Anda di halaman 1dari 19

STUDI PEMIKIRAN ISLAM

ILMU KALAM, FIQIH , FILSAFAT DAN TASAWUF


STUDI PEMIKIRAN ISLAM ILMU KALAM, FILSAFAT DAN
TASAWUF

Disusun Oleh:

Paham 19720040
M Asmuni 19720057
Edi Suratno 19720061
Cicik Suryani 19720049
Dani Tisngatun 19720012
Zayani Kontesa 19720068

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH METRO


PASCA SARJANA ADMINISTRASI PENDIDIKAN
TAHUN AKADEMIK 2019/2020
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah yang telah memuliakan umat islam dengan
menurunkan al-Qur'an dan menjadikannya sebagai sumber hukum, nasihat,
petunjuk, obat dan rahmat. Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan pada
Rasulullah SAW, keluarganya, sahabat-sahabatnya, dan siapa saja yang mengikuti
jejak-jejak mereka hingga akhir zaman.
Dengan pertolongan Allah, maka makalah studi pemikiran islam ilmu
kalam, fiqih , filsafat dan tasawuf studi pemikiran islam ilmu kalam, filsafat dan
tasawuf ini dapat di selesaikan. Dalam makalah ini, pembahasannya tidak terlalu
panjang lebar dalam membahas sesuatu topik, namun pembahasannya cukup
singkat dan padat, terkadang kami memilih dari salah satu pendapat para ulama
yang kami anggap kuat. Demikianlah makalah ini kami buat, dan kami menyadari
masih banyak kekurangan didalam penulisan makalah ini. Demi kebenaran
makalah ini kami memohon saran kepada mahasiswa mahasiswi dan khususnya
kepada dosen kami Dan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Aamiin.

Metro, 05 Desember 2019


Penyusun

ii
DAFTAR ISI

COVER
KATA PENGANTAR .................................................................................... ii
DAFTAR ISI .................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 1
C. Tujuan Masalah ................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................. 3
A. Studi Pemikiran Islam Ilmu Kalam ...................................................... 3
1. Definisi Ilmu Kalam ...................................................................... 3
2. Aliran-aliran Ilmu Kalam .............................................................. 3
B. Studi Pemikiran Islam Ilmu Fiqh ........................................................ 9
1. Definisi Ilmu Fiqh ......................................................................... 9
2. Model-model Penelitian Hukum Islam ......................................... 9
3. Objek Penelitian Fikih .................................................................. 10
C. Studi Pemikiran Islam Ilmu Filsafat .................................................... 10
1. Definisi Filsafat ............................................................................. 10
2. Cabang-cabang Filsafat ................................................................. 11
3. Model-model Penelitian Filsafat Islam ......................................... 11
D. Studi Pemikiran Islam Ilmu Tasawuf ................................................... 12
1. Definisi Tasawuf ........................................................................... 12
2. Tujuan dan Karakteristik Tasawuf ................................................ 12
3. Model-model Penelitian Tasawwuf .............................................. 13
BAB III PENUTUP ......................................................................................... 14
A. Kesimpulan ......................................................................................... 14
B. Saran .................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Studi-studi agama dewasa ini mengalami perubahan orientasi yang jauh
berbeda jika dibandingkan dengan kajian-kajian agama sebelum abad ke-19.
Umumnya pengkajian agama sebelum abad ke-19 memiliki beberapa
karakteristik yang antara lain, sinkritisme, penemuan arca baru, dan untuk
kepentingan misionari dipicu oleh semangat dan ilmu pengetahuan dan
teknologi sehingga orientasi dan metodologi studi islam mengalami
perubahan.
Adapun studi islam sendiri merupakan ilmu keislaman mendasar.
Dengan studi ini, pemeluknya mengetahui dan menetapkan ukuran ilmu, iman,
dan amal perbuatan kepada Allah swt. Diketahui pula bahwa islam sebagai
agama yang memiliki banyak dimensi yaitu mulai dari dimensi keimanan, akal
fikiran, politik, ekonomi, ilmu pengetahuan dan teknologi lingkungan hidup,
dan masih banyak lagi yang lainnya. Untuk memahami berbagai dimensi
ajaran islam tersebut jelas memerlukan berbagai pendekatan yang digali dari
berbagai disiplin ilmu. Selama ini islam banyak dipahami dari segi teologis
dan normative.
Untuk itu, kita perlu mempelajari studi pemikiran Islam yang dilihat dari
ilmu kalam, filsafat dan tasawuf agar lebih memahami ajaran islam, dan lebih
mendekatkan diri kepada Allah swt secara tulus tanpa paksaan dari pihak
manapun dan dapat menjadikan kita sebagai muslim yang benar-benar
berkualitas.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana studi pemikiran Islam ilmu kalam ?
2. Bagaimana Studi Pemikiran Islam Ilmu Fiqh ?
3. Bagaimana studi pemikiran Islam ilmu filsafat ?
4. Bagaimana studi pemikiran Islam ilmu tasawuf ?

