TAFSIR JAUHARI
MANAHIJ AL MUFASSIRIN
Dosen Pengampu:
Dr. Zailani
Oleh:
Muhammad Hasbiallah
NIM : 21990215533
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Al Qur’an yang diturunkan oleh Allah kepada Rasul Nya melalui malaikat
Jibril sejatinya agar dapat memberi arahan dan menjadi pedoman bagi setiap sendi
kehidupan manusia, mulai dari hal yang berkaitan dengan hubungan kepada Rabb nya
sampai dengan hubungan yang terjadi diantara sesamanya. Al Qur’an di dalam Islam
tidak akan bisa dilepasakan antara satu dengan yang lainnya, karena Al Qur’an adalah
elemen penting yang harus ada agar umat Islam dapat menjalankan keislamannya
dengan baik.
Ilmu Tafsir muncul menjadi suatu cabang ilmu yang memudahkan siapapun
yang memeluk Islam untuk dapat memahami Al Qur’an dan mengaplikasikannya
dalam kehidupan. Tafsir juga menjadi penjelas bagi Al Qur’an yang di dalamnya
memuat berbagai macam aspek, yaitu tentang Akidah, Fiqih, cerita umat terdahulu
dan bahkan tentang aspek yang berkaitan dengan ilmu dunia, seperti ilmu sosial, dan
sains.
Salah satu mufassir yang muncul di era mu’ashir (kontemporer) adalah Syaikh
Thanthawy dengan kitab tafsirnya yang bernama Tafsir Jauhari, yang dimana
pembahasannya berfokus pada ayat-ayat yang mengandung ilmu saintifik ataupun
yang mengarah kepadanya, mulai dari biologi, kimia, astronomi, dan yang lainnya,
dan pada bagian selanjutnya akan dibahas mengenai profilnya dan metodologi
penafsirannya.
2
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka masalah yang akan dibahas
dalam makalah ini sebagai batasan dalam pembahasan bab isi adalah sebagai berikut:
C. Tujuan Penulisan
3
BAB II
PEMBAHASAN
Tafsir Jauhari termasuk dalam salah satu jenis tafsir kontemporer dan muncul
di era modern, yang memecahkan rekor tafsir terpanjang dalam sejarah yang
didalamnya memuat dan membahas tafsir secara ilmiah secara utuh yang kekinian dan
saintifik, yang sebelumnya rekor tersebut dipegang oleh tafsir yang ditulis
Muhammad Ahmad Al Iskandari, yang bernama Kasyfu Al Asrar An Nuraniyah.
Kitab tafsir ini memiliki 26 juz dan dibagi menjadi 13 jilid, dan telah rampung
ditulis oleh Syaikh Thanthawy pada hari Selasa, 21 Muharram 1344 H yang
bertepatan pada 11 Agustus 1925 M. Kitab ini kemudian dicetak secara berangsur
selama 13 tahun pada cetakan pertamanya, dimulai dari tahun 1922 M sampai 1935
H2.
2. Biografi Penulis
Penulis Tafsir Jauhari memiliki nama lengkap Syaikh Thanthawy bin Jauhary
Al Mishry. Selain berkecimpung di dalam ilmu tafsir, Syaikh Thanthawy juga
1
Program Pascasarjana IAIN Gunung Djati, Jurnal Teks, Jurnal Studi Qur’an(Bandung,RQIS,2000), hlm
114
2
Muslim Alu Ja’far dan Muhyi Hilal As Sarhan, Manahij Al Mufassirin, (Daarul Ma’rifah,1980 M), hlm
260
4
mendalami ilmu lainnya, seperti Adab dan Filsafat, yang menjadikan ilmu-ilmu
tersebut mempengaruhi cara berpikirnya dalam menafsirkan Al Qur’an3, ditambah
juga karena kekagumannya terhadap keindahan dan keajaiban alam semesta, baik
langit, bumi dan seisinya, yang menjadi konsep dasar pemikirannya dan motivasi
utamanya dalam melakukan pendekatan tafsir yang ditulisnya4.
Beliau dilahirkan di salah satu desa yang terletak di desa Kafr Aud Allah
Hijazi bagian timur Negara Mesir pada tahun 1287 H/ 1862 M, yang kemudian
tumbuh besar di lingkungan ilmu yang baik. Syaikh Thanthawy menuntut ilmu dari
ayahnya yang merupakan seorang petani di desanya dan pamannya yang bernama
Syaikh Muhammad Syalabi.
