Anda di halaman 1dari 11

A.

Pengumpulan Data

1. Tujuan Pengumpulan Data

Secara umum tujuan pengumpulan data adalah:

1. Membantu dalam setiap pengambilan keputusan yang lebih baik

2. Membantu melihat kemajuan dari kegiatan tertentu. Pengumpulan data merupakan kegiatan
yang banyak dilakukan dalam kehidupan sehari-hari.

Sebagai contoh, seseorang akan membeli sebuah pesawat televisi baru di sebuah toko.
Ada dua jenis data yang dibutuhkan yaitu, harga pesawat televisi dan jumlah uang yang tersedia.
Bahkan jika orang tersebut hati-hati tentu akan mengumpulkan data lain seperti, harga pesawat
sejenis di toko lain bahkan mungkin harga barang lain yang diperlukan yang mungkin lebih
penting manfaatnya dari pesawat TV. Jadi, orang tersebut punya data-data untuk membantu
dalam pengambilan keputusannya. Tujuan pengumpulan data dalam audit kinerja adalah untuk
memperoleh bukti audit untuk mendukung temuan audit.

Dalam proses pengumpulan dan pengolahan data pada audit kinerja dibedakan antara:
bukti audit, bukti, informasi dan data. Istilah-istilah tersebut memiliki pengertian sebagai berikut:
- Data adalah kumpulan bahan keterangan yang dapat berwujud angka dan tidak berwujud angka.

- Informasi adalah data yang sudah diolah.

- Bukti adalah segala informasi yang digunakan oleh auditor untuk menentukan apakah informasi
terukur yang diauditnya memang sesuai dengan kriteria (tolok ukur) yang ditetapkan.

- Bukti audit adalah bukti-bukti yang dikumpulkan auditor selama audit berlangsung untuk
mendukung simpulan audit.

Simpulan audit dan rekomendasi audit sangat tergantung kepada bukti-bukti audit yang
didapat. Bukti-bukti tersebut hams memenuhi sifat, kualitas dan jumlah yang memadai, agar
simpulan yang dibuat berdasarkan bukti-bukti tersebut valid. Bukti yang cukup, kompeten, dan
relevan harus diperoleh untuk rnenjadi dasar yang memadai bagi temuan dan simpulan auditor.
Suatu catatan mengenai pekerjaan auditor harus dibuat dalam bentuk kertas kerja audit. Kertas
kerja audit harus memuat informasi yang cukup untuk memungkinkan auditor memastikan
bahwa dari kertas kerja audit tersebut diperoleh bukti yang mendukung simpulan dan penilaian
audit. Hal tersebut disyaratkan dalam standar audit kinerja.

2. Perencanaan Pengumpulan Data

Perencanaan kegiatan pengumpulan data serta aspek-aspek yang terdapat di dalamnya


perlu dipahami secara baik. Setiap pengumpulan bukti haruslah direncanakan menurut tujuannya
secara beraturan. Namun, dalam kenyataannya tidak dapat dihindarkan adanya tumpang tindih
dan saling terkaitnya diantara tahap-tahap kegiatan. Adanya saling ketergantungan antara satu
kegiatan dengan kegiatan lainnya, menuntut kegiatan-kegiatan tersebut dilakukan secara
bersamaan. Perencanaan atas bagaimana mengumpulkan data harus dilakukan berdasarkan
"APA" yang dilakukan, "BAGAIMANA" cara melakukannya, "SIAPA" yang akan
melaksanakan setiap aspek pekerjaan, "KAPAN" kegiatan dilakukan, dan "DI MANA" akan
dilakukan. Dengan kata lain, pengumpulan bukti audit mencakup langkah-langkah berikut:

1. Menentukan tujuan kegiatan yang terdiri dari kegiatan (APA):

a. Tujuan pengumpulan data

b. Ruang lingkup pengumpulan data

c. Buat narasi dan tabel yang merupakan simpulan perencanaan kegiatan.

d. Pada Kegiatan Audit Kinerja, tahap-tahap perencanaan di atas ditetapkan dalam program kerja
audit.

2. Melaksanakan pengumpulan bukti sesuai prosedur audit yang telah ditetapkan.

3. Menganalisa bukti-bukti yang dikumpulkan dan membandingkan dengan informasi lain yang
ada (BAGAIMANA).

4. Memutuskan apakah masih perlu untuk mengumpulkan bukti-bukti lebih banyak lagi, apakah
bukti-bukti telah cukup dan memadai untuk mengukur kinerja (KAPAN DAN DIMANA).

3. Proses Pengumpulan Data


Dalam audit kinerja yang meliputi bebberapa tahap mulai dari tahap memahami
informasi kinerja klien, perencanaan, survai pendahuluan, tahap pekerjaan lapangan, laporan
audit, dan tindak lanjut. Di semua tahap itu diperlukan data-data pendukung yang perlu
dikumpulkan dari berbagai sumber untuk dianalisa. Untuk mempermudah pengumpulan data
auditor perlu memahami sumber data itu berasal.

1. Sumber Data

Sumber data merupakan faktor penting yang menjadi pertimbangan dalam penentuan
metode pengumpulan data. Sumber data pada dasarnya terdiri dari Data Primer dan Data
Sekunder. Data Primer adalah sumber data yang diperoleh secara langsung dari sumber aslinya
(tidak melalui perantara). Data primer dapat berupa opini/persepsi orang secara individual dan
kelompok serta hasil observasi terhadap suatu benda atau kegiatan. Ada dua metode yang dapat
digunakan untuk mengumpulkan data primer, yaitu:

a. metode survai dan

b. metode observasi.

Data Sekunder merupakan sumber data yang diperoleh secara tidak langsung melalui
media perantara (dicatat oleh orang lain). Data sekunder umumnya berupa bukti, catatan yang
disimpan (data dokumenter) yang dipublikasikan dan tidak dipublikasikan. Metode yang umum
digunakan untuk mengumpulkan data sekunder adalah melalui reviu dokumen ataupun penelitian
arsip. Data sekunder bisa berupa data internal maupun eksternal perusahaan. Data yang
bersumber dari internal dapat berupa ketentuan, kebijakan, data yang dihasilkan oleh sistem
informasi yang diterapkan oleh perusahaan. Data dari hasil sistem informasi adalah data yang
telah tersedia dalam bentuk dokumen seperti laporan keuangan tahunan/triwulan/bulanan,
RKAP, RJPP, kebijakan direksi dan Iain-Iain. Data dari sumber eksternal berupa dokumen yang
diterbitkan oleh pihak eksternal dan hasil kuesioner/wawancara yang diajukan oleh auditor
kepada pihak eksternal perusahaan. Disamping sumber data, jenis data juga dipertimbangkan
dalam penentuan metode pengumpulan data.

2. Jenis data Dari jenisnya, data yang menjadi bukti audit dapat dibedakan menjadi bukti fisik,
dokumenter, dan kesaksian (testimonial).
a. Bukti fisik adalah bukti yang berasal dari data yang berupa objek atau benda-benda fisik,
yaitu:

1 ) Bukti-bukti audit yang berupa foto yang dibuat oleh auditor dianggap sebagai bukti audit
yang lebih meyakinkan daripada penjelasan tertulis.

2) Apabila pengamatan terhadap kondisi-kondisi fisik akan sangat mempengaruhi pencapaian


tujuan audit, maka bukti-bukti audit harus bisa dikonfirmasikan. Hal ini bisa dilakukan dengan
melakukan pengamatan oleh dua orang auditor, dan apabila mungkin didampingi oleh wakil dari
auditan.

3) Pembicaraan melalui telepon yang direkam dengan persetujuan pembicara dapat dimasukkan
ke dalam kelompok bukti fisik.

b. Bukti dokumen adalah bukti yang berasal dari data yang memuat apa, kapan, serta siapa yang
terlibat dalam suatu kejadian, yaitu:

1) Bukti-bukti audit berupa dokumen, baik dalam bentuk foto maupun elektronik yang dibuat
oleh auditan adalah bentuk bukti-bukti audit yang paling umum. Bukti-bukti audit, dapat berasal
dari dalam atau luar auditan.

2) Bukti audit berupa dokumen yang berasal dari luar, bisa berupa surat atau memorandum yang
diterima oleh entitas, seperti faktur-faktur, kontrak-kontrak, laporan-laporan audit dan laporan-
laporan lainnya yang berasal dari pihak ketiga.