1
C. Tujuan Masalah
1. Mengetahui studi pemikiran Islam ilmu kalam.
2. Mengetahui studi pemikiran Islam ilmu Fiqh.
3. Mengetahui studi pemikiran Islam ilmu filsafat.
4. Mengetahui studi pemikiran Islam ilmu tasawuf.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Studi Pemikiran Islam Ilmu Kalam


1. Definisi Ilmu Kalam
Ilmu kalam ialah ilmu yang membicarakan tentang wujud Tuhan
(Allah), sifat-sifat Tuhan yang mesti ada pada-Nya, sifat-sifat yang tidak
ada pada-Nya dan sifat yang mungkin ada pada-Nya dan membicarakan
tentang rasul-rasul Tuhan, untuk menetapkan kerasulannya dan mengetahui
sifat-sifat yang mesti ada padanya dan sifat-sifat yang mungkin
terdapat padanya.
Ahmad Hanafi (1996 : 5), berpendapat bahwa ilmu kalam
juga dinamakan ilmu aqaid atau ilmu Ushulludin. Hal ini dapat dimengerti,
karena persoalan kepercayaan yang menjadi pokok ajaran agama itulah yang
menjadi pokok pembicaraannya.1
2. Aliran-aliran Ilmu Kalam
a. Kaum Khawarij
Khawarij timbul dari kalangan pasukan Sayyinda Ali tatkala
terjadi hebat-hebatnya perang antara Ali dengan Muawiyah di Shiffin.
Muawiyah merasa kewalahan dan bermaksud melarikan diri. Kemudian
timbul pemikiran tahkim. Pasukannya mengangkat Al-Qur’an sebagai
isyarat agar tahkim dengan al-Qur’an. Pihak Ali tetap bertempur terus.
Lalu ada sebagian pengikut Ali meminta kepadanya agar mau menerima
tahkim. Akhirnya Ali menerima tahkim dengan rasa terpaksa. Kemudian
diperoleh kesepakatan masing-masing mengangkat seorang
hakim. Mu’awiyah memilih Amr ibn al-Ash. Semula Ali sendiri
bermaksud memilih Abdullah bin Abbas, tetapi orang-orang khawarij
ini menghendaki Abu Musa al-Asy’ari. Tahkim bermaksud dengan

1 Ahmad Hanafi. “Theology Islam : Ilmu Kalam” diakses dari


http://asiahw.blogspot.co.id/2013/11/makalah-msi-studi-pemikiran-islam.html/. Pada tanggal 10
Oktober 2017. Pukul: 20:39 WIB.

3
berkesudahan turunnya Sayyidina Ali dari khalifah dan tetapnya
Mu’awiyah, yang berarti kemenangan baginya.
Melihat kejadian ini, orang-orang khawarij yang semula menyetujui
adanya tahkim, mereka beralih pendirian, merasa dikecewakan sekali.
Tahkim dianggap sebagai dosa besar, bukan mencari penyelesaian
ummat. Karena itu mereka meminta kepada Sayyidina Ali agar segera
bertaubat dari dosa besar ini. Dia menjadi kafir karena menerima tahkim,
sebagaimana orang-orang khawarij sendiri juga menjadi kafir, hanya saja
mereka segera bertaubat. Sampai sekarang, Khawarij masih terdapat di
Tropoli Barat, Al-Jazair, Pulau Zanzibar Oman di Jazirah Arab, dengan
jumlah seluruhnya hanya sekitar 25.000 orang saja. Harun Nasution
(1986 : 22) berpendapat bahwa pada mulanya kaum khawarij merupakan
golongan yang tidak mau turut campur dalam pertentangan-pertentangan
yang terjadi ketia itu dan mengambil sikap menyerahkan penentuan
hukum kafir atau tidak kafirnya orang yang bertentangan itu kepada
Tuhan.
Ajaran-ajaran pokok Khawarij adalah khilafah, dosa dan iman.
Apabila firqah Syi’ah berpendapat bahwa khilafah itu bersifat waratsah,
yaitu warisan turun-temurun, dan demikian pula yang terjadi kemudian
khilafah-khilafah bani Umayyah dan Bani Abbasiyyah, maka berbeda
sama sekali pendirian Khawarij ini tentang khilafah. Mereka
menghendaki kedudukan khalifah dipilih secara demokratis melalui
pemilihan bebas.
b. Kaum Murjiah
Murji’ah berasal dari bahasa Arab ‫ أرجى يرجى ارجا‬yang berarti
menunda ; atau dari kata ‫ رجا يرجو رجاء‬yang berarti mengharapkan.
Murjiah adalah bentuk isim fail dari kata tersebut diatas, berarti orang
yang menunda atau orang yang mengharapkan.2 Dalam arti yang
pertama dimaksudkan berarti golongan atau faham yang

