Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH PENGEMBANGAN WILAYAH PESISIR

Dosen pengampu : Aswar Amiruddin S.T.,M.T

DISUSUN OLEH:
FADHILA ASMAYA
2040301084

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BORNEO TARAKAN
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa kita panjatkan kepada Allah SWT karena atas limpahan rahmat,
ridha, dan karunia-Nya, Makalah “Pengembangan Wilayah Pesisir” dapat diselesaikan tepat
waktu. Shalawat serta salam tak lupa saya haturkan kepada Nabi Muhammad SAW yang selalu
menjadi teladan bagi umatnya.
Makalah ini merupakan bentuk pertanggung jawaban tertulis untuk pemenuhan tugas
Mata Kuliah Pengembangan Wikayah Pesisir. Penyusunan makalah ini didapat dari berbagai
sumber di internet.
Kelancaran dalam pembuatan makalah ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak,
baik secara langsung maupun tidak. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih kepada
segenap pihak yang telah membantu terutama untuk Bapak Aswar Amiruddin S.T.,M.T selaku
dosen Pengampu pengembangan wilayah pesisir. .

Makalah ini menjelaskan informasi mengenai hasil dari bangunan pantai yang digunakan untuk
melindungi pantai terhadap kerusakan karena serangan gelombang dan arus.

Tarakan,25 September 2022

Penulis
DAFTAR ISI

BAB I
PENDAHULUAN.....................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..............................................................................................................1
1.2 Maksud Dan Tujuan.................................................................................................2
BAB II
PEMBAHASAN.......................................................................................................................3
2.1 Pengenalan Bangunan Pantai...................................................................................3
2.1.1 Hard Structure.......................................................................................................3
2.1.2 Soft Structure.........................................................................................................6
2.2 Tahapan Analisis Data Pasang Surut Dan Peramalan Gelombang.....................8
2.2.1 Analisis Data Pasang Surut...................................................................................8
2.2.2 Analisis Peramalan Gelombang...........................................................................9
2.2.2.1 Peramalan gelombang...........................................................................................9
2.2.2.2 Pengolahan Data Fetch........................................................................................10
BAB III
PENUTUP...............................................................................................................................11
3.1 Kesimpulan..............................................................................................................11
3.2 Saran
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Kawasan pesisir didefinisikan sebagai kawasan peralihan/transisi antara
ekosistem daratan dan lautan, dimana ke arah darat mencakup daerah yang masih
dipengaruhi oleh proses-proses kelautan, seperti pasang surut, intrusi air laut, gelombang,
dan angin laut, dan ke arah laut mencakup daerah perairan laut yang masih dipengaruhi
oleh proses – proses daratan dan dampak kegiatan manusia, seperti aliran air sungai,
sedimentasi, dan pencemaran (Dahuri dkk, 1996).
Kawasan pesisir dikenal sebagai ekosistem perairan yang memiliki potensi
sumber daya yang sangat besar. Sumberdaya alam pesisir merupakan salah satu
sumberdaya alam yang terdapat di Indonesia dan memiliki potensi tinggi untuk
dikembangkan. Wilayah pesisir telah banyak dimanfaatkan dan memberikan sumbangan
yang berarti bagi peningkatan taraf hidup masyarakat di berbagai kawasan nusantara, Di
Indonesia terdapat kira-kira 81.000 km panjang garis pantai yang mempunyai potensi
untuk dikembangkan sebagai daerah wisata bahari.
Potensi tersebut ditunjukkan oleh kondisi alamiah yang sangat beragam seperti,
pantai yang landai, pantai-pantai berbatuan besar dan tinggi, dataran pantai yang berpasir
putih, hutan pantai dan juga keanekaragaman hayati seperti berbagai macam jenis spesies
ikan karang dan terumbu karang disekitar pulau- pulau kecil.
Dalam perencanaan pengembangan wilayah sering terlebih dahulu dilakukan
delineasi wilayah (region) yang didalamnya terdapat kegiatan untuk menentukan batas-
batas wilayah. Para Ahli Di Bidang pengelolaan wilayah pantai berpendapat bahwa
pengelolaan wilayah pantai secara terpadu (Intergrated Coastal Zone Management)
merupakan kunci bagi pemecahan problem dan konflik di wilayah pantai yang sangat
pelik dan kompleks( Patton, V.P. & Sawicki, D.S., 2006).
Konsepsi pengembangan wilayah dapat dilakukan melalui beberapa pendekatan dan
selalu terdapat isue-isue yang lebih menonjol tergantung dari kondisi wilayah pesisir
bersangkutan. Pendekatan-pendekatan ini meliputi: (1) pendekatan ekologis; (2)
pendekatan fungsional/ ekonomi; (3) pendekatan sosio-politik; (4) pendekatan behavioral
dan kultural.
1.2 MAKSUD DAN TUJUAN
Dalam penulisan makalah penulis bermaksud untuk menunjukkan jenis dari bangunan
pantai yang kita kenal untuk mengatasi persoalan dari erosi yang terjadi pada
pengembangunan Kawasan pinggir pantai dan juga menjelaskan tentang tahapan analisis
data pasang surut dan peramalan gelombang, Adapun tujuan dari penulisan makalah ini
adalah agar dapat menjelaskan dengan baik fungsi dari berbagai jenis bangunan pantai,
juga dapat mengenal berbagai jenis bangunan pantai yang digunakan untuk mengatasi
permasalahan yang terjadi didalam pembangunan suatu Kawasan pantai dengan berbagai
tujuan tertentu dan agar mengetahui tentang menganalisis data pasang surut serta
peramalan gelombang.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengenalan Bangunan Pantai