3
Ibid, hlm 259
4
Thanthawy Jauhari, Al Jawahir Fi Tafsir Al Qur’anil Karim,(Mesir, Mustafa Al Babi Al Halabi wa
Awladuhu, 1351 H), jilid 1 hlm 2
5
Abdul Aziz Jadu, Asy Syaikh Thanthawy Dirasatun wa Nushushun, (Daarul Ma’arif), hlm 11-13
6
Muslim Alu Ja’far dan Muhyi Hilal As Sarhan, Manahij Al Mufassirin, hlm 259
5
menemukan obat dari tumbuhan untuk kesembuhannya serta ayahnya yang
didapatinya dari buku kedokteran tradisional yang dibacanya.
7
Abdul Aziz Jadu, Asy Syaikh Thanthawy Dirasatun wa Nushushun, hal 13
8
Muhammad Ali Al Iyazi, Al Mufassirun Hayatuthum wa Manhajuhum, (Teheran, Muassasah At
Thiba’ah wa An Nasyr Wizarat Al Tsaqofah Al Irsyad Al Islamy, 1212 H) hlm 429
6
bumi hingga akhir hayatnya9. Syaikh Thanthawy wafat di usia 70 tahun pada tahun
1358 H/1940 M dan dimakamkan di Kairo10.
Terdapat 3 pokok tujuan yang mendasari ditulisnya Tafsir Jauhari oleh Syaikh
Thanthawy, yaitu :
Mendorong umat islam untuk melakukan kajian dan penelitian terhadap ilmu
yang berkaitan dengan sains/alam, sehingga Islam tidak tertinggal dan dapat
kembali kepada kejayaannya dan melampaui Eropa dan bangsa lain dalam
segala bidang, baik agraris, kesehatan, pertambangan, matematika, arsitektur,
astronomi, dan yang lainnya12
Melawan dan menghentikan gerakan misionaris atau penyebaran ajaran kaum
kafir, yang salah satunya bertujuan untuk meredam dan menghancurkan
perkembangan pemikiran ilmu dan Islam, dengan meningkatkan semangat
untuk mempelajari ilmu-ilmu kontemporer, seperti matematika, astronomi,
biologi yang tentunya berpedoman pada Al qur’an dan nilai-nilai keislaman.
9
Abdul Aziz Jadu, Asy Syaikh Thanthawy Dirasatun wa Nushushun, hlm 16
10
Muhammad Ali Al Iyazi, Al Mufassirun Hayatuthum wa Manhajuhum, hlm 429
11
Thanthawy Jauhari, Al Jawahir Fi Tafsir Al Qur’anil Karim, jilid 1 hlm 3
12
Ibid
7
Menyatukan suara umat Islam yang kini mulai terpecah belah, hanya karena
perbedaan madzhab maupun pendapat, dengan mengarahkan kepada konsep-
konsep ilmiah dalam mempelajari tafsir, yang memang mendominasi ayat-ayat
di Al Qur’an dibanding ilmu Fiqih13.
