Anda di halaman 1dari 13

Cara Kerja Ilmu-ilmu Alam, Sosial-Humaniora dan Agama

Diajukan untuk memenuhi tugas dalam mata kuliah Filsafat ilmu


Dosen pengampu : Dr. Usman, SS, M.Ag.

Disusun oleh:
Nama : Azizah Rizka Wahyuningtyas
Nim : 19104060018
No. Presensi :8
Kelas :A

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA

YOGYAKARTA

2022
Kata Pengantar

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan saya kemudahan sehingga saya dapat
menyelesaikan makalah ini dengan baik dan tepat waktu. Shalawat serta salam semoga tetap
tercurahkan kepada baginda tercinta, Nabi Muhammad SAW yang telah membawa manusia dari
zaman kegelapan menjadi zaman yang terang benderang.

Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak
terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, Saya mengharapkan kritik serta saran
dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih
baik lagi. Demikian, dan apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf
yang sebesar-besarnya.

Yogyakarta, 20-2-2022

Hormat Saya

Azizah Rizka Wahyuningtyas

19104060018

i
Daftar Isi

Kata Pengantar ................................................................................................................................. i


Daftar Isi ......................................................................................................................................... ii
Pendahuluan .................................................................................................................................... 1
A. Deskripsi Materi ............................................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ............................................................................................................ 2

Pembahasan..................................................................................................................................... 3
A. Cara Kerja Ilmu Alam ...................................................................................................... 3

B. Cara Kerja Ilmu Sosial-Humaniora .................................................................................. 5

C. Cara Kerja Ilmu Agama ................................................................................................... 7

Kesimpulan ..................................................................................................................................... 9
Daftar Pustaka ............................................................................................................................... 10

ii
Pendahuluan

A. Deskripsi Materi
Kata ilmu berasal dari bahasa arab yaitu ‘alama yang berarti pengetahuan. Bahasa
Indonesia sering menyamakan ilmu dengan sains yang berasal dari kata “science” yang berasal
dari bahasa latin “scire” yang berarti mempelajari (Ihsan, 2010, hlm. 108). The Liang gie
dikutip dari (Ihsan, 2010, hlm. 108) mengartikan ilmu sebagai rangkaian aktivitas penelaahan
yang mencari pejelasan suatu metode untuk meperoleh pemahaman secara rasional dan empiris
mengenai dunia ini dari berbagai sisi dengan pengetahuan yang sistematis dengan menjelaskan
berbagai gejala yang ingin dimengerti manusia.

Ilmu yang dalam bahasa latin disebut Scientia memiliki tiga komponen yaitu hipotesis,
teori dan dalil hukum. Ilmu sendiri merupakan suatu perkembangan lebih lanjut dan mendalam
dari pengetahuan indra. Pengetahuan indra dapat menjawab pertanyaan “apa” yang dirasakan
oleh panca indra sedangkan ilmu dapat menjawab persoalan “bagaimana” dan “mengapa” hal
tersebut dapat terjadi (Ihsan, 2010, hlm. 58).

Ilmu haruslah sistematis dan memiliki metdologi dan generalisasi yang jelas (Ihsan, 2010,
hlm. 58). Oleh karenanya ilmu-ilmu yang ada tentunya akan memiliki cara kerjanya masing-
masing sehingga dapat tersusun secara sistematis. Cara kerja atau prosedur merupakan
rangkaian tata kerja yang berkaitan satu sama lain sehingga menunjukkan adanya suatu urutan
langkah yang harus ditempuh untuk menyelesaikan suatu tugas (Khair, 2013). Sesuai yang
dinyatakan oleh Descrates bahwa Ia meyakini bahwa dengan adanya suatu cara kerja maka
kita dapat mengumpulkan pengetahuan step by step sehingga dapat mencapai pengetahuan
yang paling tinggi (Driyakarta, 1993, hlm. 4).

Menurut Descrates cara kerja yang dimaksud merupakan sekumpulan peraturan yang
mudah dan pasti, sehingga orang-orang tidak akan sembarangan menyatakan suatu
ketidakbenaran sebagai suatu kebenaran serta dapat mencapai pengetahuan tertinggi selangkah
demi langkah secara singkat dan sistematis (Driyakarta, 1993, hlm. 5–6).

