Anda di halaman 1dari 9

8 Manfaat Mempelajari Metodologi Studi

Islam
Manfaat mempelajari metodologi studi islam ialah memberikan pola pikir kritis mengenai
segala permasalahan yang terjadi dalam bidang kehidupan baik itu agama, sosial, masyarakat
dengan kajian pandangan pola pemikiran muslim Islam yang mengedepankan konsep
kebenaran dan akal sehat. Mempelajari metodologi studi Islam mengembangkan pola berpikir
maju dimana menganggap Islam bukan lagi menciptakan sebuah inovasi dna perkembangan
dalam kehidupan manusia.

Pola berpikir maju dengan dasar konsep Islam yang jelas dan tidak melenceng dari aturan
yang sudah ditetapkan yaitu Al Qur’an dan Sunah serta Hadist. Manfaat agama dalam
kehidupan manusia sangat penting dimana Islam memiliki dunia yang menakjubkan dan
membawa kedamaian bagi umat, keselarasan, pola pikir sehat serta terbuka terhadap segala
bentuk perubahan yang tidak mempengaruhi tauhid dan prinsip dalam beragama.

Memperlajari metodologi Islam memiliki banyak manfaat, diantaranya :

1. Berpikir Kritis

Pola berpikir metodologi ISlam ialah kritis terhadap segala bentuk corak kehidupan, dalam
hal ini pola pikir yang dikembangkan merupakan kritis positif dimana manfaat berpikir
positif dalam Islam akan membawa kebaikan, bukan hanya sekedar menerima bentuk
perubahan melainkan melihat manfaat dan kerugian yang akan ditimbulkan.

2. Mengetahui bahasan Teologi

Mempelajari bahasan studi Islam akan mempertemukan bahasan tema mengenai teologi,
yakni aspek ketuhanan, hal ini tidak dapat terhindarkan, bagaimana orang akan selalu
berpihak pada diri sendiri, hal ini lah menjadi tantangan bagaimana menerapkan konsep
teologi secara arif dan bijaksana.

3. Menganalisis Pola Masalah Kehidupan

Dalam kajian metodologi studi Islam kita akan dapat mendiskusikan mengenai ilmu
humaniora klasik seperti Fikih, Hadits, Kalam, Ulumul Qur’an dengan ilmu-ilmu humaniora
kotemporer sehingga Islam dapat dijadikan sebagai ajaran yang mampu menjadi obat
mujarab dalam mengatasi masalah kekinian karena mengetahui manfaat memeluk agama
Islam dan esensi ajarannya yang benar merupakan hal yang sangat penting.

4. Pembaruan Pola pikir yang Maju

Pola pikir modern perlu dikembangkan hal ini agar perkembangan Islam menjadi
perkembangan modern dan berakhlak mulia, bukan karena tuntutan zaman melainkan
tuntunan untuk terus memperbaiki manusia yang mengikuti perkambangn zaman, Kontrol
positif terhadap teknologi yang terus maju yang mengkikis tak jarang nilai-nilai ke Islaman
perlu diimbangi dengan pemikiran dewasa yang berlandaskan pedoman manusia yakni AL
Qur’an dan hadits. Sama halnya dengan manfaat zakat dari segi keagamaan akhlak dan sosial
menjadi hal yang patut dijadikan sebagai kajian dalam hidup bahwa berbagi merupakan pola
pikir yang maju dan hidup hanya sementara dan segala apa yang dilakukan tidak akan dibawa
mati tapi berusaha menjadikan kehidupan dunia sebagai jembatan untuk menggapai
kehidupan di Akhirat kelak.

5. Mempelajari Kemajuan Zaman

Kemajuan zaman akan terus berlanjut, tetapi sebagai dewasa kita harus mampu mengarahkan
pada anak cucu kita bahwa hal tersebut bukanlah aspek utama tapi hanya sebagai landasan
membawa perubahan kedepan kearah yang lebih baik.

