Anda di halaman 1dari 9

‫اَ ْل ُم ْب َت َدأ ُ َوا ْل َخ َب ُر‬

(Mubtada’ dan Khobar)

A. Mubtada
1. Definisi
Mubtada dan khobar merupakan bagian dari posisi isim yang harus di rapa'kan. 'Amil
untuk mubtada adalah ibtida. Maksudnya amil yang mempengaruhi sehingga mubtada
menjadi marfu' adalah posisinya yang ada diawal perkataan. Sementara khobar dipengaruhi
oleh mubtada.

‫المبتدأ اسم مرفوع في أول الجملة‬


Mubtada' adalah isim-isim yang di rafa'kan yang berada di awal kalimat.
Contoh-contoh:

‫التحافة حلوة‬ 
(buah apel itu manis)

‫الصورة جميلة‬ 
(gambar itu bagus)

‫الجري مفيد‬ 
(lari itu berfaidah)

‫القطار سريع‬ 
(kereta itu cepat)

‫النظافة واجبة‬ 
(kebersihan itu wajib)

‫األرض مستديرة‬ 
(bumi itu bulat)

Pembahasan :
Semua contoh-contoh diatas adalah susunan jumlah. Dan setiap susunan jumlah tersebut itu
terdiri dari dua buah kalimat isim. Maka isim yang pertama dinamakan" mubtada'” dan jika

kalimat yang pertama saja kita baca seperti lafadz: ‫ الجري‬،‫ الصورة‬، ‫التفاحة‬ maka tidak
dapat di mengerti maksudnya , tetapi kalau kita hubungkan antara kalimat pertama dan kedua
seperti contoh-contoh diatas maka kalimat itu dapat diketahui maksudnya seba telah
diterangkan keadaan kalimat pertama oleh kalimat kedua, maka kalimat kedua itu dinamakan
"khabar"

2. Definisi Para Ahli


Banyak para nuhat (ulama ahli nahwu) yang memberikan definisi terhadap kaidah
yang satu ini, sehingga mubtada termasuk salah satu kaidah nahwu yang mempunyai banyak
pendefinisian, sebagai berikut:
a. Menurut Seyekh Daud As-Shonhaji

‫المبتداء هو االسم المرفوع العارى عن العوامل اللفظية‬


b. Menurut Syekh Aj-Jurjani
‫ او الصفة الواقعة بعد االلف‬،‫العوامل اللفظية مسندا اليه‬،‫المبتداء هو االسم المجرد عن االستفهام‬
‫او حرف النفي الرافعة للظاهر‬
c. Menurut Syekh Ibnu Hisyam Al-Anshori
‫المبتداء هو االسم المجرد عن العوامل اللفظية لالسناد فى اسم الجنس يشمل الصريح والمؤول‬   
d. Menurut Agus Shahib Al-Khairani
‫المبتداء هو اسم مرفوع مجرد عن العوامل اللفظية تبدأ به الجملة االسمية سوء كان اسما صريحا‬
‫او مؤوال‬ 
Dari empat definisi diatas dapat ditarik empat persamaan yang dapat menjadi konsep
dasar dari mubtada, yaitu:
a) Mubtada itu adalah isim marfu’( termasuk isim yang beri’rab rafa’).
Contoh:
ْ
ٌ‫ال َولَ ُد ن َِشيْط‬ 
(Anak itu rajin)

‫أَبُوْ كَ َما ِه ٌر‬ 


(Bapakmu adalah orang yang pandai)
ْ
ِ ‫القَا‬ 
‫ضى عَا ِد ٌل‬
(Hakim itu adil)
b) Tidak dimasuki amil (indikator) yang bersifat lafdi.
c) Mubatada dapat dibentuk dari isim sharih  atau muawwal.
3. Penjelasan
Mubatada adala isim yang beri’rab rafa’ dan termasuk anggota dari marfuatil asma ,
selain dari fail, naib al-fail dll. Sebagaimana dalam kajian ilmu nahwu semua keadaan i’rab
harus beralasan, dengan kata lain tidak mungkin mubtada ber’irab rafa’ tanpa adatu:
 indikator yang melatar belakanginya yang lajim disebut amil /awaamil, secara garis besar
ada dua amil dalam nahwu, yaitu:

1. Amil maknawi (‫معنوي‬ ‫)عامل‬


‫ما ال يتلفظ باللسان وال يدرك بالعين بل بالجنان فقط‬  
“Ialah amil yang tidak dapat diucapkan maupun dilihat akan tetapi hanya dapat dirasakan
dengan hati”

2. Amil lafdzi   (‫لفظي‬ ‫)عامل‬

 ‫ما يتلفظ باللسان و يدرك بالعين‬


“Ialah amil yang dapat diucapkan dan dilihat”
Untuk rafa’ mubtada itu sendiri seperti yang telah di jelaskan bahwa mubtada tidak
dimasuki amil yang berbentuk lafdzi melainkan amil yang berbentuk maknawi, yang menurut
ulama ahli nahwu amil maknawi yang merafa’kan mubtada adalah ibtida (menjadi
peemulaan), sebagaimana imam ibnu malik dalam kitabnya yang sangat popular dikalangan
pesantren dan bahkan menjadi kurikulum wajib dipesantren-pesantren tradisional, ia berkata:

‫ كذاك رفع خبر بالمبتداء‬# ‫ورفعوا مبتداء باالبتداء‬


Jadi amil yang merafa’kan mubtada sifatnya kasat mata tidak mampu dilihat dengan
panca indra, akan tetapi ta’sir (pengaruh)nya jelas terlihat.
Untuk bahan baku pembentukan mubtada kita dapat membentuknya dari isim sharih seperti

dalam contoh ‫هلل‬ ‫الحمد‬ atau isim muawwa lseperti dalam contoh ‫خير لكم‬ ‫وان تصوموا‬.

Mubtada bisa di buat dari isim dzahir dan bisa juga dibentuk dari isim dlomir. 

Contoh mubtada yang dibuat dari isim dzahir:

‫جدي ٌد‬ ‫القَلَ ُم‬ = Pena itu baru


‫ َك ِر ْي ٌم‬ ‫ُم َح َّم ٌد‬ = Muhammad adalah orang yang mulia

‫ َما ِه ٌر‬  ُ‫الطَّالِب‬ = Siswa itu pandai


Kata-kata yang diberi warna merah diatas adalah isim dzahir yang menempati posisi
mubtada. Sementara kata-kata yang berposisi setelahnya adalah khobar.

Contoh mubtada yang dibuat dari isim dlomir:

‫ ُمدَرِّ س‬ ‫ = ه َُو‬Dia adalah Guru


ٌ‫طَبِيْب‬ ‫ = أنا‬Saya adalah Dokter
‫ ُم ْسلِ ٌم‬  َ‫ = أ ْنت‬Kamu adalah seorang muslim

Kata-kata yang diberi warna biru di atas adalah mubtada yang dibuat dari isim dlomir
yang mufrod.

4. Klasifikasi Mubtada
Jika kita melakukan pengklasifikasifian terhadap mubtada, maka mubtada daapat
diklasifikasikan dari dua sisi, yaitu:
a. Berdasarkan komponennya, mubatada terbagi menjadi dua, yaitu:
1) Mubtada isim sharih, adapun yang termasuk isim sharih adalah domir munfasil, isim
alam, isim isyaroh, isim mausul, isim yang dima’rifatkan dengan alif lam, isim yang
diidhafatkan kepada isim ma’rifat seperti contoh‫الحمد هلل‬
2) Mubtada muawwal bi as-sharih, yaitu mubtada yang terbuat dari fiil mudhari yang
didahului oleh ‫ ان‬amil nawasib ‫)ان‬  masdariah) jika fiil mudhari di dahului

oleh ‫ان‬ amilnawasib maka bias ditakwil menjadi masdar seperti dalam contoh ‫وان‬

