Anda di halaman 1dari 5

Kisah Wafatnya Umar bin Khatab

Posted by Arceus Zeldfer Senin, 26 Agustus 2013 0 comments

Selama pemerintahan Umar, kekuasaan Islam tumbuh dengan sangat pesat. Islam mengambil
alih Mesopotamia dan sebagian Persia dari tangan dinasti Sassanid dari Persia (yang mengakhiri
masa kekaisaran sassanid) serta mengambil alih Mesir, Palestina, Syria, Afrika Utara dan
Armenia dari kekaisaran Romawi (Byzantium). Saat itu ada dua negara adi daya yaitu Persia dan
Romawi. Namun keduanya telah ditaklukkan oleh kekhalifahan Islam dibawah pimpinan Umar.

Sejarah mencatat banyak pertempuran besar yang menjadi awal penaklukan ini. Pada
pertempuran Yarmuk, yang terjadi di dekat Damaskus pada tahun 636, 20 ribu pasukan Islam
mengalahkan pasukan Romawi yang mencapai 70 ribu dan mengakhiri kekuasaan Romawi di
Asia Kecil bagian selatan. Pasukan Islam lainnya dalam jumlah kecil mendapatkan kemenangan
atas pasukan Persia dalam jumlah yang lebih besar pada pertempuran Qadisiyyah (th 636), di
dekat sungai Eufrat. Pada pertempuran itu, jenderal pasukan Islam yakni Sa`ad bin Abi Waqqas
mengalahkan pasukan Sassanid dan berhasil membunuh jenderal Persia yang terkenal, Rustam
Farrukhzad.

Pada tahun 637, setelah pengepungan yang lama terhadap Yerusalem, pasukan Islam akhirnya
mengambil alih kota tersebut. Umar diberikan kunci untuk memasuki kota oleh pendeta
Sophronius dan diundang untuk salat di dalam gereja (Church of the Holy Sepulchre). Umar
memilih untuk salat ditempat lain agar tidak membahayakan gereja tersebut. 55 tahun kemudian,
Masjid Umar didirikan ditempat ia salat.

Umar melakukan banyak reformasi secara administratif dan mengontrol dari dekat kebijakan
publik, termasuk membangun sistem administrasi untuk daerah yang baru ditaklukkan. Ia juga
memerintahkan diselenggarakannya sensus di seluruh wilayah kekuasaan Islam. Tahun 638, ia
memerintahkan untuk memperluas dan merenovasi Masjidil Haram di Mekkah dan Masjid
Nabawi di Madinah. Ia juga memulai proses kodifikasi hukum Islam.

Umar dikenal dari gaya hidupnya yang sederhana, alih-alih mengadopsi gaya hidup dan
penampilan para penguasa di zaman itu, ia tetap hidup sangat sederhana.
Umar bin Khattab dibunuh oleh Abu Lulu'ah (Fairuz), seorang budak yang fanatik pada saat ia
akan memimpin salat Subuh. Fairuz adalah orang Persia yang masuk Islam setelah Persia
ditaklukkan Umar. Pembunuhan ini konon dilatarbelakangi dendam pribadi Abu Lukluk (Fairuz)
terhadap Umar. Fairuz merasa sakit hati atas kekalahan Persia, yang saat itu merupakan negara
adidaya, oleh Umar. Peristiwa ini terjadi pada hari Rabu, 25 Dzulhijjah 23 H/644 M. Setelah
wafat, jabatan khalifah dipegang oleh Usman bin Affan.

Sebelum matahari terbit hari Rabu itu tanggal empat Zulhijah tahun ke-23 Hijri Umar keluar dari
rumahnya hendak mengimami salat subuh. Ia menunjuk beberapa orang di Masjid agar mengatur
saf sebelum salat. Kalau barisan mereka sudah rata dan teratur, ia datang dan melihat saf
pertama. Kalau ada orang yang berdiri lebih maju atau mundur, diaturnya dengan tongkatnya.
Kalau semua sudah teratur di tempat masing-masing, mulai ia bertakbir untuk salat. Saat itu dan
hari itu tanda-tanda fajar sudah mulai tampak. Baru saja ia mulai niat salat hendak bertakbir tiba-
tiba muncul seorang laki-laki di depannya berhadap-hadapan dan menikamnya dengan khanjar
tiga atau enam kali, yang sekali mengenai bawah pusar. Umar merasakan panasnya senjata itu
dalam dirinya, ia menoleh kepada jemaah yang lain dan membentangkan tangannya seraya
berkata: Kejarlah orang itu; dia telah membunuhku! Dan orang itu adalah Abu Luluah Fairuz,
budak al-Mugirah. Dia orang Persia yang tertawan di Nahawand, yang kemudian menjadi milik
al-Mugirah bin Syubah. Kedatangannya ke Masjid itu sengaja hendak membunuh Umar di pagi
buta itu. Ia bersembunyi di bawah pakaiannya dengan menggenggam bagian tengahnya khanjar
bermata dua yang tajam. Ia bersembunyi di salah satu sudut Masjid. Begitu salat dimulai ia
langsung bertindak. Sesudah itu ia menyeruak lari hendak menyelamatkan diri. Orang gempar
dan kacau, gelisah mendengar itu. Orang banyak datang hendak menangkap dan menghajar
orang itu. Tetapi Fairuz tidak memberi kesempatan menangkapnya. Malah ia menikam ke kanan
kiri hingga ada dua belas orang yang kena tikam, enam orang meninggal kata satu sumber dan
menurut sumber yang lain sembilan orang. Dalam pada itu datang seorang dari belakang dan
menyelubungkan bajunya kepada orang itu sambil menghempaskannya ke lantai. Yakin dirinya
pasti akan dibunuh, Fairuz bunuh diri dengan khanjar yang digunakan menikam Amirul
mukminin.

