Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN OBSERVASI

ABRASI SUNGAI

Oleh:

Wahyuni Vardilla

1820178

PGSD VD

Dosen Pembimbing:

Sisri Wahyuni, M. Pd.

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

ADZKIA PADANG

2020
A. TUJUAN KEGIATAN

1. Memberikan informasi terbaru

2. Penelitian

3. Mengambil keputusan yang lebih efektif

4. Mengetahui perkembangan suatu permasalahan

5. Mengatasi suatu persoalan

B. TEORI DASAR

Menurut Triatmodjo (2014), abrasi merupakan salah satu masalah yang mengancam
kondisi pesisir, yang dapat mengancam garis pantai sehingga mundur kebelakang, merusak
tambak maupun lokasi persawahan yang berada di pinggir pantai, dan juga mengancam
bangunan yang berbatasan langsung dengan air laut, baik bangunan yang difungsikan sebagai
penunjang wisata maupun rumah penduduk Garis pantai merupakan garis batasan pertemuan
antara daratan dan air laut dimana posisinya tidak tetap dan dapat berpindah sesuai dengan
kondisi pasang air laut dan erosi pantai yang terjadi (Triatmodjo, 2014).

Bangunan Pelindung Pantai Bangunan pantai digunakan untuk melindungi pantai


terhadap kerusakan karena serangan gelombang dan arus. Beberapa cara yang dapat dilakukan
untuk melindungi pantai yaitu:

1. Memperkuat atau melindungi pantai agar mampu menahan serangan gelombang

2. Mengubah laju transpor sedimen sepanjang pantai

3. Mengurangi energi gelombang yang sampai ke pantai

4. Reklamasi dengan menambah suplai sedimen ke pantai atau dengan cara lain (Hakim, hal.
201, 2012) Sesuai dengan fungsinya, bangunan pantai diklasifikasikan menjadi 3 kelompok,
yaitu:

1. Konstruksi yang dibangun di pantai dan sejajar dengan garis pantai, misalnya dinding pantai
(revetment) dan tembok laut (seawall)
2. Konstruksi yang dibangun kira-kira tegak lurus pantai dan tersambung ke pantai, misalnya
groin dan jetty.

3. Konstruksi yang dibangun di lepas pantai dan kira-kira sejajar garis pantai, misalnya pemecah
gelombang (breakwater). (Sardiyatmo, Hal.2012, 1999).

Menurut Ameilyana (Ameilyana., 2017), faktor kunci dalam menentukan jenis respon
pesisir adalah keterbukaannya terhadap badai gelombang, sudut arah mendekatnya badai
gelombang dan derajat lengkung pantai. Rifardi Farjri (2014) menyatakan, arus merupakan salah
satu faktor yang berperan dalam pengangkutan sedimen dan sebagai agen pengerosi yaitu arus
yang dipengaruhi oleh hempasan gelombang. Menurut Notoatmodjo (2002) pasut adalah gerakan
naik turunnya muka laut secara berirama yang disebabkan oleh gaya tarik bulan dan matahari.
Abrasi pantai adalah proses pengikisan pantai oleh tenaga gelombang laut dan arus laut
yang bersifat merusak (Wibowo,2012).

C. PEMBAHASAN

Abrasi yang biasa disebut dengan erosi gelombang laut atau erosi marin adalah proses
pengikisan daratan/pantai oleh gelombang air sungai maupun air laut. Penyebab abrasi adalah
permukaan air sungai yang naik, dikarenakan hujan lebat. Sehingga berdampak pada pengikisan
daerah permukaan yang lebih rendah. Abrasi ini dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor.
Diantaranya adalah besar atau kecilnya gelombang air sungai dan cepat lambat gelombang air
sungai tersebut.

Sementara kekuatan abrasi disebabkan oleh beberapa hal, yaitu : besar kecil gelombang
sungai, tingkat kekerasan batuan (makin keras batu, kian tahan terhadap abrasi), dalamnya
sungai pada muka daratan (semakin dalam, kekuatan abrasi makin besar), banyaknya materi
yang dibawa oleh gelombang (banyaknya materi yang sebagian besar berupa tanah atau kerikil
akan menambah kekuatan abrasi jadi kian besar juga).