3) Bukti-bukti audit berupa dokumen yang berasal dari dalam, dapat berupa catatan-catatan
akuntansi, salinan surat-surat keluar, uraian kerja {Job descriptions), rencana-rencana kerja,
anggaran, laporan audit oleh Satuan Auditor Intern, kebijaksanaan-kebijaksanaan dan prosedur-
prosedur yang ada, dan sebagainya.

c. Bukti Subjek atau Testimonial adalah bukti yang datanya berupa opini, sikap, pengalaman,
dari seseorang ataupun kelompok yang menjadi subjek. Bukti Subjek bisa diperoleh dari
pernyataan-pernyataan yang biasanya sebagai jawaban atas pertanyaan-pertanyaan atau interviu.
Pernyataan-pernyataan tersebut bisa berasal dari pegawai auditan, para ahli, konsultan dan pihak-
pihak lain yang dihubungi untuk memberikan bukti-bukti audit tersebut. Konfirmasi terhadap
bukti-bukti kesaksian sangat diperlukan, antara lain dengan:

1) menentukan pernyataan tertulis dari orang yang diwawancarai.

2) menilai bukti audit yang sama oleh sumber-sumber atau orang-orang yang berbeda.

3) melakukan cek ulang terhadap catatan-catatan yang ada.

Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data sebagaimana telah dikemukakan


di atas dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Reviu Dokumen Metode ini banyak digunakan dalam tahap-tahap Audit Kinerja. Hasil reviu
dokumen diharapkan dapat memberikan gambaran sejauh mana suatu kondisi atau fakta dalam
perusahaan memenuhi kriteria yang ada. Beberapa kriteria dapat langsung terpenuhi dari ada
atau tidaknya suatu dokumen, namun ada beberapa kriteria yang hanya dapat terpenuhi melalui
analisis lebih lanjut. Untuk topik yang belum/tidak terdukung oleh dokumen karena ketiadaan
dokumen atau ketidakcukupan dokumen harus dilakukan teknik lain misal kuesioner,
wawancara, atau observasi.

b. Survai melalui Kuesioner Metode survai observasi seperti yang disebutkan sebelumnya adalah
metode pengumpulan data primer yang diperoleh secara langsung dari sumber asli. Metode
survai merupakan metode yang menggunakan pertanyaan lisan dan tertulis, Metode tertulis
mengunakan kuesioner sebagai alat bantunya. Kuesioner adalah seperangkat
pertanyaan/pernyataan yang telah disusun sebelumnya. Kuesioner bertujuan mengumpulkan
informasi guna menjawab kriteria-kriteria yang telah ditetapkan. Kuesioner merupakan
mekanisme pengumpulan data yang efisien apabila auditor mengetahui dengan tepat variabel
atau data penting apa yang ingin di peroleh dan bagaimana cara mengukurnya. Namun demikian,
meskipun perancangan kuesioner telah disusun dengan sangat hati-hati, jelas dan tidak bias,
kurangnya pengetahuan responden mengenai permasalahan yang dipertanyakan akan sangat
berpengaruh pada hasil akhir kuesioner. Dengan memahami bahwa perancangan kuesioner
merupakan hal yang kritis dalam perolehan informasi, diharapkan kesalahan dalam
perancangannya dapat diminimalisir. Sehubungan dengan evaluasi Kinerja, kuesioner merupakan
bagian dari metodologi evaluasi kinerja yang dipakai mulai dari penilaian SPM (berupa check
list) sampai penilaian capaian kinerja. Adapun informasi yang ingin diperoleh melalui kuesioner
adalah:

1) Informasi yang tidak dapat diperoleh melalui reviu dokumen ataupun observasi

2) Pendalaman dan/atau validasi, serta uji silang dari informasi lain yang sudah diperoleh
sebelumnya. Mempertimbangkan manfaat, kelebihan, dan kekurangan dari kuesioner, sangatlah
penting untuk memperhatikan langkah-langkah dalam penyusunan kuesioner sehingga tujuan
pengumpulan informasi dapat diperoleh semaksimal mungkin.

c. Wawancara

Wawancara merupakan teknik pengumpulan data dalam metode survai yang


menggunakan pertanyaan secara lisan kepada subjek pemeriksaan. Teknik wawancara dilakukan
jika memerlukan komunikasi atau hubungan dengan responden. Data yang dikumpulkan
umumnya berupa masalah tertentu yang bersifat kompleks, sensitif atau kontrovesial, sehingga
kemungkinan jika dilakukan dengan teknik kuesioner akan kurang memperoleh tanggapan
responden. Teknik wawancara dilakukan terutama untuk responden yang tidak dapat membaca
dan menulis, atau pertanyaan yang memerlukan pernjelasan dari pewawancara atau memerlukan
penerjemaahan. Hasil wawancara selanjutnya dicatat oleh pewawancara sebagai data penelitan
untuk bahan evaluasi. Teknik wawancara dapat dilakukan dengan cara tatap muka atau melalui
telepon. Untuk topik yang belum/tidak terdukung oleh dokumen karena ketiadaan dokumen atau
ketidakcukupan dokumen harus dilakukan teknik lain misal kuesioner, wawancara, atau
observasi.

