Anda di halaman 1dari 12

MENGENAL KITAB TAFSIR AL-JAWAHIR FI TAFSIR AL-

QURAN AL-KARIM KARYA TANTAWI JAUHARI

MAKALAH
Disusun guna memenuhi Tugas Mata Kuliah
Kajian Kitab Tafsir Peretengahan
Dosen Pengampu A.M.Ismatulloh, S.Th.I, M.SI

Oleh:
Aang Faozi 1917501076
Dewi Haryani 1917501053
Ika Nurhayati 1917501079

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR


FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN HUMANIORA
UIN PROF. K.H. SAIFUDDIN ZUHRI
PURWOKERTO
2021
MENGENAL KITAB TAFSIR AL-JAWAHIR FI TAFSIR AL-QUR’AN AL-
KARIM KARYA TANTAWI JAUHARI

A. PENDAHULUAN
Kemajuan ilmu pengetahuan yang sangat berkembang pesat, juga
berpengaruh kuat pada perkembangan tafsir al-Qur’an. Pada awalnya
penafsiran al-Qur’an cenderung hanya menggunakan riwayat, kemudian
disusul penafsiran dengan menggunakan ijtihad. Para penafsir di masa
kejayaan ilmu keislaman biasanya lebih menekankan pada penafsiran dengan
menggunakan pendekatan kebahasaan dari aspek balaghah, nahwu atau kaidah
bahasa Arab, dan pendekatan fiqih atau falsafi.
Pada era pertengahan, banyak sekali kitab-kitab tafsir yang bermunculan
dengan keinginan untuk menjaga eksistensi al-Qur’an sebagai pedoman
kehidupan, dengan cara menunjukkan sisi keistimewaannya. Salah satu
keitimewaan al-Qur’an adalah banyaknya kandungan ayat yang berisi tentang
pengetahuan ilmiah. Salah satu tafsir yang isinya didominasi dengan
kandungan-kandungan serta teori-teori ilimiah adalah tafsir al-Jawahir fi
Tafsir al-Qur’an al-Karim karya Syaikh Thanthawi Jauhari. Meskipun terjadi
perdebatan mengenai keberadaan penafsiran bercorak ilmiah, kehadiran jenis
tafsir ini secara umum masih dapat diterima oleh masyarakat. Dalam makalah
ini, kita akan membahas tentang kitab tafsir tersebut, baik biografi mufassir,
motivasi penafsiran, metode, sumber serta corak tafsir tesebut, dan berbagai
hal lain yang berkaitan dengan kitab tafsir tersebut.
Dari pemaparan diatas, pemakalah dapat merumuskan permasalahan
sebagai berikut:
1. Bagaimana biografi Syaikh Thanthawi Jauhari?
2. Bagaimana aliran kalam dan fikih yang melekat pada Syaikh Thanthawi
Jauhari?
3. Bagaimana metode penulisan kitab Tafsir al-Jawahir fi Tafsir al-Qur’an
al-Karim?
4. Bagaimana corak penafsiran kitab Tafsir al-Jawahir fi Tafsir al-Qur’an al-
Karim?

1
5. Bagaimana karakteristik dan sistematika penulisan kitab Tafsir al-Jawahir
fi Tafsir al-Qur’an al-Karim?
B. PEMBAHASAN
1. Biografi Tantawi Jauhari
Syaikh Tantawi Jauhari memiliki nama lengkap Tantawi bin Tantawi
al-Misri al-Syafi’i.1 Beliau dilahirkan pada tahun 1287 H/1862 M di desa
’Iwadhillah Hijazi bagian timur Mesir.2 Keluarga Tantawi merupakan
keluarga sederhana, sebab ayahnya adalah seorang petani. Meskipun
demikian, keluarganya tersebut memiliki latar belakang agama yang kuat.
Alhasil Tantawi kecil tumbuh menjadi anak yang sangat mencintai agama.3
Beliau adalah seorang cendekiawan Mesir, bahkan sebagian ada yang
memanggilnya sebagai seorang filosof, masa kecil, ia berguru di Al Ghar,
dan diselingi membantu orang tuanya sebagai petani, kemudian ia
melanjutkan pendidikannya ke Al-Azhar. Setelah selesai menyelesaikan
studi di al-Azhar, Thanthowi pindah ke Darul Ulum dan menyelesaikan
pendidikannya pada tahun 1311 H/1893 M. Thanthowi terinspirasi dari cara
Muhammad Abduh dalam memberikan pengajaran di Al-Azhar, terutama
dalam mata kuliah Tafsir, oleh sebab itu itu ia tertarik dengan ilmu fisika,
menurutnyaa, ilmu fisika merupakan suatu studi untuk menyelesaikan
kesalahpahaman orang yang menuduh bahwa Islam menentang ilmu dan
teknologi modern. Inilah yang mendorongnya untuk menyusun
pembahasan-pembahasan yang dapat menjad jalan tengah antara pemikiran
Islam dengan studi ilmu fisika.4
Setelah menyelesaikan seluruh studinya, ia diangkat menjadi dosen
pengajar di al-Jami’at al- Musriyat 1912 pada matakuliah falsafat Islam.
Selanjutnya ia juga membangun lembaga pendidikan bahasa asing, agar

