Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah Nya
sehingga kelompok 4 bisa menyelesaikan tugas makalah ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dosen pada
mata kuliah tasawuf nusantara. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan ilmu tentang tasawuf nusantara bagi para pembaca dan bagi penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada bapak sulaiman selaku dosen pengampu mata
kuliah tasawuf nusantara yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini jauh dari kata sempurna. Oleh karea itu,
kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.
Cover ..................................................................................................................................
Dalam konteks sejarah Islam di kepulauan Melayu Nusantara, tasawuf bukanlah fenomena baru
dan asing. Sejak awal pesatnya perkembangan Islam dan perlembagaannya pada abad ke-13-15
M, komunitas-komunitas Islam yang awal telah mengenal tasawuf sebagai bangunan spiritualitas
Islam yang kaya dengan kearifan dan amalan-amalan yang dapat menuntun para penuntut ilmu
suluk menuju pemahaman yang mendalam tentang tauhid.
Tasawuf merupakan bagian dari metode penyebaran ajaran Islam yang sangat mempunyai
kemiripan dalam metode pendekatan-pendekatan agama Hindu-Buddha yang merupakan sistem
keagamaan masyarakat Indonesia sebelum Islam. Kemiripan dalam metode pendekatan dengan
latihan kerohanian, inilah yang kemudian mempermudah berkembangnya tasawuf di Indonesia.
Tasawuf merupakan alat dari salah satu persebaran Islam di Indonesia. Hal tersebut disebabkan
karena sebagian besar penyebaran Islam di nusantara merupakan jasa para sufi.
Tasawuf berkembang pertamakalinya di Aceh abad ke17 M. Paham itu dibawa oleh para
pedagang melayu sehingga sampai di Demak dan Banten. Berdirinya kerajaan pasai menjadi titik
sentral berkembangnya islam diSumatra dan sebelah utara pesisir pulau jawa. Berkat kegigihan
para tokoh lahirlah kerajaan Demak yang kemudian menguasai Banten dan Batavia. Dan
penyebaran tasawuf dipulau jawa dibawa oleh Walisanga
Sejak kecil Syekh Yusuf sudah menampakkan tanda-tanda kecintannya pada ilmu
pengetahuan keislaman, sehingga dalam waktu yang relatif singkat ia berhasil menamatkan Al-
qur’an 30 juz. Kemudian ia belajar ilmu Nahwu Sharaf, Mantiq, gaya bahasa (bayan ma’ani)
serta balaghah. Dengan menguasai ilmu alat ia mampu mempelajati kitab-kitab fiqih, tafsir,
hadits dan tasawuf. Yang terakhir ini lebih menarik perhatiannya, karena islam pada awal
masuknya di Sulawesi Selatan bercorak mistik disamping bercorak fiqih dengan orientasi
mazhab tertentu.
Dalam rangka memperdalam yang diperolehnya dan ssekaligus menunaikan rukun islam
yang kelima, Syekh Yusuf meninggalkan pelabuhan Tallo (Makassar) pada 22 september 16445
dengan menumpang kapal dagang portugis. Dalam perjalanannya ia sempat singgah di Banten
dan berkenalan dengan putra makhkota kerajaan Banten. Dari banten ia melanjutkan
perjalanannya ke Aceh dan bertemu dengan Syekh Nuruddin ar-Raniri. Melalui Syekh ar-Raniri
ia mempelajari tarekat Qadiriyah dan berhasil memperoleh ijazah.
Dalam perjalanan menunaikan haji mendapatkan pengalaman dan ilmu yang berlipat
ganda melalui beberapa guru terkenal sehingga tidaklah heran jika sepulang ke Indonesia Syekh
Yusuf memberi kontribusi besar bagi perkembangan dakwah islam dan intelektual di Indonesia.
Syekh Yusuf mempunyai peran yang cukup besar dalam melanjutkan proses islamisasi di
Sulawesi yang telah dirintis sebelumnya oleh tiga mubaligh minangkabau, yaitu Abdul Makmur
Khatib bergelar Datuk Ri Bandang, Sulaiman Khatib Selung bergelar Datuk Ri Patimang, dan
Abdul Jawad Khatib Bungsu bergelar Datuk Ri Tiro. Di samping itu, Syekh Yusuf juga berjasa
dalam menyebarluaskan dan mengembangkan islam di Bnten, Sri Langka, dan Afrika Selatan.
Aktifitasnya di bidang keagamaan sejalan dengan keinginan dan cita-cita Sultan Ageng
Tirtayasa untuk menjadikan Banten sebagai suatu kerajaan islam yang besar, kubu pertahanan
islam di Nusantara dalam membendung dan menentang keinginan kompeni Belanda untuk
menjajah Tanah Air. Oleh karena itu, di samping sebagai mufti, ia juga diangkat sebagai
panglima perang dan menantu Sultan Ageng Tirtayasa. Ketika Sultan ditangkap kompeni
Belanda, Syekh Yusuf bersama pangeran Purbaya dan Pangeran Kidul masuk ke hutan untuk
bergerilya. Kemudian di Mandala ia membuat benteng pertahanan, sehingga Belanda sulit
menangkapnya. Akhirnya Syekh Yusuf dapat ditangkap. Ia bersama istrinya dibawa ke Batavia
kemudian ditahan di penjara benteng.
Pada tanggal 12 September ia dibuang oleh kompeni Belanda di Caylon, Sri Langka.
Kemudian pada 7 Juli 1693 dipindahkan ke Camp de Goede Hoop (Tanjung Harapan) Tanjung
paling selatan benua Afrika. Disinilah ia wafat dan dimakamkan. Akan tetapi, atas permintaan
Sultan Abdul Jalil kepada pemerintah kolonial Belanda dipindahkan ke Lakung, Gowa, Sulawesi
Selatan kuburannya dikenal oleh masyarakat Sulawesi Selatan dengan nama Kobbang (kubah)
Pada undangan kedua itulah al-Singkili mengungkapkan jati dirinya sebagai seorang
alim yang menguasai banyak ilmu, bukan sekedar nelayan biasa. Pengungkapan jati diri
tersebut disambut oleh Sultanah dengan perasaan lega. Tawaran untuk menjadi qadhi
kerajaan pun dilayangkan kepadanya. Namun, al-Singkili tidak langsung menerima jabatan
tersebut. Setelah beberapa waktu berlalu di Singkil, al-Singkili melakukan perjalanan ke
daerah pesisir Barat Sumatera. Selama pengembaraan tersebut, Sultanah beberapa kali
mengutus seorang utusan untuk menjemputnya. Penjemputan ini dilakukan dalam rangka
untuk mengangkat al-Singkili sebagai qadhi kerajaan, yang pada saat itu sedang kosong
karena ditinggal al-Raniri.
PENUTUP
2.3 Kesimpulan
Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa peranan dari para
tokoh tasawuf sangat besar dalam memperkenalkan ajaran tasawuf di
kerajaan nusantara. Namun, tetap saja ada tokoh menerima penolakan
dari penguasa kerajaan setempat. Tetapi penolakan tersebut tak lantas
membuat para tokoh menyerah, mereka tetap memperkenalkan dan tanpa
ada paksaan. Maka akhirnya ajaran tasawuf pun ,emyebar dengan cepat
dan luas di Indonesia
DAFTAR PUSTAKA
https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=http://ramadhan005.blogspot.com/2017/12/makalah
-sejarah-perkembangan-tasawuf-di.html%3Fm
%3D1&ved=2ahUKEwjNt4G50YjzAhXFyDgGHUPkDjs4KBAWegQIAhAB&us
g=AOvVaw0H3qE0iKvh74qTU30lBEaN