Anda di halaman 1dari 13

SEJARAH

PURA MAJAPAHIT DI SURANADI

OLEH:

NAMA : NI NYOMAN AYUNI DESITARIANI PUTRI

NIM : 21071570023

KELAS : 2C

PRODI : EKONOMI HINDU

INSTITUT AGAMA HINDU NEGERI GDE PUDJA MATARAM

PRODI EKONOMI HINDU

2022

1
Kata Pengantar

Segala puji bagi Tuhan yang telah menolong hamba-Nya menyelesaikan makalah ini
dengan penuh kemudahan. Tanpa pertolongan Dia mungkin penyusun tidak akan sanggup
menyelesaikan dengan baik.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat mengetahui dan memahami Sejarah Pura
Majapahit di Suranadi ,makalah yang kami sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai
sumber. Makalah ini di susun oleh penyusun dengan berbagai rintangan. Baik itu yang datang
dari diri penyusun maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan
terutama pertolongan dari Tuhan akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada
pembaca.Walaupun makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Penyusun mohon untuk
saran dan kritiknya. Terima kasih.

Penyusun

2
DAFTAR ISI

SEJARAH PURA MAJAPAHIT DI SURANADI .................................................................... 1


KATA PENGANTAR ............................................................................................................... 2
DAFTAR ISI .............................................................................................................................. 3
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................................... 4
1.1. Latar Belakang ............................................................................................................... 4
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................................... 4
1.3 Tujuan Penelitian...................................................................................................... 4
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................................... 5
A. Pengertian Pura............................................................................................................... 5
B. Sejarah Pura Majapahit Di Suranadi ................................................................................. 5
C. Struktur Pura Majapahit.................................................................................................. 7
D.Betuk Prosesi Upacara Pujawali......................................................................................... 8
2.1. Upacara nuhur Ida Bhatara di Gunung Rinjani ............................................................... 8
2.2. Upacara Tabuh Rah ......................................................................................................... 8
2.3. Upacara nyanggra Ida Bhatara di Pura majapahit ........................................................... 9
2.4. Upaca Penyucian Pratima................................................................................................ 9
2.5. Upacara mendak Ida Bhatara ........................................................................................ 10
2.6. Upacara ngadegan Ida Bhatara ...................................................................................... 10
2.7. Puncak Upacara Pujawali ............................................................................................. 10
(1). Puja wali di pura Majapahit ........................................................................................... 10
2.8. Upacara Nyejer dan Ngelukar ....................................................................................... 11
(1). Upacara Nyejer di Pura Majapahit ................................................................................ 11
BAB III PENUTUP ................................................................................................................. 12
3.1 Kesimpulan..................................................................................................................... 12
3.2 Saran ............................................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 13

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pura umumnya memiliki kelekatan hubungan dengan para pemujanya dan tempatnya
berada, demikian pula dengan latar belakang sejarah pendiriannya. Pemuja yang memiliki
kepentingan terutama untuk memenuhi kebutuhan batin, maka pura dapat dianggap sebagai
obat, pemberi kesegaran, dan ketenangan bati. Wilayah yang menjadi tempat keberadaan pura
merupakan tanah yang suci, sehingga pemujanya merasakan aroma kesucian yang dapat
membersihkan pikiran dan tindakan yang kurang terarah. Selain itu wilayah keberadaan pura
dapat menubuhkan kecintaan dan penghargaan terhadap bumi tempat berpijak sebagai ibu
pertiwi. Pura dari sisi lain sebagai saksi sejarah akan eksisnya sebuah kepercayaan, sehingga
ada kesan semakin panjang sejarahnya, apalagi orang – orang suci dan orang yang
terpengaruh yang terlibat didalamnya, maka membut kesakralaannya menjadi bertuah asalkan
tetap dilestarikan oleh umat dari masa ke masa
Menurut Wiana (2009:7)Pura sebagai tempat pemujaan merupakan symbol untuk
mendorong umat Hindu berbakti kepada Tuhan, demikian pula kualitas kehidupan dapat
meningkat bagaimana pemujaan kepada Tuhan dapat mendorong dirinya mau berkorban
untuk membangun nilai – nilai kemanusian dan memelihara alam lingkungan. Dengan kata
lain untuk membangun kehidupan social yang dinamis dan harmonis.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang di maksud dengan pura?
2. Bagaimana sejarah berdirinya pura Majapahit di suranadi dan berapa jumlah
pelinggih yang ada di pura tersebut?

1.3 Tujuan Penelitian


1. Mengetahui dan memahami sejarah berdirinya pura Majapahit suranadi
2. Mengetahui jumlah pelinggih

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Pura
Istilah pura dengan pengertian sebagai tempat pemujaan bagi masyarakat Hindu
khususnya di Bali. Tampaknya berasal dari jaman yang tidak begitu tua. Pada mulanya
istilah pura berasal dari bahasa sanskerta itu berarti kota atau benteng yang sekarang berubah
arti menjadi tempat pemujaan Hyang Widhi. Sebelum di pergunakan kata pura untuk
menamai tempat suci /tempat pemijaan dipergunakan kata Khayangan atau Hyang. Pada
jaman Bali kuna dan merupakan data tertua kita di Bali, ada disebutkan di dalam prasasti
Sukawana A 1tahun 882M. kata Hyang berarti tempat suci atau tempat berhubungan dengan
kebutuhan
Jadi dapat dikatakan bahwa pura merupakan tempat suci Agama Hindu yang
digunakan untuk tempat memuja Ida Sang Hyang Widhi Wasa dan segala manifestasi – Nya
serta Atman Sidda Dewata (roh suci leluhur)

B. Sejarah Pura Majapahit Di Suranadi

Sejarah pura majapahit di suranadi erat kaitannya dengan sejarah pura suranadi.
Awalnya, danghyang nirartha atau pandita sakti wawu rawuh yang sedang melakukan
perjalanan dari Bali ke pulau Lombok tepatnya menuju gunung rinjani. di perjalanan ke
gunung rinjani, beliau melewati Suranadi. Di sana ia bertemu dengan seseorang yang berasal
dari kr. Medain yang sedang mencari tirtha untuk melaksanakan upacara ngaben untuk
kakeknya. Beliau lalu menyuruhnya untuk mencari 5 batang bambu. Ia menancapkan salah
satu bambu lalu mencabut bambu tersebut yang kemudian muncuah mata air yang di sebut
tirtha pebersihan, dari pembersihan beliau berjalan menuju lokasi pura ulon lalu
menancapkan bambunya kembali di namakan petirtaan, setelah itu beliau berjalan sekitar 5
meter dan menancapkan bambu lainnya lalu keluar air yang di namakan tirtha pelukatan.
Setelah itu beliau kembali lagi sejauh 50 meter menuju lokasi tirtha pangentas lalu di
tancapkannya sisa kedua bambu tersebut di sana sehingga di namakan tirtha pangentas dan
pemanahan.

5
Sejarah majapahit erat kaitannya dengan kisah lubdaka. Lubdaka merupakan seorang
pemburu yang tinggal di tengah hutan. Ia sehari-harinya memburu binatang di hutan. Suatu
hari pada hari raya siwalatri ia berburu ke hutan namun tidak mendapatkan apa-apa.
Menjelang senja ia di kejar oleh seekor singa sehingga ia menaiki pohon maja. Di atas pohon
sambil menunggu singa yang telah menjaganya di bawah pergi, ia memetik daun maja
sebanyak 108 helai untuk menjaganya agar tidak tertidur. Di pagi hari, lubdaka pulang ke
rumah tanpa membawa hasil buruan. Setelah beberapa hari, ia jatuh sakit lalu meninggal,
karena ia telah tidak tidur saat malam Siwa atau Siwalatri ia mendapatkan anugrah dari dewa
Siwa sehingga dapat diampuni dosanya. Jadi menurut beliau, pada saat malam siwalatri,
sebaiknya kita bermeditasi di pura majapahit tersebut.

Pura majapahit sendiri didirikan pada tahun 1915, pura ini di dirikan bersamaan
dengan linggih batara bagus gunung rinjani. pura ini di dirikan untuk mengenang para leluhur
yang berasal dari majapahit. majapahit merupakan pura yang berposisi di tengan Hutan
Taman Wisata, yaitu tempatnya d sebelah timur badan jalan raya masuk ke tengah hutan dan
berlokasi 50 meter di sebelah utara Pura Ulon. Pura majapahit merupakan pura yang
ukurannya paling kecil di antara empat sebaran Pura Suranadi ini. Letak pura menghadap
kearah selatan dan posisinya di kelilingi oleh Hutan Taman Wisata. Pura ini terdiri atas
palinggih Bhatara Sakti Waurauh /palinggih bhatara majapahit, palinggih ngerurah dan bale

6
banten. Nama pelinggih eratkaitannya dengan penghormatan atas jasa Dang Hyang
Dwijendra yang telah melaksanakan dharmayatra di suranadi ini.

Sumber mata air yang sangat kecil terdapat di luar pura (jaba sisi). Palinggih batara
sakti waurauh berbentuk gedong, dengan dasar berupa bataran persegi panjang satu meter
kali satu setengah meter dengan tinggi 80 cm. badan berupa kayu bertiang enam setinggi 120
cm dengan altar berbentuk gedong terbuka yang di cat berwarna hitam. Atapnya sangat
sederhana berbahan seng, walaupun demikian tetap dapet di benarkan asalkan model dan
bentuknya sesuai dengan yang di yakini masyarakat setempat. Pura majapahhit terletak di
tengah Hutan Taman Wisata jadi halamanya terbatas, walaupun demikian kawasan di sekitar
pura merupakan wilayah yang di gunakan untuk aktivitas upacara. Kawasan jaba sisi pura ini,
merupakan wilayah yang statusnya masih menjadi sengketa, karena sampai saat ini belum
dapat di berikan untuk membuat dinding pemisah dengan, melainkan hanya di berikan untuk
menggunakan untuk upacara saja.

Jadi pura majapahit terletak di Desa Suranadi yang terletak di hutan Suranadi. Yang dimana
pura majapahit sangat eratkaitannya kisah lubdaka dan dengan datangnya Bhatara Sakti
Waurauh yang melaksanakan tirtayatra.

C. Struktur Pura Majapahit


Pura majapahit merupakan pura yang berposisi di tengan Hutan Taman Wisata,
yaitu tempatnya d sebelah timur badan jalan raya masuk ke tengah hutan dan berlokasi 50
meter di sebelah utara Pura Ulon. Pura majapahit
merupakan pura yang ukurannya paling kecil di antara empat sebaran Pura Suranadi
ini. Struktur pura Majapahit seprti tertera pada gambar foto di bawah ini.

Letak pura menghadap kearah selatan dan posisinya di kelilingi oleh HUtan Taman
Wisata. pura ini terdiri atas palinggih Bhatara Sakti Waurauh /palinggih bhatara majapahit
,palinggih ngerurah dan bale banten. Nama pelinggih eratkaitannya dengan penghormatan
atas jasa Dang Hyang Dwijendra yang telah melaksanakan dharmayatra di suranadi ini.
Sumber mata air yang sangat kecil terdapat di luar pura (jaba sisi).

7
Palinggih batara sakti waurauh berbentuk gedong, dengan dasar berupa bataran
persegi panjang satu meter kali satu setengah meter dengan tinggi 80 cm. badan berupa kayu
bertiang enam setinggi 120 cm dengan altar berbentuk gedong terbuka yang di cat berwarna
hitam. Atapnya sangat sederhana berbahan seng, walaupun demikian tetap dapet di benarkan
asalkan model dan bentuknya sesuai dengan yang di yakini masyarakat setempat. Pura
majapahhit terletak di tengah Hutan Taman Wisata jadi halamanya terbatas, walaupun
demikian kawasan di sekitar pura merupakan wilayah yang di gunakan untuk aktivitas
upacara. Kawasan jaba sisi pura ini, merupakan wilayah yang statusnya masih menjadi
sengketa, karena sampai saat ini belum dapat di berikan untuk membuat dinding pemisah
dengan, melainkan hanyan di berikan untuk menggunakan untuk upacara saja

D.Betuk Prosesi Upacara Pujawali


Rangkaian mulai dari awal sampai penutup upacara pujawali di laksanakan di
laksanakan sepuluh hari pada purnama saseh kelima. Rangkaian itu dapat di kelompokkan ke
dalam delapan tahap (Prande Gede Jelantik Dwije Putra wawancara tanggal 5 oktober 2011
dan I Gusti Nyoman Oke tanggal 7 oktober 2011