Abrasi merupakan salah satu masalah yang mengancam kondisi pesisir, yang dapat
mengancam garis pantai sehingga mndur kebelakang, merusak tambak maupun lokasi
persawahan yang berada di pinggir pantai, dan juga mengancam bangunan-bangunan yang
berbatasan langsung dengan air laut. Abrasi pantai didefinisikan sebagai mundurnya garis pantai
dari posisi asalnya. 1 Abrasi atau erosi pantai disebabkan oleh adanya angkutan sedimen
menyusur pantai sehingga mengakibatkan berpindahnya sedimen dari satu tempat ke tempat
lainya.2

Bentang alam hasil dari abrasi antara lain :

1. Cliff (tebing sungai)


Merupakan suatu sungai yang memiliki batuan keras serta terjal juga curamnya pegunungan.
Tebing pada bagian bawah yang lama kelamaan mengikis akan membuat wave cut platform.
Termasuk juga cekungan yang terbentuk pada dinding cliff atau disebut juga dengan relung

2. Dataran abrasi.
Merupakan suatu wilayah dataran yang sudah terkena abrasi serta dapat dilihat dengan secara
jelas saat air laut surut.

Pengertian Abrasi Menurut Para Ahli

Adapun dari beberapa pakar telah mengemukakan pendapatnya mengenai pengertian Abrasi atau
pengikisan pantai ini, adapun para ahli tersebut antara lain :

1. Aditya Pebriansyah

Abrasi adalah suatu proses pengikisan tanah yang terjadi di daerah pesisir pantai yang di
sebabkan oleh adanya hantaman gelombang air laut, sungai, gletser atau juga angin yang ada di
sekitar pantai tersebut.

2. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)

Abrasi adalah suatu proses pengikisan bebatuan oleh angin, es atau juga air yang sifatnya
merusak.

3. Undang-Undang No. 24 Tahun 2007

Abrasi adalah suatu proses pengikisan pesisir pantai dengan di sebabkan oleh gelombang dan
juga arus laut merusak yang mana pemicunya berupa keseimbangan alam yang terganggu.

Faktor Penyebab Abrasi


Tentunya ada sebab sehingga terjadi Abrasi atau pengikisan ini, adapun penyebab abrasi antara
lain :

1. Faktor Alam

Pasang surut air laut, angina yang ada di lautan, gelombang besar maupun kecil, air laut serta
arus laut yang bersifat merusak. Namun faktor alam yang menyebabkan abrasi ini tidak  bisa
dihindari karena laut memiliki siklusnya tersendiri. Karena pada suatu musim tertentu angin akan
bertiup sangat kencang yang menyebabkan gelombang dan arus laut yang besar pula yang bisa
menjadi penyebab pengikisan pantai.

2. Faktor Manusia

Selain faktor alam, ternyata memang ada pula peran manusia yang bisa menyebabkan pengikisan
pantai ini, dalam hal ini terjadi karena campur tangan manusia seperti ketidak seimbangan
ekosistem di laut yang berupa eksploitasi besar besaran yang bertujuan mengambil kekayaan laut
seperti ikan, terumbu karang dan juga biota alam lainnya sehingga akan menyebabkan arus laut
langsung menuju pantai sehingga terjadilah Abrasi.

Dampak Abrasi

Berdasarkan faktor penyebab abrasi yang tentunya merusak, berikut ini adalah dampak yang
disebabkan oleh abrasi,anatara lain :

1. Penyusutan Area Pantai

Dampak abrasi yang bisa kita lihat secara langsung yaitu ialah terjadinya penyusutan area pantai.
Hantaman ombak dan arus laut yang terjadi secara terus menerus mengakibatkan bebatuan dan
tanah terpisah secara perlahan dari daratan.

