Oleh:
Ruhut G H Pasaribu
NIM 104120073
Karya tulis ini dibuat sebagai salah satu tugas akhir semester mata kuliah Tata
Tulis Karya Ilmiah di program studi Teknik Sipil. Saya juga berterimakasih
kepada Bapak Mohammad Siddiq selaku dosen penganpu atas bimbingan dan
arahan terkait penyelesaian karya tulis ilmiah ini.
Saya berharap semoga karya tulis ilmiah ini dapat berguna demi menambah
pengetahuan dan informasi terhadap pembacanya. Saya menyadari bahwa karya
tulis ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran dari seluruh
pihak yang umumnya bersifat membangun sangat diharapkan demi kesempurnaan
karya tulis ini.
Penulis
BAB II : PEMBAHASAN
2.1. Tinjauan Umum ................................................................................ 7
2.2. Bangunan Pantai Dan Bangunan Lepas Pantai ................................. 7
2.2.1. Definisi Bangunan Pantai ............................................................ 7
2.2.2. Definisi Bangunan Lepas Pantai ................................................. 7
2.3. Dasar-Dasar Perencaan ..................................................................... 8
2.3.1. Angin ........................................................................................... 8
2.3.2. Gelombang .................................................................................. 8
2.3.3. Sedimen Pantai ............................................................................ 8
2.3.4. Mekanika Tanah (Pasir Pantai) ................................................... 8
2.4. Bangunan Pelindung Pantai .............................................................. 9
2.4.1. Dinding Pantai ............................................................................. 9
2.4.2. Breakwater .................................................................................. 9
2.4.3. Groin ........................................................................................... 10
2.5. Dampak Bangunan Pantai dan Bangunan Lepas Pantai terhadap
Masyarakat setempat ......................................................................... 10
BAB IV : PENUTUP
4.1. Kesimpulan ....................................................................................... 15
4.2. Saran .................................................................................................. 15
DAFTAR PUSTAKA
Keterangan:
RL = Hubungan kecepatan angin di darat dan di laut
UW = Kecepatan angin di laut(m/d)
UL = Kecepatan angin di darat(m/d)
2.3.2. Gelombang
Gelombang bisa saja diakibatkan oleh hembusan angin, pasang surut
akibat gaya tarik matahari dan bulan, gempa bumi di dasar laut bahkan letusan
gunung merapi yang ada di dasar laut. Gelombang-gelombang ini akan
menimbulkan gaya-gaya yang bekerja pada banguna pantai maupun lepas pantai.
Gelombang yang ditimbulkan ini juga dapat menimbulkan arus dan transportasi
sedimen di daerah pantai.
Secara umum, fenomena gelombang air dikatakan kompleks dan sulit
untuk dijelaskan dalam koncep matematis karena terlihat sangat acak. Untuk
menganalisa besar kecilnya gelombang mengacu pada teori gelombang linear
(small amplitude theory)(Airy,1845). Untuk menganalisa perilaku gelombang
secara lebih baik bisa digunakan teori gelombang dengan orde tinggi atau bisa
disebut dengan teori amplitudo (finite amplitude theory).
2.4.2. Breakwater
Breakwater merupakan bangunan yang fungsi dasarnya sebagai pemecah
gelombang. Ada dua macam breakwater berdasarkan letak dan objek yang dikenai
yaitu pemecah gelombang lepas pantai dan pemecah gelombang sambung pantai.
Pemecah gelombang lepas pantai dibangun sejajar dengan pantai dan
terletak pada jarak tertentu dari garis pantai yang tujuannya untuk melindungi
pantai dari erosi. Prosesnya yaitu dengan cara menghancurkan energi yang dibawa
oleh gelombang sebelum sampai ke pantai. Tidak menutup kemungkinan akan
terjadi endapan dibelakang bangunan ini, dan endapan tersebut nantinya akan
menghalangi transport sedimen di sepanjang pantai. Pemecah gelombang
sambung pantai umumnya lebih bergunan pada kawasan pelabuhan. Fungsinya
bukan untuk melindungi pantai terhadap erosi.
2.4.3. Groin
Groin adalah banguna pelindung pantai yang biasanya dibuat tegak lurus
garis pantai dan berfungsi untuk menahan transpor sedimen sepanjang
pantai sehingga bias mengurangi/menghentikan erosi yang terjadi.
Bangunan ini juga bisa digunakan untuk menahan masuknya transport
sedimen sepanjang pantai ke pelabuhan atau muara sungai.
Groin yang ditempatkan di pantai akan menahan gerak sedimen tersebut
sehingga sedimen mengendap di sisi sebelah hulu ( terhadap arah transport
sedimen sepanjang pantai ).