1 Hassan Abbas. Al-Mufassirun Madarisuhum wa Manahijuhum. (Beirut: Dar al-Nafais,

2007). Hal. 301.


2
Abdul Aziz.. Syeikh Tantawi Jauhari: Dirasatu wa Nusus. (Qaherah: Dar Ma’arif. 1980).
Hal. 11.
3 Ibid,. Abdul Aziz. Hal. 12.
4
Departemen Agama RI, Ensiklopedi Islam di Indonesia. (Jakarta: Direktorat Jendral
Pembinaan Kelembagaan Agama Islam. 1992/1993). Hal. 1187.

2
para pemuda Islam mampu memahami bahasa asing dan menggali
pemikirannya, disela waktu luang, ia mengikuti perkembangan ilmu
pengetahuan yang dimuat dalam surat-surat kabar dan majalah. Beliau
memotifasi pemuda Mesir agar mencari ilmu dimulai dari jenjang sekolah
dasar hingga perguruan tinggi. Thanthowi Jauhari adalah seorang penulis,
ia menghabiskan umurnya untuk mengarang dan menerjemahkan buku.5
Tantawi Jauhari meninggal dunia pada tahun 1358 H di Kaherah.6
Hassan Abbas menggatakan bahawa Tantawi Jauhari meniggal dunia di
Kaherah pada tahun 1940M.7
2. Aliran kalam dan fikih yang melekat pada Syaikh Thanthawi Jauhari
Terdapat konflik psikologi yang dirasakan oleh beliau tentang
keberadaan Tuhan. Beliau menjelaskan kegelisahannya dengan panjang
lebar sebelum menulis tafsirnya. Beliau mengatakan bahawa ketika sedang
belajar di al-Azhar, terjadi penjajahan yang dilakukan oleh Negara Inggris
di Negara Mesir, sehingga studinya terputus selama tiga tahun. Kemudian,
beliau pulang ke kampung dan menjadi petani disana. Tidak lama kemudian,
beliau dan ayahnya menderita sakit keras. Setelah kejadian tersebut, beliau
berfikir
“Adakah Tuhan di alam ini? Apakah para Nabi membicarakan-Nya?
Sesungguhnya aku tidak akan membenarkannya kecuali aku
mengetahui dengan diriku sendiri dan tidak akan bergantung kepada
sesiapa pun”.
Beliau merasakan kekecewaan terhadap penjelasan para ulama
tentang hal ini. Beliau terus menerus memikirkan kejadian dan keajaiban
alam dan belum juga menemukan jawapan yang menyakinkan. Akhirnya,
beliau berkata:
“Ya Allah, Engkau telah menciptakan aku, maka ajarkanlah suatu ilmu
kepadaku”.
Lalu beliau memperbanyakkan doa dalam keheningan dan munajat
dalam solat yang dilakukannya di rumah atau di pinggir sungai. Kadang-

5
Ibid,. Departemen Agama RI. Hal. 1188.
6
Hussain al-Zahabi. Al-Tafsir wa al-Mufassirun. (Qaherah: Dar al-Hadith. 2005). Hal. 441.
7
Ibid,. Hassan Abbas. Hal. 302.