2. Hutan Bakau Rusak

Hutan bakau (mangrove) adalah hutan yang tumbuh di air payau dan dipengaruhi oleh air laut
yang pasang dan surut. Pada dasarnya hutan bakau ini berperan dalam mencegah atau memecah
ombak laut yang terlalu besar agar tidak mencapai daratan
Akan tetaapi, ketika terjadi abrasi maka hutan bakau akan rusak dan ekosistem di sekitarnya juga
tentunya rusak, serta tidak bisa berfungsi pada saat musim badai

3. Hilangnya Habitat Flora dan Fauna

Abrasi juga bisa menyebabkan banyak jenis hewan dan tumbuhan kehilangan habitatnya,
terutama ikan-ikan yang berukuran kecil. Hilangnya populasi ikan-ikan tertentu tentunya bisa
merusak ekosistem laut.

Pencegahan Abrasi

Berdasarkan faktor dan dampak yang buruk dari terjadinya pengikisan pantai atau abrasi ini,
harusnya kita sadar dan menjaga keseimbangan ekosistem laut, adapun beberapa cara mencegah
agar tidak terjadi abrasi antara lain sebagai berikut :

1. Melaukan penanam Pohon Bakau

Pohon bakau adalah jenis pepohonan yang akarnya bisa menjulur ke dalam air pantai. Biasanya
pohon bakau ditanam sejajar garis pantai untuk sekaligus membatasi daerah air dengan daerah
pantai ysang berpasir.

Akar pohon bakau yang kuat akan menahan gelombang dan arus laut yang mengarah ke pantai
supaya tidak menghancurkan bebatuan dan tanah di sekitar pantai itu sendiri.

2. Memelihara Terumbu Karang

Pencegahan abrasi juga bisa dilakukan dengan pemeliharaan terumbu karang. Seperti kita
ketahui bahwa terumbu karang berperan sebagai pemecah gelombang. Dengan demikian, jika
ekosistem terumbu karang diperbaiki maka bisa memperkecil kemungkinan terjadinya abrasi.

3. Melarang Penambangan Pasir

Ini mtenjadi tugas dan tanggung jawab pemerintah daerah maupun pusat yang harus bertindak
tegas melarang kegiatan penambangan pasir di daerah-daerah tertentu yang mana tempat tersebut
bilamana melakuakan eksploitasi atau mengambil hasil laut secara berlebihan akan memperbesar
kemungkinan terjadinya abrasi, yaitu melalui peraturan pemerintah. Pencegahan abrasi bisa
dilakukan bila persediaan pasir di lautan masih memadai sehingga gelombang air tidak
menyentuh garis pantai.

4. Membuat tembok pemecah gelombang


DAFTAR PUSTAKA

Ameilyana, L., B. Hendrarto dan S. Suryoko. 2017. Strategi Pengelolaan Kawasan Mangrove
sebagai Upaya Konservasi yang Berkelanjutan di Kecamatan Tugu Kota
Semarang. Dalam : Prosiding Seminar Nasional Hari Lingkungan Hidup 2011.
ISBN 978-602-19161-0-0. Konservasi Sumberdaya Alam. Semarang,62-222.

Notoatmodjo, S. 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta, Jakarta.

Sardiyatmo. 2012. Model Algoritmik Dinamika Garis Pantai (Kendal-Semarang-Demak) dengan


menggunakan Data Satelit Multi-Temporal. [Desertasi]. Program Pasca Sarjana
Universitas Diponegoro, Semarang.

Triatmodjo, B. 2014. Teknik Pantai. Beta Ofset. Yogyakarta.

Fajri, F. Rifardi. Afrizal, T. 2012. Studi Abrasi Pantai Padang Kota Padang Provinsi Sumatera
Barat. Jurnal Perikanan dan Kelautan. Vol. 17, No. 2, PP 36-42.

Hakim, B., A. Suharyanto. Hidayat. W., K. 2012. Efektifitas Penanggulangan Abrasi


Menggunakan Bangunan Pantai di Pesisir Kota Semarang. Prosiding Seminar Nasional
Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan. Semarang.

Wibowo.2012. Dampak Angkutan Sedimen Sejajar Pantai Pada Perubahan Garis Pantai Di
Sekitar Kota Singkil. Aceh.

.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai