Anda di halaman 1dari 18

Makalah

TAFSIR JAUHARI

Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah:

MANAHIJ AL MUFASSIRIN

Dosen Pengampu:

Dr. Zailani

Oleh:

Muhammad Hasbiallah

NIM : 21990215533

PASCA SARJANA JURUSAN HUKUM KELUARGA KONSENTRASI


TAFSIR HADITS

UIN SUSKA RIAU 2020

1
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Al Qur’an yang diturunkan oleh Allah kepada Rasul Nya melalui malaikat
Jibril sejatinya agar dapat memberi arahan dan menjadi pedoman bagi setiap sendi
kehidupan manusia, mulai dari hal yang berkaitan dengan hubungan kepada Rabb nya
sampai dengan hubungan yang terjadi diantara sesamanya. Al Qur’an di dalam Islam
tidak akan bisa dilepasakan antara satu dengan yang lainnya, karena Al Qur’an adalah
elemen penting yang harus ada agar umat Islam dapat menjalankan keislamannya
dengan baik.

Ilmu Tafsir muncul menjadi suatu cabang ilmu yang memudahkan siapapun
yang memeluk Islam untuk dapat memahami Al Qur’an dan mengaplikasikannya
dalam kehidupan. Tafsir juga menjadi penjelas bagi Al Qur’an yang di dalamnya
memuat berbagai macam aspek, yaitu tentang Akidah, Fiqih, cerita umat terdahulu
dan bahkan tentang aspek yang berkaitan dengan ilmu dunia, seperti ilmu sosial, dan
sains.

Setiap mufassir yang menafsirkan Al Qur’an punya cara masing-masing dalam


menjelaskan dan menalar makna-makna ayat yang terkandung di dalamnya. Hal ini
dipengaruhi oleh dasar ilmu yang dikuasai dari setiap mufassir dan terkadang di
pengaruhi oleh kondisi sosial yang terjadi pada masanya, dengan tujuan agar Al
Qur’an tersampaikan kepada umat dengan pemahaman yang sesuai dan baik. Oleh
karena itu, estafet kehadiran mufassir pun terus berlanjut dari masa ke masa.

Salah satu mufassir yang muncul di era mu’ashir (kontemporer) adalah Syaikh
Thanthawy dengan kitab tafsirnya yang bernama Tafsir Jauhari, yang dimana
pembahasannya berfokus pada ayat-ayat yang mengandung ilmu saintifik ataupun
yang mengarah kepadanya, mulai dari biologi, kimia, astronomi, dan yang lainnya,
dan pada bagian selanjutnya akan dibahas mengenai profilnya dan metodologi
penafsirannya.

2
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka masalah yang akan dibahas
dalam makalah ini sebagai batasan dalam pembahasan bab isi adalah sebagai berikut:

1. Apa itu Tafsir Jauhari?


2. Siapa penulis Tafsir Jauhari?
3. Apa saja sebab dan faktor yang mendorong penulis untuk membuat karya
Tafsir Jauhari?
4. Bagaimana profil Tafsir Jauhari?

C. Tujuan Penulisan

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dalam penulisan makalah


ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mendapatkan gambaran tentang Tafsir Jauhari


2. Untuk mengetahui biografi penulis Tafsir Jauhari
3. Untuk mengetahui faktor yang menyebabkan penulis untuk menulis Tafsir
Jauhari
4. Untuk mengetahui secara detail profil Tafsir Jauhari

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengenalan Tafsir Jauhari dan Biografi Penulis

1. Pengenalan Tafsir Jauhari

Tafsir Jauhari termasuk dalam salah satu jenis tafsir kontemporer dan muncul
di era modern, yang memecahkan rekor tafsir terpanjang dalam sejarah yang
didalamnya memuat dan membahas tafsir secara ilmiah secara utuh yang kekinian dan
saintifik, yang sebelumnya rekor tersebut dipegang oleh tafsir yang ditulis
Muhammad Ahmad Al Iskandari, yang bernama Kasyfu Al Asrar An Nuraniyah.

Nama asli kitabnya adalah Al Jawahir Fii Tafsir Al Qur’anil Karim Al


Musytamil Ala Aja’ibi Bada’il Mukawwanat Wa Ghara’ibil Ayatil Bahirat.
Dinamakan Tafsir Jauhari karena dinisbatkan kepada nama penulisnya, yaitu Syaikh
Thanthawy bin Jauhari, dan juga karena beliau melihat Al Qur’an sebagai himpunan
ayat-ayat tentang segala keajaiban dan keindahan alam semesta, yang ia analogikan
bagaikan mutiara-mutiara (Al Jawahir) yang didalamnya mengandung isyarat ilmiah
dan penggalian segala ilmu pengetahuan sebagaimana intan yang berkilauan1.

Kitab tafsir ini memiliki 26 juz dan dibagi menjadi 13 jilid, dan telah rampung
ditulis oleh Syaikh Thanthawy pada hari Selasa, 21 Muharram 1344 H yang
bertepatan pada 11 Agustus 1925 M. Kitab ini kemudian dicetak secara berangsur
selama 13 tahun pada cetakan pertamanya, dimulai dari tahun 1922 M sampai 1935
H2.