13
Ismail Abdullah dan Syuyuthi Abdul Mannas, Manhaj Syaikh Thanthawy Jauhari fi Tafsirihi “Al
Jawahir fi Tafsir Al Qur’an Al Karim”, (Malaysia, Majalah Islam di Asia:2011) hlm 7-8
14
Muslim Alu Ja’far dan Muhyi Hilal As Sarhan, Manahij Al Mufassirin, hlm 260
15
Thanthawy Jauhari, Al Jawahir Fi Tafsir Al Qur’anil Karim, jilid 3 hlm 40, jilid 4 hlm 32, jilid 21 hal
204-207
16
Abdul Aziz Jadu, Asy Syaikh Thanthawy Dirasatun wa Nushushun, hlm 55
8
mengenai maksud-maksud (Maqashid) pada setiap kelompok tersebut, yang
didominasi oleh penjabaran secara ilmiah17
Menginterpretasikan semua perincian maqashidnya dengan nama Lataif atau
Jawahir. Lataif di dalam tafsir ini adalah ungkapan atau pernyataan di antara
teks yang mengandung lautan makna terdalam, sedangkan jawahir adalah
mutiara-mutiara (rincian makna atau pengetahuan) yang diperoleh dari lautan
(lataif) tersebut. Dalam uraian mengenai lataif dan jawahir ini, terkadang ia
hanya menuliskan latifah nya saja dengan penjelasan tema-tema tertentu yang
panjang lebar, tanpa menyebutkan jawharnya, namun di sisi lain terkadang ia
hanya menyebutkan jawharnya saja18
Menjabarkan lataif dan jawhar nya dengan memberikan ulasan secara panjang
lebar terhadap ayat-ayat kauniyah, serta menambahkannya dengan materi yang
berisi tentang teori-teori ilmiah, contohnya seperti penjelasannya mengenai
perkembangan kehidupan seekor katak, mulai dari telur sampai menjadi katak
dewasa19. Selain itu ia juga membahas mengenai pentingnya ilmu biologi,
kimia, pertambangan, antropologi, serta tentang sejarah munculnya pesawat
terbang, juga didalam tafsirnya memuat peta hewan dan tumbuhan di seluruh
belahan dunia, terutama di Asia20
Memberikan perhatian pada korelasi (munasabah) setiap ayatnya secara detail
Adanya penjelasan lafaz atau kosakata secara sederhana dan ringkas, yang
kemudian dikonversikan menjadi pembahasan yang penuh makna mengenai
fenomena-fenomena yang membuka alam pikiran untuk berselancar ke dalam
tabir rahasia-rahasia yang tersimpan pada setiap ayat yang belum pernah
terjamah sebelumnya
Menghitung jumlah yang ada di huruf muqatha’ah dan juga kalimat basmalah
yang terletak pada setiap surat21
Menggunakan mekanisme tanya jawab atau dialog ilmiah pada pembahasan
tafsirnya22
17
Muslim Alu Ja’far dan Muhyi Hilal As Sarhan, Manahij Al Mufassirin, hlm 262
18
Muhammad Ali Al Iyazi, Al Mufassirun Hayatuthum wa Manhajuhum, hlm 432
19
Thanthawy Jauhari, Al Jawahir Fi Tafsir Al Qur’anil Karim, jilid 1 hlm 248
20
Ibid, jilid 3 hlm 11,102,141 dan jilid 4 hlm 76 dan jilid 8 hlm 97 dan jilid 12 hlm 61
21
Muslim Alu Ja’far dan Muhyi Hilal As Sarhan, Manahij Al Mufassirin, hlm 262
22
Muhammad Ali Al Iyazi, Al Mufassirun Hayatuthum wa Manhajuhum, hlm 432
9
Mengkomparasikan ayat-ayat kauniyah dengan realita ilmiah yang terjadi di
masanya, dan terkadang memanifestasikannya dengan bentuk diagram
Mentakwilkan aspek-aspek yang tidak dapat dijangkau oleh ilmu dunia
ataupun akal, seperti kebangkitan setelah kematian dan adanya malaikat
dengan menjadikannya mungkin untuk terjadi di alam ini
Mengorientasikan tafsirnya untuk mengajak umat menuju perbaikan
keislaman serta memberantas kebodohan dan sikap taklid buta yang seringkali
menjerumuskan seorang muslim kepada kesesatan, dengan memunculkan
bahasan tanya jawab/ dialog di dalam tafsirnya23.
Adapun fokus yang dituju oleh Syaikh Thanthawy di dalam tafsirnya adalah
mengenai analisis spirit yang kritis atau pandangan dunia Al qur’an secara
komprehensif, terutama yang memiliki korelasi dengan sains ilmiah (ilmu alam) dan
ilmu kontemporer lainnya. Analisis lafadz hanya dijabarkannya secara ringkas dan
sederhana yang ia sebut dengan tafsir lafdzi.
23
Muslim Alu Ja’far dan Muhyi Hilal As Sarhan, Manahij Al Mufassirin, hlm 261-262
24
Thanthawy Jauhari, Al Jawahir Fi Tafsir Al Qur’anil Karim, jilid 2 hlm 203
10
ilmiah serta teori-teori modern yang diadopsinya dari pemikiran ulama dan ilmuwan
timur maupun barat yang tersebar di berbagai belahan dunia, dengan maksud
memahamkannya kepada semua orang bahwa apa yang diwahyukan oleh Allah di
dalam Al Qur’an pasti memiliki relevansi dengan setiap pokok ilmu yang
berkembang, khususnya sains.
