OLEH:
NIM : 21071570023
KELAS : 2C
2022
1
Kata Pengantar
Segala puji bagi Tuhan yang telah menolong hamba-Nya menyelesaikan makalah ini
dengan penuh kemudahan. Tanpa pertolongan Dia mungkin penyusun tidak akan sanggup
menyelesaikan dengan baik.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat mengetahui dan memahami Sejarah Pura
Majapahit di Suranadi ,makalah yang kami sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai
sumber. Makalah ini di susun oleh penyusun dengan berbagai rintangan. Baik itu yang datang
dari diri penyusun maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan
terutama pertolongan dari Tuhan akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada
pembaca.Walaupun makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Penyusun mohon untuk
saran dan kritiknya. Terima kasih.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pura
Istilah pura dengan pengertian sebagai tempat pemujaan bagi masyarakat Hindu
khususnya di Bali. Tampaknya berasal dari jaman yang tidak begitu tua. Pada mulanya
istilah pura berasal dari bahasa sanskerta itu berarti kota atau benteng yang sekarang berubah
arti menjadi tempat pemujaan Hyang Widhi. Sebelum di pergunakan kata pura untuk
menamai tempat suci /tempat pemijaan dipergunakan kata Khayangan atau Hyang. Pada
jaman Bali kuna dan merupakan data tertua kita di Bali, ada disebutkan di dalam prasasti
Sukawana A 1tahun 882M. kata Hyang berarti tempat suci atau tempat berhubungan dengan
kebutuhan
Jadi dapat dikatakan bahwa pura merupakan tempat suci Agama Hindu yang
digunakan untuk tempat memuja Ida Sang Hyang Widhi Wasa dan segala manifestasi – Nya
serta Atman Sidda Dewata (roh suci leluhur)
Sejarah pura majapahit di suranadi erat kaitannya dengan sejarah pura suranadi.
Awalnya, danghyang nirartha atau pandita sakti wawu rawuh yang sedang melakukan
perjalanan dari Bali ke pulau Lombok tepatnya menuju gunung rinjani. di perjalanan ke
gunung rinjani, beliau melewati Suranadi. Di sana ia bertemu dengan seseorang yang berasal
dari kr. Medain yang sedang mencari tirtha untuk melaksanakan upacara ngaben untuk
kakeknya. Beliau lalu menyuruhnya untuk mencari 5 batang bambu. Ia menancapkan salah
satu bambu lalu mencabut bambu tersebut yang kemudian muncuah mata air yang di sebut
tirtha pebersihan, dari pembersihan beliau berjalan menuju lokasi pura ulon lalu
menancapkan bambunya kembali di namakan petirtaan, setelah itu beliau berjalan sekitar 5
meter dan menancapkan bambu lainnya lalu keluar air yang di namakan tirtha pelukatan.
Setelah itu beliau kembali lagi sejauh 50 meter menuju lokasi tirtha pangentas lalu di
tancapkannya sisa kedua bambu tersebut di sana sehingga di namakan tirtha pangentas dan
pemanahan.
5
Sejarah majapahit erat kaitannya dengan kisah lubdaka. Lubdaka merupakan seorang
pemburu yang tinggal di tengah hutan. Ia sehari-harinya memburu binatang di hutan. Suatu
hari pada hari raya siwalatri ia berburu ke hutan namun tidak mendapatkan apa-apa.
Menjelang senja ia di kejar oleh seekor singa sehingga ia menaiki pohon maja. Di atas pohon
sambil menunggu singa yang telah menjaganya di bawah pergi, ia memetik daun maja
sebanyak 108 helai untuk menjaganya agar tidak tertidur. Di pagi hari, lubdaka pulang ke
rumah tanpa membawa hasil buruan. Setelah beberapa hari, ia jatuh sakit lalu meninggal,
karena ia telah tidak tidur saat malam Siwa atau Siwalatri ia mendapatkan anugrah dari dewa
Siwa sehingga dapat diampuni dosanya. Jadi menurut beliau, pada saat malam siwalatri,
sebaiknya kita bermeditasi di pura majapahit tersebut.
Pura majapahit sendiri didirikan pada tahun 1915, pura ini di dirikan bersamaan
dengan linggih batara bagus gunung rinjani. pura ini di dirikan untuk mengenang para leluhur
yang berasal dari majapahit. majapahit merupakan pura yang berposisi di tengan Hutan
Taman Wisata, yaitu tempatnya d sebelah timur badan jalan raya masuk ke tengah hutan dan
berlokasi 50 meter di sebelah utara Pura Ulon. Pura majapahit merupakan pura yang
ukurannya paling kecil di antara empat sebaran Pura Suranadi ini. Letak pura menghadap
kearah selatan dan posisinya di kelilingi oleh Hutan Taman Wisata. Pura ini terdiri atas
palinggih Bhatara Sakti Waurauh /palinggih bhatara majapahit, palinggih ngerurah dan bale
6
banten. Nama pelinggih eratkaitannya dengan penghormatan atas jasa Dang Hyang
Dwijendra yang telah melaksanakan dharmayatra di suranadi ini.