6. Mempelajari Aspek Keagamaan

Mempelajari metodologi studi Islam juga akan mengajarkan kita belajar mengenai agama
dimana  Al-Qur’an dan hadits tetap dijadikan sandaran utama  agar kajian keislaman tidak
keluar dan tercabut dari teks dan konteks.  wacana keagamaan mampu disampaikan secara
baik guna menjadi landasan kehidupan dalam berperilaku tanpa melepaskan kerangka
normatif. Elemen dasar keislaman yang harus dijadikan pegangan ialah islam sebagai dogma
juga merupakan pengamalan universal dari kemanusiaan. Oleh karena itu sasaran studi Islam
diarahkan pada aspek-aspek praktik dan empirik yang memuat nilai-nilai keagamaan agar
dijadikan pedoman dan arahan.  Islam tidak hanya terbatas pada kehidupan setelah mati, tapi
orientasi utama adalah dunia sekarang. Dengan demikian sasaran studi Islam diarahkan pada
pemahaman terhadap sumber-sumber ajaran Islam, pokok-pokok ajaran Islam sejarah Islam
dan aplikasinya dalam kehidupan. Oleh karena itu studi Islam dapat mempertegas dan
memperjelas wilayah agama yang tidak bisa dianalisis dengan kajian empirik yang
kebenarannya relatif dalam pola keberagaman dimana manfaat menghargai perbedaan ialah
demi kebaikan bersama .

7. Memahami Konsep Keilmuan

Dalam kajian keilmuan pendekatan historis, empiris, analitis dan kritis merupakan sebuah
tujuan dalam kajian. Ilmu pengetahuan merupakan pola pikir manusia yang dianugrahkan
oleh Allah SWT dan tidak berhubungan dengan wahyu dan sebagian besar berpijak pada pola
pikir rasional padahal hal tersebut tidaklah benar, segal apa yang ada di bumi merupakan
kehendak Allah SWT apapun yang terjadi baik dilangit dan di bumi. Oleh karena itu kajian
keilmuan Metodologi studi Islam berperan dalam kajian bernuansa ilmiah meliputi aspek
kepercayaan normatif dogmatik yang bersumber dari wahyu dan aspek perilaku manusia
yang lahir dari dorongan kepercayaan yang diyakini.

8. Menyampaikan Bahwa Ajaran Islam merupakan Objek Kajian Ilmiah yang


Membawa Kebaikan

Segala bentuk perubahan tujuannya adalah kebaikan. Metodologi studi Islam merupakan
kajian ilmu yang menyelaraskan pola kehidupan dunia dengan konsep perkembangan yang
selaras dengan Al Qur’an.

Mempelajari metodologi studi Islam tentunya mampu membuaka wawasan secara luas
mengenai setiap aspek kehidupan dengan pola pikir Islam yang kritis, inovatif, empiris.
Semoga kita senantiasa menjadi manuasia yang terus bela
Pengertian Studi Islam, Ruang Lingkup,
Tujuan, DAN Pendekatan dan Metodologi
Studi Islam
Pengertian Studi Islam
Istilah Studi Islam dalam bahasa Inggris adalah Islamic Studies, dan dalam bahasa Arab
adalah Dirasat al-Islamiyah. Ditinjau dari sisi pengertian, Studi Islam secara sederhana
dimaknai sebagai “kajian islam”. Pengertian Studi Islam sebagai kajian islam sesungguhnya
memiliki cakupan makna dan pengertian yang luas. Hal ini wajar adanya sebab sebuah istilah
akan memiliki makna tergantung kepada mereka yang menafsirkannya.

Karena penafsir memiliki latar belakang yang berbeda satu sama lainnya, baik latar belakang
studi, bidang keilmuan, pengalaman, maupun berbagai perbedaan lainnya, maka rumusan dan
pemaknaan yang dihasilkannyapun juga akan berbeda.

Selain itu, kata Studi Islam sendiri merupakan gabungan dari dua kata, yaitu kata Studi dan
kata Islam. Kata studi memiliki berbagai pengertian. Rumusan Lester Crow dan Alice Crow
menyebutkan bahwa Studi adalah kegiatan yang secara sengaja diusahakan dengan maksud
untuk memperoleh keterangan, mencapai pemahaman yang lebih besar, atau meningkatkan
suatu ketrampilan. Sementara kata Islam sendiri memiliki arti dan makna yang jauh lebih
kompleks. Kata Islam berasal dari kata Aslama yang bararti patuh dan berserah diri. Kata ini
berakar pada kata silm yang berarti selamat, sejahtera, dan damai.

