Anda di halaman 1dari 19

A.

Arti dan asal usul studi kawasan islam


1. Arti studi kawasan islam
Studi islam secara etimologi merupakan dari bahasa arab dirosah
islamiyah. Dalam kajian islam di barat studi islam di sebut islamic
studies yang secara harfiah adalah kajian yang membahas tentang hal-
hal yang berkaitan dengan ke islaman. Secara terminologis studi islam
adalah kajian secara terpadu dan sistematis untuk mengetahui,
menggunakan dan menganalisis secara mendalam hal-hal yang berkaitan
dengan agama islam, pokok-pokok ajaran islam, sejarah islam ataupun
realitas plaksanaanya dalam kehidupan.
Studi kawasan islam adalah kajian yang tampaknya dapat
menjelaskan situasi saat ini karena fokus materi kajianya tentang
berbagai area mengenai kawasan dunia islam dan lingkup pranata yang
ada di dalamnya. Mulai dari pertumbuhan, perkembangan, serta ciri-ciri
karakteristik sosial budaya yang ada di dalamnya, termasuk juga faktor-
fakor pendukung bagi munculnya berbagai ciri dan karakter serta
pertumbuhan kebudayaan pada setiap kawasan islam. Dengan demikian
secara formal objek studinya harus meliputi aspek geografis, demografis,
historis, bahasa, serta berbagai perkembangan sosial budaya, yang
merupakan cri-ciri umum dari keseluruhan perkembangan pada setiap
kawasan budaya.
2. Asal usul studi kawasan islam
Para ahli kenegaraan sejak zaman yunani sekitar tahun 450-an SM. Telah
memperhatikan persoalan hubungan antar batas-batas wilayah sebuah negara.
Ptolemy, thucididas, hecataeus, dan herodotus merupakan sejarawan yunani
yang cukup intens dengan kajian-kajian wilayah yang di kenalnya, baik melalui
cerita orang maupun dari hasil pengamatan terhadap wilayah-wilayah yang
mereka kunjngi. Selain sejarawan mereka juga pengelana.
Seribu tiga ratus (1300) tahun kemudian, kaum muslimin memiliki
kemampuan yang luar biasa dalam mengembangkan studi kawasan ini dengan
berbagai corak ragam yang lebih dinamis lagi. Karya-karya mereka telah
melampaui sejarawan yunani, dimana pembahasanya bukan lagi berbicara
tentang realitas sejarah, tetapi lebih maju lagi, yaitu cara-cara menanganinya.
Munculnya berbagai karya sejarah dengan tema-tema kajian wilayah
di mulai dari awal penciptaan sampai di huni umat manusia, merupakan
kajian-kajian yang sangat populer dan hampir dapat di temukan dalam
karya-karya sejarah klasik islam. Sekalipun kajian geografi sebagai
disiplin ilmu agak berbeda dengan sejarah, di kalangan sejarawan islam
hal ini tidak bisa di pisahkan begitu saja, karena objek pembahasan antara
keduanya saling melengkapi karena kajian sejarah sangat membutuhkan
kajian tentang ruang dan waktu sebagai aktivitas pelakunya. Oleh karena
itu karya-karya tentang geografi dan sejarah telah menjadi bagian penting
dan tidak terpisahkan dari perkembangan historiografi islam secara
umum.
B. Orientalisme: Melihat Islam Kritis
Makna orientalisme: suatu paham atau penelitian studi yang mempelajari dan
menyelidiki hal-hal yang berkaitan dengan bangsa-bangsa timur beserta lingkungan dan
peradabannya.
sejarah orientalisme pada fase awal mengisahkan tentang pergulatan dan pertarungan
agama dan ideologi antara bangsa barat yang diwakili oleh agama Nashrani dan Yahudi
dengan bangsa timur yang diwakili oleh para penganut agama Islam.
Perang Salib (The Crusades) yang terjadi antara umat Islam dan umat Nashrani secara
khusus menjadi sebab pemicu bagi bangsa Eropa untuk melakukan kajian terhadap dunia
Islam. Perang antara dua kekuatan besar yakni Islam dan Kristen dengan delapan
gelombang penyerbuan terhadap umat islam selama hampir dua abad (1096-1270 M), yang
berahir dengan kekalahan dan kehancuran kekuatan Dunia Barat (Kristen) menyebabkan
kemarahan besar dan dendam yang membara bagi bangsa-bangsa barat untuk
menghancurkan Islam.
Pasca Perang Salib, gerakan orientalis ini tumbuh dengan pesat,
mereka mengadakan studi tentang bahasa Arab dan Islam,
memanfaatkan apa saja dari karya-karya muslim, hingga meluas dalam
mengkaji tentang kondisi ekonomi, politik dan lain-lain.

Pada masa ini pula muncul semangat orang-orang Eropa untuk


mengkritik, mengecam, dan menyerang Islam dari berbagai
kepentingan. Sebagai imbas dari kebencian ini, pengarang-pengarang
orientalis mulai menulis buku-buku dengan gambaran yang salah
terhadap Islam. Hal-hal yang sebenarnya tidak terdapat dalam islam,
bahkan yang bertentangan mulai disiarkan ke Eropa.
Setelah Masa Pencerahan, datanglah Masa Kolonialisme. Orang Barat
datang ke negara Islam untuk berdagang dan kemudian untuk mendudukkan
bangsa-bangsa Timur. Untuk itu bangsa-bangsa Timur perlu dikenal lebih
dekat, termasuk agama dan kultur mereka, karena dengan ini hubungan
dagang menjadi lancar dan mereka mudah ditundukkan.
Pada periode ini tulisan-tulisan para orientalis ditujukan untuk
mempelajari Islam seobyektif mungkin, agar dunia Islam diketahui dan
dipahami lebih mendalam. Hal ini perlu karena orientalisme tidak bisa begitu
saja terlepas dari kolonialisme, bahkan juga usaha Kristenisasi.
Namun begitu, awal abad ke-20 juga ditandai dengan munculnya para
orientalis yang berusaha menulis dunia Islam secara ilmiah dan obyektif.
Orientalisme dijadikan sebagai usaha pemahaman terhadap dunia Timur secara
mendalam. Dalam tradisi ilmiah baru ini, bahasa Arab dan pengenalan teks-teks
klasik mendapat kedudukan utama. Diantara mereka adalah Sir Hamilton
A.R. Gibb, Louis Massignon, W.C. Smith, dan FrithjofSchoun.
Sir Hamilton dan Gibb sangat menguasai bahasa Arab dan dapat
berceramah dengan bahasa ini, sehingga ia diangkat menjadi anggota al-
ajma’al al-Ilm al-Arabi (Lembaga Ilmu Pengetahuan Arab) di Damascus dan al-
Majma’ al-Lugho al-Arabiyyah (Lembaga bahasa Arab di Cairo), Mesir. Ia
memandang Islam sebagai agama yang dinamis dan Nabi Muhammad SAW
mempunyai ahlak yang baik dan benar. W.C. Smith mempunyai ilmu yang
mendalam tentang Islam. Ia adalah pendiri Institut Pengkajian Islam di
Universitas McGill di Montreal, Canada. Ia mengatakan bahwa Tuhan ingin
menyampaikan risalah kepada manusia. Untuk itu Tuhan mengirim rasul-rasul
dan satu diantara rasul itu ialah Muhammad SAW. Frithjof Scoun menulis
buku dengan judul Understanding Islam yang mendapat sambutan baik dari
dunia Islam. Sayid Husein Nasir (ahli ilmu sejarah dan filsafat), misalkan,
menyebut buku tersebut sebagai buku terbaik tentang Islam sebagai agama
dan tuntunan hidup.
Akan tetapi di antara para oreintalis tersebut ada sebagian besar pula yang
menilai Islam secara subyektif dan memiliki misi tertentu. Nama-nama seperti Arthur
Jeffry, Alphonse Mingana, Pretzal, Tisdal, Gadamer dan lain-lain termasuk kelompok
orientalis yang selama ini dikenal memusuhi Islam. Banyak karya tulis mereka yang
memojokkan Islam dan kaum muslimin.
Sir Willliam Muir (1819-1905) tanpa ragu-ragu membuat pernyataan, “Islam
sebagai musuh peradaban, kebebasan, dan kebenaran sebagaimana diakui dunia”
Ahmad Abdul Hamid Ghurab mengekemukakan Pandangan negatifnya mengenai
karakter Orientalisme yaitu: pertama, orientalisme adalah suatu kajian yang
mempunyai ikatan yang sangat erat dengan kolonialisme Barat; kedua, orientalisme
merupakan gerakan yang mempunyai ikatan yang sangat kuat dengan
Kristenisasi; ketiga, orientalisme merupakan kajian gabungan yang kuat antara
kolonialisme dengan gerakan Kristenisasi yang validitas ilmiah dan obyektivitasnya
tidak dapat dipertanggungjawabkan secara mutlak khususnya dalam mengutarakan
kajian tentang Islam; keempat, orientalisme merupakan bentuk kajian yang dianggap
paling potensial dalam politik Barat untuk melawan Islam.
C. Oksidentalisme : Menjawab Islam Sejati
Oksidentalisme merupakan arah kajian baru dalam menghadapi
hegemoni keilmuan barat. Istilah yang ditenarkan oleh Hassan Hanafi ini
berusaha mengkaji barat dalam kacamata timur, sehingga ada keseimbangan
dalam proses pembelajaran antara barat dan timur (west and east).
Dunia barat selama ini dipandang sangat mendominasi dalam kajian
ketimuran, khususnya kajian ke-islaman. Bahkan, di era kolonial,
orientalisme dianggap sebagai senjata untuk menundukan bangsa-bangsa
timur.
Setelah melalui era pasca-kolonial, Orientalisme berevolusi menjadi
kajian yang lebih simpatik, namun disisi lain, kecurigaan pada Orientalisme
belum hilang dalam pikiran dunia timur, selain trauma sejarah (akibat
kolonialisme), para orientalis dipandang berasal dari lingkungan luar,
sehingga ada kecurigaan bahwa kajian yang mereka lakukan memiliki motif-
motif terselubung.
Kecurigaan dan ketakutan tersebut tidak diimbangi dengan motivasi bangsa-
bangsa timur dalam mengkaji barat, tuduhan minor terhadap barat hanya
didasarkan pada prasangka yang tidak berdasar, tuduhan klise seperti: kebudayaan
barat yang dekaden, individualistik dan amoral, tersebar dalam literatur di dunia
timur, namun disisi lain, bangsa-bangsa timur dibuat terperangah oleh kemajuan
peradaban Barat yang sepertinya tanpa henti.
Oksidentalisme diharapkan mampu menjembatani kebuntuan tersebut. Selain
untuk mempelajari akar kemajuan bangsa-bangsa barat, Oksidentalisme diharapkan
mampu menghilangkan prasangka yang terus mengendap dipikiran orang timur.
Cita-cita dialog antar peradaban yang pernah dilontarkan oleh Muhammad
Khatami, mantan presiden Iran, dalam rangka menandingi konsep benturan antar
peradaban, hanya bisa terwujud jika ada itikad baik dari kedua sisi dunia ini untuk
saling belajar satu sama lain, yaitu dalam bentuk kajian yang adil dan tidak dalam
semangat konfrontatif, timur versus barat. Oksidentalisme (Al-Istighrâb ) adalah
lawan dari Orientalisme (al-Istisyrâq). Kalau Oreintalisme melihat potret kita
(Timur) yang dalam tanda petik “Islam” dari kacamata Barat, maka Oksidentalisme
justru sebaliknya; melihat potret Barat yang sangat identik dengan misi
kristenisasinya dari kacamata Timur.
Ukuran untuk menentukan Barat, dalam kontek oksidentalisme, bukanlah
geografis melainkan kebudayaan atau kultur. Kultur Barat atau peradaban Barat-
western cultur atau western stylelife yang dimaksud disini, terutama meliputi bidang-
bidang pemikiran Barat, filsafat barat, sosiologi barat, antropologi barat, sejarah
barat, agama-agama barat (Yudaeo-Kristiano), tradisi-tradisi Barat, mulai dari masa
awal perkembangan sampai dengan masa kininya dan juga geografi barat yang terdiri
dari eropa secara keseluruhan, Amerika tambah Kanada, dan Australia.