‫خير لكم‬ ‹‫تصوموا‬ bias di takwil menjadi  ‫خير لكم‬ ‫صيامكم‬

b. Berdasarkan mubtadanya, mubtada terbagi menjadi dua yaitu:


1) Mubtada lahu khobar, yaitu mubtada yang khobarnya terbuat dari isim sharih atau
isim muawwal bi as-sharih, seperti contoh ‫الحمد هلل‬ dan ‫خير لكم‬ ‫صيامكم‬
2) Mubtada lahu fail sadda masadda khobar, yaitu mubtada yang khobarnya berupa fail
yang menduduki posisi khobar, hal ini apabila mubtada terbuat dari isim fail, sifat
musabahat yang didahului oleh nafyi atau istifham, seperti dalam contoh ،‫ما عالم زيد‬

‫ما قتيل زيد‬،‫اعالم زيد‬


3) Mubtada lahu naib fail sadda masadda khobar, yaitu mubtada yang khobarnya berupa
naib al-fail yang menduduki posisi khobar, hal ini apabila mubtada terbuat dari isim
maful yang didahului oleh nafyi atau istifham, seperti dalam contoh   ،‫ما مضروب‹ زيد‬

‫امضروب زيد‬

5. Hukum-Hukum Yang Berhubungan Dengan Mubtada


Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi oleh mubtada, yaitu:
a. Mubtada harus berada di permulaan kalimat
b. Mubtada harus beri’rab rafa’
c. Isim yang dijadikan mubtada harus berupa isim ma’rifat dan tidak boleh dari isim
nakiroh, seperti perkataan imam ibnu malik dalam kitab alfiyah
‫نمرة‬ ‫ ما لم تفد كعند ريد‬# ‫وال يجوز االبتداء بالنكرة‬
d. Mubtada tidak boleh dimasuki amil lafdzi
Keempat syarat tersebut harus terpenuhi agar dapat dikatakan sebagai mubtada, namun itu
hanya merupakan konsep dasar dari mubtada karena pada kenyataannya banyak terdapat
dalam literatur bahasa arab yang tidak sesuai dengan syarat tersebut, sebagaimana berikut:

1) Mubtada boleh terletak setelah khobar (asal susunannya adalah mubtada-


khabar) dengan ketentuan sebagai berikut:
a) Hukumnya boleh, jika keadaannya sebagai berikut:
 Jika memberikan penekanan pada makna kobar, karena itu yang menjadi maksud
pokok, seperti dalam kalimat ‫(ممن‹‹وع الت‹‹دخين‬dilarang merokok) kata ‫الت‹‹دخين‬ yang
merupakan mubtada boleh diletakan setelah khobarya hal ini bertujuan untuk
memberikan penekanan pada khobar bahwa meroko itu dilarang.
 Jika susunan mubtada dan khobar didaului oleh huruf nafyi atau istifham, seperti
dalam contoh  ‫(اقائم انت‬apakah yang berdiri itu engkau), kata ‫انت‬ yang merupakan
mubtada boleh diletakan setelah khobar karena didahului oleh huruf istifham.
 Jika khobar berbentuk sibhu jumlah (jar majrur atau dzorof) sedangkan mubtada
terbuat dari isim ma’rifat seperti dalam contoh ‫امام القاضى قائل الحق‬ (didepan hakim

ada orang yang berkata benar) kata ‫قائ‹‹ل الحق‬ yang merupakan mubtada boleh
diletakan setelah khobarya karena khobarnya dibentuk dari sibhu jumlah.

b) Hukumnya wajib, jika keadaannya sebagai berikut:


 Jika khobar berbentuk sibhu jumlah sedangkan mubtada terbuat dari isim nakirah,
seperti dalam contoh ‫( عن‹‹دي دين‹‹ار‬saya mempunyai uang dinar), kata ‫دين‹‹ار‬ yang
merupakan mubtada harus diletakan setelah khobar karena mubtada terbuat dari isim
nakirah.
 Jika khobar terbuat dari kata yang harus terletak di awal kalimat seperti isim istifham,
dalam contoh ‫م‹‹‹تى االمتح‹‹‹ان‬ (kapan ujian?), kata ‫االمتح‹‹‹ان‬ merupakan mubtada
harus diletakan setelah khobar karena khobarnya terbuat dari kata yang harus
diletakan diawal kalimat.
 Jika mutada menyimpan domir yang kembali pada khobar, seperti dalam contoh    ‫على‬

‫قلوب اقفالها‬  (kunci hati terletak pada hati itu sendiri), kata  ‫اقفالها‬ merupakan mubtada


harus  diletakan setelah khobar karena mubtada menyimpan domir yang kembali pada
khobarnya.

2) Boleh membuat mubtada dari isim nakirah


Pada konsep awal kita tidak boleh membuat mubtada dari isim nakiroh namun pada
kenyataannya ada mubtada yang terbuat dari isim nakiroh dan hal ini pun diperbolehkan
dengan beberapa syarat, yang lajim disebut dengan musawwigat (hal-hal yang membolehkan
membuat mubtada dari isim nakiroh), adapun jumlah musawwighotsetiap referensi memuat
dengan jumlah yang berbeda, namun yang saya akan bahas adalah apa yang syekh ibnu malik
katakana dalam kitab alfiyah
‫ ورجل من الكرام عندنا‬# ‫وهل فتى فيكم فما خل لنا‬
‫ بر يزين وليقس ما لم يقل‬# ‫ورغبة فى الخير خير وعمل‬
       Jika bait diatas di sarikan maka kita dapat  membuat mubtada dari isim nakiroh  dengan
musawwigot-musawwigot sebagai berikut
1.      Jika isim nakiroh didahului oleh istifham seperti contoh ‫فيكم‬ ‫هل فتى‬

2.      Jika isim nakiroh didahului oleh huruf nafyi seperti contoh‫لنا‬ ‫خل‬ ‫ما‬ 

3.      Jika isim nakiroh disifati seperti dalam contoh ‫رجل من الكرامعندنا‬ 


4.      Jika isim nakiroh beramal terhadap kalimat setelahnya, seperti dalam
contoh ‫خير‬ ‫رغبة فى الخير‬

5.      Jika isim nakiroh di idhofatkan pada isim nakiroh ,seperti contoh ‫يزين‬ ‫عمل بر‬ 


Selain dari musawwigot diatas sebenarnya masih banyak musawwigot-musawwisot yang
lain, bahkan Agus Shahib Al-khaironidalam kitab audloh al-manaahij  memuat 19
musawwigot, untuk lebih penjelasan lebih lengkapnya silahkan dibaca kitab tersebut.

3) Membuang mubtada, khobar atau kedua-duanya


   Pada konsep awal mubtaa dan khobar harus  ada pada sebuah kalimat, namun kitah boleh
membuang salah satu dari mubtada atau khobar bahkan kita bias membuang keduanya.
1.      Membuang mubtada, dengan ketentuan sebagai berikut:
a.       Membuang mubtada
 Hukumnya boleh hal ini dalam sebuah pertanyaan, yang mana dengan menjawab
khobarnya saja sudah mafhum, seperti dalam contoh ‫كيف زيد؟ دنف‬  asalnya

adalah  ‫زيد دنف‬
2.      Membuang khobar
Hukumnya boleh membuang khobar dengan syarat perkataan dapat dimengerti.
Seperti dalam sebuah pertanyaan  ‫من عندكما ؟ زيد‬  asalnya ‫عندنا زيد‬  
3.   Membuang keduanya
Hukumnya boleh dengan syarat perkataan dapat dimengerti seperti jawab   ‫نعم‬ dari

pertanyaan  ‫هل انت مسلم؟‬asalnya ‫نعم انا مسلم‬

B. Khobar Mubtada' (‫)خبر المبتدأ‬


1. Definisi
Khobar merupakan posisi isim yang ditempatkan setelah mubtada. Karena keberadaan
khobar ini sebagai predikat dari mubtada.

