Anda di halaman 1dari 7

PENDEKATAN FILOLOGI DALAM STUDI ISLAM

Anwar Khoironi Abdul Wahab


Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta
Email : anwarkho27@gmail.com

Pendahuluan
Sudah berabad abad ilmu pengetahuan mengalami banyak perubahan dan
perkembangan. Perkembangan zaman yang sangat pesat membuat penguna media
semakin meningkat. Sudah berabad abad pula bangsa indonesia ini memeluk agama
Islam. Suatu agama yang mempunyai peradaban yang sangat luar biasa. Peradaban
yang diwariskan salah satunya yaitu berupa manuscript (teks kuno) yang berisi
tentang teks keislaman yang sangat berharga. Dengan kemajuan zaman ini banyak
manuscript yang terlupakan. Sulitnya mencari referensi juga menjadi salah satu
terhambatnya mendalami teks kuno atau manuscript.1 Untuk menindak lanjuti hal
ini diperlukan referensi yang memadai dan perlu adanya pendekatan filologi

Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang mempunyai banyak pulau, bahasa dan
beraneka ragam seni dan budaya. Salah satu produk keberagaman di indonesia
adalah naskah kuno atau biasa disebut dengan manuscript. Banyak diantara oran
orang terdahulu membuat teks teks untuk kepentingan umum. Mulai dari kalangan
atas dan kalangan bawah. Dengan adanya naskah kuno ini, sejarah sejarah
peradaban dapat di ketahuinya dan dapat terungkap.2 Maka dari itu khazanah
peninggalan berupa naskah kuno begitu sangat penting dalam kajian keilmuan
peradaban, baik peradaban islam atau selainnya.
Ribuan naskah yang telah dibuat oleh orang orang sangatlah disayangkan
jika tidak ada yang menkajinya. Naskah kuno ini bisa dijadikan sumber untuk kajian
dalam mempelajari kebudayaan yang bersangkutan. Hal ini, karena suatu kaum
dapat dilihat dari karya yang dibuatnya. Di nusantara sendiri, masih sangat banyak.
Hal ini di buktikan dengan banyaknya keanekaragaman aspek kehidupan. Misalnya
masalah sosial, agama, ekonomi, budaya, politik, bahasa dan sastra. Apabila dilihat
dari masalah tersebut isinya mengacu pada sifat-sifat historis, didaktis, relegius dan
belletri.3

1
Ahmad Zaidun, Filologi : Buku Studi Bahasa dan Sastra Arab . 2013. Surabaya: IAIN
Sunan Ampel.hal 1
2
. I Ketut Nuarca, Metode Filologi Sebagai Suatu Pengantar. 2017, Universitas Udayana,
Fakultas Ilmu Budaya. Hal 7
3
. Siti Baroroh dkk, Pengantar Teori Filologi. 1985. Jakarta Timur: Pusat dan Pembinaan
dan Pengambangan Bahasa, Hal 4
Filologi merupakan suatu kajian yang bertugas menelaah dan menkaji suatu
teks teks terdahulu. Cabang ilmu ini memang belum begitu familiar di kalangan
masyarakat. Karya karya tulisan jaman dahulu banyak yang terabaikan akibat dari
kurangnya pengetahuan di kalangan masyarakat, khususnya masyarakat islam.
Oleh karena itu, perlu pengetahuan mendalam tentang kajian filologi supaya dapat
menjadi awal untuk menkaji karya karya kuno dengan lebih maksimal.

Makna Pendekatan Filologi


Filologi berasal dari kata dalam bahasa Yunani, yaitu kata “philos” yang
berarti ‘cinta’ dan “logos” yang berarti ‘pembicaraan’, ‘kata’ atau ‘ilmu’. Pada kata
“filologi” kedua kata itu secara harfiyah membentuk arti “cinta kata-kata” atau
“senang bertutur”. Arti ini kemudian berkembang menjadi “senang belajar”,
“senang kepada ilmu” atau “senang kebudayaan”, hingga dalam perkembangannya
sekarang filologi identik dengan ‘senang kepada tulisan-tulisan yang ‘bernilai
tinggi’.4
Sebagai istilah, kata ‘filologi’ mulai dipakai kira-kira abad ke-3 SM oleh
sekelompok ilmuwan dari Iskandariyah. Istilah ini digunakan untuk menyebut
keahlian yang diperlukan untuk mengkaji peninggalan tulisan yang berasal dari
kurun waktu beratus-ratus tahun sebelumnya. Pada saat itu, perpustakaan
Iskandariyah mendapatkan banyak naskah berupa gulungan papyrus dari beberapa
wilayah di sekitarnya. Sebagian besar naskah tersebut sudah mengandung sejumlah
bacaan yang rusak dan korup, diantaranya adalah naskah-naskah Alkitab yang
muncul dalam beberapa versi. Keadaan ini mendorong para ilmuwan untuk
mengadakan kajian untuk mengetahui firman Tuhan yang dianggap paling asli.
Mereka menyisihkan kekeliruan-kekeliruan yang terdapat dalam naskah-naskah
kuno tersebut. Jika naskah yang mereka hadapi dalam jumlah besar atau lebih dari
satu naskah, maka kajian juga dihadapkan pada bacaan-bacaan (varian-varian) yang
berbeda.
Dalam perkembangan terakhirnya, filologi menitikberatkan pengkajiannya
pada perbedaan yang ada dalam berbagai naskah sebagai suatu penciptaan dan
melihat perbedaan-perbedaan itu sebagai alternatif yang positif. Dalam hubungan
ini suatu naskah dipandang sebagai penciptaan kembali (baru) karena
mencerminkan perhatian yang aktif dari pembacanya. Sedangkan varian-varian
yang ada diartikan sebagai pengungkapan kegiatan yang kreatif untuk memahami,
menafsirkan, dan membetulkan teks bila ada yang dipandang tidak tepat.
Obyek kajian filologi adalah teks, sedang sasaran kerjanya berupa naskah. Naskah
merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan peninggalan tulisan masa
lampau, dan teks merupakan kandungan yang tersimpan dalam suatu naskah.

. Chamamah Soeratno, Siti. 1999. “Studi Filologi: Pengertian Filologi”. Yogyakarta


4

IAIN Sunan Kalidjaga


‘Naskah’ sering pula disebut dengan ‘manuskrip’ atau ‘kodeks’ yang berarti tulisan
tangan.
Naskah yang menjadi obyek kajian filologi mempunyai karaktristik bahwa
naskah tersebut tercipta dari latar social budaya yang sudah tidak ada lagi atau yang
tidak sama dengan latar social budaya masyarakat pembaca masa kini dan
kondisinya sudah rusak. Bahan yang berupa kertas dan tinta serta bentuk tulisan,
dalam perjalanan waktu telah mengalami kerusakan atau perubahan. Gejala yang
demikian ini terlihat dari munculnya berbagai variasi bacaan dalam karya tulisan
masa lampau.
Dalam konteks keindonesiaan, manuskrip Islam terbagi ke dalam tiga jenis.
Pertama, manuskrip berbahasa dan tulisan Arab. Kedua, manuskrip Jawi, yakni
naskah yang ditulis dengan huruf Arab tapi berbahasa Melayu. Ketiga, manuskrip
Pegon, yakni naskah yang ditulis dengan huruf Arab tapi menggunakan bahasa
daerah seperti, bahasa Jawa, Sunda, Bugis, Buton, Banjar, Aceh dan lainnya.
Manuskrip keislaman di Indonesia lebih banyak berkaitan dengan ajaran tasawuf,
seperti karya Hamzah Fansuri, Syeh Nuruddin ar-Raniri, Syeh Abdul Rauf al-
Singkili, dan Syeh Yusuf al-Makassari. Tidak sedikit pula yang membahas tentang
studi al-Quran, tafsir, qiraah dan hadis. Misalnya Syeh Nawawi Banten dengan
tafsir Marah Labib dan kitab Al-Adzkar. Ada pula Syeh Mahfudz Termas dengan
Ghunyah at-Thalabah fi Syarh ath-Thayyibah, al-Badr al Munir fi Qiraah Ibn Katsir
dan karya-karyanya yang lain. Sebagian karya-karya tersebut sudah ditahqiq, dalam
proses tahqiq, dan dicetak tanpa tahqiq .Sementara sebagian besar lainnya masih
berupa manuskrip. Padahal umumnya, karya kedua tokoh ini juga menjadi rujukan
dunia Islam, tidak hanya di Indonesia.
Menilik dari sangat banyaknya khazanah klasik yang ada di Nusantara,
merupakan sebuah pekerjaan besar untuk mentahqiq kitab-kitab peninggalan ulama
klasik tersebut.
Tinjauan Pustaka
Tinjauan pustaka merupakan uraian secara sistematis mengenai hasil-hasil
yang pernah dilakukan sebelumnya oleh peneliti terdahulu dan memiliki keterkaitan
dengan penelitian yang akan dilakukan. Berdasarkan hasil telaah kepustakaan yang
peneliti lakukan, pembahasan mengenai tema yang akan peneliti teliti diantaranya
sebagai berikut:
1. Skripsi yang di tulis oleh Muhammah Abdun Nur Asysya’, Fakultas Ushuluddin
dan Pemikiran Islam Tahun 2017 dengan Judul Sejarah dan Karakteristik
Manuskrip Mushaf Al Qur’an H Abdul Karim (Kajian Filologi). Dalam skripsi
ini membahas tentang mushaf Al-Qur’an. Penelitian ini mengunakan pendekatan
filologi. Dan dalam makalah ini hanya menjelaskan tentang makna filologi dan
kaitannya dengan studi islam.5

Tawaran Penulis
Berbicara signifikansi filologi sangatlah penting untuk memecahkan
masalah yang terjadisaat ini. Hasil dari studi dengan pendekatan filologis, menurut
Adams, adalah sebuah sumber pustaka (literatur) yang dapat menyentuh semua
aspek kehidupan dan kesalihan umat Islam. Tidak hanya menjadi rujukan
pengetahun Barat tentang Islam, filologis juga memainkan peranan penting di dunia
Islam. Outcome dari pendekatan filologis ini sebagian besar telah dimanfaatkan
oleh para intelektual, politisi, dan sebagainya.
Selain itu, filologi harus turut andil dalam studi Islam. Hal terpenting yang
dimiliki oleh mahasiswa Muslim adalah kekayaan literatur klasik seperti sejarah,
teologi, dan mistisisme. yang kesemuanya tidak mungkin dipahami tanpa bantuan
filologi. Penelitian agama dengan menggunakan pendekatan filologi dapat dibagi
dalam tiga pendekatan, yaitu tafsir, content analysis, dan hermeneutika. Ketiga
pendekatan tersebut tidak terpisah secara ekstrim. Pendekatan-pendekatan itu bisa
over lapping, saling melengkapi, atau bahkan dalam sudut tertentu sama. Filologi
berguna untuk meneliti bahasa, meneliti kajian linguistik, makna kata-kata dan
ungkapan terhadap karya sastra.
Di sini, arti penting pendekatan filologis dalam lingkup kajian rekonstruksi
teks adalah guna memberikan gambaran yang lebih jelas terhadap karya-karya yang
tidak mencantumkan nama pengarang dalam tulisan manuskripnya, ataupun
penisbatan sebuah karya yang masih bersifat meragukan, seperti dalam kasus
sebuah karya tafsir sufi yang secara meragukan dinisbatkan kepada Ibnu ‘Arabi —
hanya lantaran isinya yang banyak mengungkapkan konsep wahdat al-wujûd. Di
sini, pendekatan rekonstruksi teks menjadi jawaban bagi persoalan yang lekat
dengan upaya penerbitan sebuah teks hasil kajian tafsir hadis dari salinan-salinan
manuskripnya yang ada.
Meneliti agama memang tidak dapat di pisahkan dari aspek bahasa
(philology),karena manusia adalah makhluk berbahasa sedangkan doktrin agama di
pahami,di hayati dan di sosialisasikan melalui bahasa.
Pendekatan ini memang belum banyak digunakan, meskipun oleh pihak-
pihak pengguna kitab-kitab klasik itu sendiri, seperti pesantren-pesantren di
Indonesia. Oleh karena itu perlu adanya sosialisasi dan penyadaran terhadap
pentingnya pendekatan filologi dalam studi Islam.

5
. Muhammad Abdun Nur, “Sejarah dan Karakteristik Manuskrip Mushaf Al Qur’an H
Abdul Karim (Kajian Filologi). 2017. Yogyakarta. UIN Sunan Kalijaga.
Penutup
Pendekatan filologi dalam pengkajian Islam sudah dikenal cukup lama.
Pendekatan ini sangat populer bagi para pengkaji agama terutama ketika mengkaji
naskah-naskah kuno peninggalan masa lalu. Karena obyek dari pendekatan filologi
ini adalah warisan-warisan keagamaan, berupa naskah-naskah klasik dalam bentuk
manuskrip. Naskah-naskah klasik itu meliputi berbagai disiplin ilmu; sejarah,
teologi, hukum, mistisme dan lain-lainnya yang belum diterjemahkan ke dalam
bahasa Eropa dan belum dimanfaatkan di negara-negara muslim. Alat untuk
mengetahui warisan-warisan intelektual Islam itu adalah bahasa, seperti bahasa
Arab, Persia, Turki dan Urdu.6
Studi filologi merupakan kunci pembuka khazanah budaya lama yang
terkandung dalam naskah-naskah. Karena itu, menurut Charles, studi filologi
haruslah diteruskan dalam studi, karena banyak naskah yang meliputi sejarah,
teologi hukum, mistik dan lain-lainnya, belum diterjemahkan ke dalam bahasa
Eropa dan belum dikaji oleh negara-negara Islam.
Pendekatan filologi ini memang akan mampu mengungkap corak pemikira
serta isi dari suatu naskah atau suatu kandungan teks untuk kemudian
ditransformasikan ke dalam bahasa konteks kekinian. Karena penekanan dalam
studi filologi terletak pada analisa bahasa dengan seluruh strukturnya. Tetapi
persoalannya menjadi lain manakah studi filologi ini diterapkan pada pengkajian
kitab suci. Dalam hal ini, Charles memberikan ilustrasi dengan mengemukakan
kajian komperasi semitik terhadap kitab suci al-Qur’an. Asumsi awalnya, bahwa
al-Qur’an itu diturunkan dengan menggunakan bahasa yang serumpun dengan
bahasa Semit, termasuk didalamnya kitab suci agama Yahudi, karena al-Qur’an
dengan bahasa Arab yang sama serumpun dengan bahasa Semit, maka ketika ada
bahasa yang sama dengan pola struktur bahasa sebelumnya akan dianggap sebagai
pinjaman dari bahasa itu. Implikasi lebih jauh akan berkaitan dengan tradisi yang
berlaku pada suatu masyarakat. Karena itu tidak mengherankan apabila ada asumsi
bahwa sebagian bahasa al-Qur’an merupakan pinjaman dari bahasa lain yang
mencerminkan tradisi dari bahasa sebelumnya. Inilah-yang menurut Charles-
menjadi masalah signifikan dalam kajian yang bersifat filologi
Disamping pendekatan filologi, bagi Charles pendekatan historis juga
sangat membantu dalam pengkajian Islam, terutama dalam konteks untuk
mengetahui perubahan dan perkembangan. Pendekatan historis ini tidak hanya
menjelaskan bagaimana suatu peristiwa terjadi, tetapi lebih dalam mencoba
menguraikan hukum kausalitas dari suatu peristiwa kesejarahan. Oleh karena itu,
biasanya dalam pendekatan ini, asumsi untuk membangun hipotetis adalah suatu

6
. [Charles J.Adams, ‘’Islamic Relegious Tradition’’ dalam Leonard Binder[edt.], The
Study of The Middle East; Research and Scholarship ib The Humanities an The Social Sciences
[New York; John Wiley dan Sons, 1976], hal. 31
pertanyaan mengapa dan bagaimana. Dalam hal ini-menurut Charles-esensinya
adalah menggabungkan pendekatan filologi yang penekanannya pada bahasa
dengan pendekatan historis yang sangat berguna untuk memahami kondisi
masyarakat pada suatu masa tertentu.7
Melalui pendekatan historis seseorang diajak menukik dari alam idealis ke
alam yang bersifat empirik dan mendunia. Dari keadaan ini seseorang akan melihat
adanya kesenjangan atau keselarasan antara yang terdapat dalam alam idealis
dengan yang ada di alam empiris dan historis.

Daftar Pustaka
Siti Baroroh dkk, Pengantar Teori Filologi. 1985. Jakarta Timur: Pusat dan
Pembinaan dan Pengambangan Bahasa.

I Ketut Nuarca, Metode Filologi Sebagai Suatu Pengantar. 2017, Universitas


Udayana, Fakultas Ilmu Budaya.

[Charles J.Adams, ‘’Islamic Relegious Tradition’’ dalam Leonard Binder[edt.], The


Study of The Middle East; Research and Scholarship ib The Humanities an
The Social Sciences [New York; John Wiley dan Sons, 1976].

Muhammad Abdun Nur, Skirpsi “Sejarah dan Karakteristik Manuskrip Mushaf Al


Qur’an H Abdul Karim (Kajian Filologi). 2017. Yogyakarta. UIN Sunan
Kalijaga.

Chamamah Soeratno, Siti. 1999. “Studi Filologi: Pengertian Filologi”. Yogyakarta


IAIN Sunan Kalidjaga

Ahmad Zaidun, Filologi : Buku Studi Bahasa dan Sastra Arab . 2013. Surabaya:
IAIN Sunan Ampel

Clifford Geertz, 1981 Abangan, Santri, Priyayi Dalam Masyarakat Jawa,


terjemahan, Jakarta: Pustaka Jaya,

Djamaris, E. (t.th.). Filologi dan Cara Kerja Penelitian. Dalam, Istadiyatha, Labo-
ratorium Filologi.Surakarta: Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Sastra dan
Seni Rupa Universitas Sebelas Maret

Sedyawati, E., dkk (eds). (2001). Sastra Jawa, Suatu Tinjauan Umum. Jakarta:
Balai Pustaka.

7
Charles J.Adams, ‘’Islamic Relegious Tradition’’ dalam Leonard Binder[edt.], The
Study of The Middle East; Research and Scholarship ib The Humanities an The Social Sciences
[New York; John Wiley dan Sons, 1976], hal. 43
Baharudin, J., Jusuf, J., & Sudibjo. (1969). Katalogus Naskah-Naskah Lama Me-
layu di dalam Simpanan Museum Pusat Jakarta. Malaysia: Dewan Bahasa
dan Pustaka.

Anda mungkin juga menyukai