2. Biografi Penulis

Penulis Tafsir Jauhari memiliki nama lengkap Syaikh Thanthawy bin Jauhary
Al Mishry. Selain berkecimpung di dalam ilmu tafsir, Syaikh Thanthawy juga

1
Program Pascasarjana IAIN Gunung Djati, Jurnal Teks, Jurnal Studi Qur’an(Bandung,RQIS,2000), hlm
114
2
Muslim Alu Ja’far dan Muhyi Hilal As Sarhan, Manahij Al Mufassirin, (Daarul Ma’rifah,1980 M), hlm
260

4
mendalami ilmu lainnya, seperti Adab dan Filsafat, yang menjadikan ilmu-ilmu
tersebut mempengaruhi cara berpikirnya dalam menafsirkan Al Qur’an3, ditambah
juga karena kekagumannya terhadap keindahan dan keajaiban alam semesta, baik
langit, bumi dan seisinya, yang menjadi konsep dasar pemikirannya dan motivasi
utamanya dalam melakukan pendekatan tafsir yang ditulisnya4.

Beliau dilahirkan di salah satu desa yang terletak di desa Kafr Aud Allah
Hijazi bagian timur Negara Mesir pada tahun 1287 H/ 1862 M, yang kemudian
tumbuh besar di lingkungan ilmu yang baik. Syaikh Thanthawy menuntut ilmu dari
ayahnya yang merupakan seorang petani di desanya dan pamannya yang bernama
Syaikh Muhammad Syalabi.

Syaikh Thanthawy pada masa kecilnya dikirim ayahnya ke Kuttab, yang


merupakan salah satu model pendidikan disana untuk menghafal Al Quran. Beliau
menyelasaikan hafalan Qur’an pada umur 13 tahun, dan sejak saat itu pula
kecintaannya akan ilmu mulai tumbuh di dalam hatinya.

Selain itu, Syaikh Thanthawy juga menempuh pendidikan formal di sekolah


negeri dan setelahnya mengenyam pendidikan di universitas Al Azhar Mesir pada
tahun 1877 M, atas permintaan pamannya kepada ayahnya. Beliau berfokus pada ilmu
Fiqh madzhab Imam Syafi’i, bahasa Arab dan juga beberapa cabang ilmu sehingga
menguasainya dengan baik5, tanpa terkecuali bahasa Inggris, yang dimana ilmu
tersebut merupakan ilmu yang sangat mepengaruhi perkembangan pengetahuan dan
wawasannya, karena beliau menganggap bahwa bahasa memiliki peranan yang
penting dalam sebuah studi dan merupakan alat untuk menguasai beragam bidang
ilmu6.

Di tengah perjalanan pendidikannya di Al Azhar, Syaikh Thanthawy sempat


didera penyakit yang memaksanya kembali ke kampung halamannya. Sesampainya
disana, beliau harus menerima kenyataan bahwa ayahnya juga ditimpa penyakit,
hingga ia terpaksa harus menggantikan ayahnya bertani untuk memenuhi kebutuhan
keluarganya, meskipun dirinya juga dalam keadaan sakit, sampai akhirnya ia

3
Ibid, hlm 259
4
Thanthawy Jauhari, Al Jawahir Fi Tafsir Al Qur’anil Karim,(Mesir, Mustafa Al Babi Al Halabi wa
Awladuhu, 1351 H), jilid 1 hlm 2
5
Abdul Aziz Jadu, Asy Syaikh Thanthawy Dirasatun wa Nushushun, (Daarul Ma’arif), hlm 11-13
6
Muslim Alu Ja’far dan Muhyi Hilal As Sarhan, Manahij Al Mufassirin, hlm 259

5
menemukan obat dari tumbuhan untuk kesembuhannya serta ayahnya yang
didapatinya dari buku kedokteran tradisional yang dibacanya.

Selama proses kegiatannya dalam bertani, Syaikh Thanthawy menemukan arti


keajaiban ciptaan Allah yang berupa alam dan seisinya, termasuk diantaranya
pepohonan dan tumbuhan yang salah satunya dapat menjadi sarana kesembuhannya.
Tak hanya sampai disitu, ia pun juga membaca Tafsir Jalalain untuk mendukung
tanda-tanda yang telah diberikan alam kepadanya dalam menunjukkan keberadaaan
dan keagungan Allah.

Setelah 3 tahun berada di desanya, Syaikh Thanthawy kembali ke Al Azhar


untuk melanjutkan kembali pendidikannya, sampai akhirnya ia juga belajar ilmu
Falak dari salah satu gurunya disana yang bernama Syaikh Ali Al Bulaqy, yang
menuntunnya memberikan pengetahuan tentang aktivitas yang terjadi di alam
semesta7.

Setelah selesai menempuh pendidikan, Syaikh Thanthawy mengajar di


beberapa sekolah dasar, hingga pada akhirnya beliau mengajar di Daarul Ulum dan
juga di Universitas Mesir. Disamping itu, ia pun aktif menulis beberapa artikel yang
dimunculkan di harian Al Liwa. Selama hidupnya, Syaikh Thanthawy telah
memberikan banyak manfaat di dalam perkembangan ilmu pengetahuan, yang
diantaranya dengan menulis beberapa judul buku, dan salah satunya adalah Tafsir
Jauhari8.

Meskipun ia tidak seperti ulama-ulama yang masyhur di kalangan umat,


namun ia dianugerahi kemampuan untuk merangkul dan menguasai beberapa bidang
ilmu. Disebutkan bahwa Syaikh Thanthawy adalah seorang ulama yang berjiwa
nasionalis yang ahli dalam ilmu sosial dan alam (kauniyah). Beliau mampu
menggabungkan dua disiplin ilmu dan mengkorelasikannya, yaitu antara ilmu agama
dan ilmu sains, serta menyatukan beberapa konsep yang berkaitan dengan agama
dengan pandangan sosial dan politik, demi memperjuangkan cahaya islam di muka

7
Abdul Aziz Jadu, Asy Syaikh Thanthawy Dirasatun wa Nushushun, hal 13
8
Muhammad Ali Al Iyazi, Al Mufassirun Hayatuthum wa Manhajuhum, (Teheran, Muassasah At
Thiba’ah wa An Nasyr Wizarat Al Tsaqofah Al Irsyad Al Islamy, 1212 H) hlm 429

6
bumi hingga akhir hayatnya9. Syaikh Thanthawy wafat di usia 70 tahun pada tahun
1358 H/1940 M dan dimakamkan di Kairo10.

B. Profil Tafsir Jauhari

1. Motivasi dan Tujuan Penulisan Tafsir Jauhari

Berdasarkan biografi hidupnya, Syaikh Thanthawy sangat menyukai bidang


ilmu yang berkaitan dengan alam dan segala hal yang bersifat ilmiah. Hal tersebut
menjadi dorongan bagi dirinya untuk menelurkan karya tafsir yang berfokus pada
ilmu kauniyah (alam) dan segala aspek yang berkaitan dengan keajaiban penciptaan
makhluk, karena menurut analisisnya, terdapat 750 ayat Al Qur’an yang berkaitan
dengan sains, sedangkan ayat-ayat yang menjelaskan tentang Fiqih hanya sekitar 150
ayat11. Fonemena tersebut baginya merupakan pertanda bahwa semua umat islam
wajib memberikan perhatiannya dalam menelaah dan memahami pesan-pesan ilmiah
yang ditunjukkan oleh Allah melalui firman Nya, dikarenakan secara kuantitas, ayat-
ayat Al Qur’an yang mengandung konteks ilmiah lebih banyak dibanding yang
lainnya.

Terdapat 3 pokok tujuan yang mendasari ditulisnya Tafsir Jauhari oleh Syaikh
Thanthawy, yaitu :

 Mendorong umat islam untuk melakukan kajian dan penelitian terhadap ilmu
yang berkaitan dengan sains/alam, sehingga Islam tidak tertinggal dan dapat
kembali kepada kejayaannya dan melampaui Eropa dan bangsa lain dalam
segala bidang, baik agraris, kesehatan, pertambangan, matematika, arsitektur,
astronomi, dan yang lainnya12
 Melawan dan menghentikan gerakan misionaris atau penyebaran ajaran kaum
kafir, yang salah satunya bertujuan untuk meredam dan menghancurkan
perkembangan pemikiran ilmu dan Islam, dengan meningkatkan semangat
untuk mempelajari ilmu-ilmu kontemporer, seperti matematika, astronomi,
biologi yang tentunya berpedoman pada Al qur’an dan nilai-nilai keislaman.
9
Abdul Aziz Jadu, Asy Syaikh Thanthawy Dirasatun wa Nushushun, hlm 16
10
Muhammad Ali Al Iyazi, Al Mufassirun Hayatuthum wa Manhajuhum, hlm 429
11
Thanthawy Jauhari, Al Jawahir Fi Tafsir Al Qur’anil Karim, jilid 1 hlm 3
12
Ibid

7
 Menyatukan suara umat Islam yang kini mulai terpecah belah, hanya karena
perbedaan madzhab maupun pendapat, dengan mengarahkan kepada konsep-
konsep ilmiah dalam mempelajari tafsir, yang memang mendominasi ayat-ayat
di Al Qur’an dibanding ilmu Fiqih13.

2. Manhaj Tafsir Jauhari

Manhaj Syaikh Thanthawy dalam penulisan tafsir Jauhari menggunakan


manhaj yang terbilang baru, dengan bersandar kepada konsep-konsep ilmu sains
modern dan berbagai teori-teori baru dan mengkaitkannya kepada ayat-ayat yang
memiliki korelasi dengan ilmu atau teori tersebut14.

Di beberapa pembahasan, ia menggunakan riwayat-riwayat hadits untuk


mendukung penafsirannya layaknya tafsir bi Al Ma’tsur, yang ditemukan di dalam
kitabnya yang membahas mengenai teologi, hukum, akhlak maupun aspek yang
bersifat ilmiah/saintifik15. Namun di sisi lain, dapat dikatakan juga bahwa Tafsir
Jauhari termasuk kedalam kelompok Tafsir bi Al Ra’yi, disebabkan oleh adanya
pendapat ilmiah Syaikh Thanthawy yang dituangkan ke dalam tafsirnya, serta
pengaruh beberapa kitab tafsir bi Al Ra’yi seperti Mafatih Al Ghaib karya Fakhrur
Razi dan Anwar At Tanzil wa Asrar At Ta’wil karya Al Baydhawi terhadap Syaikh
Thantawy dalam penulisan tafsirnya16. Disamping itu, di beberapa poin tafsirnya, ia
merelevansikannya dengan pandangannya terhadap realita sosio-kultural yang terjadi
di masyarakat.