Untuk mengetahui cara kerja berbagai macam jenis ilmu, dalam makalah ini akan
dipaparkan mengenai cara kerja beberapa ilmu yaitu cara kerja ilmu alam, cara kerja ilmu

1
sosial – humaniora dan cara kerja ilmu agama. Dengan mengetahui cara kerja ketiga ilmu
tersebut diharapkan dapat memudahkan kita untuk memahami ketiga ilmu tersebut secara
singkat dan sistematis sesuai harapan Descrates sehinggga langkah demi langkah dapat
tercapai ke pengetahuan pada tingkat tertinggi.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Cara Kerja Ilmu Alam?
2. Bagaimana Cara Kerja Ilmu Sosial-humaniora?
3. Bagaimana Cara Kerja Ilmu Agama?

2
Pembahasan

A. Cara Kerja Ilmu Alam


Ilmu Alam (natural science) merupakan salah satu bagian dari ilmu sains. Ilmu sains
sendiri merupakan pengetahuan yang rasional dan didukung oleh data yang empiris. Ilmu sains
memiliki paradigmanya sendiri yaitu paradigma sains dan metodenya sendiri yaitu metode
ilmiah. Dalam ilmu sains kunci utamanya adalah kita dapat membuktikan suatu hal itu rasional
dan menunjukkan bukti empirisnya bahwa hal itu benar (Tafsir, 2009, hlm. 6).

Rasional disini dapat diartikan sebagai pemikiran yang hanya berasal dari akal pikiran
tidak disertai oleh observasi terhadap peristiwa terbaru. Sedangkan empiris merupakan
pengetahuan yang didapatkan atas bukti yang didapatkan oleh panca indra baik penglihatan,
pendengaran, peraba, dan indra yang lain. Empirisme menganggap bahwa pengetahuan dapat
diperoleh dengan observasi, pengalaman, maupun pennginderaan (Ihsan, 2010, hlm. 94–96).

Ilmu alam hanya terbatas pada ilmu-ilmu pasti. Ilmu-ilmu alam mencari sebab-sebab dan
hukum-hukum yang berlaku dalaam seluruh alam. Ilmu alam memiliki objek material berupa
gejala-gejala dari seluruh alam dan objek formal berupa sebab-sebab dan hukum umum dari
gejala alam terebut (Ihsan, 2010, hlm. 103). Ilmu alam dapat dibagi menjadi dua yaitu
anorganik dan organik. Ilmu anorganik masih terbagi menjadi dua cabang ilmu lagi yaitu fisika
yang mempelajari sifat-sifat umum dari suatu materi dan kimia yang mempelajari sruktur dari
suatu materi. Sedangkan ilmu organik yaitu dapat kita temui di ilmu biologi yang mempelajari
gejala-gejala khusus yang terdapat pada benda hidup (Ihsan, 2010, hlm. 104).

Untuk mencapai suatu pengetahuan secara langkah demi langkah seperti yang dicetuskan
oleh Descrates ilmu alam memiliki cara kerjanya sendiri yaitu melalui metode ilmiah. Kata
metode berasal dari bahasa yunani yaitu “meta” yang berarti jalan dan “bodos” yang berarti
melalui, sehingga jika kedua kata tersebut disatukan akan memiliki arti sepanjang jalan. Secara
harfiah diartikan sebagai jalan yang harus ditempuh untuk mencapai suatu tujuan atau “cara
bekerja” menurut aturan-aturan yang berdasarkan pada objeknya.(Ihsan, 2010, hlm. 97)

Cara kerja yang harus dilalui untuk memperoleh ilmu pengetahuan alam sesuai dengan
metode ilmiah yang melalui empat tahap yaitu observasi, hipotesis, eksperimen, dan induksi.

3
Observasi selalu menjadi awal ditemukannya sebuah ilmu orang haruslah mengamati sesuatu
untuk memunculkan suatu pertanyaan yang kemudian akan disebut sebagai masalah yang akan
coba dipecahkan. Setelah mendapat masalah tersebut tentunya secara alamiah orang terebut
akan mencoba memikirkan jalan keluarnya itulah yang kemudian kita sebut sebagai hipotesis
untuk memberi keterangan sementara (Ihsan, 2010, hlm. 104–105). Hipotesis harus
berdasarkan rasio atau dapat kita sebut rasional (Tafsir, 2009, hlm. 23). Namun dengan rasional
saja belum membuktikan bahwa solusi yang kita ajukan tepat. Maka disinilah peran
eksperimen untuk membuktikan hipotesis kita. Ekperimen diperlukan untuk membuktikan
teori kita. Setelah dilakukan eksperimen sampailah kita ke tahap induksi yaitu menyimpulkan
apakah hipotesis kita benar sesuai dengan fakta ekperimen (Ihsan, 2010, hlm. 105–106).