‫الخبر اسم مرفوع( يكون مع المبتدأ جملة مفيدة‬ 

Khobar adalah isim yang di rafa'kan yang bersama mubtada' ia membentuk kalimat
sempurna.

2. Jenis-Jenis Khobar

Khobar terdiri dari dua bagian yaitu; khobar mufrod dan khobar ghoiru mufrod.
a. Khobar mufrod adalah isim yang dijadikan khobar tetapi bukan merupakan jumlah
kendati dalam bentuknya adalah mutsanna ataupun jamak. Seperti contoh berikut ini:

ِ ‫ ُم ْسلِ َم‬ ‫هُ َما‬ = Mereka berdua adalah dua orang muslim


‫ان‬
َ‫َاجرُون‬ِ ‫ت‬ ‫أ ْنتُ ْم‬ = Kalian adalah para pedagang

Kata-kata yang diberi warna merah pada contoh diatas adalah khobar mufrod, dimana
yang pertama merupakan kalimat dalam bentuk mutsanna dan pada contoh yang kedua
merupakan kalimat dalam bentu jamak mudzakar salim.

b. Khobar Ghoiru mufrod adalah khobar yang terdiri atau dibentuk dari jumlah atau
syibhul jumlah.
Jumlah terdiri dari dua bagian; jumlah ismiyyah dan jumlah fi'liyyah. Sementara syibhul
jumlah pun terdiri atas 2 bagian yaitu; dzaraf dan jar wa majrur.

Contoh Khobar ghoiru mufrod dari jumlah:

 Dari jumlah Ismiyyah : ٌ‫خَا ِد ُمهُ نَ ِش ْيطَة‬ ‫زَ ْي ٌد‬ = Zaid pembanunya rajin
 Dari jumlah Fi'liyyah : ‫يَجْ لِسُ َعلَى ال ُكر ِسى‬  ُ‫الطَّالِب‬ = Siswa itu duduk diatas kursi

Contoh khobar ghairu mufrod dari sibhul jumlah:

 ِ ‫أ َم‹‹ا َم البَ ْي‬ ‫الفِنَ‹‹ا ُء‬ = Halaman itu berada didepan


Dari dzaraf/kata keterangan tempat : ‫ت‬
rumah
 ِ َ‫ َعلَى ال َم ْكت‬ ُ‫ال ِمرْ َس َمة‬  =  Pensil itu diatas meja
Dari jar dan majrur : ‫ب‬

Latihan :

1. Tentukan mana mubtada' mana khobar dalam contoh ‹‫( الهواء متجدد‬udara itu segar)
2. Isilah titik2 dibawah ini dengan kalimat isim yang di rafa'lan sebagai khobar dari
mubtada' yang ada ‫ الزهرة‬.......!
3. Berilah mubtadah pada titik2 di bawah ini ........ ‫باكية‬
4. Rubahlah fail dalam kalimat ini sebagai mubtada' dan fiilnya menjadi khobar ‫يندم‬
‫( الكسالن‬pemalas itu menyesal)!
5. Buatlah susunan mubtada' khobar selain contoh2 diatas?
6. Sebutkan 5 khobar dari mubtada' ‫الماء‬......
Referensi:

1.     Kitab audloh al-masalik
2.     Kitab mutammimah al-jurumiah
3.     Skripsi Husni Gundar (mubtada wa al-khobar fii surat al-a’raf)
4.     Kitab  qawaaid al-lugah al-arabiyah
https://ikbalngajionline.blogspot.co.id/2016/08/mubtada-mubtada-adalahkaidah-dalam-ilmu.html

http://www.hambaallah.net/2014/09/bahasa-arab-mubtada-dan-khobar-oleh.html

http://belajarbahasaarabuntukpemula.blogspot.co.id/2016/08/mubtada-dan-khobar.html

Anda mungkin juga menyukai