Secara terperinci, terdapat beberapa gambaran yang menunjukkan manhaj


Syaikh Thanthawy dalam menulis tafsirnya :

 Syaikh Thanthawy dalam tafsirnya menjelaskan setiap surat berdasarkan


Makkiyah dan Madaniyah-nya, serta membaginya ke beberapa kelompok
pembahasan di setiap suratnya, yang kemudian diberikan penjelasan

13
Ismail Abdullah dan Syuyuthi Abdul Mannas, Manhaj Syaikh Thanthawy Jauhari fi Tafsirihi “Al
Jawahir fi Tafsir Al Qur’an Al Karim”, (Malaysia, Majalah Islam di Asia:2011) hlm 7-8
14
Muslim Alu Ja’far dan Muhyi Hilal As Sarhan, Manahij Al Mufassirin, hlm 260
15
Thanthawy Jauhari, Al Jawahir Fi Tafsir Al Qur’anil Karim, jilid 3 hlm 40, jilid 4 hlm 32, jilid 21 hal
204-207
16
Abdul Aziz Jadu, Asy Syaikh Thanthawy Dirasatun wa Nushushun, hlm 55

8
mengenai maksud-maksud (Maqashid) pada setiap kelompok tersebut, yang
didominasi oleh penjabaran secara ilmiah17
 Menginterpretasikan semua perincian maqashidnya dengan nama Lataif atau
Jawahir. Lataif di dalam tafsir ini adalah ungkapan atau pernyataan di antara
teks yang mengandung lautan makna terdalam, sedangkan jawahir adalah
mutiara-mutiara (rincian makna atau pengetahuan) yang diperoleh dari lautan
(lataif) tersebut. Dalam uraian mengenai lataif dan jawahir ini, terkadang ia
hanya menuliskan latifah nya saja dengan penjelasan tema-tema tertentu yang
panjang lebar, tanpa menyebutkan jawharnya, namun di sisi lain terkadang ia
hanya menyebutkan jawharnya saja18
 Menjabarkan lataif dan jawhar nya dengan memberikan ulasan secara panjang
lebar terhadap ayat-ayat kauniyah, serta menambahkannya dengan materi yang
berisi tentang teori-teori ilmiah, contohnya seperti penjelasannya mengenai
perkembangan kehidupan seekor katak, mulai dari telur sampai menjadi katak
dewasa19. Selain itu ia juga membahas mengenai pentingnya ilmu biologi,
kimia, pertambangan, antropologi, serta tentang sejarah munculnya pesawat
terbang, juga didalam tafsirnya memuat peta hewan dan tumbuhan di seluruh
belahan dunia, terutama di Asia20
 Memberikan perhatian pada korelasi (munasabah) setiap ayatnya secara detail
 Adanya penjelasan lafaz atau kosakata secara sederhana dan ringkas, yang
kemudian dikonversikan menjadi pembahasan yang penuh makna mengenai
fenomena-fenomena yang membuka alam pikiran untuk berselancar ke dalam
tabir rahasia-rahasia yang tersimpan pada setiap ayat yang belum pernah
terjamah sebelumnya
 Menghitung jumlah yang ada di huruf muqatha’ah dan juga kalimat basmalah
yang terletak pada setiap surat21
 Menggunakan mekanisme tanya jawab atau dialog ilmiah pada pembahasan
tafsirnya22

17
Muslim Alu Ja’far dan Muhyi Hilal As Sarhan, Manahij Al Mufassirin, hlm 262
18
Muhammad Ali Al Iyazi, Al Mufassirun Hayatuthum wa Manhajuhum, hlm 432
19
Thanthawy Jauhari, Al Jawahir Fi Tafsir Al Qur’anil Karim, jilid 1 hlm 248
20
Ibid, jilid 3 hlm 11,102,141 dan jilid 4 hlm 76 dan jilid 8 hlm 97 dan jilid 12 hlm 61
21
Muslim Alu Ja’far dan Muhyi Hilal As Sarhan, Manahij Al Mufassirin, hlm 262
22
Muhammad Ali Al Iyazi, Al Mufassirun Hayatuthum wa Manhajuhum, hlm 432

9
 Mengkomparasikan ayat-ayat kauniyah dengan realita ilmiah yang terjadi di
masanya, dan terkadang memanifestasikannya dengan bentuk diagram
 Mentakwilkan aspek-aspek yang tidak dapat dijangkau oleh ilmu dunia
ataupun akal, seperti kebangkitan setelah kematian dan adanya malaikat
dengan menjadikannya mungkin untuk terjadi di alam ini
 Mengorientasikan tafsirnya untuk mengajak umat menuju perbaikan
keislaman serta memberantas kebodohan dan sikap taklid buta yang seringkali
menjerumuskan seorang muslim kepada kesesatan, dengan memunculkan
bahasan tanya jawab/ dialog di dalam tafsirnya23.

3. Metode dan Corak Tafsir Jauhari

Syaikh Thanthawy di dalam menulis kitab tafsirnya menggunakan metode


tahlili dengan laun atau corak yang bernuansa ilmiah, atau disebut dengan tafsir ilmi.
Jenis tafsir yang ditulisnya menjadi anomali untuk tafsir-tafsir yang muncul pada
masanya, karena pada saat itu yang banyak ditemukan adalah jenis tafsir yang
berfokus pada aspek kebahasaan (penjelasan kosakata, struktur bahasa, dan
gramatikanya), sehingga hanya berputar pada analisa lafadznya saja. Hal tersebut
dikritik oleh Syaikh Thanthawy karena menurutnya tafsir yang berkutat pada analisa
lafadznya saja hanya akan melahirkan pribadi-pribadi penghafal daripada pemikir,
yang cenderung akan mematikan perkembangan kualitas keilmuan seseorang dan
kemampuannya untuk menganalisa segala sesuatu dengan lebih luas dan
komprehensif24.

Adapun fokus yang dituju oleh Syaikh Thanthawy di dalam tafsirnya adalah
mengenai analisis spirit yang kritis atau pandangan dunia Al qur’an secara
komprehensif, terutama yang memiliki korelasi dengan sains ilmiah (ilmu alam) dan
ilmu kontemporer lainnya. Analisis lafadz hanya dijabarkannya secara ringkas dan
sederhana yang ia sebut dengan tafsir lafdzi.