Ditilik dari sifat objeknya cara kerja ilmu alam memiliki prinsip-prinsip sebagai berikut:

1. Gejala alam bersifat fisik-statis


Seperti yang telah dipaparkan diatas bahwa ilmu alam mempelajari mengenai
gejala-gejala dari seluruh alam dan objek formal berupa sebab-sebab dan hukum umum
dari gejala alam terebut. Gejala tersebut dapat teramati secara fisik dan akan teratur dari
waktu ke waktu (statis) (Ghazali dkk., 2005, hlm. 142).
2. Objek penelitian bisa berulang
Berhubungan dengan gejala alam yang bersifat fisik-statis maka objek dari ilmu
alam tidak mengalami perubahan. hal ini dapat terjadi karena hal-hal yang diamati di masa
lampau dapat terjadi di masa depan (Ghazali dkk., 2005, hlm. 143), misalnya jika
mengamati mengenai gerhana matahari dimasa depan gerhana matahari juga masih akan
tetap diamati meskipun konteks penelitiannya berbeda namun objeknya tetap sama yaitu
mengenai gerhana matahari.
3. Pengamatan relatif mudah dan sederhana
Dapat dikatakan relatif mudah karena dapat dilakukan secara langung dan dapat
diulang kapanpun (Ghazali dkk., 2005, hlm. 143). Contohnya jika kita ingin mengamati
proses sintesis aspirin maka kita dapat mempraktekkannya secara langsung dan dapat kita
ulangi kapanpun ketika membutuhkan pengamatan yang sama.

4
4. Subjek (peneliti) sebagai penonton
Karena objek penelitian merupakan gejala-gejala alam maka peneliti sebagai
pengamat cukup menonton apa yang terjadi pada gejala-gejala alam atau apa yang terjadi
selama eksperimen dan dapat menyimpulkan hasilnya (Ghazali dkk., 2005, hlm. 144).
5. Hipotesis yang dikemukakan relatif lebih terkontrol
Karena objek penelitian dapat berulang maka apa yang akan terjadi di masa yang
akan datang akan lebih mudah ditebak. Sehingga ketika membuat hipotesis akan lebih
mudah menemukan jalan untuk membuktikannya.

B. Cara Kerja Ilmu Sosial-Humaniora


Ilmu sosisal-humaniora juga merupakan cabang dari sains yaitu sains sosial (social
sciences). Sains sosial merupakan suatu cabang ilmu yang membahas mengenai manusia,
budaya dan masyarakat. Ilmu sosial membahas aspek kehidupan manusia termasuk interaksi
dan jaringan sosial sesama manusia (Surana dkk., 2019, hlm. 3). Sains sosial mencakup cabang
ilmu sosiologi, antroplogi, psikologi,ekonomi dan politik. Sebagai pelengkap sains sosial juga
mencakup ilmu pengetahuan humaniora yang cabang-cabangnya yaitu seni, hukum, filsafat,
bahasa, agama dan sejarah (Tafsir, 2009, hlm. 23).

Seperti yang telah diuraikan dalam cara kerja ilmu alam bahwa sains memiliki
metodologinya sendiri yaitu dengan menggunakan metode ilmiah. Begitu pula ilmu
pegetahuan soial-humaniora juga memiliki metode yang sama karena merupakan cabang dari
ilmu sains. Untuk memperoleh pengetahuan sosial-humaniora dalam konteks penelitian,
seseorang harus dapat mengenal fakta, merumuskan masalah, melakukan analisis dan
sistematis (Endaswara, 2015, hlm. 209). Dalam menjawab masalah yang muncul terdapat
beberapa metode yang dapat digunakan yaitu metode deduktif, induktif, dan gabungan. Metode
deduktif yaitu upaya menjawab masalah dari hal-hal umum, general dan universal menuju hal
yang lebih khusus. Metode induktif merupakan kebalikan dari metode deduktif yaitu upaya
memperoleh jawaban dari hal khusus menjadi hal yang umum. Metode gabungan merupakan
gabungan dari kedua metode tersebut (Endaswara, 2015, hlm. 210).