2 Abdul Rozak. Ilmu Kalam, 2010. Bandung: Pustaka Setia. Hal: 70

4
menanggungkan keputusan sesuatu hal (mulanya, persoalan orang yang
berbuat dosa besar) nanti dikelak kemudian hari disisi Allah.
Golongan Murjiah, sebagaimana halnya golongan Khawarij, juga
lahir karena didahului oleh persoalan politik, yaitu persoalan imamah
yang berakibat terjadinya pertumpahan darah, sehingga timbul persoalan
bagaimana hukum yang berbuat dosa besar karena membunuh orang
tanpa sebab yang dibenarkan. Apakah ia masih tetap mukmin atau sudah
menjadi kafir sebagaimana pendapat golongan Khawarij, jika ia mati
belum berbuat tobat.
Golongan Murjiah tidak ingin menetapkan hukumnya menjadi
kafir, tetapi menangguhkan putusannya di akhirat nanti disisi Tuhan, dan
mengharapkan rahmat dan ampunannya.
Persoalannya semula adalah orang-orang Khawarij menganggap
Ali telah berdosa besar dan menjadi kafir, demikian pula Usman, tidak
demikian halnya dengan Abu Bakar dan Umar.
Sebaliknya, pengikut-pengikut yang setia kepada Ali, mereka
menganggap Abu Bakar, Umar dan Usman telah merampas jabatan
Khalifah yang menurut pandanfan mereka seharusnya jabatan itu
diduduki oleh Ali.
Tampaknya golongan Murjiah tidak ingin melibatkan diri dalam
soal kafir mengkafirkan ini, melainkan menyerahkan saja urusan itu
kepada Allah. Dengan demikian, maka lahirlah golongan Murjiah.
c. Golongan Qodariyah dan Jabariyah
Golongan Qodariyah adalah golongan yang berpendapat bahwa
manusia mempunyai kemampuan untuk melaksanakan kehendaknya ;
manusia mempunyai kemerdekaan dan kebebasan dalam menentukan
perjalanan hidupnya ; manusia mempunyai kebebasan dan kekuatan
sendiri untuk mewujudkan perbuatan-perbuatannya. Pengertian
Qodariyah disini bukan berasal dari pengertian bahwa manusia itu
terpaksa tunduk kepada qadar Allah. Didalam bahasa Inggris faham
Qodariyah dikenal dengan nama free will atau free act.