Hasan Hanafi mendefinisikan oksidentalisme sebagai sebuah strategi timur-


Islam menginvestigasi hal-hal yang berhubungan dengan barat baik yang merupakan
budaya dan ilmu, maupun yang berkenaan dengan aspek-aspek sosialnya, sebagai
imbangan yang kontradiktif bagi orientalisme.

Rifqial Ka’bad mendefinisikan “oksidentalisme sebagai kajian yang dilakukan


oleh orang-orangTimur terhadap dunia Barat yang sedang mendominasi dunia”.
Menurut Nur Kholis Majid, “oksidentalisme adalah pengetahuan akademik
tentang budaya, bahasa,dan bangsa-bangsa barat”.

Menurut Prof. Dr. Burhanudin Daya mendefinisikan “oksidentalisme


sebagai suatu aliran atau paham yang berkaiatan dengan pengkajian akademik
terhadap dan penguasaan pengetahuan tentang dunia Barat da seisinya, yang secara
akademik dilakukan para ahli dari Timur dengan cara pandang Timur”.

Tujuan Oksidentalisme sekarang ini adalah mengemban misi keilmuan dan


intelektual, dengan harapan budaya Barat akan dapat dipahami secara kritis oleh
dunia Timur, dan juga saling salah paham yang selama ini terjadi antara kedua belah
pihak dapat dihilangkan.
Oksidentalisme juga bertujuan untuk mengakhiri mitos barat sebagai
representasi seluruh umat manusia dan sebagai pusat kekuasaan, serta
mengembalikan barat kebatas alamiahnya mengakhiri perang kebudayaan,
menghapus mitos “kebudayaan kosmpolit”, membuka jalan bagi terciptanya inovasi
bangsa non Eropa.
D. Islam Sebagai Objek Kajian Studi Antara Timur Dan Barat
Perbedaan tipologis Barat dan Timur mengenai dunia Islam :

Landasan filosofis Dunia barat Dunia timur


Epistemologis Landasan ilmiyah: Empirik, Landasan ilmiyah Non-empiris
rasional. Tidak ada justifikasi (Al-Qur’an//Hadits), sebagai
dari yang nonempiris. landasan dan rujukan dari
Ilmu mengutamakan: temuan rasio empirik.
epistemologis, metodik. Ilmu mengutamakan: ontologis
Kebenaran tertinggi adalah dan aksiologis.
kebenaran ilmiah (scientific Kebenaran tertinggi adalah yang
truth) bersumber dari absolut/ilahiyah.

Ontologis Manusia sebagai titik pusat alam Tuhan sebagai titik pusat
semesta dan orientasi ilmu serta (teosentrik) orientasi ilmu dan
tujuan aktifitas tujuan aktifitas
Aksiologis Etika: relatif, kondisional Etika: mutlak, konstan
E. Problem dan prospek pendekatan studi kawasan
Pendekatan studi area merupakan pendekatan yang meliputi bidang
persejarahan, linguistik, dan semua cabang ilmu serta pengetahuan yang
bekaitan dengan pertumbuhan dan perkembangan, peradaban dan
kebudayaan terhadap keadaan masyarakat di suatu wilayah kawasan.
Problematika yang di hadapi pada penelitian dengan menggunakan
penelitian studi area dalam studi islam dan komunitas muslim
berbanding lurus besarnya dengan objek dan luas wilayah yang akan di
selidiki. Semakin kompleks objek yang menjadi sasaran penyelidikan
dan semakin luas wilayah yang di jangkaunya semakin besar persiapan
yang di lakukan untuk menerapkan studi area.
Prospek pendekatan studi area dapat di katakan sangat baik,
hal ini mengingat perlunya di bangun saling pengertian dan kerja sama
antara komunitas muslim dunia yang meliputi luas wilayah mencapai 31,8
juta km atau sebanding dengan 25% dari seluruh wilayah dunia,
memanjang dari indonesia sebelah timur hingga senegal di sebelah barat,
serta dari utara turkistan hingga ke selatan mozambik, dengan jumlah
populasi umat islam mencapai 1.334.000.000 jiwa, mayoritas hidup di
dunia islam (+/- miliar) dan selebihnya hidup sebagai minoritas muslim
(+/- 344.000.000). minoritas muslim tersebut yang terbanyak berada di
india dan cina.
DAFTAR PUSTAKA

 Sou’yb, H.M. Joesoef. 1985. Orientalis Dan Islam . Jakarta: Bulan Bintang. Dalam :
Mannan, Buchari. 2006 “Orientalisme,Ruang Lingkup, dan jati dirinya”,menyingkap
tabir orientalis. Jakarta: AMZAH.
 http://anismufarrochah.blogspot.co.id/2013/04/pengertian-sejarah-dan-tujuan-
orientalis.html
 http://sholihfikr.blogspot.co.id/2014/03/oksidentalisme.html
 https://lukmanhakim1994.wordpress.com/2015/04/02/oksidentalisme-sejarah-
dan-perkembangannya/
 https://wahyunishifaturrahmah.wordpress.com/2010/02/16/orientalisme-dan-
oksidentalisme-sebuah-rekonstruksi/
 http://www.muslimdaily.net/artikel/special-feature/membaca-pengantar-sejarah-
orientalisme.html March 2, 2013
 https://muhfathurrohman.wordpress.com/tag/tujuan-orientalis/November 24,
2012

Anda mungkin juga menyukai