Di dalam nash-nash yang menurutnya menggambarkan tentang sains,


dielaborasikannya secara panjang dan mendetail dengan memasukkan pembahasan

23
Muslim Alu Ja’far dan Muhyi Hilal As Sarhan, Manahij Al Mufassirin, hlm 261-262
24
Thanthawy Jauhari, Al Jawahir Fi Tafsir Al Qur’anil Karim, jilid 2 hlm 203

10
ilmiah serta teori-teori modern yang diadopsinya dari pemikiran ulama dan ilmuwan
timur maupun barat yang tersebar di berbagai belahan dunia, dengan maksud
memahamkannya kepada semua orang bahwa apa yang diwahyukan oleh Allah di
dalam Al Qur’an pasti memiliki relevansi dengan setiap pokok ilmu yang
berkembang, khususnya sains.

Demikian juga di dalam tafsirnya, ia meletakkan gambar-gambar hewan dan


tumbuhan, diskusi-diskusi umum, juga hasil eksperimen dan penemuan ilmiah agar
yang mempelajari tafsirnya mendapatkan kesan yang mendalam dan sentuhan
pengetahuan yang jelas dan terefleksikan, yang dimana hal tersebut belum pernah
terjadi pada mufassir-mufassir sebelumnya25.

Mengenai pembahasan yang mengandung cerita-cerita Israiliyat, ia


mengelompokkannya di dalam sub pembahasan khusus hikayat, contohnya seperti
kisah tentang Iskandar dan pertemuan orang buta dengan Nabi Ilyas26. Ia pun
terkadang mengambil sumber dari kitab Injil, terutama Injil Barnabas yang ia klaim
sebagai satu-satunya Injil yang murni, dan belum terjadi pergantian ataupun
penghapusan di dalam teksnya27.

Selain itu, untuk merefleksikan metode analisis spiritnya yang berorientasi


ilmiah, setidaknya terdapat 3 cara yang dirumuskannya di dalam tafsirnya yang
dimana mengarah kepada metode tersebut:

 Membuktikan bahwa sebagian nash ayat yang berbicara tentang fakta ilmiah
yang bersifat pasti belum pernah terkuak dan ditemukan sebelumnya
 Mentakwil sebagian nash ayat untuk dikaitkannya ke dalam fenomena-
fenomena-fenomena ilmiah yang telah ditemukan pada masanya
 Menampilkan temuan-temuan ilmiah yang aktual secara kebetulan atau
insidentil, yang dimaksudkan sebagai istithrad (ilmu balaghah yang mengenai
narasi yang memiliki tujuan awal, namun di pertengahannya pembahasannya
menyimpang dari tujuan awalnya, dan kemudian kembali lagi pada tujuan
semula). Contohnya seperti tafsir surat al Zalzalah, setelah menafsirkan lafadz

25
Muhammad Husain Adz Dzahabi, At Tafsir wa Al Mufassirun,(Kairo, Maktabah Wahbah,1396 H), jilid
2 hlm 373
26
Thanthawy Jauhari, Al Jawahir Fi Tafsir Al Qur’anil Karim, jilid 3 hlm 92-93 dan 219
27
Muhammad Husain Adz Dzahabi, At Tafsir wa Al Mufassirun, jilid 2 hlm 373

11
ayatnya, ia menyinggung fenomena gempa yang terjadi di Italia dan
membahas mengenai ilmu tentang cara mengeluarrkan minyak bumi dari
dalam bumi28.

Corak ilmi yang dijadikan pedoman dalam penulisan tafsir Jauhari memiliki
beragam tanggapan di kalangan ulama dan menuai pro dan kontra, terkhusus para
mufassir. Beberapa ulama yang menolak metode dengan corak ilmi yang telah
dituangkan oleh Syaikh Thantawy di dalam tafsirnya berpendapat bahwa hal tersebut
menjadikan penafsirannya melenceng dari apa yang sebenarnya dimaksudkan oleh Al
Qur’an, yang juga dikarenakan adanya dominasi takwil di dalamnya.

Mengenai klarifikasinya atas perdebatan tersebut, Syaikh Thanthawy di dalam


tafsirnya juga telah menjelaskan bahwa umat Islam beserta ulamanya pada saat ini
lebih cenderung menghabiskan kajian ilmunya untuk membahas ilmu fiqih yang ada
di dalam ayat-ayat Al Qur’an dengan segala perbedaan pendapat para fuqohanya,
tanpa sekalipun peduli akan kajian keilmiahan, yang pada hakikatnya secara jumlah,
ayat ilmiah lebih banyak dibanding ayat mengenai fiqih, dan sudah semestinya juga
wajib mendapatkan perhatian dari para ulama29.

Selain karena hilangnya perhatian ulama untuk mengkaji Al Quran secara


ilmiah, terdapat beberapa faktor yang mendorong Syaikh Thanthawy untuk menulis
tafsir dengan corak ilmi, diantaranya :
 Kecenderungan serta ketertarikan Syaikh Thanthawy akan ilmu sains dan
semacamnya
 Ilmu tersebut menjadi senjata yang kuat untuk mempertahankan umat Islam
dari serangan kaum kafir yang pada saat ini lebih menerapkan upaya ghozwul
fikri (perang pemikiran)
 Menjadi sarana untuk mengejar ketertinggalan kemajuan ilmu modern, yang
dimana hal itu sangat diperlukan oleh umat Islam
 Mempererat hubungan antara Al Qur’an dan ilmu sains modern30.

