TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Majid, berasal dari Pancor, adalah putra dari
pasangan H.Abdul Majid yang dikenal dari Guru Mukminah dengan Hajjah
Halimatussa’diyah. Beliau dilahirkan pada tanggal 17 Rabi’ul Awal 1316 H (1898 Masehi),
tepatnya di kampung Bermi desa Pancor-Lombok Timur.
Haji Abdul Majid, dikenal sebagai pemimpin yang sangat tegas, pantang menyerah dan
ksatria, pemberani. Selain itu, beliau sangat tekun dan memiliki minat belajar yang sangat
luar biasa dan rajin menyebarluaskan ajaran Islam. Karena ketekunannya inilah,
kemudian H. Abdul Majid memperoleh gelar Guru Mukminah. Dakwah yang dilakukan
oleh guru Mukminah sangat cepat menyebar dan mendapatkan simpati dari masyarakat,
karena pendekatan dan metode yang dipergunakan melalui napas budaya. Inilah yang
menyebabkan kemudian beliau semakin cepat mengembangkan sayap dakwahnya dalam
mengembangkan ajara Islam
Dari dua orang putri ini, Tuan Guru Kyai Haji Muh. Zainuddin Abdul Majid, mempunyai
beberapa cucu antara lain.
1. Cucu dari putri beliau yaitu Hajjah Siti Rauhun antara lain : Ir Siti Rohmi
Jamilah, S.Pd., (sulung), M. Syamsul Lutfi, BA, TGH. Dr. Muhammad Zainul
Majdi, MA, Jamaluddin, MS, Siti Soraya, Siti Hidayati (bungsu).
2. Cucu dari putri beliau yaitu Hajjah Siti Raehanun antara lain; Lalu Gde Wire
Sakti Muhammad Ali Amir Murni (sulung), Lale Laksmining Puji Jagat, S.Ag.,
Lale Yaqutun Nafis, S.Pd., Lalu Gde Syamsul, Lale Syifa, Lalu Gde Zainuddin
Tsani, Lalu Gde Fatihin (bungsu).
TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Majid, memiliki nama kecil Assyagaf. Sebelum
kelahirannya sudah ada tanda-tanda atau keistimewaan ketika masih dalam kandungan.
Beliau (orang tuanya) dalam alam ghaib didatangi oleh dua orang wali. Wali itu adalah
Muhammad Syaggaf dari Yaman dan Zainuddin dari Bagdad. Kedua wali tersebut
berpesan “jika putramu lahir, berilah dia nama Assyaggaf atau Zainuddin”.
Sesuai denga pesan tersebut, kemudian guru Mukminah memberi putranya nama
Muhammad Syaggaf yang dipanggil akrab oleh inbudanya “Gep”. Assyaggaf terkenal
sangat cerdas, jujur, ta’at dan patuh kepada orang tua, sehingga ilmu-ilmu yang
ditransformasikan oleh orang tuanya dengan cepat dapat diterima. Selain sifat tersebut,
meskipun Assyaggaf berasal dari keluarga yang cukup mampu, beliau tidak sombong,
terkenal pemurah, sehingga membuatnya disenangi oleh teman-temannya. Sifat-sifat yang
mengesankan tersebut diiringi dengan sifat sabar. Sabar dalam menghadapi berbagai
cobaan dan rintangan dalam hidup dan kehidupannya. Berkat transformasi keilmuan
yang diberikan oleh keluarga, kemudian Assyaggaf tumbuh menjadi anak yang shaleh dan
berbudi tinggi.
Pengembaraan dalam Menuntut Ilmu
Kebaikan sikap dan sifat yang dmiliki oleh Assyagaf kemudian orang tuanya menyerahkan
kepada Tuan Guru Syarafuddin Pancor untuk belajar ilmu-ilmu agama (non formal).
Tuan Guru Syarafuddin sangat senang terhadap Assyagaf yang begitu pintar dan cepat
menerima pelajaran. Kemudian untuk selanjutnya Assyagaf diserahkan kepada Tuan
Guru Haji Abdullah bin Amaq Dulaji. Pada tahun 1916 Masehi, setelah menempuh
pendidikan non formal, guru Mukminah melanjutkan pendidikan Assyagaf ke Sekolah
Rakyat.
Salah Seorang Maha Guru Dari TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Majid, Al Allamah
Al Adib As-Syayyid Muhammad Amin Al Kutbi memuji muridnya yang genius ini dalam
sebuah syair berbahasa Arab yang terjemahannya dalam bahasa Indonesia kira-kira
seperti begini: