Anda di halaman 1dari 2

Peran Ibu Dalam Mendidik Anak Menurut Pandangan Islam

Menurut Mustafa Al-Ghalayain, pendidikan adalah usaha menanamkan akhlak terpuji


dalam jiwa anak-anak. Akhlak yang sudah tertanam itu harus terus disirami dengan bimbingan
dan nasehat, sehingga menjadi watak atau sifat yang melekat dalam jiwa. Sesudah itu, buah
tanaman akhlak itu akan tampak berupa amal perbuatan yang mulia dan baik serta gemar bekerja
demi kebaikan negara. Ibu adalah rumah pertama bagi seorang anak sebelum seorang anak
dilahirkan ke dunia. Ibu adalah manusia ciptaan Allah yang memberikan sesuatu tanpa batas dan
tidak mengharap imbalan apa-apa atas semua pemberiannya kepada anak- anaknya. Seorang ibu
mempunyai peran yang sangat penting sebagai pendidik dalam keluarga, hal ini terbukti
sebagaimana seorang ibu mempersiapkan dan membekali dirinya dengan nilai-nilai kebaikan,
kemudian bagaimana seorang ibu mengajarkan nilai-nilai tentang keagamaan kepada anak-
anaknya sejak masih dalam kandungan walaupun hanya dengan belaian-belaian kasih sayang.

Menurut pendapat Adil Fathi Abdullah dalam bukunya Menjadi Ibu Ideal, pengertian ibu
ideal adalah ibu yang berhasil dalam menjalankan peranannya secara maksimal sebagai seorang
ibu. Ia harus dapat membaca pribadi anak-anaknya, persoalan dan problem yang dihadapi,
bagaimana berinteraksi dengan mereka, bagaimana cara mendidik, bagaimana mengajarkan al-
Qur’an, dan bagaimana mengajarkan masalah-masalah yang berkaitan dengan agama dan
pendidikan, serta memiliki pengetahuan tentang sarana pendidikan modern dan cara
penggunaannya. Sebagaimana dalam bukunya Muhammad Ali Hasyimi dengan judul
Kepribadian Wanita Muslimah Menurut Al-Qur’an dan As-Sunnah bahwa:

Seorang penyair ternama Hafiz Ibrahim mengungkapkan sebagai berikut:

َ ‫ اَ ْع َددْتَ َش ْعبًا طَي‬#‫االم َم ْد َر َسةٌ اِ َذا اَ َع َد ْدتَهَا‬


ُ‫ْب االَ ْع َراف‬

Ibu adalah madrasah (Sekolah), bila engkau menyiapkan berarti engkau menyiapkan
bangsa yang baik pokok pangkalnya. Karena itu memang sangat jelas bahwa ibu adalah
madrasah pertama yang akan memberikan qudwah (keteladanan) bagi sikap, perilaku dan
kepribadian anak. Hal ini pun dipertegas dalam bukunya Ummu Syafa
Suryani Arfah dalam bukunya Menjadi Wanita Shalihah, bahwa: “ibu adalah shibgah
(pencelupan) pertama bagi watak dan kepribadian anak. Ia merupakan bayangan yang paling
mendekati dengan kepribadian anak, jika ia baik maka akan baik lah anak- anaknya” . Demikian
secara tak langsung semua tindak tanduk ibu akan menjadi suri tauladan bagi keluarganya,
terutama bagi anak-anaknya karena dari sanalah akan tumbuh kepribadian anak secara bertahap.

Sejatinya, ibu dikatakan ideal dalam islam yaitu mampu mendidik anak dengan nilai
keislaman sejak masih dini, memiliki budi pekerti yang baik atau akhlakul karimah, selalu
menjaga perilakunya agar menjadi teladan yang baik bagi anaknya, serta memiliki sikap
penyabar dan lemah lembut dalam berbicara agar kelak sang anak dapat memiliki kepribadian
yang tangguh dan baik. Seorang anak haruslah dididik mulai saat ia masih berada di kandungan
yaitu dengan cara mencoba mengajak berbicara/berinteraksi dengan anak ketika didalam
kandungan, makan makanan yang bergizi, membaca serta mempelajari al-qur’an dan
mendo’akan anak, serta menjaga perilaku orang tua ketika masa kehamilan. Selain itu, seorang
ibu haruslah memberi contoh yang baik/teladan bagi anak mereka, dan melakukan pembiasaan
kepada anak untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya utamanya dalam hal beribadah seperti
sholat tepat pada waktunya, mengaji, bersedekah, puasa dan lain-lain. Seorang ibu haruslah
menasehati anaknya, tidak hanya setelah si anak melakukan kesalahan, tetapi sebaiknya
dilakukan sebelum si anak melakukan kesalahan agar anak dapat menghindarinya. Apabila anak
tidak lagi mampu di nasehati, maka orang tua boleh menggunakan metode hukuman, namun
dalam artian hukuman tersebut bersifat mendidik.

Anda mungkin juga menyukai