28
Thanthawy Jauhari, Al Jawahir Fi Tafsir Al Qur’anil Karim, jilid 25, hlm 55-257
29
Abdul Aziz Jadu, Asy Syaikh Thanthawy Dirasatun wa Nushushun, hlm 57
30
Muslim Alu Ja’far dan Muhyi Hilal As Sarhan, Manahij Al Mufassirin, hlm 261

12
4. Contoh Tafsir Ilmiah Jauhari

Sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa tafsir Jauhari


merupakan sebuah tafsir saintifik yang yang membahas mengenai ayat-ayat ilmiah
yang terdapat di dalam Al Qur’an. Adapun mengenai contoh-contoh penafsiran
ilmiahnya adalah sebagai berikut :

 Tafsir surat Al Maidah ayat 17 :

‫شيْـًٔا ِإ ٌْ ََ َزاََ ٌََ يُ ْْهِكَ ْٱن ًَسِي َح ٱبٍَْ َي ْسيَ َى‬ َّ ٍَ‫ٱَّللَ ه َُو ْٱن ًَسِي ُح ٱ ْبٍُ َي ْسيَ َى ۚ قُ ْم َف ًٍَ َي ًْ ِهكُ ِي‬
َ ِ‫ٱَّلل‬ َّ ٌَّ ‫َّن َقدْ َك َف َس ٱ َّنرِيٍَ َقانُ ٓو ۟ا ِإ‬
‫ش ْىء َقدِيس‬َ ‫ٱَّللُ َعهَ َٰى ُك ِّم‬
َّ ‫شا ٓ ُء ۚ َو‬ ِ ‫ت َو ْٱْل َ ْز‬
َ ‫ض َو َيا َب ْيَُ ُْ ًَا ۚ َي ْخهُ ُق َيا َي‬ َّ ‫ض َج ًِي ًعا ۗ َو ِ ََّّللِ ُي ْهكُ ٱن‬
ِ ‫س َٰ ًَ َٰ َو‬ ِ ‫َوَ ُ َّي ۥهُ َو َيٍ ِفى ْٱْل َ ْز‬
31

Artinya : Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata:


"Sesungguhnya Allah itu ialah Al Masih putera Maryam". Katakanlah: "Maka
siapakah (gerangan) yang dapat menghalang-halangi kehendak Allah, jika Dia hendak
membinasakan Al Masih putera Maryam itu beserta ibunya dan seluruh orang-orang
yang berada di bumi kesemuanya?". Kepunyaan Allahlah kerajaan langit dan bumi
dan apa yang ada diantara keduanya; Dia menciptakan apa yang dikehendaki-Nya.
Dan Allah Maha kuasa atas segala sesuatu.

Mengenai ayat ini, Syaikh Thanthawy di dalam tafsirnya menyandarkan


penjelasannya kepada ilmu astronomi yang menunjukkan bahwa bumi yang dipijak
oleh manusia ini hanyalah bagian kecil dari ratusan juta planet yang tersebar di sekian
banyak galaksi di alam semesta, dan dapat dikatakan bahwa planet bumi ini tidak ada
apa-apanya dan tiada artinya dibanding itu semua, bahkan matahari sekalipun.
Berdasarkan hal tersebut, umat manusia yang merupakan penduduk bumi pun juga
sangat kecil, namun terkadang mereka tidak menyadarinya dan tidak peduli mengenai
hakikat tersebut yang bahkan al Qur’an pun sudah mengisyaratkannya. Ditambah lagi,
sebagian dari mereka malah bertuhan kepada selain Allah yang menciptakan alam
semesta ini, contohnya seperti apa yang diimani oleh kaum nasrani yang menganggap
bahwa terdapat tuhan anak dan tuhan ibu (Nabi Isa dan Maryam) dari manusia.

31
QS Al Maidah:17

13
Hal ini merupakan suatu kebodohan, dan mereka temasuk orang-orang kafir,
karena tidak mungkin Allah memiliki anak dari penduduk bumi yang sangat kecil
ukurannya dan tiada artinya dibanding dengan ciptaannya yang lain di alam ini. Allah
pun mampu dengan mudah menghancurkan tuhan yang mereka yakini beserta ibunya,
karena Allah lah pemilik alam semesta beserta isinya32.