3
kadang beliau membaca Tafsir al-Jalalain, tetapi belum memuaskan dirinya.
Kemudian beliau membaca sebuah hadith yang menjadi sebab turunnya al-
Quran surah al-Baqarah ayat 164. Rasulullah bersabda “Telah turun satu
ayat kepadaku pada suatu malam, celakalah ia, celakalah ia”. Lalu beliau
berkata: “Inilah pintu yang terbaik yang telah dilalui oleh para Nabi, aku
berdiri di pinggir sungai melihat awan berarak dan mentafakkurinya. Inilah
permulaan kekagumanku terhadap alam”
Kegelisahannya sebagai ulama terhadap sikap dan perhatian para
ulama terdahulu, dimana mereka lebih mengutamakan aspek hukum dalam
al-Quran dengan mengabaikan persoalan sains. Sedangkan dalam al-Quran
tidak ada satupun surah yang mengandung ayat kauniyah, adapun ayat yang
berbicara tentang masalah kauniyah dan jumlahnya hanya sedikit. Kesannya
perhatian umat Islam hanya tertuju kepada ilmu fiqh.
Tantawi berpendapat bahawa hakikat ilmu agama (‘ulum al-diniyyah)
ialah ilmu-ilmu kealaman (natural science). Beliau menjelaskan perbedaan
antara ilmu kealaman (natural science) dengan ilmu fiqh. Tujuan ilmu fiqh
adalah untuk memelihara umat, sedangkan tujuan ilmu kealaman adalah
untuk ma’rifat kepada Allah dan kehidupan umat. Ilmu untuk kehidupan
perlu didahulukan daripada ilmu untuk memelihara kehidupan kerana tidak
aka ada pemeliharaan kehidupan dan ibadah kepada Allah kecuali setelah
adanya kehidupan.
3. Metode penulisan kitab Tafsir al-Jawahir fi Tafsir al-Qur’an al-Karim
Setiap mufassirin yang akan menafsirkan ayat al-Quran, mereka akan
menggunakan metode atau kaedah penafsiran yang berbeda dan tersendiri
sesuai dengan latar belakang keilmuannya masing-masing. Metode
penafsiran yang digunakan Tantawi dalam kitab tafsirnya al-Jawahir Fi
Tafsir al-Quran al-Karim menggunakan metode tahlili. Metode ini
berusaha menjelaskan kandungan ayat-ayat al-Quran dari berbagai aspek.
Dengan menggunakan metode ini, mufasir menjelaskan al-Quran secara
luas dan terperinci. Ruang lingkupnya yang luas akan memungkinkan isi
penafsiran memuat banyak pemikiran.

4
Metode tahlili adalah cara untuk menerangkan maksud ayat-ayat al-
Qur’an dengan memaparkan segala aspek yang terdapat di dalam ayat-ayat
yang ditafsirkan itu, serta menerangkan maksud-maksud yang terdapat di
dalamnya sesuai dengan kecederungan mufasir yang menafsirkan ayat-ayat
tersebut.8
Berikut metode penulisan kitab tafsir yang digunakan oleh Syaikh Tantowi
Jauhari:9
a. Sebelum menafsirkan, beliau menjelaskan petunjuk tentang apa yang
akan dijelaskan dalam surat tersebut.
Beliau membagikan satu surat kedalam beberapa bagian, kemudian
bagian itu dibagi lagi menurut tema-tera terkandung dalam rangkaian
ayat. Contohnya dalam surat al-Baqarah, sebelum Tantawi menjelaskan
kandung surat. beliau menjelaskan bahawa surat al-Baqarah dibagikan
menjadi dua bagian.Bagian pertama dari ayat ke-2 sampai ayat ke-177
yang menjelaskan tentang tauhid dan perdebatan orang-orang yahudi.
Kemudian bagian kedua yang berawal dari ayat 177 sehingga ayat
terakhir menjelaskan tentang hukum-hukum syariat. Dalam pembagain
pertama terdapat maqasid (tujuan) yang berisikan pujian terhadap al-
Quran, kabar gembira bagi orang mukmin, serta kencaman terhadap
orang munafik dan orang kafir.
b. Membuat ringkasan (mulakhkhas) surat yang akan ditafsirkan.
Salah satu contoh penjelasan yang ringkas dapat dilihat dalam surat al-
Imran ayat 1: ‫الم‬
Makna lafaz ‫ الم‬merupakan rahasia Allah yang wajib bagi kita
untuk memikirkannya dengan akal. Agar dapat mengetahui maksud-
maksud yang terkandung di dalam surat-surat tersebut. Ayat yang
diturunkan, terkadan disertai dengan penjelasan yang jelas dan juga

