bangunan Pantai dan Lepas Pantai
BAB III
ANALISIS DATA

3.1. Identifikasi Masalah


3.1.1. Wilayah pantai dapat dijadikan sebagai pusat pengembangan
ekonomi negara salah satunya yaitu ekonomi bahari.
Dengan program ekonomi bahari ini, akan lebih mudah bagi pemerintah
dan masyarakat setempat dalam mengelola dan mengkoordinir hasil alam yang
berasal dari pantai seperti ikan-ikan, rumput laut, sumber daya mineral seperti
minyak dan gas. Ini dapat dijadikan sebagai pemasok utama sebagai indikator
pembangunan ekonomi Negara. Adanya aturan tambahan program transmigrasi
terhadap sektor pantai, akan membantu pemerintah dalam mewujudkan ekonomi
yang efektif serta memiliki daya saing hingga mancanegara dalam bidang
ekspor dan impor.
Sektor kepariwisataan akan disejajarkan kedudukannya dengan sektor lain
dalam usaha meningkatkan pendapatan negara, maka kepariwisataan dapat
disebut sektor Industri Pariwisata (Widodo, 2013).

3.1.2. Dibutuhkan kebijakan pemerintah demi mendukung majunya


kawasan pariwisata baik dari segi sosial, ekonomi, dan sektor budaya.
Perkembangan dan pertumbuhan pariwisata sangat memerlukan antisipasi
agar tetap pada jalur dan daya dukungnya. Pembangunan dalam wilayah objek
wisata akan memberikan sumbangsih yang besar terhadap suatu negara jika
tahap pengelolaannya dilakukan dengan profesional.

3.1.3. Adanya interaksi balik dari masyarakat terhadap pengembangan


wilayah yang akan dijadikan sebagai kawasan pariwisata
Dalam pengembangan kepariwisataan harus merupakan pengembangan
yang terencana secara menyuluruh, sehingga dapat diperoleh manfaat yang
optimal bagi masyarakat. Perencanaan tersebut juga harus mengintegrasikan
pengembangan pariwisata kedalam suatu program pembangunan ekonomi, fisik,
serta sosial budaya.

3.2. Analisis Data


3.2.1. Pasang Surut
Pasang surut air laut merupakan fenomena dimana terjadi pergerakan naik
turunnya permukaan air laut akibat kombinasi dari gaya gravitasi bumi terhadap
benda-benda astronomi seperti matahari dan bulan. Data elevasi muka air tertinggi
(pasang) dan terendah (surut) sangat penting untuk merencanakan bangunan-

Analisis Faktor Pendukung Konstruksi 12


Bangunan Pantai dan Lepas Pantai
bangunan pantai seperti pelabuhan. Sebagai contoh, elevasi puncak bangunan
pemecah gelombang, dermaga, groin, dinding pantai, dan sebagainya. Ditentukan
oleh elevasi muka air pasang, sementara kedalaman alur pelayaran/pelabuhan
yang dapat dijadikan sebagai akses sumber pengembangan ekonomi (akses
penghubung).

3.2.2. Angin
Kondisi angin mempengaruhi keadaan yang berada disekitarnya. Akan
dibutuhkan perhitungan pondasi untuk ketahanan bangunan terhadap kondisi
alam. Perkiraan arah angin mencakup pada pengembangan daerah wisata. Angin
juga dapat dijadikan sebagai sumber energi utama.
Faktor yang mempengaruhi terjadinya angin
a) Gradien barometris
Bilangan yang menunjukkan perbedaan tekanan udara dari dua isobar yang
jaraknya 111 km. Makin besar gradien barometrisnya, makin cepat tiupan angin.
b) Lokasi
Kecepatan angin di dekat khatulistiwa lebih cepat daripada angin yang jauh dari
garis khatulistiwa.
c) Tinggi lokasi
Semakin tinggi lokasinya, semakin kencang pula angin yang bertiup. Hal ini
disebabkan oleh pengaruh gaya gesekan yang menghambat laju udara. Di
permukaan bumi, gunung, pohon, dan topografi yang tidak rata lainnya
memberikan gaya gesekan yang besar. Semakin tinggi suatu tempat, gaya gesekan
ini semakin kecil.
d) Waktu
Angin bergerak lebih cepat pada siang hari, dan sebaliknya pada malam hari.
Menurut Nugraheni (2015), salah satu faktor yang menyebabkan
penurunan hasil tangkapan nelayan adalah keadaan angin pada saat dilakukannya
operasi penangkapan ikan. Perubahan cuaca dan iklim telah mempengaruhi
nelayan untuk mengubah waktu dan daerah penangkapan ikannya, sehingga
secara keseluruhan akan mengubah jumlah upaya penangkapan ikan. Hubungan
angin dengan produktivitas (CPUE) dianalisis secara deskriptif dengan penyajian
grafik selama 5 tahun dari 2012 hingga 2016. Nilai CPUE diperoleh dari
banyaknya hasil tangkapan dibagi jumlah trip yang dilakukan.

3.2.3. Orientasi Pantai


Pengamatan terhadap orientasi pantai sangatlah penting. Analisis
gelombang dan transpor sedimen pantai dilakukan untuk mengetahui bentuk
pantai baik secara geografis dan lintang bujur. Jika ingin menjadikan sebuah
pantai menjadi objek wisata, tentunya akan ada pertimbangan mengenai akses

Analisis Faktor Pendukung Konstruksi 13


Bangunan Pantai dan Lepas Pantai
menuju pantai tersebut. Akses tersebut membutuhkan analisis ruang ataupun
orientasi pantai. Dan tentunya akan didukung oleh fasilitas yang memadai.

3.2.4. Gelombang
Salah satu cara peramalan gelombang adalah dengan melakukan
pengolahan data angin. Ini bisa dibuat sederhana dengan menganggap geometri
dari perairan relatif sederhana dan kondisi gelombang berada pada salah satu
fetchlimited atau duration limited. Pada kondisi fetch limited, angin bertiup
konstan untuk tinggi gelombang pada akhir fetch sampai seimbang. Sedangkan
kondisi duration limited, tinggi gelombang dibatasi oleh lamanya waktu dari
angin berhembus.
Menurut Danial dalam bukunya Rekayasa Pantai, Sejak keluar dari daerah
pembentukannya, gelombang yang masih berada di laut dalam menjalani
transformasi lebih teratur dibanding pada saat pembentukannya. Setelah
memasuki suatu kawasan transisi, gelombang akan dipengaruhi oleh kedalaman
kontur yang menyebabkan terjadinya proses deformasi gelombang baik dalam
tinggi, periode dan kecepatannya. Beberapa bentuk transformasi gelombang
adalah:
 Refraksi
 Difraksi
 Refleksi
 Shoaling (Pendangkalan)

Analisis Faktor Pendukung Konstruksi 14


Bangunan Pantai dan Lepas Pantai
BAB IV
PENUTUP

4.1. Kesimpulan
Konstruksi bangunan pantai dan lepas pantai sangat erat pengaruhnya
dengan masyarakat sekitar dikarenakan pusat pengembangan ekonomi masyarakat
sebagian besar bersumber dari pantai sehingga dibutuhkan fasilitas yang memadai
terhadap perekonomian masyarakat pantai.
Pada sektor pengembangan pantai ini, tentunya dibutuhkan peran
pemerintah, para investor dan yang utamanya adalah masyarakat setempat. Yang
dimana nantinya para investor akan menanamkan modal demi pengembangan
daerah dana pemasukan dana perusahaan sehingga akan mendapat kebijakan dari
pemerintah setempat yang tentunya akan mendapatkan feedback dari masyarakat
yang nantinya akan berpengaruh terhadap lapangan pekerjaan sebagai mata
pencarian pada penduduk pesisir pantai.
Setiap perubahan yang dilakukan tentunya ada saat dimana sesuatu hal
yang tidak diharapkan akan terjadi seperti perubahan pola arus yang belum
teridentifikasi yang nantinya dipengaruhi oleh pasang surut air laut, kedalaman
laut dan sedimentasi, adanya perluasan lahan sebagai sektor pengembangan usaha
dan tidak menutup kemungkinan akan adanya wilayah kumuh, serta pertimbangan
besar akibat gangguan alam.

4.2. Saran
Dengan menjadikan kawasan pantai menjadi badan utama pertumbuhan
industri, maka harus didorong oleh pembangunan infrastruktur yang memadai
serta berdaya saing tinggi terhadap kemajuan stabilitas ekonomi dan sosial
budaya.

Analisis Faktor Pendukung Konstruksi 15


Bangunan Pantai dan Lepas Pantai
DAFTAR PUSTAKA

Bengen G, Dietriech., 2001, Ekosistem dan Sumberdaya Alam Pesisir dan Laut,
Sinopsis, Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan IPB, Bogor

Coastal Engineering Manual (CEM), ASCE. 2002. Coastal Sediment Processes,


Solution to Disaster Conference 2002. San Diego: CA

Departemen Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi. 2016.


Laporan Tahunan. Jakarta: Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman

Hidayat, N. 2005. Kajian Hidro-Oseanografi Untuk Deteksi Proses-Proses Fisik


di Pantai. Jurnal Smartek, Fakultas Teknik Universitas Tadulako, Vol 3, Nomor 2

Nugraheni P. 2015. Dampak Perubahan Cuaca Terhadap Produktivitas dan


Pendapatan Nelayan di Pelabuhan Perikanan Pantai(PPP) Asemdoyong, Pemalang

Pratikto, W. A. 2000. Perencanaan Fasilitas Pantai dan Laut. Yogyakarta: BPFE

Pratikto. W. A, Suntoyo, Solikin, dan Kriyo Sambodho. 2014. Struktur Pelindung


Pantai. Jakarta: PT. Mediatama Saptakarya (PT.MEDISA)

Simamora, A. H., dan Trisni A. 2015. Peranan Organisasi Al Jamiatul Wasliyah


Cabang Tanah Karo Tahun 1938-1967. Jurnal Ilmu Pemerintahan dan Sosial
Politik. 3 (2): 147

Sondakh, A. 2010. Jendela Pariwisata Angelina Sondakh: Perkembangan


Pariwisata Indonesia. Jakarta: Kesaint Blanc

Sukmadinata, 2006. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : Graha Aksara

Triatmojo, B. 1999. Teknik Pantai. Yogyakarta: Beta Offset

Yunawati D. 2008. Analisis Pendapatan dan System Pembagian Hasil Nelayan


Bermotor <5 GT dan 5-9 GT. Medan: Universitas Sumatera Utara

Yuwono N., 2005, Draft Pedoman Pengamanan dan Penanganan Pantai,


Departemen Pekerjaan Umum, Jakarta.

Analisis Faktor Pendukung Konstruksi 16


Bangunan Pantai dan Lepas Pantai

Anda mungkin juga menyukai