Berdasarkan sifat objeknya ilmu sosial dan humaniora memiliki prinsip cara kerja sebagai
berikut:

5
1. Gejala sosial-humaniora bersifat non fisik, hidup, dan dinamis
Secara umum cara kerja ilmu alam dan sosial-humaniora memiliki kemiripan
(melalui metode ilmiah) karena merupakan cabang ilmu yang sama yaitu sains. Namun
yang membedakan dari keduanya adalah ilmu alam mempelajari mengenai hal-hal yang
dapat dihitung dengan pasti secara empiris seperti membahas mengenai fenomena alam
dan hal-hal tentang makhluk hidup secara jasmaniah. Sedangkan ilmu sosial-humaniora
menitik beratkan kepada hubungan antar manusia secara rohaniah.
2. Objek penelitian tidak dapat diulang
Berbeda dengan ilmu alam yang mempelajari mengenai gejala alam yang dapat
terulang ilmu sosial-humaniora mempelajari mengenai hubungan antar manusia yang tidak
statis. Misalnya jika ingin mengamati mengenai perlawanan warga wadas mengenai
pembangunan bendungan bener hanya dapat diamati saat ini karena di masa yang akan
datang hal terebut tidak akan terjadi lagi.
3. Pengamatan relatif lebih sulit dan kompleks
Karena menitikberatkan kepada hal-hal yang abstrak seperti hubungan manusia
dengan manusia maka penelitian mengenai ilmu-ilmu sosial lebih sering diamati secara
kualitatif yang mana memerlukan wawancara mendalam dan obervasi lebih dalam
sehingga pada perkembangannya ilmu sosial lebih lambat dari ilmu alam. Karena objeknya
yang abstrak maka lebih sulit untuk menemukan benang merahnya karena hubungan antar
manusia sangatlah kompleks.
4. Subjek pengamat berperan sebaga integral dari objek penelitian
Mengamati perilaku manusia tentulah tidak mudah, misal disini kita ingin
mengamati mengenai perilaku warga twitter jelang pemilu tentunya peneliti yang juga
manusia memiliki subjektifitasnya masing-masing. Hal ini dapat terjadi karena baik yang
meneliti maupun diteliti memiliki perasaan dan cara pandangnya masing-masing. Berbeda
dengan peneliti pada ilmu alam yang hanya mengamati benda sejara jasmaniah.
5. Hasil penelitian sulit diprediksi
Sehubungan dengan pemikiran manusia yang tidak dapat ditebak maka sebagai
peneliti juga cenderung akan kesulitan mengambil suatu hipotesis. Hal ini berbeda dengan
ilmu alam, pada ilmu sosial-humaniora poola-pola yang sama belum tentu akan
mengakibatkan hal yang sama. Contohnya pada ilmu alam jika posisi bumi bulan dan

6
matahari terletak apda garis lurus maka akan timbul gerhana. Namun dalam ilmu sosial
unjuk rasa yang terjadi di gejayan pada 1998 mengakibatkan korban jiwa, sedangkan unjuk
rasa di tahun 2020 tidak mengakibatkan adanya korban jiwa.
(Ghazali dkk., 2005, hlm. 146–151)

C. Cara Kerja Ilmu Agama


Pengetahuan ilahi (divine science) merupakan pengetahuan yang diperoleh Nabi
Muhammad SAW dari Allah SWT yang tercantum dalam Al-Qur’an (Burhanudin, 2018, hlm. 80).
Pengetahuan agama sendiri merupakan pengetahuan yang berasal dari Tuhan yang didapatkan
melalui perantara Nabi dan Rasul-Nya yang wajib diikuti oleh pengikutnya. Dengan mengikuti
ilmu agama maka ilmu pengetahuan akan sarat dengan baik dan buruk sehinnga selama
pengetahuan itu tidak bertentangan dengan ilmu agama maka pengetahuan tersebut dianggap benar
(Burhanudin, 2018, hlm. 85–86).

Ilmu pengetahuan harusulah terbuka pada konteksnya, agama merupakan salah satu
konteks dari ilmu pengetahuan. Tujuan hakiki agama mengarahkan ilmu pada pemahaman
mengenai realitas alam, dan memahami eksitensi adanya Allah swt. Hal ini menyadarkan manusia
akan hakikat penciptaan dirinya, dan tidak mengarahkan ilmu pengetahuan hanya pada urusan
duniawinya saja. Allah swt memberikan solusi melalui Al-Quran terhadap ilmu pengetahuan agar
kembali ke jalan yang semestinya sehingga dapat menjadi rahmat bagi alam semesta (Endaswara,
2015, hlm. 248).