 Tafsir Surat Al Baqarah ayat 61

‫ض‬ُ ‫اْل َ ْز‬ ْ ‫ث‬ ُ ِ ‫ج ن َ ُ َا ِي ًَّ ا ج ُُ ْ ب‬ ْ ‫ك ي ُ ْخ ِس‬َ َّ ‫اح د ف َ ا َ ْ ع ُ ن َ ُ َا َز ب‬ ِ ‫ص ب ِ َس ع َ ه َ َٰى ط َ ع َ او َو‬ ْ َ َ ٍْ َ ‫َو إ ِ ذ ْ ق ُ ه ْ ح ُىْ ي َ ا يُ و س َ َٰى ن‬
ۚ ‫خ ي ْس‬ َ ‫س َْ ا َو ب َ صَ ه ِ َْ ا ۖ ق َ ا َل َ َ جسح ب ْ ِد ن ُ و ٌَ ا ن َّ ِر ي ه َُو َ َ َ ْ َ ََٰى ب ِ ا ن َّ رِ ي ه َُو‬ ِ َ ‫ِي ٍْ ب َ ق ْ ه ِ َْ ا َو ق ِ ث َّ ا ئ ِ َْ ا َو ف ُ و ِي َْ ا َو ع َ د‬
ۗ ِ َّ‫ث ع َ ه َ ي ْ ِْ ى ُ ان ر ِ ّ ن َّ ة ُ َو ان ْ ًَ سْ ك َ ُ َ ة ُ َو ب َ ا ءُ وا ب ِ غ َ ضَ ب ِي ٍَ اَّلل‬ ْ َ ‫ص ًس ا ف َ إ ِ ٌَّ ن َ ك ُ ىْ َي ا س َ أ َن ْ ح ُىْ ۗ َو ضُ ِس ب‬ ْ ‫ا هْ ب ِ ط ُ وا ِي‬
‫ص ْو ا َو ك َا َ ُ وا‬
َ َ ‫ك ب ِ ًَ ا ع‬ َ ِ ‫ق ِ ۗ ذَٰ َ ن‬
ّ ‫ت اَّللَّ ِ َو ي َ ق ْ ح ُه ُ و ٌَ ان ُ َّ ب ِ ي ّ ِ ي ٍَ ب ِ غ َ ي ِْس ان ْ َح‬
ِ ‫ك ب ِ أ ََ َّ ُْ ْى ك َا َ ُ وا ي َ كْ ف ُ ُس و ٌَ ب ِ آ ي َ ا‬ َ ِ ‫ذَٰ َ ن‬
33
ٌَ ‫ي َ ع ْ ح َ د ُو‬

Artinya : Dan (ingatlah), ketika kamu berkata: "Hai Musa, kami tidak bisa
sabar (tahan) dengan satu macam makanan saja. Sebab itu mohonkanlah untuk kami
kepada Tuhanmu, agar Dia mengeluarkan bagi kami dari apa yang ditumbuhkan
bumi, yaitu sayur-mayurnya, ketimunnya, bawang putihnya, kacang adasnya, dan
bawang merahnya". Musa berkata: "Maukah kamu mengambil yang rendah sebagai
pengganti yang lebih baik? Pergilah kamu ke suatu kota, pasti kamu memperoleh apa
yang kamu minta". Lalu ditimpahkanlah kepada mereka nista dan kehinaan, serta
mereka mendapat kemurkaan dari Allah. Hal itu (terjadi) karena mereka selalu
mengingkari ayat-ayat Allah dan membunuh para Nabi yang memang tidak
dibenarkan. Demikian itu (terjadi) karena mereka selalu berbuat durhaka dan
melampaui batas.

Di bawah anak judul “petunjuk-petunjuk medis dalam ayat ini”, Syaikh


Thanthawy menjelaskan mengenai beberapa macam teori kedokteran modern dan
beberapa metode pengobatan baru yang dipakai oleh para dokter di Eropa. Kemudian
setelahnya ia mengatakan : “ bukankah metode-metode ini yang di maksud dalam Al
َ ‫ َ َجسح ب ْ ِد ن ُ و ٌَ ا ن َّ ِر ي ه ُ َو َ َ َ ْ َ ََٰى ب ِ ا ن َّ ِر ي ه َُو‬menujukkan
Qur’an? Bukankah firman Allah ‫خ ي ْس‬
hal itu? Sebab dalam ayat tersebut seakan-akan Allah menyatakan bahwa kehidupan

32
Thanthawy Jauhari, Al Jawahir Fi Tafsir Al Qur’anil Karim, jilid 11, hlm 227-228
33
QS Al Baqarah :61

14
badui dengan makanan manna dan salwa dengan udara bersih dan kehidupan bebas itu
lebih baik daripada kehidupan keras di kota, ditambah makanan, bumbu masak,
daging dan berbagai macam lainnya, disertai dengan kehinaan dan kekejaman para
penguasa, serta penuh dengan kecemasan dan keserakahan para tetangga yang
senantiasa mengincar hartamu dan siap merampasnya bila kamu lengah? Apakah
kamu tidak menyadarinya?”. Seperti itulah cara Syaikh Thanthawy menafsirkan ayat
tersebut dan dengan cara seperti ini pula ia mengajak umat Islam untuk memahami Al
Qur’an34.

 Surat Ali Imran ayat 1

Di dalam ayat yang berbunyi ‫ انى‬, Syaikh Thanthawy membahas secara panjang
lebar dengan judul “ rahasia kimiawi dalam huruf hijaiyah untuk umat Islam pada
awal surat”. Berdasarkan pendapatnya, semua bahasa yang ada di dunia diuraikan dari
huruf dasarnya, bukan pada perubahan bentuk atau sumber akar kata. Bahasa
merupakan pengantar dalam sebuah pembelajaran sebagai jalan untuk mengetahui
hakikat ilmiah, contohnya tidak mungkin mengetahui ilmu matematika kecuali
dengan mengetahui angka-angka dasar, atau ilmu arsitektur tanpa mengetahui ilmu
dasar dan pengantarnya, dan juga ilmu kimia tanpa mengetahui unsur-unsur dengan
mengurai susunannya.

Syaikh Thanthawy juga menggunakan cara perhitungan kalimat, yaitu dengan


mengumpulkan sejumlah huruf dan terkadang kumpulan huruf-huruf tersebut sesuai
dengan tanggal tertentu. Hal ini banyak ia gunakan untuk menyebut tanggal lahir dan
meninggalnya seseorang35.