Tikaman yang mengenai bawah pusarnya itu telah memutuskan lapisan kulit bagian dalam dan
usus lambung yang dapat mematikan. Konon Umar tak dapat berdiri karena rasa perihnya
tikaman itu, dan terhempas jatuh. Abdur-Rahman bin Auf segera maju menggantikannya
mengimami salat. Ia meneruskan salat itu dengan membaca dua surah terpendek dalam Quran:
al-Asr dan al-Kausar. Ada juga dikatakan bahwa orang jadi kacau-balau setelah Umar tertikam
dan beberapa orang lagi di sekitarnya. Mereka makin gelisah setelah melihat Umar diusung ke
rumahnya di dekat Masjid. Orang ramai tetap kacau dan hiruk-pikuk sehingga ada yang berseru:
Salat! Matahari sudah terbit! Mereka mendorong Abdur-Rahman bin Auf dan dia maju salat
dengan dua surah terpendek tersebut.

Sumber kedua ini sudah tentu lebih dapat diterima. Dalam suasana kacau begitu barisan orang
untuk salat kembali sudah tidak akan teratur lagi, sementara Amirulmukminin tergeletak
bercucuran darah di depan mereka, dan darah orang-orang yang juga terkena tikam bergelimang
di sekitar mereka, dan si pembunuh juga sedang sekarat di tengah-tengah mereka! Andaikata
dengan penderitaan akibat beberapa kali tikaman itu kita dapat membayangkan Umar sedang
berpikir untuk meminta Abdur-Rahman bin Auf menggantikannya salat suatu hal yang jauh
dapat dibayangkan akal tidaklah kita dapat membayangkan saat itu orang dapat mengatur
barisan sementara mereka dalam suasana kegamangan dan ketakutan. Tentunya ketika itu Umar
sudah diusung ke rumahnya di dekat Masjid dalam keadaan sadar atau pingsan karena
dahsyatnya tikaman itu dan orang-orang mengelilinginya ketika dibawa masuk kepada
keluarganya. Orang-orang yang terkena tikam dan dibawa keluar dari Masjid atau dipindahkan
ke sekitarnya itu, sudah diberi pertolongan. Mayat Fairuz juga dikeluarkan dan dibawa ke
Butaiha. Setelah itu orang kembali ke Masjid dan membicarakan kejadian itu sampai kemudian
ada orang yang mengingatkan mereka akan waktu salat. Ketika itulah mereka meminta Abdur-
Rahman bin Auf untuk mengimami salat.

Umar Menanyakan Siapa yang Membunuhnya

Seiring terbitnya matahari pagi, berita mengerikan tersebut tersebar ke seantero Madinah.
Penduduk ingin mengetahui lebih jelas mengenai kejadian yang sangat mengejutkan itu. Bahkan
pemuka pemuka dari masing masing kabilah segera berkumpul di halaman rumah umar untuk
mengetahui kondisi kesehatanya.

Abdullah ibn Abbas mengungkapkan Aku masih berada ditempat Umar dan dia belum sadarkan
diri hingga mata hari terbit. Setelah siuman, sambil berbaring ia bertanya: Apakah orang orang
sudah shalat?

Sudah", jawab Abdullah ibn Abbas.

Setelah itu ia memerintahkan Abdullah ibn Abbas untuk mencari tahu orang yang telah
menusuknya. Aku segera belajar keluar dan menemui para pemuka kabilah.

Saudara saudaraku, kata Abdullah ibn Abbas, Amirul mumunin ingin mengetahui apakah
peristiwa ini merupakan konspirasi kalian?

Para pemuka kabilah yang mendengar pertanyaan tersebut menjadi kecut, dan serentak berkata,
Semoga Allah melindungi kami, kami tidak tahu. Mana mungkin itu akan terjadi. Jika kami
tahu, pasti kami bersedia menebusnya dengan nyawa kami atau anak anak kami."

Lalu siapa yang menikam amirilmukminin? Tanya Abdullah bin Abas lagi.

Ia ditikam oleh musuh allah, Abu Luluah budak Mughirah bin Syubah, jawab mereka.

Abdullah bin Abbas kembali dalam rumah Khalifah Umar dan menyampaikan kabar orang yang
telah menikamnya. Alhamdulillah, aku tidak dibunuh oleh seorang muslim, tidak mungkin
orang arab akan membunuhku, kata Umar.