Berdasarkan sifat objeknya cara kerja ilmu keagamaan dapat dipaparkan sebagai berikut:

1. Gejala keagamaan sebagai ekspresi keimanan dan pemahaman kitab suci.


Gejala keagamaan berifat tidak statis, hal ini dapat terjadi karena keimanan memiliki
dinamikanya terendiri dan tidak dapat ditebak pergerakannya. Keimanan ini didapat dari hasil
pengalaman dan pemahaman atas kitab suci yang diyakini. Jika ilmu sosial-humaniora
mempelajari mengenai hubungan manusia dengan manusia maka ilmu keagamaan
mempelajari hunungan antara manusia dengan tuhan.
2. Objek penelitian unik dan tidak dapat diulang
Bukan hanya tidak dapat diulang seperti ilmu sosial, objek penelitian ilmu agama juga
memiliki keunikannya tersendiri. Dapat dikatakan unik karena ilmu agama melibatkan suatu

7
keyakinan, yang mana keyakinan ini tidak dapat dipaksakan antara manusia satu dengan yang
lain.
3. Pengamatan sulit dan kompleks dengan menafsirkan kitab suci
Hal ini mirip dengan ilmu sosial-humaniora yang sulit dan kompleks karena dalam ilmu
agama kita mengamati dan memaknai hal dipalik perilaku manusia dalam beragama.
4. Subjek penelitian merupakan integral dari objek
Sama seperti ilmu sosial yang mana baik subjek maupun objek memiliki perasaannya
masing-masing. Dalam ilmu agama subjek dan objek juga memiliki keyakinannya masing-
masing (Ghazali dkk., 2005, hlm. 152–154) .

Agama lahir untuk menjadi pedoman dan panduan kehidupan manusia. Agama tidak lahir
dari rasio, riset, dan uji coba belaka. Agama diciptan dari suatu zat yang luar biasa yang berada
diluar jangkauan akal pikiran manusia. Agama merupakan tujan akhir dari suatu perjalana hidup
yang tidak dapat didaparkan di filafat maupun sains (Endaswara, 2015, hlm. 274).

8
Kesimpulan

Cara kerja ilmu alam dan ilmu sosial-humaniora adalah melalui metode ilmiah. Namun
yang membedakan diantara keduanya yaitu objek pengetahuannya. Ilmu alam membahas
mengenai gejala-gejala dari seluruh alam dan objek formal berupa sebab-sebab dan hukum umum
dari gejala alam terebut, sedangkan ilmu sosial-humaniora membahas mengenai manusia, budaya
dan masyarakat. Ilmu sosial membahas aspek kehidupan manusia termasuk interaksi dan jaringan
sosial sesama manusia.

Cara kerja ilmu Agama berdasarkan kepada keyakinan kepada Allah SWT dan Rasul-Nya.
Agama hadir untuk mengarahkan ilmu pada pemahaman mengenai realitas alam, dan memahami
eksitensi adanya Allah swt. Hal ini menyadarkan manusia akan hakikat penciptaan dirinya, dan
tidak mengarahkan ilmu pengetahuan hanya pada urusan duniawinya saja namun ilmu
pengetahuan diharapkan dapat kembali ke jalan yang semestinya sehingga dapat menjadi rahmat
bagi alam semesta.

Berdasarkan sifat objeknya ilmu alam, sosial-humaniora dan agama memiliki prinsip cara
kerja sebagai berikut :

Prinsip Alam Sosial-Humaniora Agama


ekspresi keimanan
non fisik, hidup, dan
Gejala fisik-statis dan pemahaman kitab
dinamis
suci
Unik tidak dapat
Objek Dapat diulang Tidak dapat diulang
diulang
Relatif sulit dan Relatif sulit dan
Pengamatan Relatif mudah
kompleks kompleks
Peran Subjek Penonton Integral Integral
Berdasarkan kitab
Hasil Mudah diprediksi Sulit diprediksi
suci

9
Daftar Pustaka

Burhanudin, N. (2018). Filsafat Ilmu. Prenamedia Group.


Driyakarta, T. R. (1993). Hakikat Pengetahuan dan Cara Kerja Ilmu-Ilmu. Gramedia.
Endaswara, S. (2015). Filsafat Ilmu. Cempaka Ptih.
Ghazali, B., Usman, & Ruswantoro, A. (2005). Filafat Ilmu. Pokja Akademik UIN Sunan Kalijaga.
Ihsan, F. (2010). Filsafat Ilmu. Rineka Cipta.
Khair, A. (2013). Prosedur dan Sistem Kerja pada Pelayanan Jasa Simpan Pinjam Pada Kperasi
Pegawai Negeri (KPRI) Serai Serumpun Kec. Tanjung Pura Kab. Langkat. Universitas
Sumatera Utara.
Surana, N. A., Irwana, N., Umairah, N., & Aisyah, N. (2019). Sains Sosial: Susurgalurkan
Perkembangan Kajian Ilmu di Asia Tenggara Telah Bermula Sejak Sebelum
Kemerdekaan. Universitas Kebangsaan Malaysia.
Tafsir, A. (2009). Filsafat Ilmu. Remaja Rosdakarya.

10

Anda mungkin juga menyukai