 Proses turunnya hujan dalam QS An Nur ;43, menurut Syaikh Thanthawy


diawali dengan Allah menggerakkan awan hingga terbentuk gumpalan tebal
disebabkan dorongan angin, sebagaimana yang disebutkan di QS AL Furqon:
48 dan QS Al Hijr : 22, yang dimana kedua ayat ini merupakan keajaiban dan
rumus bagi ilmu pengetahuan. Bukti kekuasaan Allah dengan mengirim
angina dan menurunkan hujan agar bumi yang gersang menjadi hidup

34
Thanthawy Jauhari, Al Jawahir Fi Tafsir Al Qur’anil Karim, jilid 1 hlm 77-78
35
Muhammad bin Luthfi Al Sibagh, Lamhat fi Ulum Al Qur’an wa Ittijahat Al Tafsir, (Beirut ,Al Maktab
Al Islami, 1990), hlm 306

15
kembali. Kemudian tiupan angina berfungsi untuk penyerbukan/ perkawinan
tumbuh-tumbuhan. Kata ‫ نواقح‬yang bermakna penyerbukan merupakan salah
satu petunjuk dari pemahaman yang diberikan oleh Al Qur’an. Ilmu tentang
penyerbukan sangat penting dalam pengkajian ilmu botani, karena jumlah
daun yang terdapat pada bunga jantan dan betina merupakan hasil pembagian
proses dari ilmu ini36 .

Kitab tafsir ilmiah Jauhari yang ditulis oleh Syaikh Thanthawy dengan segala
pro kontra nya di kalangan para mufassir, pada realitanya muncul menjadi angin segar
yang memberikan ghirah tersendiri bagi umat Islam, terutama dalam membangkitkan
semangat untuk memahami Al Qur’an dari sudut pandang saintifik serta memberikan
stimulasi bagi umat Islam, khususnya pada masanya, agar dapat menguasai
perkembangan ilmu pengetahuan dan mengejar ketertinggalannya dari bangsa lain37.

36
Thanthawy Jauhari, Al Jawahir Fi Tafsir Al Qur’anil Karim, jilid 6 hlm 209, Muhammad Husain Adz
Dzahabi, At Tafsir wa Al Mufassirun, jilid 2 hlm 374
37
Dr. Abdul Madjid Abd Salam al Muhtasib, Ittijahat al Tafsir fi al Asr al Rahin,(Beirut, Darul
Bayariq,,1982) hlm 149

16
BAB III

PENUTUP

Tafsir Jauhari karya Syaikh Thanthawy menjadi buah ilmu yang yang
menghilangkan dahaga wawasan pengetahuan ilmiah yang terjadi di tengah-tengah
masyarakat pada zamannya dan juga setelahnya, karena di dalamnya mengupas segala
persoalan ilmiah yang terkandung di dalam Al Qur’an dan yang berkaitan dengan
ilmu sains. Hal ini banyak tidak dipedulikan dan terlewat oleh umat Islam, karena
menurut Syaikh Thanthawy, ulama terlalu berfokus kepada bidang fiqih saja, yang
kenyataannya jumlah ayat mengenai fiqih tidak lebih banyak daripada ayat yang
membahas mengenai alam ataupun sains.

Cara pandang tafsir yang dilakukan oleh Syaikh Thanthawy semata-mata


untuk menunjukkan bahwa Al Qur’an itu pedoman yang menyeluruh dan mengatur
semua apa yang ada di alam semesta, serta menerapkan konsep bahwa ilmu sains
yang sudah ditemukan di zaman ini selalu memiliki keselarasan dengan apa yang ada
di dalam nash Al Qur’an.

Pendekatan ilmi (saintifik) yang dilakukan dalam tafsir Jauhari juga bertujuan
untuk memberikan dorongan semangat dan motivasi kepada umat Islam agar
perhatian terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan menguasainya, yang
nantinya dapat mengimbangi kemajuan bangsa lain dalam sains, teknologi, ataupun
wawasan keilmuan yang lain, dan kembali kepada kejayaan Islam.

17
DAFTAR PUSTAKA

Al Qur’anul Karim

Abdul Aziz Jadu, Asy Syaikh Thanthawy Dirasatun wa Nushushun, (Daarul Ma’arif)

Dr. Abdul Madjid Abd Salam al Muhtasib, Ittijahat al Tafsir fi al Asr al


Rahin,(Beirut, Darul Bayariq,1982)

Ismail Abdullah dan Syuyuthi Abdul Mannas, Manhaj Syaikh Thanthawy Jauhari fi
Tafsirihi “Al Jawahir fi Tafsir Al Qur’an Al Karim”, (Malaysia, Majalah Islam di
Asia:2011)

Muhammad Ali Al Iyazi, Al Mufassirun Hayatuthum wa Manhajuhum, (Teheran,


Muassasah At Thiba’ah wa An Nasyr Wizarat Al Tsaqofah Al Irsyad Al Islamy, 1212
H)

Muhammad bin Luthfi Al Sibagh, Lamhat fi Ulum Al Qur’an wa Ittijahat Al Tafsir,


(Beirut ,Al Maktab Al Islami, 1990)

Muhammad Husain Adz Dzahabi, At Tafsir wa Al Mufassirun,(Kairo, Maktabah


Wahbah,1396 H)

Muslim Alu Ja’far dan Muhyi Hilal As Sarhan, Manahij Al Mufassirin, (Daarul
Ma’rifah,1980 M)

Program Pascasarjana IAIN Gunung Djati, Jurnal Teks, Jurnal Studi Qur’an,
(Bandung, RQIS, 2000)

Thanthawy Jauhari, Al Jawahir Fi Tafsir Al Qur’anil Karim,(Mesir, Mustafa Al Babi


Al Halabi wa Awladuhu, 1351 H)

18

Anda mungkin juga menyukai