d. Observasi Metode pengumpulan data lainnya adalah observasi, yaitu proses pencatatan pola
perilaku subjek (orang), objek (benda) atau kejadian yang sistematis tanpa adanya pertanyaan
atau komunikasi dengan individu sebagai narasumber. Kelebihan metode ini dibandingkan
dengan metode survai bahwa data yang dikumpulkan umumnya tidak terdistorsi, lebih akurat,
dan menghasilkan data lebih rinci mengenai objek tertentu. Metode observasi, meskipun
demikian, tidak bebas dari kesalahan-kesalahan. Pengamat kemungkinan memberikan catatan
tambahan yang bersifat subjektif, seperti halnya terjadinya bias karena pengaruh peran
wawancara dalam metode survai.
B. Analisis Data Penelitian

Analisis Data Pada Penelitian Kualitatif

Pada penelitian dengan pendekatan kualitatif, fokus masalah penelitian menuntut peneliti
melakukan pengkajian secara sistematik, mendalam, dan bermakna sebagaimana ditegaskan oleh
Burgess berikut ini. “Dalam penelitian kualitatif, semua investigator atau peneliti memfokuskan
diri pada permasalahan yang dikaji, dengan dipandu oleh kerangka konseptual atau teoritis”
(Sudarwan Danim dan Darwis, 2003 : 262).

Prinsip-prinsip Analisis Data

Atas dasar pendapat Bogdan dan Biklen serta Lincoln dan Guba, Sudarwan Danim dan
Darwis (2003 : 263 – 267) mengemukakan prinsip-prinsip analisis data pada penelitian
kualitatif sebagai berikut:

a. Peneliti menjadi instrumen utama pengumpulan data dan subjek yang diteliti dipandang


mempunyai kedudukan sama secara nisbi dengan peneliti. Sebagai instrumen utama, peneliti
melakukan wawancara kepada responden dan mengamati sejumlah fenomena fokus penelitian
yang tampak dan terjadi di lapangan sebagaimana adanya.

b. Data penelitian yang dikumpulkan bersifat deskriptif. Peneliti mengumpulkan data dan
mencatat fenomena yang terkait langsung atau tidak langsung dengan fokus penelitian.
Karakteristik ini berimplikasi pada data yang terkumpul, yaitu cenderung berupa kata-kata atau
uraian deskriptif, tanpa mengabaikan data berbentuk angka-angka.

c. Proses kerja penelitian dilakukan dengan menggunakan perspektif etik, yaitu dengan
mengutamakan pandangan dan pendirian responden terhadap sistuasi yang dihadapinya. Peneliti
meminimalkan perspektif etik dengan tujuan mereduksi subjektivitas data yang dihimpun.

d. Verifikasi data dan fenomena dilakukan dengan cara mencari kasus yang berbeda atau
bertentangan dengan menggunakan metoda dan subjek yang berbeda.
e. Kegiatan penelitian lebih mengutamakan proses dari pada hasil dan data penelitian dianalisis
secara induktif untuk mendapatkan makna kondisi alami yang ada. Pemaknaan atas data
dilakukan dengan interpretasi idiografik (idiographic interpretation) berupa analisis atas
fenomena yang muncul namun bukan dimaksudkan untuk merumuskan generalisasi.

f. Pemberian makna merupakan dasar utama dalam memahami situasi, di mana pemaknaan itu
selain dilakukan sendiri oleh peneliti juga didasari atas interpretasi bersama dengan sumber data.

Proses Analisis Data

Bogdan dan Biklen mengemukakan bahwa analisis data kualitatif dilakukan melalui dua
fase, yaitu selama dan setelah selesainya proses pengumpulan data (Sudarwan Danim dan
Darwis, 2003 : 268 – 269). 

Analisis data selama peneliti dilapangan dilakukan dengan cara:

1) mempersempit fokus dan menetapkan tipe studi;

2) mengembangkan secara terus-menerus pertanyaan analitis;

3) merencanakan sesi pengumpulan data secara jelas;

4) menjaga konsistensi atas ide dan tema atau fokus penelitian;

5) membuat catatan sistematis mengenai hasil pengamatan dan penelaahan;

6) mempelajari referensi yang relevan selama di lapangan;

7) menggunakan metafora, analogi dan konsep;

8) menggunakan alat-alat audio visual.