2.1. Upacara nuhur Ida Bhatara di Gunung Rinjani


Gunung Rinjani dengan ketinggian 3.000 mdpl merupakan gunung tertinggi di pulau
Lombok. Di bawah puncak Gunung terdapat Danau Segara Anak, di mana tempat
melaksanakan upacara nuhur Ida Batara. Pelaksanaan menuju Gunung Rinjani di nlaksanakan
pada hari ke enam sebelum puncak Upacara (pujawali), tempatnya sore hari pukul 16:00
waktu setempat. Sesampainya d Danau Segara Anak barulah di laksanakan upacara tersebut.
Banten yang di gunakan untuk nuhur Ida Bhatara di bawa dari Pura Suranadi ke Gunung
Rinjani yaitu: pejatian, canang bulat wangi, canang bebaos, canang genten, krik karmas, buhu
dan tehenan. Banten tersebut akan di haturkan pada masing – masing palinggih yang di buat
untuk keprluan upacara di Tepi Danau Segara Anak

2.2. Upacara Tabuh Rah


upacara tabuh rah merupakan salah satu rangkaian acara bhuta yadnya dengan cara
mempersembahkan darah ayam (sata) di mandala (halaman) pura. Pelaksanaan tabuh rah di
pura suranadi di laksanakan di lokasi tri mandala pura, dengan cara memotong ayam

8
kemudian darahnya di cecehkan di jaba sisi,jaba tengah dan jeroan halaman pura. Upacra ini
di laksanakan pada dua hari sebelum puncak acara (pujawali), dan di lakukan upacara tabuh
rah pada empat pura yaitu: Pura Ulon, Pura Majapahit, Pura Pangentas, Pura Pembersiahan.

2.3. Upacara nyanggra Ida Bhatara di Pura majapahit


upacara nuhur Ide Bhatara di Gunung Rinjani telah selesai di laksanakan, maka
pemedek kemudian kembali ke Suranadi untuk melaksanakan upacara berikutnya. Setelah
pulang dari Gunung Rinjani yang menghabiskan waktu perjalanan beberapa hari maka barulh
menuju Pura Suranadi untuk selanjutnya melaksanakan upacara nyanggra Ida Bhataran, di
mana tirta upakara yang di bawa dari Gunung Rinjani itu kemudian di stanakan di Pura
Majapahit.
Banten yang di gunakan pada upacara ini yaitu: bayuan panca phala, sedah penyapa,
rayunan, canang burat wangi, dan canag genten semuanya ini mungguh di palingguh
Majapahit. Banten peras daksina di letakkan pada arepan beleganjur. Upacara ini di lakukan
dua hari sebelum ouncak acara (pujawali) pada pukul 16:00 waktu setempat

2.4. Upaca Penyucian Pratima


Suatu hari sebelum puncak acara (pujawali) pada pukul 08.00 waktu setempat, di
lakukan upacara nyucian pratima bagi pura majapahit, pura Ulon, Pengentas dan
pembersihan. Sebagai penangghung jawab acara penyucian pratima ini adalah banjar yang
tugasnya mengempon masing – pura yang di pimpin oleh pemangku.
Banten dan sarana yang di haturakan untuk di Pura Majapahit yaiyu:pejatian, canang
bulat wangi, canang genten, canang pembaos, toya pentucian (toya cendana, toya segara, toya
kumkuman, toya jeruk, toya nyuh gading), muncuk ambengan, krik karmas, banten dan
sarana lainnya.
Banten yang di haturkan di pura pangentas yaitu: pejatian, canang bulat wangi,
canang genten, canang bebaos , toya penyucian (toya cendana, toya segara, toya kumkuman,
toya jeruk, toya nyuh gading), muncuk ambengan, krik karmas, banten dan sarana lainya.
Banten dan sarana yang di haturkan untuk nyucian pratima di pura pembersihan yaitu:
toya cendana, toya segara, toya kumkuman, toya jeruk, toya nyuh gading), muncuk
ambengan, krik karmas, banten, buhu, tigasan, dan solasan di haturrkan di bale banten dan
sarana lainnya.

9
2.5. Upacara mendak Ida Bhatara
upacara mendak Ida Bhatara di laksanakan pukul 13:00 waktu setempat yaitu sehari
sebelum pujawali. Upacara ini di lakukan, dengan ngamedalan Bhatara tirta pada masing –
masing pura, kemudian di naikkan di atas jempana dan semuanya di arak keliling oleh semua
banjar yang mengamong pura.
Banten yang di gunakan dan di bawa pada waktu mendak dsn katuran pada saat
tibanya akan ngadegan Ida Bhatara, yaitu:bayuhan panca phala, ketipat kelanan, sanganan
jauman, canang burat wangi, ayunan alit, canang lenga wangi, dan canang genten.banten
yang di haturkan bias setibanya mendak Ida Bhatara, yaitu: segehan agung, pitik selem
mulus, rujak miyeh, solasan, basokan, tetabuhan,(arak, tuak, berem dan kelungah nyuh
gading ). Banten ini akan di haturkan di arepan candi.

2.6. Upacara ngadegan Ida Bhatara


pukul 14:00 waktu setempat pada satu hari sebelum puncak acara (pujawali), di
laksanakan upacara ngadegan Ide Bhatara di masing – masing pura, yaitu: pua Majapahit,
Ulon Pangentas, pembersihan dan di pura Ulon upacaranya dipimpin oleh seorang Sulinggih
dan beberapa pemangku, sedangkan penanggung jawab adalah banjar yang di tujuk waktu itu.

2.7. Puncak Upacara Pujawali


pada hari purnama sasih kalima pukul 06:00 waktu setempat, sebelum upacara
pujawali di masing – masing pura di laksanakan upacara nanginin.

(1). Puja wali di pura Majapahit


Pujawali di awali dengan melngkapi sarana dan palinggih pendukung lainnya . pada
pukul 07:00 puncak acara yaitu purnama sasih kalmadi awali dengan ngunggahan banten
pada masing – tempat yang di tentukan. Piodalan di pura Pangentas di pimpin oleh seorang
sulinggih yang di laksanakan pada pukul 08:00 waktu setempat. Klompok banjar yang di
tugaskan sebanyak tiga banjar yaitu: banjar Gumang, banjar Karya Dharma, banjar Kerta
Tunggal Dharma

10
2.8. Upacara Nyejer dan Ngelukar

(1). Upacara Nyejer di Pura Majapahit


Upacara Nyejer di lakukan tepat satu dan dua hari setelah puncak upacara (pujawali).
Upacara di pimpin oleh pemangku yang di tunjuk setelah lengkapnya sarana upacara.
Menghaturkan banten pejatian dan canang hanya pada palinggih pasimpangan Bhatara
Majapahit mulai di lakukan pagi hari pukul 06:00 waktu setempat, baik pada hari pertama
dan kedua setelah pujawali
Upacara ngelukar di laksanakan tiga hari setelah pujawali . upacara di laksanakan
pukul 15:00 waktu setempat setelah lengkapnya sarana upacara dengan di pimpin oleh
pemangku yag telah di tunjuk. Menghaturkan banten pada masing – masing palinggih mulai
di lakukan pukul 15:00 waktu setempat

11
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari penjelasan diatas mengenai Sejarah pura Majapahit yang ada di Suranadi maka
dapat di simpulkan bahwa di perkirakan sejarah berdirinya pura ini sekitar tahun 1720 – 1946
yang dipugar pada masa pemerintahan Karang Asem dari sanalah pelinggih-pelinggih ini
didirikan seperti Pura Ulon, Majapahit,Pengentas, pembersihan, dan palinggih pendukung
lainya

3.2 Saran
Adapun saran-saran yang dapat kami berikan dari penulisan makalah ini adalah :
Dengan adanya makalah ini, diharapkan masyarakan generasi muda berperan aktif dalam
menjaga Pura Majapit di Suranadi sebagai tempat persembahyangan.
Di arapkan keaktifan masyarakat dalam mencari tau segalahl yang berkaitan dengan pura
suranadi, karena makalah ini sipatnya terbatas. Selain itu jga , pura ini merupakan salah satu
warisan budaya dan sekali gus sebagai saksi sejarah.
Menjaga kesucian Pura, seperti tidak melakukan perbuatan yang menyimpan yang dapat
mencemarkan kesucian Pura.

12
DAFTAR PUSTAKA

Segare, Nengah, dkk. 2011 Widya Dhrma Agama Hindu NTB : Lobar
W W W. GOOGLE.COM:
Bendese, Gede. Tanggal 06 Oktober 201, pkl.01.07 WITA
Wiana, Tatwa. Tahun 2011 : Oktober -6.

13

Anda mungkin juga menyukai