Daerah yang termasuk Afrika Timur pada abad ke-10 sampai ke-19
mencakup Sudan, Ethiopia, dan Somalia. Pada abad ke-20, wilayah ini
tidak mengalami banyak perubahan, kecuali adanya wilayah yang
memisahkan diri dari Ethiopia setelah bencana kekeringan dan
kelaparan, yaitu Eriteria.
C. Islam di Cina
Cina memiliki sejarah meliputi jangka waktu lebih dari 4000 tahun,
sehingga termasuk negara yang berperadaban tertua di dunia di
samping India, Mesir, dan Mesopotamia. Dalam jangka waktu 4000
tahun lebih, Cina mempunyai 24 dinasti dan 2 republik, yaitu Republik
Nasionalis Cina dan Republik Rakyat Cina.
T’ai tsung naik tahta pada tahun 626 M, empat tahun setelah Nabi
Muhammad SAW dan sahabat- sahabatnya meninggalkan Mekkah
menuju Madinah. Kira-kira pada waktu yang sama, suku-suku nomad
Turki di Asia tengah berkumpul diluar tembok besar Cina untuk serbuan
massal. Namun, T’ai tsung dapat mengusir mereka maka muklai
muncullah migrasi menuju ke barat. Mereka adalah suku yang anak
cucunya merupakan masyarakat muslim yang berbahasa turki di Cina,
berbeda dengan orang-orang muslim Hui yang berbahasa Cina dari
daerah selatan dan tengah.
Pada waktu T’ai tsung mempertahankan dan mempersatukan Cina, nabi
muhammad SAW baru meletakkan dasar-dasar negara Islam. T’ai tsung,
pada tahun 638 M, pernah menolak memberikan bantuan kepada
Yazdegred yang pada waktu itu memerintah wilayah yang termasuk
Iran,afganistan,dan Pakistan yang meminta pertolongan untuk melawan
kekuatan baru, yaitu, orang-orang Islam tetapi penerusnya, kao tsung,
menerima permintaan yang sama untuk membantu Syah Peroz, anak
Yazdegred. Ia memenuhi permintaan itu karena menyadariu ancaman
umat islam terhadapnya sangat serius.
Sasani dan Bizantium merupakan kekuatan besar di sebelah barat. Jauh
sebelum kebangkitan islam, Sasani dan Bizantium telah datang ke istana
Cina melalui jalan yang terkenal dengan jalur sutera, jalan perdagangan
besar yang menghubungkan Cina dengan kontantinopel terus roma.
Dinasti Cina khawatir jalan sutera yang terkenal itu akan tertutup oleh
imperium islam yang semakin luas wilayahnya, setelah berhasil
menundukkan Dinasti Sasani Persia. Di samping itu, Cina juga khawatir
kekalahan Sasani Persia membuka kesempatan bagi suku-suku Turki
yang diusir keluar dari tembok besar oleh T’ai tsung untuk memulai
kembali serangannya ke Cina.
Pada tahun 651M, ketika Syah Peroz meminta bantuan kepada Kao
Tsung untuk melawan bangsa Arab, Kao Tsung menerima utusan
khalifah Usman Bin Affan. Utusan yang membawa hadiah cukup banyak
untuk Cina itu, menginformasi bangsa arab telah memerintah selama 34
tahun dan telah mempunyai 3 raja. Setelah itu, Cina banyak
memperhatikan perkembangan umat Iislam secara terus menerus.
Mereka menyebut orang Arab sebagai Ta-shih dan Muawiyah sebagai
mo-ee.
Pada tahun 705, Qutaibah bin Muslim menuju ke timur dari Khurasan ke
Asia Tengah. Sepuluh tahun kemudian ia berhasil menundukan
Bukahara, Khawarisz, Samarkand, dan sampai ke Fargana, daerah yang
termasuk Asia Tengah. Menurut Al Tabari, Qutaibah berhasil melintasi
pegunungan langit, benteng kokoh yang melindungi Cina dari barat.
Setelah melintas Oxus, Qutaibah berusaha merebut jalur sutera tetapi
penaklukan tidak berlangsung lama.
Pada tahun 750 dinasti Ummayah dijatuhkan oleh dinasti bani abbas.