8
Abd al-Hay. Al-Bidayah fi al-Tafsir al-Maudhu’i. (Mesir: Maktabah Jumhurriyyah.
1977). Hal. 24.
9
Ibid,. Husain al-Zahabi 2005. Hal. 453.

5
terkadang turun dengan menggunkan simbol atau isyarat. Oleh karena
itu, perlunya untuk membuka akal fikiran dengan seluas-luasnya.
c. Menjelaskan munasabah antara satu surat dengan surat sebelumnya.
Sebelum menafsirkan surat secara lengkap, Tantawi terlebih
dahulu menjelaskan munasabah antara surat tersebut dengan surat
sebelumnya. Contohnya dalam surat al-Imran, sebelum menafsirkan
surat al-Imran, beliau menjelaskan munasabah antara surat al-Imran
dengan surat al-Baqarah. Lafaz “al-Baqarah” menunjukkan lembu
golongan Bani Israil yang disembelih untuk mengatakan tentang
pembunuh. Sementara surat al-Imran adalah surat yang juga
menjelaskan kisah Bani Israil.
d. Menjelaskan maksud ayat secara menyeluruh (global atau ijmal).
Sebelum menjelaskan kandungan-kandungan sains dan ilmu
pengetahuan pada suatu ayat tertentu, Tantawi terlebih dahulu
menjelaskan tentang maksud atau tafsir dari ayat tersebut secara
menyeluruh. Contohnya pada awal surat al-Baqarah ayat 2:

َٰ َٰ‫هدًىَٰ ِل ْل ُمت َّ ِقين‬


ُ ََٰٰۛ‫ابََٰلَٰريْبََٰٰۛ ِفي ِه‬ ْ ‫ذَٰ ِلك‬
ُ ‫َٰال ِكت‬
Tantawi menjelaskanya secara menyeluruh bahawa yang
dimaksudkan dengan ayat diatas adalah al-Quran merupakan pertunjuk
kebenaran dan dikhususkan hanya kepada orang yang bertaqwa
(muttaqin), kerana hanya merekalah yang mengambil manfaat dari al-
Quran.
e. Menjelaskan perbahasan-perbahasan ilmiah (sains).
Contohnya ketika Tantawi menafsirkan surat al-Baqarah ayat 164,
beliau m menjelaskan kandungan sains dalamnya. Salah satu kandungan
dalam ayat tersebut adalah tentang silih berganti siang dan malam.
Menurut Tantawi:
“Silih berganti bergantinya malam disebabkan oleh perubahan garis
lintang dan garis bujur, hal ini kerana matahari pada saat terbit dan
terbenam dating dari timur menuju kearah barat. Dan pada saat itulah
terjadi pergantian antara siang dan malam yang menakjubkan.
Ketika matahari terbit atau terbenam di daerah Mesir pertama kali,