Kemudian Umar R.A. menangis. Umar R.A. berkata "Demi Allah, jika aku dapat meninggalkan
dunia ini tanpa ada perkara yang memberatkanku dan tak ada apa-apa untukku, maka aku akan
bahagia."

Abdullah ibn Abbas R.A. berkata "Ya Amirul Mukminin, Rasulullah S.AW. meninggalkan dunia
ini dan dia merasa bahagia denganmu, tidak ada dua orang Muslim yang berselisih berkenaan
dengan kekhalifahanmu, setiap orang bahagia dengan kekhalifahanmu."

Umar R.A. berkata "Aku tahu itu, tapi kekhalifahan ini membuatku khawatir. Wahai Abdullah,
dudukkan aku", kemudian mereka mendudukkannya. Kemudian Umar memegang bahu
Abdullah dan berkata "Wahai Abdullah, maukah kau bersaksi untukku di hari kiamat?"

Abdullah berkata "Aku akan bersaksi untukmu di hari kiamat."

Kemudian Umar berbaring di pangkuan putranya, Abdullah ibn Umar. Dia berkata kepadanya
"Tempatkan pipiku di lantai."

Abdullah ibn Umar R.A. berkata "Kenapa ayah?" sembari mengecup kening Umar, dan
menempatkan pipinya di lantai.

Umar berkata "Jika aku ditakdirkan berada di surga, maka bantal surga lebih lembut daripada
pahamu, dan jika aku ditakdirkan masuk neraka, maka kau tidak menginginkan seorang
penghuni neraka di atas pahamu."

Selain itu, ia juga berpesan kepada anaknya agar menjual benda benda yang dimilikinya untuk
melunasi utang utangnya. Sebab ia tidak ingin meninggalkan dunia dengan membawa kewajiban
yang belum diselesaikan.

Kemudian Umar R.A. memberitahu anggota keluarganya "Lembut-lembutlah dalam


mengkafaniku karena jika Allah menakdirkanku surga, maka Allah akan memberikanku yang
lebih baik daripada ini, dan jika Allah menakdirkan neraka untukku, maka Allah akan
mencabutku dari semua ini. Berlembutlah dalam menggali kuburku, karena jika Allah
menakdirkanku surga, maka dia akan meluaskan kuburku. Dan jika Allah menakdirkan neraka
untukku, maka kubur itu akan menghimpitku."

Kemudian dia berkata kepada anaknya, yaitu Abdullah ibn Umar "Ya Abdullah, pergilah dan
tanyakan kepada Aisyah R.A., apakah dia membolehkanku untuk dikubur disamping Rasulullah
S.A.W. dan Abu Bakar R.A.?"

Lalu pergilah Abdullah ibn Umar R.A., dia mengetuk pintunya dan masuk ke rumah Aisyah R.A.
Ternyata Aisyah R.A. sedang menangis, dan dia memberikan salam padanya kemudian bertanya
pada Aisyah "Umar meminta untuk dikuburkan di samping Rasulullah S.A.W. dan Abu Bakar
R.A., apakah kau mengizinkannya?"

Aisyah R.A. berkata "Aku sudah memesan tempat itu untuk diriku, karena Rasulullah adalah
suamiku dan Abu Bakar adalah ayahku, tapi aku akan memberikannya kepada Umar."

Dan riwayatnya menyebutkan ketika Abdullah datang, Umar sedang berbaring dan dia berkata
"Dudukkan aku." Kemudian mereka mendudukkannya, lalu Abdullah memasuki ruangan dan
berkata "Wahai ayahku, keinginanmu dikabulkan."
Umar R.A. berkata "Aku tidak punya keinginan apapun melebihi itu. Ketika aku meninggal dan
kau membawaku untuk dikuburkan, tanyakan kepada Aisyah R.A. lagi, mungkin karena statusku
dia merasa keberatan untuk memberikanku tempat itu. Tanyakan dia lagi, dan jika dia setuju,
maka kuburkan aku disana, kalau tidak, maka kuburkan aku di pemakaman umat Muslim."

Beberapa hari setelah peristiwa penikanman, Umar bin Khatab menghembuskan nafas
terakhirnya dan menyisakan duka mendelam dikalangan umat islam. Seandainya lematian Umar
bin khatab tidak melalui proses yang sangat keji dan tragis, mungkin kesedihan tidak akan
beerlarut larut dan dendam tidak akan bersarang di dalam dada para keluarga.

Bagai manapun kondisi islam sepeninggalan Umar saat itu, dapat dikatakan bahwa islam telah
mencapai kegemilangan dan ini tidak dapat dilepaskan dari peran uamar bin khatab. Inilah salah
satu masterpiece Umar bin Khatabyang berhasil ditorehkan semasa hidupnya.

Dan Umar R.A. meninggal dan dikuburkan di samping Abu Bakar R.A. dan Rasulullah S.A.W.

Anda mungkin juga menyukai