Satu tahun kemudian tentara muslim berhadapan dengan tentara Cina
untuk pertama kalainya di Talas. Dengan bantuan orang Turki umat
Islam berhasil mengalahkan tentara Cina. Sejak peristiwa itu penguasa
islam terhadap asia tengah semakin kukuh.
Selama abad ke-19 terdapat pemberontakan di negeri Cina dan
pemberontakan di Yunann (1855-1873) oleh penduduk muslim yang
akhirnya ditumpas dengan kekejaman yang luar biasa. Setelah revolusi
kebudayaan tahun 1966 umat islam yang merupakan minoritas sama
sekali tidak menampakan diri. Pada awal revolusi kebudayaan mesjid
dirusak, dihancurkan, atau ditutup. Demekianlah perkembangan islam di
Cina.
II. ISLAM DI DUNIA DEWASA INI
Pada bagian in kita membicarakan islam kontemporer dalam perspektif
studi kawasan, yaitu keadaan dan perkembangan umat islam sekarang
ini di berbagai negara. untuk kepentingan analisis, negara yang
dibicarakan dibatasi, yaitu Islam di Barat (Amerika Serikat), Islam di
Cina, dan Islam di Asia Tenggara.
B. Islam Di Cina
Pada bagian sebelumnya kita telah membahas mengenai Islam di Cina
dari aspek sejarahnya, yaitu proses Islam datang dan perkembangannya
hingga zaman revolusi kebudayaan (1966). Pada bagian ini kita akan
membahas mengenai Islam di Cina pasca revolusi kebudayaan.
Di Cina dewasa ini, agama Islam bukan hanya tetap hidup, tetapi juga
berangsur-angsur berkembang. Di Lanzkou, di tepi Sungai Kuning,
tempat asal kenudayaan Cina, sebuah masjid dan madrasah berdiri
berdampingan dengan pagoda-pagoda Budha di tanah lapang pagoda
putih, ratusan orang Cina setiap pagi menggerakan badannya untuk
melakukan latihan Tai Ji (gerak badan harian) sebagai pemuda-pemudi
Muslim mulai belajar dan melaksanakan salat. Di Xian (dulu Chiang-an)
terdapat masjid agung, masjid terbesar di Cina yang memamerkan
peninggalan-peninggalan nasional Cina.
Statistik pemerintah menunjukkan jumlah Muslim Cina tak kurang dari 14
juta orang, tetapi diperkirakan lebih dari itu. Setelah berakhirnya zaman
Revolusi Kebudayaan (1966), masjid mulai dibuka kembali dan
diperbaiki. Al-Qur’an yang dulu dihancurkan oleh Pertahanan Sipil Merah
yang memimpin revolusi itu, dicetak kembali dan dibagikan secara gratis
oleh pemerintah. Begitu pula di Umruqi, tiga dari 20 masjid diperbaiki
kembali, dan Al-Qur’an dijual di salah satu pelataran masjid.
Sekitar 500 sampai 600 jamaah mengambil bagian pada salat Jum’at di
Niu Ji, Majid terbesar dari 40 Masjid yang dipergunakan muslim di Beijing
yang berjumlah 180.000 orang. Di tempat-tempat lain, seperti Kashi
(Kashgar), Aksu, Kuga (Kucha), Hami, Turpan, Hotan (Khoton), dan
Corridor (Kansu) dapat terdengar suara azan dan orang-orang terlihat
melakukan salat berjamaah.
Umat Islam di Cina sekarang ini memperoleh sikap toleransi dari agama-
agama lain. Di daerah yang mayoritas muslim, ternak babi dilarang,
orang muslim mendapatkan tempat pemakaman tersendiri, orang-orang
muslim melakukan pernikahan di muka Imam, buruh-buruh muslim
diberikan jatah libur selama hari besar Islam, dan terdapat restoran yang
menyediakan makanan halal bagi muslim. Sebagian muslim di Cina
bekerja sebagai petani atau penggembala ternak.
Di samping memperoleh kebebasan beragama, umat Islam di Cina
sekarang ini juga memperoleh kebebasan berpartisipasi dalam
pemerintahan. Undang-undang yang dibuat oleh pemerintah Cina
memberikan kebebasan kepada umat Islam untuk mengamalkan
agamanya dan mereka dapat berpartisipasi dalam bidang politik,
ekonomi, dan kebudayaan.