Membuktikan bahwa sebagian nash ayat yang berbicara tentang fakta ilmiah
yang bersifat pasti belum pernah terkuak dan ditemukan sebelumnya
Mentakwil sebagian nash ayat untuk dikaitkannya ke dalam fenomena-
fenomena-fenomena ilmiah yang telah ditemukan pada masanya
Menampilkan temuan-temuan ilmiah yang aktual secara kebetulan atau
insidentil, yang dimaksudkan sebagai istithrad (ilmu balaghah yang mengenai
narasi yang memiliki tujuan awal, namun di pertengahannya pembahasannya
menyimpang dari tujuan awalnya, dan kemudian kembali lagi pada tujuan
semula). Contohnya seperti tafsir surat al Zalzalah, setelah menafsirkan lafadz
25
Muhammad Husain Adz Dzahabi, At Tafsir wa Al Mufassirun,(Kairo, Maktabah Wahbah,1396 H), jilid
2 hlm 373
26
Thanthawy Jauhari, Al Jawahir Fi Tafsir Al Qur’anil Karim, jilid 3 hlm 92-93 dan 219
27
Muhammad Husain Adz Dzahabi, At Tafsir wa Al Mufassirun, jilid 2 hlm 373
11
ayatnya, ia menyinggung fenomena gempa yang terjadi di Italia dan
membahas mengenai ilmu tentang cara mengeluarrkan minyak bumi dari
dalam bumi28.
Corak ilmi yang dijadikan pedoman dalam penulisan tafsir Jauhari memiliki
beragam tanggapan di kalangan ulama dan menuai pro dan kontra, terkhusus para
mufassir. Beberapa ulama yang menolak metode dengan corak ilmi yang telah
dituangkan oleh Syaikh Thantawy di dalam tafsirnya berpendapat bahwa hal tersebut
menjadikan penafsirannya melenceng dari apa yang sebenarnya dimaksudkan oleh Al
Qur’an, yang juga dikarenakan adanya dominasi takwil di dalamnya.
28
Thanthawy Jauhari, Al Jawahir Fi Tafsir Al Qur’anil Karim, jilid 25, hlm 55-257
29
Abdul Aziz Jadu, Asy Syaikh Thanthawy Dirasatun wa Nushushun, hlm 57
30
Muslim Alu Ja’far dan Muhyi Hilal As Sarhan, Manahij Al Mufassirin, hlm 261
12
4. Contoh Tafsir Ilmiah Jauhari
شيْـًٔا ِإ ٌْ ََ َزاََ ٌََ يُ ْْهِكَ ْٱن ًَسِي َح ٱبٍَْ َي ْسيَ َى َّ ٍَٱَّللَ ه َُو ْٱن ًَسِي ُح ٱ ْبٍُ َي ْسيَ َى ۚ قُ ْم َف ًٍَ َي ًْ ِهكُ ِي
َ ِٱَّلل َّ ٌَّ َّن َقدْ َك َف َس ٱ َّنرِيٍَ َقانُ ٓو ۟ا ِإ
ش ْىء َقدِيسَ ٱَّللُ َعهَ َٰى ُك ِّم
َّ شا ٓ ُء ۚ َو ِ ت َو ْٱْل َ ْز
َ ض َو َيا َب ْيَُ ُْ ًَا ۚ َي ْخهُ ُق َيا َي َّ ض َج ًِي ًعا ۗ َو ِ ََّّللِ ُي ْهكُ ٱن
ِ س َٰ ًَ َٰ َو ِ َوَ ُ َّي ۥهُ َو َيٍ ِفى ْٱْل َ ْز
31
31
QS Al Maidah:17
13
Hal ini merupakan suatu kebodohan, dan mereka temasuk orang-orang kafir,
karena tidak mungkin Allah memiliki anak dari penduduk bumi yang sangat kecil
ukurannya dan tiada artinya dibanding dengan ciptaannya yang lain di alam ini. Allah
pun mampu dengan mudah menghancurkan tuhan yang mereka yakini beserta ibunya,
karena Allah lah pemilik alam semesta beserta isinya32.