5
Sebaliknya golongan Jabariyah berpendapat bahwa manusia
tidak mempunyai kemerdekaan dan kebebasan dalam menentukan
kehendak dan perbuatannya. Manusia terikat kepada mutlak Tuhan.
Jadi Qadariyah berasal dari qadar yang berarti kemampuan atau
kekuatan manusia, bukan diambil dari arti qadar atau kepastian Tuhan.
Dan Jabariyah diambil dari jabara yang berarti memaksa ; bukan manusia
memaksakan kehendak-Nya, tetapi Tuhan mamaksakan kehendak-Nya,
sebaliknya manusia berbuat atau mengerjakan sesuatu dalam keadaan
terpaksa.3
Kapan timbulnya faham Qadariyah ini tidak dapat diketahui
dengan pasti, tetapi menurut keterangan ahli teologi Islam bahwa
Qadariyah ditimbulkan oleh Ma’bad al-Juhani, menurut pendapat lain
bersama dengan temannya yang bernama Ghailan al-Damsyiqi, yang
mengambil dari orang kristen yang masuk Islam di Irak. Menurut al-
Dzahabi Ma’bad adalah orang Tabi’i yang baik. Ma’bad mati terbunuh
dalam pertampuran melawan al-Hallaj tahun 80 H. dan Ghailan
menyiarkan faham Qadariyah ini di Damaskus pada masa pemerintahan
Umar ibn Abd al-Aziz. Selain ia menyiarkan faham Qadariyah ia juga
merupakan salah seorang tokoh Murjiah al-Shalihiyyah.
d. Kaum Mu’tazilah
Mu’tazilah sebagai sebuah aliran teologi memiliki akar dan
produk pemikiran tersendiri. Yang dimaksud akar pemikiran di sini
adalah dasar dan pola pemikiran yang menjadi landasan pemahaman dan
pergerakan mereka. Sedangkan yang dimaksud produk pemikiran adalah
konsep-konsep yang dihasilkan dan dasar dan pola pemikiran yang
mereka yakini tersebut.
Mu’tazilah adalah kelompok yang mengadopsi faham qodariyah,
yaitu faham yang mengingkari taqdir Allah ; dan menjadikan akal (rasio)
sebagai satu-satunya sumber dan metodologi pemikirannya. Dari sinilah

3 Ibid. Hal:81

6
Pemikiran mu’tazilah berakar dan melahirkan berbagai kongklusi
teologis yang menjadi ideologi yang mereka yakini.
Disebutkan dalam buku “al-mausu‘ah al-muyassarah fi’ladyan
wa‘lahzab al-mu’ashirah” bahwa pada awalnya sekte Mu’tazilah ini
mengusung dua pemikiran yang menyimpang (mubtadi ), yaitu:
a. Pemikiran bahwa manusia punya kekuasaan mutlak dalam memilih
apa yang mereka kerjakan dan mereka sendirilah yang menciptakan
pekerjaan tersebut.
b. Pemikiran bahwa pelaku dosa besar bukanlah orang mu’min tetapi
bukan pula orang kafir, melainkan orang fasik yang berkedudukan
diantara dua kedudukan - mu’min dan kafir—(manzilatun baina
‘lmanzilataini)
Dari dua pemikiran yang menyimpang ini kemudian berkembang
dan melahirkan pemikiran-pemikiran turunan seiring dengan
perkembangan Mu’tazilah sebagai sebuah sekte pemikiran.
Sejalan dengan keberagaman akal manusia dalam berfikir maka
pemikiran yang dihasilkan oleh sekte Mu’tazilah ini pun sama
beragamnya. Tidak hanya beragam akan tetapi melahirkan sub-sub sekte
yang tidak sedikit jumlahnya. Setiap sub sekte memiliki corak pemikiran
tersendiri yang ditentukan oleh corak pemikiran pimpinan sub sekte
tersebut.
Aliran Mu’tazilah lahir kurang lebih pada permulaan abad kedua
hijrian di kota Basrah pusat ilmu dan peradaban Islam kala itu, tempat
perpaduan aneka kebudayaan asing dan pertemuan bermacam-macam
agama (Hanafi, Ahmad, 1996 : 39).
Dalam bukunya, “al-farqu baina ‘lfiroq”, Al-Baghdadi
menyebutkan bahwa sekte Mu’tazilah terbagi menjadi 20 sub sekte.
Keduapuluh sub sekte ini disebutnya sebagai Qodariyah Mahdhah.
Selain duapuluh sub sekte tersebut masih ada lagi dua sub sekte
Mu’tazilah yang oleh al-Baghdadi digolongkan sebagai sekte yang sudah

7
melampaui batas dalam kekafiran, kedua sekte tersebut adalah ; al-
Khabithiyah dan al-Himariyyah.
Namun, meskipun sudah terbagi dalam lebih dan duapuluh sub
sekte mereka masih memiliki kesatuan pandangan dalam beberapa
pemikiran. Hal tersebut ditegaskan Al-Baghdadi dengan menyebutkan
enam pemikiran yang mereka sepakati, pemikiran-pemikiran tersebut
adalah:
Pemikiran bahwa Allah tidak memiliki sifat azali, dan pemikiran
bahwa Allah tidak memiliki ‘ilmu, qudrah, hayat, sama’, bashar, dan
seluruh sifat azali.
Pemikiran tentang kemustahilan melihat Allah dengan mata
kepala dan keyakinan mereka bahwa Allah sendiri tidak bisa melihat
“Diri”-Nya dan yang lain pun tidak bisa melihat “Diri”-Nya.
Pemikiran tentang ke-baru-an (hadis) kalamu’llah dan ke-baru-
an perintah, larangan dan khabar-Nya. Yang kemudian kebanyakan
mereka mengatakan bahwa kalamu’llah adalah makhluk.
Pemikiran bahwa Allah bukan pencipta perbuatan manusia bukan
pula pencipta perilaku hewan. Keyakinan mereka bahwa manusia
sendirilah yang memiliki kemampuan (qudrah) atas perbuatannya sendiri
dan Allah tidak memiliki peran sedikitpun dalam seluruh perbuatan
manusia juga seluruh perilaku hewan. Inilah alasan Mu’tazilah disebut
Qodariyah oleh sebagian kaum muslimin.
Pemikiran bahwa orang muslim yang fasiq berada dalam satu
manzilah diantara dua manzilah – mu’min dan kafir – (manzilah
baina’lmanzinlatain). Inilah alasan mereka disebut Mu’tazilah.
Pemikiran bahwa segala sesuatu perbuatan manusia tidak diperintahkan
oleh Allah atau dilarang-Nya adalah sesuatu yang pada dasarnya tidak
Allah kehendaki.Inilah sebagian produk pokok pemikiran Mu’tazilah
yang cukup mewakili identitas Mu’tazilah sebagai sebuah sekte
pemikiran, seluruh pemikiran Mu’tazilah adalah produk dari kekuatan

8
mereka berpegang teguh pada akal rasional. Sehingga sekte ini adalah
sekte yang paling menguasai ilmu kalam.

B. Studi Pemikiran Islam Fiqh


1. Definisi Ilmu Fiqh
Ilmu fikih merupakan pengetahuan tentang hukum-hukum syari’at
Islam mengenai perbuatan manusia yang diambil dari dalil-dalil yang
terperinci. Fikih juga terkait langsung dengan kehidupan manusia. Kita
akan selalu memiliki hubungan dengan fikih sejak kita lahir sampai
meninggal. Contohnya, segala amal yang berhubungan dengan ibadah,
mu’amalat, kepidanaan, dan sebagainya. Ilmu Fikih memiliki dalil-dalil
terperinci yang merupakan satuan-satuan dalil yang masing-masing
menunjukkan kepada suatu hukum tertentu.
Fikih sebagai produk pemikiran, adalah produk hukum yang
diputuskan oleh Mujtahid. Berdasarkan pemikiran tersebut, maka
munculah penelitian dan pengembangan hukum Islam, untuk menguji dan
menyelidik hukum agar sesuai dengan tuntutan zaman guna mengatasi
setiap permasalahan yang timbul di dalam pemikiran umat.

2. Model-model Penelitian Hukum Islam


a. Model Harun Nasution
Harun Nasution telah berhasil mendeskripsikan struktur
Hukum Islam secara konprehensif. Melalui pendekatan sejarah beliau
membagi perkembangan hukum Islam ke dalam 4 periode, yaitu
periode Nabi, periode sahabat, periode ijtihad serta kemajuan dan
periode taklid serta kemunduran. Dengan demikian model penelitian
yang digunakan Harun Nasution adalah penelitian eksploratif,
deskriptif, dengan menggunakan pendekatan kesejarahan.

9
b. Model Noel J. Coulson
Dalam penelitiannya Coulson menggunakan pendekatan
historis. Melalui penelitiannya hukum Islam ditempatkan sebagai
perangkat norma dari perilaku teratur dan merupakan suatu lembaga
sosial dengan memenuhi kebutuhan manusia akan kedamaian dalam
masyarakat.

c. Model Mohammad Atho Mudzhar


Atho Mudzhar melakukan penelitian hukum Islam
menggunakan penelitian uji teori atau uji asumsi (hipotesis) yang
berlandaskan kepada teori yang terdapat dalam ilmu sosiologi hukum.
Permasalahan hukum yang terdapat dalam lingkungan sosial sering
berkaitan dengan kehidupan sosial, ekonomi, kriminalitas, masalah
perkawinan, dan masalah sosial lainnya.

3. Objek Penelitian Fikih


Objek dan ruang lingkup fikih adalah perbuatan orang-orang
mukallaf tentang orang-orang yang dibebani ketetapan-ketetapan hukum
agama Islam. Menurut Ta’rif ahli ilmu ushul yang dibicarakan oleh fikih
adalah segala pekerjaan para mukallaf dari jurusan hukum hidup. Adapun
hasil pembicaraan atau mahmulnya adalah salah satu hukum yang lima,
yaitu hukum ta’rif yang lima: Ijab (wajib), Nadab (anjuran/sunnah),
Tahrim (haram), Karahah (makruh), dan Ibahah (mubah) Dengan
demikian, ruang lingkup penelitian fikih aadalah perbuatan mukallaf
menurut apa yang telah ditetapkan syara’ tentang ketentuan hukumnya.

C. Studi Pemikiran Islam Ilmu Filsafat


1. Definisi Filsafat
Filsafat adalah berpikir menurut tata tertib (logika) dengan bebas
(tidak terikat pada tradisi, dogma, dan sebagainya) dan dengan sedalam-
dalamnya sehingga sampai ke dasar-dasar sebuah persoalan. Filsafat

10
merupakan hasil kekuatan akal manusia untuk memahami hakikat
Tuhan, alam dan manuisa. Filsafat Islam pada dasarnya merupakan
medan pemikiran yang terus berkembang dan berubah.4
Sebagai suatu ilmu, filsafat merupakan ilmu yang menjawab
persoalan-persoalan yang belum atau tidak dapat dijawab oleh ilmu
pengetahuan biasa.
2. Cabang-cabang Filsafat
1. Metafisika
Filsafat tentang hakikat yang ada dibalik fisika dan alam semesta
yang berada diluar atau diatas pengalaman manusia.
2. Logika
Filsafat mengenai pikiran yang benar dan salah.
3. Etika
Filsafat mengenai tingkah laku yang baik dan buruk.
4. Estetika
Filsafat mengenai karya atau kreasi yang indah dan jelek.
5. Epistemologi
Filsafat mengenai ilmu pengetahuan.
3. Model-model Penelitian Filsafat Islam
a. Model M. Amin Abdullah
Penelitian yang menggunakan metode penelitian kepustakaan yang
bercorak deskriptif, serta mengambil pendekatan studi tokoh dengan
cara melakukan studi komparasi.
b. Model Otto Horrassowitz, Majid Fakhary dan Harun Nasution
Penelitian yang termasuk penelitian kualitatif dengan sumber kajian
pustaka serta menggunakam metode deskriptif analitis, dan
menggunakan pendekatan historis dan tokoh.

4 Abuddin Nata. “Ilmu Kalam, Filsafat dan Tasawuf” diakses


dari http://asiahw.blogspot.co.id/2013/11/makalah-msi-studi-pemikiran-islam.html/. Pada tanggal
10 Oktober 2017. Pukul: 21:10 WIB.

11
c. Model Ahmad Fuad Al-Ahwani
Penelitian kepustakaan yang bersifat penelitian deskriptif kualitatif
dan menggunakan pendekatan yang bersifat campuran antara
pendekatan historis, kawasan dan tokoh.

D. Studi Pemikiran Islam Ilmu Tasawuf


1. Definisi Tasawuf
Tasawuf adalah suatu ilmu yang mempelajari bagaimana
seseorang atau bagaimana cara kita mendekatkan diri kepada tuhan,
tanpa adanya paksaan yang dating dari luar maupun dari dalam diri
sendiri, sehingga seseorang tersebut merasa sangat dekat dengan
tuhannya, tidak ada hal lain yang lebih berharga dibandingkan
menghambakan diri pada tuhan. seperti halnya kehidupan para sufi.5
Metode penelitian tasawuf, mempergunakan metode penelitian
ilmu-ilmu sosial, terutama analisis kesejarahan dan pendekatan
phenomenology (verstehen). Penelitian yang menggunakan pendekatan
phenomenology atau verstehen harus mengerti dengan keadaan objek.
2. Tujuan dan Karakteristik Tasawuf
Tujuan tasawuf bukanlah ubntuk mendapatlkan pengetahuan
intuitif tentang kenyataan, tetapi untuk menjadi abdi Allah. Karakter
tasawuf menurut Al-Tafzani ada lima, yaitu:
a. Peningkatan moral
b. Pemenuhan fana dalam realistis mutlak
c. Pengetahuan intuitif langsung
d. Timbulnua rasa kebahagian karena karunia Tuhan
e. Penggunaan simbol-simbol dalam pengungkapan perasaan yang
mengandung pengertian harfiah maupun tersirat

5 Atang abd. Hakim. Metodologi Studi Islam. 2009. Bandung: PT Remaja Rosdkarya. Hal: 161

12
3. Model-model Penelitian Tasawwuf
1. Model Sayyed Husain Nasr
Penelitian kualitatif dengan pendekatan tematik yang berdasarkan
studi kritis terhadap ajaran tasawuf.
2. Model Mustafa Zahri
Bersifat eksploratif yang menekan pada taswuf berdasarkan literature
yang ditulis oleh para Ulama terdahuludengan mencari sandaran
kepada Al-quran dan Hadits.
3. Model Kautsar Azhari Noor
Studi tentang tokoh dengan pahamnya yang khas.
4. Model Harun Nasution
Penelitian menggunakan pendekatan tematik yang bersifat deskriptif.
5. Model A.J. Arberry
Penelitian yang menggunakan pendektan kombinasi antara
pendekatan tematik dengan pendekatan tokoh.

13
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
a. Ilmu kalam ialah ilmu yang membicarakan tentang wujud Tuhan
(Allah), sifat-sifat Tuhan yang mesti ada pada-Nya, sifat-sifat yang tidak
ada pada-Nya dan sifat yang mungkin ada pada-Nya dan membicarakan
tentang rasul-rasul Tuhan, untuk menetapkan kerasulannya dan
mengetahui sifat-sifat yang mesti ada padanya dan sifat-sifat yang
mungkin terdapat padanya.
b. Ilmu fikih merupakan pengetahuan tentang hukum-hukum syari’at Islam
mengenai perbuatan manusia yang diambil dari dalil-dalil yang terperinci.
Fikih juga terkait langsung dengan kehidupan manusia. Kita akan selalu
memiliki hubungan dengan fikih sejak kita lahir sampai meninggal.
Contohnya, segala amal yang berhubungan dengan ibadah, mu’amalat,
kepidanaan, dan sebagainya. Ilmu Fikih memiliki dalil-dalil terperinci
yang merupakan satuan-satuan dalil yang masing-masing menunjukkan
kepada suatu hukum tertentu.
c. Filsafat adalah berpikir menurut tata tertib (logika) dengan bebas (tidak
terikat pada tradisi, dogma, dan sebagainya) dan dengan sedalam-
dalamnya sehingga sampai ke dasar-dasar sebuah persoalan. Filsafat
merupakan hasil kekuatan akal manusia untuk memahami hakikat Tuhan,
alam dan manuisa. Filsafat Islam pada dasarnya merupakan medan
pemikiran yang terus berkembang dan berubah.
d. Tasawuf adalah suatu ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang atau
bagaimana cara kita mendekatkan diri kepada tuhan, tanpa adanya paksaan
yang dating dari luar maupun dari dalam diri sendiri, sehingga seseorang
tersebut merasa sangat dekat dengan tuhannya, tidak ada hal lain yang
lebih berharga dibandingkan menghambakan diri pada tuhan. seperti
halnya kehidupan para sufi

14
B. Saran
Demikianlah makalah ini kami buat, dan kami menyadari masih banyak
kekurangan didalam penulisan makalah ini. Demi kebenaran makalah ini kami
memohon saran kepada mahasiswa mahasiswi dan khususnya kepada dosen
kami Dan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi bagi kita semua. Aamiin.

15
DAFTAR PUSTAKA

Hakim, Atang Abd. 2009. Metodologi Studi Islam. Bandung: PT Remaja


Rosdkarya
Hanafi, Ahmad. 1996. Theology Islam : Ilmu Kalam. Jakarta: Bulan Bintang.
Nata, Abuddin. 1995. Ilmu Kalam, Filsafat dan Tasawuf. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
Rozak, Abdul. 2010. Ilmu Kalam. Bandung: Pustaka Setia.
http://asiahw.blogspot.co.id/2013/11/makalah-msi-studi-pemikiran-islam.html/

16

Anda mungkin juga menyukai