6
maka kejadian itu juga terjadi di Maroko, kemudian sebelah
Amarika menjadi gelap (malam), begitu juga di daerah timur seperti
India dan Cina. Dan setiap putaran 360 darjah terbahagi atas garis
lintang dan garis bujur. Garis lintang adalah garis yang
menghubungkan antara bagian timur dan bagian barat. Sedangkan
garis bujur dihitung dari garis katulistiwa sampai kutub utara dan
selatan”
f. Memberi ilustrasi
Didalam kitab tafsirnya, biasa dimuat gambar-gambar tumbuhan,
binatang dan hewan yang dimaksudkan agar pembaca dapat memahami
apa yang dijelaskan dalam tafsirnya.
4. Corak penafsiran kitab Tafsir al-Jawahir fi Tafsir al-Qur’an al-Karim
Dalam kitab tafsir Tantawi Jauhari ini, beliau menggunakan bentuk
tafsiran ‘ilmi yang dikatakan baru muncul bentuk keilmuannya. Tafsiran ini
adalah baru dan berbeda berbanding bentuk tafsiran yang terdapat pada
sebelumny. Tafsir ‘ilmi ialah penafsiran ayat-ayat al-Quran berdasarkan
pendekatan ilmiah, atau mengkaji teori-teori ilmu pengetahuan yang ada.
Tantawi Jauhary dalam tafsirnya al-Jawahir, selain mencantumkan
pembahasan soal akhlak, hukum, ilmu-ilmu al-Qur’an, aqidah dan lainnya.
akan tetapi disbut sebagai tafsir ilmi karna dominasi tafsir tersebut memang
bersifat menjelaskan ayat-ayat al-Qur’an dengan teori-teori ilmiah. Bahkan
untuk memperjelas penafsirannya beliau mencantumkan gambar-gambar
dan table-tabel yang berkaitan dengan teori yang dikutip dalam tafsirnya.10
5. Karakteristik dan Sistematika Penulisan Kitab Tafsir
Dalam kitab tafsirnya, dapat dikatakan bahawa terdapat karakteristik yang
menjadi ciri khas kitab tafsir ini. Diantara ciri tafsir ini ialah:
a. Bentuk penyajiannya secara sistematik dan analitik.
b. Banyak menyoroti tentang ayat-ayat kauniyah yang identik dengan
kajian keilmuan dan sains.
c. Sebelum menafsirkan surat al-Fatihah pada jilid pertama, beliau terlebih
dahulu merigutip surat an-Nahl dan menjelaskan sesuatu dalam uraian

10
Armainingsih, “STUDI TAFSIR SAINTIFIK: Al-Jawahir fi Tafsir Al-Qur‟an AlKarim”. Dalam
Jurnal At-Tibyan Vol. 1 No.1 (Januari-Juni, 2016). Hal. 106.

7
mukaddimah. Berbeda dengan jilid kedua dan selanjutnya, di mana ia
menjadikan ayat Al-Nahl ayat 44 sebagai motto uraiannya. Hal itu hanya
sampai pada juz yang ke 25 saja, dan juz yang terakhir berisi pembahasan
lain yang berisi tentang makna-makna yang terkandung dalam bismilah
dan lain sebagainya.
d. Kitab tafsirnya tidak menggunakan cerita-cerita Israiliyyat. Menurut
Mazlan Ibrahim berpendapat bahawa kitab tafsir Tantawi al-Jauhari itu
terdapat penambahan gambar-gambar seperti tumbuh-tumbuhan,
binatang, pemandangan alam dan penemuan-penemuan sains sebagai
penjelasan kepada tafsirannya agar lebih mudah dipahami.
e. Kitab tafsirnya menambahkan teori-teori ilmu pengetahuan.
Jika dilihat langsung dari kitabnya, dapat disimpulkan bahwa
sistematika yang dipakai oleh Syaikh Tantawi Jauhari adalah sistematika
mushaf ‘ustmani, Karena beliau memulai tafsirnya dari surat al-Fatihah
hingga surat Annas sesuai dengan Rasm Usmani. Adapun gambaran
tafsirannya yaitu, kitab ini terdiri dari 13 jilid (30 juz). Jilid pertama
berjumlah 224 halaman, jilid kedua 276 halaman, jilid ketiga 215 halaman,
jilid keempat 215 halaman, jilid kelima 270 halaman, jilid keenam 262
halaman, jilid ketujuh 227 halaman, jilid kedelapan 238 halaman, jilid
kesembilan 262 halaman, jilid kesepuluh 267 halaman, jilid ke-11 271
halaman, jilid ke-12 344 halaman, dan jilid yang terakhir terdapat 270
halaman. Tafsir ini dicetak di Beirut, oleh Dar al-Fikr.
Dalam usaha menafsir ayat-ayat al-Quran, Syaikh Tantawi Jauhari
mendahulukan tafsirannya dengan menyebutkan nama surat. Kemudian
beliau membagi ayat berdasarkan ayat Makiyyah dan Madaniyyah.
Mermberikan pembahasan ringkas dan membagi perbahasan ayat ke dalam
beberapa bagian. Beliau menyertakan asbabunnuzul dan menyebutkan
munasabah antara surat satu dengan surat lainnya. Kemudian memaparkan
al-Maqshad al-Awwal yang dibagi menjadi beberapa bagian yang
mengandung beberapa penjelasan pembahasan perspektif ilmu moden dan

8
juga ikut disertakan dengan tafsir perkata.11 Terkadang disisipkan juga
cerita atau Abhats, Jawahir, tazkirah, kajian, soal jawab dan pemikirannya
yang berdasar pada pengamatannya.12
Untuk memperjelas pembahasan ilmiah, beliau mencantumkan
gambar ilustrasi dalam jumlah yang banyak, seperti gambar galaksi,
bintang, matahari, bulan, air, tumbuh-tumbuhan, batu-batuan, hewan, ikan,
manusia, kuman dan bakteri. Dan memuat daftar ilmiah matematika, kimia,
fisika, peta bumi serta penemuan-penemuan baru yang ditemukan pada
jamannya.
C. KESIMPULAN
Syaikh Tantawi Jauhari memiliki nama lengkap Tantawi bin Tantawi al-
Misri al-Syafi’i. Beliau dilahirkan pada tahun 1287 H/1862 M di desa
’Iwadhillah Hijazi bagian timur Mesir. Keluarga Tantawi merupakan keluarga
sederhana, sebab ayahnya adalah seorang petani. Beliau meninggal dunia pada
tahun 1358 H di Kaherah.
Kegelisahannya sebagai ulama terhadap sikap dan perhatian para ulama
terdahulu, dimana mereka lebih mengutamakan aspek hukum dalam al-Quran
dengan mengabaikan persoalan sains. Beliau menjelaskan perbedaan antara
ilmu kealaman (natural science) dengan ilmu fiqh. Tujuan ilmu fiqh adalah
untuk memelihara umat, sedangkan tujuan ilmu kealaman adalah untuk a’rifat
kepada Allah dan kehidupan umat.
Metode penulisan kitab tafsir yang digunakan oleh Syaikh Tantowi
Jauhari adalah: menjelaskan petunjuk tentang apa yang akan dijelaskan dalam
surat tersebut, membuat ringkasan (mulakhkhas) surat yang akan ditafsirkan,
menjelaskan munasabah antara satu surah dengan surah sebelumnya,
Menjelaskan maksud ayat secara menyeluruh, menjelaskan perbahasan-
perbahasan ilmiah, dan memberikan ilustrasi.
Dalam kitab tafsir Tantawi Jauhari ini, beliau menggunakan bentuk
tafsiran ‘ilmi yang dikatakan baru muncul bentuk keilmuannya. Terdapat

11
Ibid. Hassan Abbas. Hal. 308.
12
Ibid. Hassan Abbas. Hal. 323.

9
karakteristik yang menjadi ciri khas kitab tafsir ini. Diantara ciri tafsir ini ialah
bentuk penyajiannya secara sistematik dan analitik, banyak menyoroti tentang
ayat-ayat kauniyah yang identik dengan kajian keilmuan dan sains, Kitab
tafsirnya tidak menggunakan cerita-cerita Israiliyyat, dan Kitab tafsirnya
menambahkan teori-teori ilmu pengetahuan.

10
DAFTAR PUSTAKA

Abbas, Hassan. 2007. Al-Mufassirun Madarisuhum wa Manahijuhum. Dar al-


Nafais.

al-ʻAziz, Abdul. 1980. Syeikh Tantawi Jauhari: Dirasatu wa Nusus. Qaherah: Dar
Ma’arif.

al-Farmawi, Abd al-Hay. 1977. Al-Bidayah fi al-Tafsir al-Maudhu’i. Mesir:


Maktabah Jumhurriyyah.

al-Zahabi, Muhammad Hussain. 1995. Al-Tafsir wa al-Mufassirun Juz 2. Kaherah:


Maktabah Wahbah.

Departemen Agama RI. 1992/1993. Ensiklopedi Islam di Indonesia. Jakarta:


Direktorat Jendral Pembinaan Kelembagaan Agama.

11

Anda mungkin juga menyukai