Sumber mata air yang sangat kecil terdapat di luar pura (jaba sisi). Palinggih batara
sakti waurauh berbentuk gedong, dengan dasar berupa bataran persegi panjang satu meter
kali satu setengah meter dengan tinggi 80 cm. badan berupa kayu bertiang enam setinggi 120
cm dengan altar berbentuk gedong terbuka yang di cat berwarna hitam. Atapnya sangat
sederhana berbahan seng, walaupun demikian tetap dapet di benarkan asalkan model dan
bentuknya sesuai dengan yang di yakini masyarakat setempat. Pura majapahhit terletak di
tengah Hutan Taman Wisata jadi halamanya terbatas, walaupun demikian kawasan di sekitar
pura merupakan wilayah yang di gunakan untuk aktivitas upacara. Kawasan jaba sisi pura ini,
merupakan wilayah yang statusnya masih menjadi sengketa, karena sampai saat ini belum
dapat di berikan untuk membuat dinding pemisah dengan, melainkan hanya di berikan untuk
menggunakan untuk upacara saja.
Jadi pura majapahit terletak di Desa Suranadi yang terletak di hutan Suranadi. Yang dimana
pura majapahit sangat eratkaitannya kisah lubdaka dan dengan datangnya Bhatara Sakti
Waurauh yang melaksanakan tirtayatra.
Letak pura menghadap kearah selatan dan posisinya di kelilingi oleh HUtan Taman
Wisata. pura ini terdiri atas palinggih Bhatara Sakti Waurauh /palinggih bhatara majapahit
,palinggih ngerurah dan bale banten. Nama pelinggih eratkaitannya dengan penghormatan
atas jasa Dang Hyang Dwijendra yang telah melaksanakan dharmayatra di suranadi ini.
Sumber mata air yang sangat kecil terdapat di luar pura (jaba sisi).
7
Palinggih batara sakti waurauh berbentuk gedong, dengan dasar berupa bataran
persegi panjang satu meter kali satu setengah meter dengan tinggi 80 cm. badan berupa kayu
bertiang enam setinggi 120 cm dengan altar berbentuk gedong terbuka yang di cat berwarna
hitam. Atapnya sangat sederhana berbahan seng, walaupun demikian tetap dapet di benarkan
asalkan model dan bentuknya sesuai dengan yang di yakini masyarakat setempat. Pura
majapahhit terletak di tengah Hutan Taman Wisata jadi halamanya terbatas, walaupun
demikian kawasan di sekitar pura merupakan wilayah yang di gunakan untuk aktivitas
upacara. Kawasan jaba sisi pura ini, merupakan wilayah yang statusnya masih menjadi
sengketa, karena sampai saat ini belum dapat di berikan untuk membuat dinding pemisah
dengan, melainkan hanyan di berikan untuk menggunakan untuk upacara saja
8
kemudian darahnya di cecehkan di jaba sisi,jaba tengah dan jeroan halaman pura. Upacra ini
di laksanakan pada dua hari sebelum puncak acara (pujawali), dan di lakukan upacara tabuh
rah pada empat pura yaitu: Pura Ulon, Pura Majapahit, Pura Pangentas, Pura Pembersiahan.
9
2.5. Upacara mendak Ida Bhatara
upacara mendak Ida Bhatara di laksanakan pukul 13:00 waktu setempat yaitu sehari
sebelum pujawali. Upacara ini di lakukan, dengan ngamedalan Bhatara tirta pada masing –
masing pura, kemudian di naikkan di atas jempana dan semuanya di arak keliling oleh semua
banjar yang mengamong pura.
Banten yang di gunakan dan di bawa pada waktu mendak dsn katuran pada saat
tibanya akan ngadegan Ida Bhatara, yaitu:bayuhan panca phala, ketipat kelanan, sanganan
jauman, canang burat wangi, ayunan alit, canang lenga wangi, dan canang genten.banten
yang di haturkan bias setibanya mendak Ida Bhatara, yaitu: segehan agung, pitik selem
mulus, rujak miyeh, solasan, basokan, tetabuhan,(arak, tuak, berem dan kelungah nyuh
gading ). Banten ini akan di haturkan di arepan candi.
10
2.8. Upacara Nyejer dan Ngelukar
11
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari penjelasan diatas mengenai Sejarah pura Majapahit yang ada di Suranadi maka
dapat di simpulkan bahwa di perkirakan sejarah berdirinya pura ini sekitar tahun 1720 – 1946
yang dipugar pada masa pemerintahan Karang Asem dari sanalah pelinggih-pelinggih ini
didirikan seperti Pura Ulon, Majapahit,Pengentas, pembersihan, dan palinggih pendukung
lainya
3.2 Saran
Adapun saran-saran yang dapat kami berikan dari penulisan makalah ini adalah :
Dengan adanya makalah ini, diharapkan masyarakan generasi muda berperan aktif dalam
menjaga Pura Majapit di Suranadi sebagai tempat persembahyangan.
Di arapkan keaktifan masyarakat dalam mencari tau segalahl yang berkaitan dengan pura
suranadi, karena makalah ini sipatnya terbatas. Selain itu jga , pura ini merupakan salah satu
warisan budaya dan sekali gus sebagai saksi sejarah.
Menjaga kesucian Pura, seperti tidak melakukan perbuatan yang menyimpan yang dapat
mencemarkan kesucian Pura.
12
DAFTAR PUSTAKA
Segare, Nengah, dkk. 2011 Widya Dhrma Agama Hindu NTB : Lobar
W W W. GOOGLE.COM:
Bendese, Gede. Tanggal 06 Oktober 201, pkl.01.07 WITA
Wiana, Tatwa. Tahun 2011 : Oktober -6.
13