Anda di halaman 1dari 2

BAB II

PEMBAHASAN

A. Biografi Fatchur Rahman

Fatchur Rahman dilahirkan pada tahun 1934 di desa bagor,Kulon, nganjuk, jawa dan
meninggal pada tanggal 9 maret 1995 di malang. Ayahnya bernama Selamat dan ibunya ngatinah.
Fatchur Rahman berumah tangga dengan siti Zumarah. Hasil dari perkahwinan ini ia dikarunia
dua orang anaknya bernama, Asarin Dani dan Farid Hadi Rahman. Namun anaknya bernama
asarin Dani meninggal dunia ketika masih sekolah di tingkat SMA.
Pendidikan Fatchur Rahman dimulai dari sekolah Dasar Nganjuk, Kecamatan brebek hingga
kelas lima. Setelah itu ia mondok di pondok pasentren al-ishlah, Kediri yang diasuh oleh
beberapa kiyai yang dikenal di kawasan ini. Berikutnya, Fatchur Rahman masuk PGA dan
menyelesaikan pendidikan lanjutannya di SP IAIN Yogyakarta. Jenjang studi yang ditempuh
Fatchur Rahman berikutnya adalah mengambil sarjana lengkap pada Fakultas Syariah
Yogyakarta dan menjadi dosen tetap pada Fakultas Tarbiah di IAIN yang sama. Di antara gurugurunya yang terkenal adalah Prof.T.M.Hasbi Ash-Shiddieqy dan Prof.Mukhtar Yahya. Temanteman seperjuangannya antara lain Tholhah Hasan, Syathibi, Hasan baidowi, Zainuddin Abdul
Muhith. Dan Bisri( mantan Rektor sunan Ampel)
Pada tahun 1982, ia dilantik menjadi Guru Besar pertama pada Fakultas Tarbiah dalam
bidang Ilmu Hadis. Selain di Yogya, ia juga mengajar di berbagai perguruan tinggi lain, seperti di
IAIN wali Songo, semarang, IAIN Purworejo, dan UII Yogyakarta.
Fatchur Rahman memiliki sejumlah karya tulis, antara lain: Ikhtishar Mushthalahul Hadis,
terjemah Bulug al-Maram, Haditsun Nabawi (tiga jilid), al-Mawari, soal-soal penyelesaian alMawariris, rangkain Kuliah: al-Muamalatul Maddiyah, sistem pendidikan Versi al Gazali (
Mazahib fi at-Tarbiyah: Bahtsun fi Mazahib at-Tarbuyah indal-Gazali, Karya Fathiyah Hasan
Sulaiman), buku ini merupakan hasil terjemahan Fatchur Rahman dan Syamsuddin Asyrafi.1

B. Percikan Pemikiran Fatchur Rahman


Jika ingin mengatahui bagaimana percikan pemikiran Fatchur Rahman tentang ilmu Hadis,
maka buku, Ikhtishar Mushthalahul Hadits, adalah sebagai jawabannya. Di dalam buku ini ia
mengemukakan kajian ilmu hadis secara lengkap. Buku ini mencapai 350 halaman, sangat tebal
untuk sebuah buku ikhtisar. Namun jika yang dibicarakan adalah ilmu Hadis dengan segala
cabangnya, maka buku ini termasuk buku yang ringkas. Di dalamnya tidak saja membicarakan
materi ilmu riwayah tetapu juga mencakupilmu dirayah plus aplikasi dan sejarahnya.
1

Prof. Dr.H. Ramli Abdul Wahid, Ma. Sejarah Pengkajian Hadis di Indonesia, (Medan: perdana Mulya
sarana, 2010, cet i), 23-24.

Hadis menurut Fatchur Rahman adalah perkataan, perbuatan, taqrir, (pengakuan) sifat-sifat,
keadaan, serta himmah Nabi saw. Selain itu, ia juga mengutip beberapa pendapat yang
menjelaskan bahwa perkataan, perbuatan, dan taqrir (pengakuan) sahabat juga dipandang sebagai
hadis. Namun menurutnya hal yang ini ditinjau dari perspektif yang lebih umum. Dalam pada itu,
Fathur Rahman kelihatannya tidak tertarik mengulas lebis luas tentang perbedaan antara Hadis
dan Sunnah sebagaimana yang dilakukan gurunya, T.M. Hasbi Ash-Shidieqy. Fatchur Rahman
lebih cenderung menyamakan antara Sunnah dan Hadis.
Fatchur Rahman menyatakan Hadis sebagai sumber hukum yang kedua setelah Alquran.
Kedudukan Hadis sebagai sumber hukum dapat dibuktikan dari rasio, nas Alquran, dan ijmak
sahabat. Berangkat dari kerangka ini Fatchur Rahman menyimpulkan pentingnya mempelajari
ilnu Hadis agar dapat memahami sumber hukum yang kedua ini dengan baik. Dengan mengutip
riwayat ath-Thabrani, ia menulis,Rasulullah saw. Berdoa, Ya Allah rahmatilah khalifahku.
Hai Rasulullah, siapakah khalifah tuan? tanya kami, ;Yaitu orang yang meriwayatkan hadishadisku dan mengajarkannya kepada masyarakat, jawab Nabi. Fatchur Rahman menegaskan
bahwa mempelajari ilmu Hadis adalah suatu kewajiban, namun ia tidak menjelaskan apakah
kewajiban itu bersifat ain atau kifayah.

C. Tinjauan Analitik
Kehadiran buku Ikhtishar Mushthalahul Hadis dapat dipandang sebagai rasa tanggungjawab
Fatchur Rahman terhadap pemasyarakan ilmu Hadis di samping tanggungjawab akademisnya.
Buku ini dipandang sebagai karya orisinal dari segi metodologi dan penyajiannya. Kelebihannya
yang paling menonjol adalah skematisasi yang dipaparkan Fatchur Rahman di dalam buku ini
ketika menjelaskan uraian sanad dan kritik sanad. Hal ini, sebagaimana yang dikatakan
Prof.H.Mukhtar Yahya sebagai buku yang memiliki keistimewaan daripada buku yang sejenis
yang mengulas materi yang sama kerana memiliki gambar dan skema-skema sebagai alat peraga.
Dengan demikian, upaya tersebut merupakan sebuah kerja kreatif yang tidak ditemukan saat itu,
kendatipun pada literatur berbahsa arab. Metode yang dipakai Fatchur Rahman tersebut sangat
banyak membantu mahasiswa dan masyarakat pengkaji ilmu hadis untuk lebih jauh mendalami
ilmu Hadis, khususnya tentang sanad dan kritik sanad. Bahkan, sampai saat ini cara kerja
penelitian sanad dengan skema yang nyata dan jelas yang dikemukakan Fatchur Rahman
merupakan salah satu mata rantai dalam perkembangan pengkajian Hadis di Indonesia, khususnya
dalam membuat skema sanad dan cara kerja penelitian sanad yang diturunkan dalam buku-buku
gurunya, Hasbi Ash-Siddieqy. Oleh sebab itu, buku Ikhtishar Mushthalahul Hadis ini tetap
menjadi karya yang paling penting dibaca saat ini.

Anda mungkin juga menyukai