Travel.detik.com
3.2.2. Angin
Kondisi angin mempengaruhi keadaan yang berada disekitarnya. Akan
dibutuhkan perhitungan pondasi untuk ketahanan bangunan terhadap kondisi
alam. Perkiraan arah angin mencakup pada pengembangan daerah wisata. Angin
juga dapat dijadikan sebagai sumber energi utama.
Faktor yang mempengaruhi terjadinya angin
a) Gradien barometris
Bilangan yang menunjukkan perbedaan tekanan udara dari dua isobar yang
jaraknya 111 km. Makin besar gradien barometrisnya, makin cepat tiupan angin.
b) Lokasi
Kecepatan angin di dekat khatulistiwa lebih cepat daripada angin yang jauh dari
garis khatulistiwa.
c) Tinggi lokasi
Semakin tinggi lokasinya, semakin kencang pula angin yang bertiup. Hal ini
disebabkan oleh pengaruh gaya gesekan yang menghambat laju udara. Di
permukaan bumi, gunung, pohon, dan topografi yang tidak rata lainnya
memberikan gaya gesekan yang besar. Semakin tinggi suatu tempat, gaya gesekan
ini semakin kecil.
d) Waktu
Angin bergerak lebih cepat pada siang hari, dan sebaliknya pada malam hari.
Menurut Nugraheni (2015), salah satu faktor yang menyebabkan
penurunan hasil tangkapan nelayan adalah keadaan angin pada saat dilakukannya
operasi penangkapan ikan. Perubahan cuaca dan iklim telah mempengaruhi
nelayan untuk mengubah waktu dan daerah penangkapan ikannya, sehingga
secara keseluruhan akan mengubah jumlah upaya penangkapan ikan. Hubungan
angin dengan produktivitas (CPUE) dianalisis secara deskriptif dengan penyajian
grafik selama 5 tahun dari 2012 hingga 2016. Nilai CPUE diperoleh dari
banyaknya hasil tangkapan dibagi jumlah trip yang dilakukan.
3.2.4. Gelombang
Salah satu cara peramalan gelombang adalah dengan melakukan
pengolahan data angin. Ini bisa dibuat sederhana dengan menganggap geometri
dari perairan relatif sederhana dan kondisi gelombang berada pada salah satu
fetchlimited atau duration limited. Pada kondisi fetch limited, angin bertiup
konstan untuk tinggi gelombang pada akhir fetch sampai seimbang. Sedangkan
kondisi duration limited, tinggi gelombang dibatasi oleh lamanya waktu dari
angin berhembus.
Menurut Danial dalam bukunya Rekayasa Pantai, Sejak keluar dari daerah
pembentukannya, gelombang yang masih berada di laut dalam menjalani
transformasi lebih teratur dibanding pada saat pembentukannya. Setelah
memasuki suatu kawasan transisi, gelombang akan dipengaruhi oleh kedalaman
kontur yang menyebabkan terjadinya proses deformasi gelombang baik dalam
tinggi, periode dan kecepatannya. Beberapa bentuk transformasi gelombang
adalah:
Refraksi
Difraksi
Refleksi
Shoaling (Pendangkalan)
4.1. Kesimpulan
Konstruksi bangunan pantai dan lepas pantai sangat erat pengaruhnya
dengan masyarakat sekitar dikarenakan pusat pengembangan ekonomi masyarakat
sebagian besar bersumber dari pantai sehingga dibutuhkan fasilitas yang memadai
terhadap perekonomian masyarakat pantai.
Pada sektor pengembangan pantai ini, tentunya dibutuhkan peran
pemerintah, para investor dan yang utamanya adalah masyarakat setempat. Yang
dimana nantinya para investor akan menanamkan modal demi pengembangan
daerah dana pemasukan dana perusahaan sehingga akan mendapat kebijakan dari
pemerintah setempat yang tentunya akan mendapatkan feedback dari masyarakat
yang nantinya akan berpengaruh terhadap lapangan pekerjaan sebagai mata
pencarian pada penduduk pesisir pantai.
Setiap perubahan yang dilakukan tentunya ada saat dimana sesuatu hal
yang tidak diharapkan akan terjadi seperti perubahan pola arus yang belum
teridentifikasi yang nantinya dipengaruhi oleh pasang surut air laut, kedalaman
laut dan sedimentasi, adanya perluasan lahan sebagai sektor pengembangan usaha
dan tidak menutup kemungkinan akan adanya wilayah kumuh, serta pertimbangan
besar akibat gangguan alam.
4.2. Saran
Dengan menjadikan kawasan pantai menjadi badan utama pertumbuhan
industri, maka harus didorong oleh pembangunan infrastruktur yang memadai
serta berdaya saing tinggi terhadap kemajuan stabilitas ekonomi dan sosial
budaya.
Bengen G, Dietriech., 2001, Ekosistem dan Sumberdaya Alam Pesisir dan Laut,
Sinopsis, Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan IPB, Bogor