Adapun pengertian Islam secara terminologis sebagaimana yang dirumuskan para ahli ulama
dan cendikiawan bersifat sangat beragam tergantung dari sudut pandang yang digunakan.
Salah satu rumusan definisi Islam adalah wahyu Allah yang disampaikan kepada nabi
Muhammad SAW.

Sedangkan Studi Islam dibarat dikenal dengan istilah Islamic Studies, secara sederhana dapat
dikatakan sebagai usaha untuk mempelajari hal-hal yang berhubungan dengan agama islam.
Usaha mempelajari agama Islam tersebut dalam kenyataannya bukan hanya dilaksanakan
oleh kalangan umat islam saja, melainkan juga dilaksanakan oleh orang-orang diluar
kalangan umat Islam.

Studi keislaman dikalangan umat islam sendirinya tentunya sangat berbeda tujuan dan
motivasinya dengan yang dilakukan oleh orang-orang diluar kalangan umat Islam.
Dikalangan umat islam, studi keislaman bertujuan untuk memahami dan mendalami serta
membahas ajaran-ajaran Islam agar mereka dapat melaksanakan dan mengamalkannya
dengan benar. Sedangkan diluar kalangna umat islam, studi keislaman bertujuan untuk
mempelajari seluk-beluk agama dan praktik-praktik agama yang berlaku dikalangan umat
islam, yang semata-mata sebagai ilmu pengetahuan. Namun sebagaimana halnya dengan
ilmu-ilmu pengetahuan tentang seluk-beluk agama dan praktik-praktik keagamaan Islam
tersebut bisa dimanfaatkan atau digunakan untuk tujuan-tujuan tertentu, baik yang bersifat
positif maupun negatif.
Ruang Lingkup Studi Islam
Menurut Muhammad Nur Hakim, tidak semua aspek agama khususnya Islam dapat menjadi
obyek studi. Dalam konteks Studi Islam, ada beberapa aspek tertentu dari Islam yang dapat
menjadi obyek studi, yaitu:

1. Islam sebagai doktrin dari tuhan yang kebenarannnya bagi pemeluknya sudah final,
dalam arti absolut, dan diterima secara apa adanya.
2. Sebagai gejala budaya yang berarti seluruh apa yang menjadi kreasi manusia dalam
kaitannya dengan agama, termasuk pemahaman orang terhadap doktrin agamanya.
3. Sebagai interaksi sosial yaitu realitas umat islam.

Sementara menurut Muhammmad Amin Abdullah terdapat tiga wilayah keilmuan agama
Islam yang dapat menjadi obyek Studi Islam:

1. Wilayah praktek keyakianan dan pemahaman terhadap wahyu yang telah


diinterpretasikan sedemikian rupa oleh para ulama, tokoh panutan masyarakat pada
umumnya. Wilayah praktek ini umumnya tanpa melalui klarifikasi dan penjernihan
teoritik keilmuan yang di pentingkan disisni adalah pengalaman.
2. Wilayah teori-teori keilmuan yang dirancang dan disusun sistematika dan
metodologinya oleh para ilmuan, para ahli, dan para ulama sesuai bidang kajiannya
masing-masing. Apa yang ada pada wilayah ini sebenarnya tidak lain dan tidak bukan
adalah “teori-teori” keilmuan agama islam, baik secara deduktif dari nash-nash atau
teks-teks wahyu , maupun secara induktif dari praktek-praktek keagamaan yang hidup
dalam masyarakat era kenabian, sahabat, tabi’in maupun sepanjang sejarah
perkembangan masyarakat muslim dimanapun mereka berada.
3. Telaah teritis yang lebih popular disebut metadiscourse, terhadap sejarah
perkembangan jatuh bangunnya teori-teori yang disusun oleh kalangan ilmuan dan
ulama pada lapis kedua. Wilayah pada lapis ketiga yang kompleks
dan sophisticated inilah yang sesungguhnya dibidangi oleh filsafat ilmu-ilmu
keislaman.

Sedangkan menurut M. Atho’ Mudzhar menyatakan bahwa obyek kajian islam adalah
substansi ajaran-ajaran islam, seperti kalam, fiqih dan tasawuf. Dalam aspek ini agama lebih
bersifat penelitian budaya hal ini mengingat bahwa ilmu-ilmu keislaman semacam ini
merupakan salah satu bentuk doktrin yang dirumuskan oleh penganutnya yang bersumber
dari wahyu Allah melalui proses penawaran dan perenungan.

Tujuan Studi Islam


Studi Islam sebagai usaha untuk mempelajari secara mendalam tentang Islam dan segala
seluk beluk yang berhubungan dengan agama Islam sudah barang tentu mempunyai tujuan
yang jelas, yang sekaligus menunjukan kemana Studi Islam tersebut diarahkan. Dengan arah
dan tujuan yang jelas itu, maka dengan sendirinya Studi Islam akan merupakan usaha sadar
dan tersusun secara sistematis.

1. Untuk mempelajari secara mendalam tentang apa sebenarnya (hakikat) agam Islam
itu, dan bagaimana posisi serta hubungannya dengan agama-agama lain dalam
kehidupan budaya manusia.Sehubungan dengan ini, Studi Islam dilaksanakan
berdasarkan asumsi bahwa sebenarnya agama Islam diturunkan oleh Allah adalah
untuk membimbing dan mengarahkan serta menyempurnakan pertumbuhan dan
perkembangan agama-agama dan budaya umat dimuka bumi.
2. Untuk mempelajari secara mendalam pokok-pokok isi ajaran agama Islam yang asli,
dan bagaimana penjabaran dan operasionalisasinya dalam pertumbuhan dan
perkembangan budaya peradaban Islam sepanjang sejarahnya. Studi ini berasumsi
bahwa agama Islam adalah fitrah sehingga pokok-pokok isi ajaran agama Islam
tentunya sesuai dan cocok dengan fitrah manusia. Fitrah adalah potensi dasar,
pembawaan yang ada, dan tercipta dalam proses pencipataan manusia.
3. Untuk mempelajari secara mendalam sumber dasar ajaran agama Islam yang tetap
abadi dan dinamis, dan bagaimana aktualisasinya sepanjang sejarahnya. Studi ini
berdasarkan asumsi bahwa agama Islam sebagai agama samawi terakhir membawa
ajaran yang bersifat final dan mampu memecahkan masalah kehidupan manusia,
menjawab tantangan dan tuntutannya sepanjang zaman. Dalam hal ini sumber dasar
ajaran agama Islam akan tetap aktual dan fungsional terhadap permasalahan hidup
dan tantangan serta tuntutan perkembangan zaman tersebut.
4. Untuk mempelajari secara mendalam prinsip-prinsip dan nilai-nilai dasar ajaran
agama Islam, dan bagaimana realisasinya dalam membimbing dan mengarahkan serta
mengontrol perkembangan budaya dan peradaban manusia pada zaman modern ini.
Asumsi dari studi ini adalah, Islam yang meyakini mempunyai misi sebagai rahmah li
al-‘alamin tentunya mempunyai prinsip dasar yang bersifat universal, dan mempunyai
daya dan kemampuan untuk membimbing, mengarahkan dan mengendalikan faktor-
faktor potensial dari pertumbuhan dan perkembangan sistem budaya dan peradaban
modern.

Pendekatan dan Metodologi Studi Islam


Untuk melakukan Studi Islam ada beberapa istilah yang perlu dipahami dengan baik.
Pemahaman terhadap istilah-istilah ini akan memudahkan untuk memasuki bidang studi
islam. Istilah-istilah tersebut adalah pendekatan, metode dan metodologi.

Pendekatan adalah cara memperlakuakan sesuatu, sementara metode merupakan cara


mengerjakan sesuatu, sedangkan metodologi yaitu langkah-langkah praktis dan sistematis
yang ada dalam ilmu-ilmu tertentu yang sudah tidak dipertanyakan lagi karena sudah bersifat
aplikatif.

 Berikut akan diuraikan beberapa pendekatan yang dapat digunakan dalam studi islam:

1. Pendekatan Historis

Sejarah atau Historis adalah suatu ilmu yang di dalamnya dibahas berbagai peristiwa dengan
memperhatikan unsur tempat, waktu objek, latar belakang, dan pelaku peristiwa tersebut,
sedangkan yang dimaksud pendekatan historis adalah meninjau suatu permasalahan dari
sudut peninjauan sejarah, dan menjawab permasalahan, serta menganalisisnya dengan
menggunakan metode analisis sejarah. Sejarah atau Historis adalah studi yang berhubungan
dengan peristiwa atau kejadian masa lalu yang menyangkut kejadian atau keadaan
sebenarnya. Melalui pendekatan sejarah seseorang diajak menukik dari alam idealis kealam
yang bersifat empiris dan mendunia. Dari keadaan ini seseorang akan melihat adanya
kesenjangan atau keselarasan antara yang terdapat dalam alam Idealis dengan di alam
Empiris dan Historis.

2. Pendekatan Filosofis

Yang dimaksudkan pendekatan Filosofis adalah melihat suatu permasalahan dari sudut
tinjauan filsafat dan berusaha untuk menjawab dan memecahkan permasalahan itu dengan
menggunakan metode analisis spektulatif. Pada dasarnya Filsafat adalah berpikiran untuk
memecahkan masalah atau pertanyaan dan menjawab suatu persoalan, namun demikian tidak
semua berpikir untuk memecahkan dan menjawab suatu permasalahan dapat disebut filsafat,
yang dimaksud filsafat disini adalah berpikir secara sistematis, radikal dan universal. Di
samping itu, filsafat mempunyai bidang (objek yang dipikirkan) sendiri, yaitu bidang atau
permasalahan yang bersifat Filosofis yakni bidang yang terletak diantara dunia ketuhanan
yang ghaib dengan dunia ilmu pengetahuan yang nyata. Dengan demikian filsafat yang
menjembatani kesenjangan antara masalah-masalah yang bersifat keagamaan semata-mata
dengan masalah yang bersifat ilmiah.

3. Pendekatan Ilmiah

Yang dimaksud pendekatan Ilmiah adalah meninjau dan menganalisis suatu permasalahan
atau objek studi dengan menggunakan metode ilmiah pada umumnya. Diantara ciri pokok
dari pendekatan ilmiah adalah terjaminnya objektifitas dan keterbukaan dalam studi.
Objektifitas suatu studi akan terjamin jika kebenarannya bisa dibuktikan dan didukung oleh
data empiris, konkret, dan rasional. Sedangkan keterbukaan suatu studi terjadi jika kebenaran
bisa dilacak oleh siapa saja. Disamping itu,pendekatan ilmiah selalu siap dan terbuka
menerima kritik terhadap kesimpulan studinya.

4. Pendekatan Doktriner

Adapun pendekatan Doktriner atau pendekatan studi islam secara konvensioanal merupakan
pendekatan studi di kalangan umat islam yang berlangsung adalah bahwa agama islam
sebagai objek studi diyakini sebagai sesuatu yang suci dan merupakan doktrin-doktrin yang
berasal dari illahi yang mempunyai nilai (kebenaran) absolut, mutlak dan universal.
Pendekatan doktriner juga berasumsi bahwa ajaran islam yang sebenarnya adalah ajaran
islam yang berkembang pada masa salaf yang menimbulkan berbagai mazhab keagamaan,
baik teologis maupun hukum-hukum atau fiqih,yang kemudian di anggap sebagai doktrin-
doktrin yang tetap dan baku.

1. Pendekatan Historis

Sejarah atau Historis adalah suatu ilmu yang di dalamnya dibahas berbagai peristiwa dengan
memperhatikan unsur tempat, waktu objek, latar belakang, dan pelaku peristiwa tersebut,
sedangkan yang dimaksud pendekatan historis adalah meninjau suatu permasalahan dari
sudut peninjauan sejarah, dan menjawab permasalahan, serta menganalisisnya dengan
menggunakan metode analisis sejarah. Sejarah atau Historis adalah studi yang berhubungan
dengan peristiwa atau kejadian masa lalu yang menyangkut kejadian atau keadaan
sebenarnya. Melalui pendekatan sejarah seseorang diajak menukik dari alam idealis kealam
yang bersifat empiris dan mendunia. Dari keadaan ini seseorang akan melihat adanya
kesenjangan atau keselarasan antara yang terdapat dalam alam Idealis dengan di alam
Empiris dan Historis.
2. Pendekatan Filosofis

Yang dimaksudkan pendekatan Filosofis adalah melihat suatu permasalahan dari sudut
tinjauan filsafat dan berusaha untuk menjawab dan memecahkan permasalahan itu dengan
menggunakan metode analisis spektulatif. Pada dasarnya Filsafat adalah berpikiran untuk
memecahkan masalah atau pertanyaan dan menjawab suatu persoalan, namun demikian tidak
semua berpikir untuk memecahkan dan menjawab suatu permasalahan dapat disebut filsafat,
yang dimaksud filsafat disini adalah berpikir secara sistematis, radikal dan universal. Di
samping itu, filsafat mempunyai bidang (objek yang dipikirkan) sendiri, yaitu bidang atau
permasalahan yang bersifat Filosofis yakni bidang yang terletak diantara dunia ketuhanan
yang ghaib dengan dunia ilmu pengetahuan yang nyata. Dengan demikian filsafat yang
menjembatani kesenjangan antara masalah-masalah yang bersifat keagamaan semata-mata
dengan masalah yang bersifat ilmiah.

3. Pendekatan Ilmiah

Yang dimaksud pendekatan Ilmiah adalah meninjau dan menganalisis suatu permasalahan
atau objek studi dengan menggunakan metode ilmiah pada umumnya. Diantara ciri pokok
dari pendekatan ilmiah adalah terjaminnya objektifitas dan keterbukaan dalam studi.
Objektifitas suatu studi akan terjamin jika kebenarannya bisa dibuktikan dan didukung oleh
data empiris, konkret, dan rasional. Sedangkan keterbukaan suatu studi terjadi jika kebenaran
bisa dilacak oleh siapa saja. Disamping itu,pendekatan ilmiah selalu siap dan terbuka
menerima kritik terhadap kesimpulan studinya.

4. Pendekatan Doktriner

Adapun pendekatan Doktriner atau pendekatan studi islam secara konvensioanal merupakan
pendekatan studi di kalangan umat islam yang berlangsung adalah bahwa agama islam
sebagai objek studi diyakini sebagai sesuatu yang suci dan merupakan doktrin-doktrin yang
berasal dari illahi yang mempunyai nilai (kebenaran) absolut, mutlak dan universal.
Pendekatan doktriner juga berasumsi bahwa ajaran islam yang sebenarnya adalah ajaran
islam yang berkembang pada masa salaf yang menimbulkan berbagai mazhab keagamaan,
baik teologis maupun hukum-hukum atau fiqih,yang kemudian di anggap sebagai doktrin-
doktrin yang tetap dan baku.

5. Pendekatan Normatif

Maksud pendekatan Normatif adalah studi Islam yang memandang masalah dari sudut legal
formal dan atau normatifnya. Maksud legal formal adalah hubungannya dengan halal dan
haram, boleh atau tidak dan sejenisnya. Sementara normatif adalah seluruh ajaran yang
terkandug dalam nash. Dengan demikian, pendekatan normatif mempunyai cakupan yang
sangat luas. Sebab seluruh pendekatan yang digunakan oleh ahli ushul fiqih (usuliyin), ahli
hukum Islam (fuqoha), ahli tafsir (mufassirin), dan ahli hadist (muhadditsin) yang berusaha
menggali aspek legal-formal dan ajaran Islam dari sumbernya adalah ternasuk pendekatan
normatif.

Kelima pendekatan tersebut dimaksudkan bukanlah sebagai pendekatan-pendekatan yang


dilaksanakan secara terpisah satu dengan yang lainnya, melainkan merupakan satu kesatuan
sistem yang dalam pelaksanaannya secara serempak yang satu melengkapi
lainnya (complement) atau merupakan sistem pendekatan sistem (systemic approach) .
Dalam hubungannya dengan Studi Islam, metodologi berarti membahas kajian-kajian seputar
berbagai macam metode yang bisa digunakan dalam Studi Islam.