bangunan pantai tentang Hard Structure dan Soft Structure dalam Pengawasan
Pelaksanaan Pantai, dengan melalui berbagai metode sebagai berikut :

2.1.1 Hard Structure


Pada Umumnya bangunan pantai digunakan sebagai infrastruktur yang berfungsi
sebagai pelindung pantai. Akibat pengaruh dari beberapa faktor seperti pasang surut air
laut, akan mudah menggerakkan sedimen-sedimen di sekitar garis pantai, sehingga akan
sering terjadi erosi pada pantai.
Bangunan pantai digunakan untuk melindungi pantai terhadap kerusakan karena
serangan gelombang dan arus. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk melindungi
pantai yaitu memperkuat pantai atau melindungi pantai agar mampu menahan kerusakan
dengan membangun beberapa struktur bangunan pantai antara lain;
1) Tanggul laut (sea dike)
Tanggul laut atau sebutan lainnya levee atau sea dike, embankment, yaitu
semacam tembok miring baik buatan maupun alami, dipergunakan untuk mengatur muka
air. Tujuan dari pembagunan tanggul laut antara lain untuk melindungi daratan pantai
rendah terhadap genangan air pasang, gelombang dan badai.

Menurut Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum No. 07/SE/M/2010 tentang


Pemberlakukan Pedoman Pelaksanaan Konstruksi Bangunan Pengaman Pantai dijelaskan
bahwa Sei Dike adalah struktur pengaman pantai yang dibangun sejajar pantai dengan
tujuan untuk melindungi dataran pantai rendah dari genangan yang disebabkan oleh air
pasang, gelombang dan badai. Adapun Tahapan pelaksanaan konstruksi tanggul laut :
 Pemasangan profil
 Pembersihan tanah (land clearing) dasar dan diratakan secukupnya dengan
grader/bulldozer
 Geotekstil dibentangkan pada dasar tanah untuk stabilisasi tanah dan filter bagi aliran
air ke bawah (vertical drain) dari timbunan tanggul.
 Penimbunan tanah di atas hamparan geotekstil dengan bantuan dump truck, diratakan
dengan bulldozer, dan dipadatkan dengan alat pemadat tanah (hand stamper atau
sheepfoot roller).
 Dilanjutkan dengan pemasangan lapisan revetmen dari batu kosong/armor pada
lereng luar tanggul laut.
2) Tembok laut (sea wall)
Menurut Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum No. 07/SE/M/2010 tentang
Pemberlakukan Pedoman Pelaksanaan Konstruksi Bangunan Pengaman Pantai dijelaskan
bahwa Sea Wall adalah struktur pengaman pantai yang dibangun dalam arah sejajar
pantai dengan tujuan untuk melindungi pantai terhadap hempasan gelombang dan
mengurangi limpasan genangan areal pantai yang berada di belakangnya. Tujuan dan
Fungsi Tembok Laut Tujuan tembok laut adalah guna mencegah/mengurangi limpasan
dan genangan areal pantai yang berada di belakangnya. Tahapan pelaksanaan konstruksi
tembok laut :
 Pemasangan profil
 Penggalian pondasi dilakukan dengan ekskavator/backhoe
 Pemasangan lapis penyaring filter
 Pemasangan pelindung kaki
 Pemasangan buis beton
 Penggalian pondasi pasangan batu
 Pemasangan Paving Block
Metode pelaksanaan konstruksi tembok laut lulus air, sebagai berikut:

 penempatan batu kosong dilaksanakan dengan dumping dan dirapikan dengan tenaga
manusia atau alat berat (ekskavator/backhoe). Lapis armor disusun secara individual
dengan bantuan ekskavator dibantu tenaga manusia;
 penempatan batu kosong dilaksanakan pada pondasi tidak terganggu air pasang.
3) Perkuatan Lereng (Revetment)
Perkuatan lereng (revetments) adalah bangunan yang ditempatkan pada
permukaan suatu lereng guna melindungi suatu tebing aIur sungai (umumnya muara
sungai) atau permukaan lereng tanggul dan secara keseluruhan berperan meningkatkan
stabilitas alur sungai atau tubuh tanggul yang dilindunginya. Tujuan dari perkuatan lereng
adalah untuk melindungi daratan tepat di belakang bangunan. Dimana bangunan yang
menghadap arah datangnya gelombang dapat berupa sisi vertikal atau miring. Namun
dinding pantai biasanya berbentuk dinding vertikal sedangkan revetment mempunyai sisi
miring. Tahapan Pelaksanaan Konstruksi Bangunan Perkuatan Lereng :
 Pemasangan Profil
 Penggalian pondasi dengan menggunakan ekskavator
 Pemasangan geotekstil dari atas ke dasar pondasi
 Material inti.

4) Pemecah Gelombang(Break Water)


Breakwater atau dalam hal ini pemecah gelombang lepas pantai adalah bangunan
yang dibuat sejajar pantai dan berada pada jarak tertentu dari garis pantai. Tujuan
Pemecah Gelombang Tujuan dari bangunan pemecah gelombang adalah untk mengurangi
energi (gaya-gaya) gelombang di belakang struktur, disamping untuk melindungi kolom
pelabuhan terhadap gangguan gelombang. Disisi lain juga dapat bertujuan untuk
mencegah erosi pantai.
Menurut Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum No. 07/SE/M/2010 tentang
Pemberlakukan Pedoman Pelaksanaan Konstruksi Bangunan Pengaman Pantai dijelaskan
bahwa Break Water adalah konstruksi pengaman pantai yang posisinya sejajar atau kira-
kira sejajar garis pantai dengan tujuan untuk meredam gelombang datang.
5) Krib (Groin)
Krib atau Groin adalah struktur pengaman pantai yang dibangun menjorok relatif
tegak lurus terhadap arah pantai. Mengatur aliran laut sedemikian rupa sehingga pada
waktu banjir air dapat mengalir dengan cepat dan aman, Mengatur kecepatan aliran laut
yang memungkinkan adanya pengendapan dan pengangkutan sedimen dengan baik,
Mengarahkan aliran ke tengah alur laut agar tebing laut tidak terkikis, dan Mengarahkan
aliran laut sehingga dapat dipergunakan untuk pelayaran.
Menurut Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum No. 07/SE/M/2010 tentang
Pemberlakukan Pedoman Pelaksanaan Konstruksi Bangunan Pengaman Pantai dijelaskan
bahwa Groin adalah bangunan yang dibuat tegak lurus atau kira-kira tegak lurus pantai,
berfungsi mengendalikan erosi yang disebabkan oleh terganggunya keseimbangan
angkutan pasir sejajar pantai (longshore sand drift). Tahapan Konstruksi Bangunan Krib
Tiang Pancang sebagai berikut :
 pemasangan geotekstil,
 penyusunan lapis inti (core) dan lapis antara. Material dituang langsung dengan dump
truck atau dengan front end loader. Selama pelaksanaan permukaan timbunan dilapisi
kerikil untuk jalan dump truck agar ban alat berat lebih awet. Sebelum ditambah
dengan lapis berikut, lapis jalan ini dibersihkan terlebih dulu,