Analisis data setelah pengumpulan data selesai dilakukan dengan :

1) Membuat kode data secara kategoris;

2) Menata sekuensi atau uruan penelaahan.

Disamping analisis kualitatif, data yang telah terkumpul juga dianalisis dengan menggunakan
prosentase.

3. Tingkat Kepercayaan Hasil Penelitian

Hasil penelitian kualitatif atau naturalistik dipandang memenuhi kriteria ilmiah jika memiliki


tingkat kepercayaan tertentu.

Menurut Lincoln dan Guba, tingkat kepercayaan hasil penelitian dapat dicapai jika
peneliti berpegang pada 4 prinsip atau kriteria, yaitu : credibility, dependability, corfirmability,
dan transferability (Sudarwan Danim dan Darwis, 2003 : 269 – 270).

a. Credibility

Credibility atau prinsip kredibilitas menunjuk pada apakah kebenaran penelitian kualitatif dapat
dipercaya, dalam maknadapat mengungkapkan kenyataan yang sesungguhnya. Untuk memenuhi
kriteria ini peneliti perlu melakukan trianggulasi, member check, wawancara atau pengamatan
secara terus menerus hingga mencapai tingkat redundancy.

Secara lebih spesifik, kredibilitas hasil penelitian kualitatif dapat dicapai dengan beberapa cara,
yaitu :

1) Peneliti tinggal cukup lama pada situasi penelitian;

2) Observasi dilakukan secara berlanjut dan cermat;

3) Melihat fenomena dari berbagai sudut pandang;


4) Diskusi dengan sejawat;

5) Analisis kasus negatif.

b. Dependebility

Prinsip dependabilitas merujuk pada apakah hasil penelitian memiliki keandalan atau reliabilitas.
Prinsip ini dapat dipenuhi dengan cara mempertahankan konsistensi teknik pengumpulan data,
dalam menggunakan konsep, dan membuat tafsiran atas fenomena.

c. Corfirmability

Prinsip konfirmabilitas menunjuk pada sangat perlunya upaya untuk mengkonfirmasikan bahwa
temuan yang telah diperoleh dapat dipercaya kebenarannya. Untuk memenuhi prinsip ini,
peneliti dapat melakukan berbagai cara, yaitu:

1) Mengundang berbagai pihak untuk mendiskusikan temuan dan draf hasil penelitian;

2) Mendatangi pihak-pihak tertentu untuk melakukan audit trial, berupa jejak atau sistematika
kerja penelitian yang dapat dilacak dan diikuti, serta melakukan proses kerja secara sistematis
dan terdokumenasi, serta memeriksa secara teliti setiap langkah kerja penelitian ;

3) Mengonfirmasikan hasil penelitian dengan para ahli, khususnya para promoter.

d. Transferability

Prinsip transferabilitas mengandung makna apakah hasil penelitian ini dapat digeneralisasikan
atau diaplikasikan pada situasi lain. Berkenaan dengan hal ini hasil penelitian kualitatif tidak
secara apriori dapat digeneralisasikan, kecuali situasi tersebut memiliki karakteristik yang sama
dengan situasi lapangan tempat penelitian. Dengan demikian upaya untuk menstransfer
hasil penelitian kualitatif pada situasi yang berbeda sangat mungkin namun memerlukan
penyesuaian menurut keadaan dan asumsi yang mendasarinya.
DAFTAR PUSTAKA

Alasuutari, Pertti. 2010. The rise and relevance of qualitative research. International Journal of Social
Research Methodology, Vol. 13, No. 2, Hal. 139-155.

Baez, Benjamin. 2002. Confidentiality in qualitative research: reflections on secrets, power and agency.
Qualitative Research, Vol. 2, No. 1, Hal. 35-58.

Blaikie, Norman. 2010. Designing social research (2nd ed.). Cambridge: Polity Press. Brown, Alison, P.
2010. Qualitative method and compromise in applied social research. Qualitative Research,Vol. 10, No.
2, Hal. 229-248.

Hesse-Biber, Sharlene Nagy., dan Leavy, Patricia. 2011. The practice of qualitative research (2nd ed.).
California: SAGE

Anda mungkin juga menyukai