ضُ اْل َ ْز ْ ث ُ ِ ج ن َ ُ َا ِي ًَّ ا ج ُُ ْ ب ْ ك ي ُ ْخ ِسَ َّ اح د ف َ ا َ ْ ع ُ ن َ ُ َا َز ب ِ ص ب ِ َس ع َ ه َ َٰى ط َ ع َ او َو ْ َ َ ٍْ َ َو إ ِ ذ ْ ق ُ ه ْ ح ُىْ ي َ ا يُ و س َ َٰى ن
ۚ خ ي ْس َ س َْ ا َو ب َ صَ ه ِ َْ ا ۖ ق َ ا َل َ َ جسح ب ْ ِد ن ُ و ٌَ ا ن َّ ِر ي ه َُو َ َ َ ْ َ ََٰى ب ِ ا ن َّ رِ ي ه َُو ِ َ ِي ٍْ ب َ ق ْ ه ِ َْ ا َو ق ِ ث َّ ا ئ ِ َْ ا َو ف ُ و ِي َْ ا َو ع َ د
ۗ ِ َّث ع َ ه َ ي ْ ِْ ى ُ ان ر ِ ّ ن َّ ة ُ َو ان ْ ًَ سْ ك َ ُ َ ة ُ َو ب َ ا ءُ وا ب ِ غ َ ضَ ب ِي ٍَ اَّلل ْ َ ص ًس ا ف َ إ ِ ٌَّ ن َ ك ُ ىْ َي ا س َ أ َن ْ ح ُىْ ۗ َو ضُ ِس ب ْ ا هْ ب ِ ط ُ وا ِي
ص ْو ا َو ك َا َ ُ وا
َ َ ك ب ِ ًَ ا ع َ ِ ق ِ ۗ ذَٰ َ ن
ّ ت اَّللَّ ِ َو ي َ ق ْ ح ُه ُ و ٌَ ان ُ َّ ب ِ ي ّ ِ ي ٍَ ب ِ غ َ ي ِْس ان ْ َح
ِ ك ب ِ أ ََ َّ ُْ ْى ك َا َ ُ وا ي َ كْ ف ُ ُس و ٌَ ب ِ آ ي َ ا َ ِ ذَٰ َ ن
33
ٌَ ي َ ع ْ ح َ د ُو
Artinya : Dan (ingatlah), ketika kamu berkata: "Hai Musa, kami tidak bisa
sabar (tahan) dengan satu macam makanan saja. Sebab itu mohonkanlah untuk kami
kepada Tuhanmu, agar Dia mengeluarkan bagi kami dari apa yang ditumbuhkan
bumi, yaitu sayur-mayurnya, ketimunnya, bawang putihnya, kacang adasnya, dan
bawang merahnya". Musa berkata: "Maukah kamu mengambil yang rendah sebagai
pengganti yang lebih baik? Pergilah kamu ke suatu kota, pasti kamu memperoleh apa
yang kamu minta". Lalu ditimpahkanlah kepada mereka nista dan kehinaan, serta
mereka mendapat kemurkaan dari Allah. Hal itu (terjadi) karena mereka selalu
mengingkari ayat-ayat Allah dan membunuh para Nabi yang memang tidak
dibenarkan. Demikian itu (terjadi) karena mereka selalu berbuat durhaka dan
melampaui batas.
32
Thanthawy Jauhari, Al Jawahir Fi Tafsir Al Qur’anil Karim, jilid 11, hlm 227-228
33
QS Al Baqarah :61
14
badui dengan makanan manna dan salwa dengan udara bersih dan kehidupan bebas itu
lebih baik daripada kehidupan keras di kota, ditambah makanan, bumbu masak,
daging dan berbagai macam lainnya, disertai dengan kehinaan dan kekejaman para
penguasa, serta penuh dengan kecemasan dan keserakahan para tetangga yang
senantiasa mengincar hartamu dan siap merampasnya bila kamu lengah? Apakah
kamu tidak menyadarinya?”. Seperti itulah cara Syaikh Thanthawy menafsirkan ayat
tersebut dan dengan cara seperti ini pula ia mengajak umat Islam untuk memahami Al
Qur’an34.