Adapun metode studi Islam secara lebih rinci dapat dijabarkan sebagai berikut :

1. Metode Ilmu Pengetahuan

Metode Ilmu Pengetahuan atau metode ilmiah yaitu cara yang harus dilalui oleh proses ilmu
sehingga dapat mencapai kebenaran. Oleh karenanya maka dalam sains-sains spekulatif
mengindikasikan sebagai jalan menuju proposisi-proposisi mengenai yang ada atau harus
ada, sementara dalam sains-sains normative mengindikasikan sebagai jalan menuju norma-
norma yang mengatur perbuatan atau pembuatan sesuatu.

2. Metode Diakronis

Suatu metode mempelajari islam menonjolkan aspek sejarah. Metode ini memberi
kemungkinan adanya studi komparasi tentang berbagai penemuan dan pengembangan ilmu
pengetahuan dalam islam, sehinggga umat islam memiliki pengetahuan yang relevan,
hubungan sebab akibat dan kesatuan integral. Metode diakronis disebut juga metode
sosiohistoris, yakni suatu metode pemahaman terhadap suatu kepercayaan, sejarah atau
kejadian dengan melihat suatu kenyataan yang mempunyai kesatuan yang mutlak dengan
waktu, tempat, kebudayaan, golongan, dan lingkungan dimana kepercayaan, sejarah atau
kejadian itu muncul.

3. Metode Sinkronis-Analistis

Suatu metode mempelajari Islam yang memberikan kemampuan analisis teoritis yang sangat
berguna bagi perkembangan keimananan dan mental intelek umat islam. Metode ini tidak
semata-mata mengutamakan segi aplikatif praktis, tetapi juga mengutamakan telaah teoritis.

4. Metode Problem Solving (hill al-musykilat)

Metode mempelajari Islam yang mengajak pemeluknya untuk berlatih menghadapi berbagai
masalah dari satu cabang Ilmu Pengetahuan dengan solusinya. Metode ini merupakan cara
penguasaan ketrampilandari pada pengembangan mental-intelektual, sehingga memiliki
kelemahan, yakni perkembangan pemikiran umat Islam mungkin hanya terbatas pada
kerangka yang sudah tetap dan akhirnya bersifat mekanistis.

5. Metode Empiris

Suatu metode mempelajari Islam yang memungkinkan umat Islam mempelajari ajarannya
melalui proses realisasi, dan internalisasi norma dan kaidah islam dengan satu proses aplikasi
yang menimbulkan suatu interaksi sosial, kemudian secara deskriptif proses interaksi dapat
dirumuskan dan suatu norma baru.

6. Metode Deduktif (al-Manhaj al-Isthinbathiyah)

Suatu metode memahami Islam dengan cara menyusun kaidah secara logis dan filosofis dan
selanjutnya kaidah itu diaplikasikan untuk menuntukan masalah yang dihadapi. Metode ini
dipakai untuk sarana meng-istinbatkan hukum-hukum syara’, dan kaidah-kaidah itu benar
bersifat penentu dalam masalah-masalah furu’ tanpa menghiraukan sesuai tidaknya  dengan
paham mazhabnya.

7. Metode Induktif (al-Manhaj al-Istiqraiyah)

Suatu metode memahami islam dengan cara menyusun kaidah hukum untuk diterapkan
kepada masalah-masalah furu’ yang disesuaikan dengan madzhabnya terlebih dahulu. Metode
pengkajiannya dimulai dari masalah-masalah khusus, lalu dianalisis, kemudian disusun
kaidah hukum dengan catatan setelah terlebih dahulu disesuaikan dengan paham mazhabnya.

DAFTAR PUSTAKA

Naim Ngainun, Pengantar Studi Islam, Yogyakarta: Teras, 2009.

Syukur M.Amin dkk, Metodologi Studi Islam, Semarang: Gunung jati, 1998.

Nasution Khoirodin, Pengantar Studi Islam, Yogyakarta: Academia+ Tazzafa, 2009.

Nata Abuddin, Metodologi Studi Islam, Jakarta: Rajawali Pers, 2009

Muhaimin dkk, Studi Islam Dalam Ragam Dimensi dan Pendekatan, Jakarta: Kencana, cet
III,

Anda mungkin juga menyukai