 perataan puncak timbunan dengan bulldozer, untuk membantu membentuk lereng


rockfill yang baik digunakan ekskavator setelah selesai dilakukan dumping. Lebar
jalan akses untuk dump truck minimum 4,00 m. Bagi jalan akses untuk dua arah
diperlukan lebar minimum 7,00 m agar dapat terjadi papasan dump truck dari dua
arah,
 penyusunan armor harus dilaksanakan secepatnya, sebelum puncak krib mencapai
ketinggian desain dan panjang krib diselesaikan seluruhnya untuk mencegah
kerusakan oleh gelombang.
6) Jeti (Jetty)
Jeti adalah bangunan tegak lurus pantai yang diletakan di kedua sisi muara sungai
yang berfungsi untuk mengurangi pendangkalan alur oleh sedimen pantai.
Menurut Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum No. 07/SE/M/2010 tentang
Pemberlakukan Pedoman Pelaksanaan Konstruksi Bangunan Pengaman Pantai dijelaskan
bahwa Jeti adalah bangunan menjorok ke laut yang berfungsi sebagai pengendalian
penutupan muara sungai atau saluran oleh sedimen. Tahapan Konstruksi Bangunan Jeti,
Metode pelaksanaan jeti dari rubble mound adalah sebagai berikut:
 pemasangan profil
 pengangkutan material inti dengan menggunakan dump truck. Material inti
ditempatkan di lokasi pekerjaan dan diratakan dengan bulldozer. Untuk material inti
dari geobag isi pasir ditempatkan dengan menggunakan excavator
 penempatan material antara dan armor dilakukan secara bertahap, agar material yang
sudah ditempatkan tidak hanyut oleh gelombang
 penempatan lapis armor secara individual dilaksanakan dengan crane atau derek
terapung di atas ponton atau bergerak sendiri (self propelled).
Metode pelaksanaan jeti dari tiang-tiang pancang (arah laut) sebagai berikut :

 pemancangan dilakukan dari tepi pantai ke tengah dengan alat pemancang terapung
yang dimuatkan pada ponton dengan draft kecil,
 pemasangan guide wall dilakukan untuk mendapatkan hasil pancangan yang lurus
 material ditimbun dan dipadatkan sesuai spesifikasi yang disyaratkan.

2.1.2 Soft Structure


a. Pengisian Pasir (Sand nourishment)
Pengisian Pasir (Sand nourishment) merupakan usaha yang dilakukan untuk
memindahkan sedimentasi pada pantai ke daerah yang terjadi erosi, sehingga menjaga
pantai tetap stabil. Mencegah erosi pantai dan melindungi pantai dari penggerusan serta
memperpanjang garis pantai.
Menurut Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum No. 07/SE/M/2010 tentang
Pemberlakukan Pedoman Pelaksanaan Konstruksi Bangunan Pengaman Pantai dijelaskan
bahwa Sand nourishment adalah kegiatan untuk membentuk pantai menjadi stabil dengan
menambahkan pasir ke pantai. Tahapan Konstruksi Pengisian Pasir sebagai berikut:
Penempatan pipa pengangkut untuk menyalurkan pasir laut yang dibawa oleh kapal keruk/ponton
(dredger) yang bersandar di lepas pantai

 Pemasangan silt protector sejajar pantai, yang terbuat dari kain penyaring dengan
tinggi kira-kira 3 m.
 Krib apung dibentangkan dari dasar pantai dengan pelampung agar tinggi elevasi dari
krib apung dapat menyesuaikan dengan air pasang.
 Tiap 10 meter panjang krib apung diberi angkur (anchor) ke dasar pantai, setiap
angkur mempunyai panjang yang cukup agar tertanam kuat.
 Silt protector dipasang pada pantai sebelah depan yang langsung berbatasan dengan
air laut;
 Pengisian pasir dengan cara menyemprotkan pasir dari kapal keruk melalui pipa
penyalur pasir;
 Perataan pasir dengan menggunakan bulldozer dan ekskavator;
 Melakukan monitoring untuk mengetahui hasil pelaksanaan pengisian pasir
b. Manggrove
Indonesia adalah negara kepulauan dengan garis pantai terpanjang di dunia. Ekosistem
mangrove yang menyebar di pantai Indonesia memiliki sumber daya pesisir dan
produktifitas tinggi. Salinitas yang tinggi dan pengaruh pasang surut air laut
menyebabkan jenis mangrove beradaptasi dengan berbagai cara, diantaranya dengan akar
nafas, sistem zonasi tempat tumbuh dan cara bereproduksi.
Sistem perakaran pada jenis-jenis penyusun hutan mangrove yang khas berperan penting
bagi perlindungan daerah pantai. Fungsi perlindungannya diantaranya adalah sebagai
penahan badai dan tiupan angin laut, menjaga garis pantai dari abrasi, pemasok bahan
organik, tempat siklus ikan, habitat fauna dan menyerap karbon. (Tri Atmoko dan Kade
Sidiyasa).
a. Fungsi ekologis :
 pelindung garis pantai dari abrasi,
 mempercepat perluasan pantai melalui pengendapan,
 mencegah intrusi air laut ke daratan,
 tempat berpijah aneka biota laut,
 tempat berlindung dan berkembangbiak berbagai jenis burung, mamalia,
reptil, dan serangga,
 sebagai pengatur iklim mikro.
b. Fungsi ekonomis :
 penghasil keperluan rumah tangga (kayu bakar, arang, bahan bangunan,
bahan makanan, obatobatan),
 penghasil keperluan industri (bahan baku kertas, tekstil, kosmetik, penyamak
kulit, pewarna),
 penghasil bibit ikan, nener udang, kepiting, kerang, madu, dan telur burung,
 pariwisata, penelitian, dan Pendidikan.

2.2 Tahapan Analisis Data Pasang Surut Dan Peramalan Gelombang


2.2.1 Analisis Data Pasang Surut
Pengetahuan tentang pasang surut penting di dalam penentuan elevasi muka air
rencana untuk perencanaan bangunan pantai dan pelabuhan, mengetahui tipe pasang surut
yang terjadi dan peramalan fluktuasi muka air. Data masukan untuk analisa pasang surut
ini adalah data hasil pengamatan pasang surut di lapangan.
Tahapan analisa pasang surut adalah sebagai berikut:
1. Menguraikan komponen-komponen pasang surut.
2. Penentuan tipe pasang surut yang terjadi.
3. Meramalkan fluktuasi muka air akibat pasang surut.
4. Menghitung elevasi muka air penting.
Fluktuasi muka air akibat pasang surut diuraikan menjadi komponen-komponen
harmonik penyusunnya. Besaran yang diperoleh adalah amplitudo dan fasa setiap
komponen. Metode yang biasa digunakan untuk menguraikan komponen-komponen
pasang surut adalah metode admiralty dan least square. Bagan alir analisa data pasang
surut dapat dilihat pada Gambar dibawah ini.
2.2.2 Analisis Peramalan Gelombang
Peramalan tinggi dan perioda gelombang laut dengan metode SPM'84 adalah
salah satu cara yang sering digunakan oleh para insinyur dalam menentukan karakferistik
gelombang laut. Cara ini disamping cukup praktis digunakan, juga data yang diperlukan
adalah data yang banyak tersedia pada instansi-instansi terkait. Adapun data-data yang
diperlukan dalam meramalkan tinggi dan perioda gelombang laut dengan cara ini adalah :
1. Data angin berupa kecepatan dan arah angin, serta jam kejadian angin
2. Data panjang daerah pembentukan gelombang (panjang fetch).

2.2.2.1 Peramalan gelombang


Dalam meramalkan tinggi dan perioda gelombang dengan metode ini data
masukanya adalah:
Kecepatan angin bertiup (Ud, Lamanya angin bertiup atau durasi (t), serta panjang fetch
efektif (Feff).
1) Pengelolaan data angin
untuk menentukan durasi angin dari kasus dimana data angin tidak tercatat
karena kerusakan dilakukan dengan mengasumsikan bahwa angin yang bertiup selama
Yz dan data yang hilang serta paling banyak 4 jam yang lalu atau yang akan datang
adalah angin yang sama dengan angin yang bertiup sesudah atau sebelumnya. Dengan
demikian kita dapatkan data angin yang diperlukan dalam meramalkan tinggi dan perioda
gelombang, yaitu data durasi angin (t) kecepatan angin (V) serta arah angin.
a. Analisa Penyesuaian Data Angin.
Data angin yang akan digunakan sebelumnya perlu disesuaikan dengan:
 Elevasi Pengaruh elevasi ini diperhitungkan apabila data angin yang
digunakan diukur pada ketinggian lebih besar dari l0 meter, bahkan
untuk ketinggian 20 meter datanya masih dianggap baik (tidak perlu
dikoreksi).
 Koreksi Stabilitas Hal ini diperlukan jika keadaan menunjukan bahwa
suhu air dan suhu udara dipermukaan air berbeda. T(udara) - T
(permukaan air) tidak sama dengan nol. Untuk selisih negatif ini
menunjukan bahwa lapisan batas tidak stabil dan kecepatan angin lebih
efektif untuk membangkitkan gelombang.
 Efek Lokasi Koreksi ini diperlukan apabila data angin yang digunakan
adalah data angin yang berasal dari daratan yang terdekat.
 Koefisien Drag. Penyesuaian ini mutlak diperlukan karena angin yang
dihitung untuk peramalan dengan cala analitis dan grafis menggunakan
faktor tegangan angin dimana hubungan antara faktor tegangan angin
dan kecepatan angin.

2.2.2.2 Pengolahan Data Fetch


Data fetch yang dimaksud adalah data lokasi, berupa sebuah peta daerah perairan
yang akan ditinjau. Adapun langkahJangkah pemrosesan data lokasi diatas
sebagai berikut :
 Tentukan titik lokasi yang akan digunakan sebagai lokasi pembangunan
dilaut misalnya untuk pembangunan pelabuhan laut, pembangunan
anjungan kilang minyak,dan lain-lain.
 Membuat garis-garis lurus yang ditarik dari titik lokasi sampai daratan
terdekat tiap sudut 5˚ dalam delapan arah mata angin utama.
 Ukur panjang garis lurus di atas berdasarkan skala peta yang ada,
sehingga panjang garis lurus ini adalah panjang fetch yang dimaksud.
Untuk panjang fetch > 200 km maka panjang fetch yang diambil adalah
20A km. Hal ini berdasarkan pada percobaan-percobaan sebelumnya.
 Daerah yang diwakili oleh satu arah utama adalah luas daerah yang
membentang antata -22,54 samping kiri arah utama sampai +22,50
samping kanan arah utama

dimana;
Fi = Panjang fetch untuk tiap-tiap selang 5˚
αi = Sudut antara arah yang ditinjau dengan garis fetch
Feff = Fetch effektif
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Wilayah pesisir merupakan wilayah peralihan antara darat dan laut yang bagian
lautnya masih dipengaruhi oleh aktivitas daratan, seperti sedimentasi dan aliran air tawar,
dan bagian daratannya masih dipengaruhi oleh aktivitas lautan seperti pasang surut, angin
laut, dan perembesan air asin (Ketchum, 1972). GESAMP1 (2001) mendefinisikan
wilayah pesisir sebagai wilayah daratan dan perairan yang dipengaruhi oleh proses
biologis dan fisik dari perairan laut maupun dari daratan, dan didefinisikan secara luas
untuk kepentingan pengelolaan sumber daya alam. Sehingga deliniasi wilayah pesisir ini
dapat berbeda tergantung dari aspek administratif, ekologis, dan perencanaan.
Tahapan Penetapan Kawasan Konservasi sesuai dengan PERMEN KP No. 31
Tahun 2020 mengalami sedikit penyesuaian sebagaimana berikut.
a. Usulan inisiatif calon kawasan konservasi
b. Identifikasi dan Inventarisasi
c. Pencadangan
d. Penetapan
e. Penataan Batas
Chart datum adalah suatu titik atau bidang referensi yang digunakan pada peta-
peta navigasi maupunpada peramalan pasang surut dan umumnya dihubungkan
terhadap permukaan air rendah (Ongkosongo S 1989).Dari pengertian tersebut
dapat dijabarkan lagi bahwa chart datum adalah bidang referensi yang berupa
permukaan terendah air laut yang digunakan sebagai acuan tinggi (kedalaman)
dalam pembuatan peta laut yang diperoleh dari hitungan dan analisis data
pengamatan pasang surut air laut. Tinggi gelombang menggunakan metode SMB lebih
tinggi dibandingkan dengan metode Darbyshire dikarenakan metode SMB biasanya
digunakan pada daerah lepas pantai dengan faktor kondisi topografi laut diabaikan,
3.2 SARAN
Makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Jadi, penulis berharap agar kritik dan
saran diberikan oleh pembaca guna kemajuan dari makalah ini ke depannnya. Tentunya
penulis akan terus memperbaiki makalah dengan mengacu pada sumber yang dapat
dipertanggungjawabkan nantinya

 
DAFTAR PUSTAKA

https://pustaka.ut.ac.id/lib/wp-content/uploads/pdfmk/MMPI510402-M1.pdf
https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/geodesi/article/view/8508/8272
file:///C:/Users/USER/Downloads/7481-22977-2-PB.pdf
MAKALAH BANGUNAN PANTAI - DocShare.tips

Anda mungkin juga menyukai