Di dalam ayat yang berbunyi انى, Syaikh Thanthawy membahas secara panjang
lebar dengan judul “ rahasia kimiawi dalam huruf hijaiyah untuk umat Islam pada
awal surat”. Berdasarkan pendapatnya, semua bahasa yang ada di dunia diuraikan dari
huruf dasarnya, bukan pada perubahan bentuk atau sumber akar kata. Bahasa
merupakan pengantar dalam sebuah pembelajaran sebagai jalan untuk mengetahui
hakikat ilmiah, contohnya tidak mungkin mengetahui ilmu matematika kecuali
dengan mengetahui angka-angka dasar, atau ilmu arsitektur tanpa mengetahui ilmu
dasar dan pengantarnya, dan juga ilmu kimia tanpa mengetahui unsur-unsur dengan
mengurai susunannya.
34
Thanthawy Jauhari, Al Jawahir Fi Tafsir Al Qur’anil Karim, jilid 1 hlm 77-78
35
Muhammad bin Luthfi Al Sibagh, Lamhat fi Ulum Al Qur’an wa Ittijahat Al Tafsir, (Beirut ,Al Maktab
Al Islami, 1990), hlm 306
15
kembali. Kemudian tiupan angina berfungsi untuk penyerbukan/ perkawinan
tumbuh-tumbuhan. Kata نواقحyang bermakna penyerbukan merupakan salah
satu petunjuk dari pemahaman yang diberikan oleh Al Qur’an. Ilmu tentang
penyerbukan sangat penting dalam pengkajian ilmu botani, karena jumlah
daun yang terdapat pada bunga jantan dan betina merupakan hasil pembagian
proses dari ilmu ini36 .
Kitab tafsir ilmiah Jauhari yang ditulis oleh Syaikh Thanthawy dengan segala
pro kontra nya di kalangan para mufassir, pada realitanya muncul menjadi angin segar
yang memberikan ghirah tersendiri bagi umat Islam, terutama dalam membangkitkan
semangat untuk memahami Al Qur’an dari sudut pandang saintifik serta memberikan
stimulasi bagi umat Islam, khususnya pada masanya, agar dapat menguasai
perkembangan ilmu pengetahuan dan mengejar ketertinggalannya dari bangsa lain37.
36
Thanthawy Jauhari, Al Jawahir Fi Tafsir Al Qur’anil Karim, jilid 6 hlm 209, Muhammad Husain Adz
Dzahabi, At Tafsir wa Al Mufassirun, jilid 2 hlm 374
37
Dr. Abdul Madjid Abd Salam al Muhtasib, Ittijahat al Tafsir fi al Asr al Rahin,(Beirut, Darul
Bayariq,,1982) hlm 149
16
BAB III
PENUTUP
Tafsir Jauhari karya Syaikh Thanthawy menjadi buah ilmu yang yang
menghilangkan dahaga wawasan pengetahuan ilmiah yang terjadi di tengah-tengah
masyarakat pada zamannya dan juga setelahnya, karena di dalamnya mengupas segala
persoalan ilmiah yang terkandung di dalam Al Qur’an dan yang berkaitan dengan
ilmu sains. Hal ini banyak tidak dipedulikan dan terlewat oleh umat Islam, karena
menurut Syaikh Thanthawy, ulama terlalu berfokus kepada bidang fiqih saja, yang
kenyataannya jumlah ayat mengenai fiqih tidak lebih banyak daripada ayat yang
membahas mengenai alam ataupun sains.
Pendekatan ilmi (saintifik) yang dilakukan dalam tafsir Jauhari juga bertujuan
untuk memberikan dorongan semangat dan motivasi kepada umat Islam agar
perhatian terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan menguasainya, yang
nantinya dapat mengimbangi kemajuan bangsa lain dalam sains, teknologi, ataupun
wawasan keilmuan yang lain, dan kembali kepada kejayaan Islam.
17
DAFTAR PUSTAKA
Al Qur’anul Karim
Abdul Aziz Jadu, Asy Syaikh Thanthawy Dirasatun wa Nushushun, (Daarul Ma’arif)
Ismail Abdullah dan Syuyuthi Abdul Mannas, Manhaj Syaikh Thanthawy Jauhari fi
Tafsirihi “Al Jawahir fi Tafsir Al Qur’an Al Karim”, (Malaysia, Majalah Islam di
Asia:2011)
Muslim Alu Ja’far dan Muhyi Hilal As Sarhan, Manahij Al Mufassirin, (Daarul
Ma’rifah,1980 M)
Program Pascasarjana IAIN Gunung Djati, Jurnal Teks, Jurnal Studi Qur’an,
(Bandung, RQIS, 2000)
18