Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

PURA BATU DENDENG

OLEH :

I GEDE WIRA ADITYA TANAYA

NIM 21072110003

KEMENTEIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA

INSTITUT AGAMA HINDU NEGERI

GDE PUDJA MATARAM

2022
KATA PENGANTAR

Om Swastiastu,

Puji syukur Penulis haturkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa,

karena atas Asung Kertha Waranugraha-Nya makalah yang berjudul Pura Batu

Dendeng” dapat Penulis selesaikan tepat pada waktunya.

Makalah ini ditulis untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Upakara pada

Program Studi Ilmu Komunikasi Hindu, Jurusan Dharma Duta, Fakultas Dharma

Duta, Brahma Widya dan Dharma Sastra, Institut Agama Hindu Gde Pudja

Mataram. Makalah ini merupakan hasil kajian penulis mengenai salah satu Pura

yang terdapat di wilayah Banjar Suka Wardaya, Lingkungan Babakan, Kelurahan

Gerung Utara, Kecamatan Gerung, Kabupaten Lombok Barat, Provinsi NTB.

Makalah ini berisi tentang sejarah, tata letak, dan informasi penting lainnya yang

berkaitan dengan Pura Batu Dendeng.

Penulis sangat menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna.

Maka dari itu, Penulis membuka sangat lebar pintu untuk menerima kritik dan

saran yang membangun dari semua pihak. Semoga makalah ini dapat bermanfaat

bagi kemajuan bersama.

Om Santi, Santi, Santi Om

Gerung, 23 November 2022

Penulis

II
DAFTAR ISI

MAKALAH..............................................................................................................I

KATA PENGANTAR.............................................................................................II

DAFTAR ISI..........................................................................................................III

DAFTAR GAMBAR.............................................................................................IV

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1

A. Latar Belakang..........................................................................................1

B. Rumusan Masalah.....................................................................................2

C. Tujuan........................................................................................................2

D. Manfaat......................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................3

A. Pura Batu Dendeng....................................................................................3

B. Sejarah Pura Batu Dendeng.......................................................................4

C. Konsep Tri Mandala Pada Pura Batu Dendeng.........................................7

BAB III PENUTUP...............................................................................................14

A. Simpulan..................................................................................................14

B. Kritik dan Saran.......................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................15

III
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 : Denah Pura Batu Dendeng....................................................................7

Gambar 2 : Jaba Sisi Pura Batu Dendeng................................................................8

Gambar 3 : Area Jaba Tengah Pura Batu Dendeng.................................................9

Gambar 4 : Pelinggih Kroya....................................................................................9

Gambar 5 : Bale Kulkul.........................................................................................10

Gambar 6 : Pelinggih Petirtan................................................................................11

Gambar 7 : Area Jaba Utama Pura Batu Dendeng.................................................12

Gambar 8 : Dari kiri ke kanan berurutan Padmasana, Lingsar, Mambalang, Tanaq

Nyatoq, Batu Dendeng dan Manik Angkiran.........................................................12

Gambar 9 : Dari kanan ke kiri berurutan Gunung Rinjani, Pasung, Gunung

Agung, Gunung Pangsung dan Gunung Kawangan...............................................13

Gambar 10 : Bale Pawedan....................................................................................13

IV
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pura Merupakan tempat ibadah bagi umat Hindu di Indonesia, khususnya

yang berasal dari etnis Bali. Pura berasal dari kata “Pur” dalam bahasa Sansekerta

yang berarti “Benteng” atau dalam beberapa konteks juga bisa berarti “kota”. Pura

menjadi istilah nasional untuk menyebutkan tempat ibadah bagi umat Hindu. Di

Indonesia sendiri ada berbagai macam sebutan untuk rumah ibadah Agama Hindu.

Salah satu contohnya adalah Bale Basarah yang merupakan sebutan untuk tempat

ibadah bagi umat Hindu Kaharingan di tanah Borneo. Selain itu masih banyak lagi

sebutan untuk tempat ibadah Agama Hindu yang ada di Indonesia.

Dalam Agama Hindu, tempat ibadah memiliki sebuah konsep dalam

pembangunannya. Konsep ini dinamakan Tri Mandala dimana tempat ibadah

umat Hindu dibagi menjadi 3 area yang memiliki fungsi dan keunikannya masing-

masing. Tri Mandala berasal dari bahasa sansekerta, yaitu kata Tri yang berarti

“tiga” dan Mandala yang berarti “wilayah” atau “area”. Jadi secara harfiah, Tri

Mandala berarti tiga wilayah atau area yang ada pada tempat suci Agama Hindu.

Walaupun tekstual konsep ini ada, tapi nyatanya tidak semua Pura menganut

konsep ini karena berbagai faktor dan alasan seperti ekonomi, sosial, sejarah dan

lain-lain.

Untuk itu melalui makalah ini, peneliti mengkaji serta mengidentifikasi salah

satu tempat ibadah Umat Hindu yang ada di Banjar Suka Wardaya, Lingkungan

1
Babakan, Kelurahan Gerung Utara, Kecamatan Gerung, Kabupaten Lombok

Barat, Provinsi Nusa Tenggara Barat yang bernama Pura Batu Dendeng.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan dari latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka penulis

berhasil merumuskan beberapa rumusan masalah yang relevan, yaitu :

1. Apa itu Pura Batu Dendeng?

2. Bagaimana Sejarah Pura Batu Dendeng?

3. Apakah Pura Batu Dendeng Menganut konsep Tri Mandala?

C. Tujuan
1. Mengetahui tentang apa itu Pura Batu Dendeng.

2. Mengetahui sejarah dari Pura Batu Dendeng.

3. Mengetahui pengaplikasian konsep Tri Mandala pada Pura Batu

Dendeng

D. Manfaat
1. Bagi Keilmuan, makalah ini dapat dijadikan sebagai referensi pada

penyelenggaraan mata kuliah Upakara pada masa mendatang.

2. Bagi Penulis, makalah ini menjadi sarana pengaplikasian critical

thinking, kemampuan membuat karya tulis ilmiah dan

mengidentifikasi suatu fenomena.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pura Batu Dendeng


Pura Batu Dendeng merupakan sebuah tempat ibadah umat Hindu yang

terletak di Banjar Suka Wardaya, Lingkungan Babakan, Kelurahan Gerung Utara,

Kecamatan Gerung, Kabupaten Lombok Barat, Provinsi Nusa Tenggara Barat.

Pura ini merupakan satu dari lima Pura yang ada di Lingkungan Babakan serta

menjadi Pura dengan usia tertua. Pura ini baru menyandang status “Pura”

semenjak tahun 2019, karena sebelum itu menurut para tetua di Lingkungan

Babakan, Pura ini belum bisa dikatakan sebagai Pura karena belum memiliki

bangunan Padmasana. Adapun yang menjadi alasan mengapa Padmasana baru

dibangun tahun 2019 sedangkan tempat ibadah ini dirumorkan sudah ada sejak

1901 atau sebelum Indonesia merdeka. Artinya Pura ini sudah berusia lebih dari

100 tahun dan sudah seharusnya menjadi cagar budaya yang dilindungi negara.

Namun, karena terjadi banyak sekali renovasi sehingga fisik asli dari bangunan

yang ada di Pura ini tidak lagi eksis, maka Pura ini pun tidak bisa menjadi sebuah

cagar budaya.

Pujawali atau piodalan Pura Batu Dendeng dilaksanakan setiap Purnama

Katiga atau sekitar bulan Agustus setiap tahunnya. Kegiatan pujawali biasanya

berlangsung dua sampai tiga hari tergantung dari situasi dan kondisi pada saat itu.

Purnama Katiga digunakan sebagai waktu Pujawali tidak lepas dari sejarah

berdirinya Pura ini. Pura ini pada awalnya disebut dengan Padewak sebelum

dibangunnya Padmasana pada tahun 2019. Pura ini merupakan salah satu Pura

3
umum yang bisa digunakan oleh seluruh masyarakat walaupun bukan merupakan

warga dari Lingkungan Babakan maupun anggota Banjar Suka Wardaya.

B. Sejarah Pura Batu Dendeng


Sejarah Pura Batu Dendeng adalah kisah turun-temurun di Lingkungan

Babakan. Salah seorang tetua Desa yang bernama Jro Mangku Parthajaya adalah

generasi ke-3 dari orang pertama yang memulai sejarah Batu Dendeng. Bisa

dikatakan bahwa Kakek dari Jro Mangku Parthajaya lah yang menjadi cikal bakal

dari berdirinya Pura Batu Dendeng.

Dikisahkan Pada mulanya, Bhatara yang berstana di Pura Batu Dendeng

berasal dari sebuah situs pemujaan kuno di daerah Bukit Pujut di Kabupaten

Lombok Tengah. Sebelum abad ke-20, di daerah Pujut dikabarkan banyak

bermukim umat Hindu Sasak dan Bali, sehingga tidak aneh jika disana terdapat

situs pemujaan terhadap Bhatara yang disebut Bhatara Batu Dendeng. Dalam

bahasa masyarakat Sasak, tempat pemujaan semacam ini biasa disebut dengan

istilah Padewak. Padewak Sendiri adalah sebutan untuk tempat - tempat atau

objek yang dianggap sakral dan merupakan tempat pemujaan bagi masyarakat

sekitarnya. Istilah Padewak sendiri digunakan karena pada masa itu, Hindu yang

berkembang di Lombok khususnya Suku Sasak adalah Wetu Telu yang

merupakan sinkretisme antara agama Siwa-Buddha, Islam dan Kepercayaan lokal

masyarakat Sasak. Istilah Padewak ini terus digunakan hingga ekspansi dari

Kerajaan Karangasem ke Pulau Lombok sekitar tahun 1850-an.

Singkat cerita pada akhir abad 19, Agama Islam mulai masuk ke daerah

Pujut yang dibawa oleh seorang ulama bernama Tuan Guru Batu Dendeng. Umat

4
Hindu yang pada saat itu tidak memiliki pertahanan, mulai terdesak dan akhirnya

memutuskan untuk mengungsi ke arah Ibu Kota kerajaan Karangasem Lombok

yaitu Cakranegara. Hal ini tidak terlepas dari gencarnya islamisasi yang dibantu

oleh kekuatan Kedatuan Islam disekitar Pujut. Hal ini secara otomatis membuat

Padewak Batu Dendeng menjadi sepi dan tidak ada yang merawat.

Dilain sisi Lingkungan Babakan pada waktu yang bersamaan, sedang

mengalami tekanan dari mayoritas Islam disekitarnya, seperti Desa Giri Menang

dan Desa Dasan Geres. Lingkungan Babakan terisolasi ditengah - tengah

perkampungan Islam Sasak dan tentunya Lingkungan Babakan menjadi sasaran

Islamisasi. Akan tetapi, Lingkungan Babakan senantiasa mendapat perlindungan

dari pasukan Anak Agung yang memerintah di Kerajaan Karangasem Lombok.

Dikisahkan pada suatu malam kampung Islam hendak menyerang Lingkungan

Babakan. Diwaktu yang sama Bhatara Batu Dendeng datang ke mimpi kakek dari

Mangku Parthajaya dan secara sederhananya Beliau (Bhatara Batu Dendeng)

bersedia untuk berstana di Lingkungan Babakan. Dengan syarat, Beliau ingin

dibuatkan sebuah daksina linggih sebagai tempat beliau tedun dan berstana.

Singkat cerita pada keesokan malamnya, Kakek dari Jro Mangku Parthajaya

membuat Daksina Linggih tersebut dan ditaruh di sebuah areal persawahan

terbuka sesuai dengan titah dari Bhatara Batu Dendeng. Pada malam itu

bertepatan dengan rencana ekspansi dari kampung Islam ke Lingkungan Babakan.

Namun ajaibnya ketika masyarakat kampung Islam akan memasuki wilayah

Babakan dan melewati area persawahan dimana Daksina Linggih ditaruh,

terdengar suara kereta perang yang seketika membuat masyarakat kampung Islam

5
terkejut. Mengira bahwa suara kereta tersebut berasal dari pasukan Kerajaan

Karangasem Lombok, masyarakat kampung Islam akhirnya memutuskan untuk

mundur dan tidak menyerang Babakan lagi. Menurut penuturan Jro Mangku

Parthajaya berdasarkan kesaksian dari Kakeknya, suara kereta perang tersebut

berasal dari Bhatara Batu Dendeng yang tedun atau hadir secara gaib ke

Lingkungan Babakan dan berstana di Daksina Linggih yang telah disiapkan

sebelumnya. Pada keesokan harinya, Daksina Linggih tersebut dipindahkan ke

tempat yang kini menjadi Pura Batu Dendeng.

Berdasarkan ingatan para tetua di Banjar Suka Wardaya, setidaknya Pura

Batu Dendeng telah mengalami lebih dari dua kali renovasi sejak pertama kali

didirikan. Renovasi yang paling berpengaruh terjadi pada tahun 2019, dimana

bangunan pelinggih yang ada di Pura tersebut dirombak total dan ditambahkan

satu lagi bangunan pelinggih yaitu Padmasana yang menyebabkan Pura ini secara

sosial berstatus sebagai ‘Pura’, karena sebelumnya menurut para tetua tempat

ibadah ini lebih layak disebut Padewak dibandingkan Pura karena ketiadaan

bangunan Padmasana. Semenjak renovasi ini, arsitektur Pura Batu Dendeng yang

sebelumnya sangat kental dengan nuansa Lombok, Sasak dan Wetu Telu berubah

drastis menjadi arsitektur Bali. Hal ini sempat menimbulkan perselisihan diantara

para tetua dan pengurus Pura hingga akhirnya diputuskan bahwa kedepannya pura

ini akan dikembalikan ke konsep awal yaitu dengan tetap membiarkan bangunan

Padmasana yang telah dibangun.

6
Adapun alasan mengapa waktu Pujawali di Pura ini jatuh pada Purnama

Katiga adalah karena menurut Mangku Parthajaya bahwa kehadiran Sang Bhatara

Batu Dendeng seperti kisah di atas adalah pada saat Purnama Katiga tahun 1901.

C. Konsep Tri Mandala Pada Pura Batu Dendeng

Keterangan :

1. Padmasana

2. Pelinggih Lingsar

3. Pelinggih Mambalang (Ida Balang)

4. Pelinggih Tanaq Nyatoq

5. Pelinggih Batu Dendeng

6. Pelinggih Manik Angkeran

7. Pelinggih Gunung Rinjani

8. Pelinggih Pasung

9. Pelinggih Gunung Agung

10. Pelinggih Gunung Pangsung

11. Pelinggih Gunung Kawangan

12. Pelinggih Batara Kyai

13. Pelinggih Batara Kyai

14. Bale Pawedan

15. Pelinggih Kroya


Gambar 1 : Denah Pura Batu Dendeng
16. Bale Kulkul

17. Kori Agung

18. Pelinggih Petirtaan

7
Pura Batu Dendeng merupakan salah satu Pura yang lengkap secara

konsep Tri Mandala. Pura ini terbagi menjadi tiga bagian yang meliputi area

seluas kurang lebih 8 Are atau lebih tepatnya 756 m² menjadikannya sebagai salah

satu Pura terluas di Banjar Suka Wardaya. Sesuai dengan konsep Tri Mandala,

Pura ini terdiri atas tiga bagian yaitu :

1. Area pertama yaitu Jaba Sisi yang digunakan sebagai tempat parkir, WC

serta terdapat sebuah Kori Agung dan sebuah gerbang kecil sebagai tempat

keluar masuknya umat yang akan menggunakan Pura ini.

Gambar 2 : Jaba Sisi Pura Batu Dendeng

8
2. Di Jaba tengah cenderung kosong dan tidak terdapat banyak bangunan,

hanya ada Bale Kulkul dan sebuah Pelinggih Kroya. Pelinggih Kroya ini

merupakan satu-satunya Pelinggih yang terdapat dibagian jaba tengah atau

Madya dari Pura Batu Dendeng. Di bagian ini juga biasanya para penabuh

ditempatkan ketika diadakan upacara besar di Pura ini. Di bagian ini juga

pada saat-saat tertentu, sering dijadikan sebagai bagian dapur terutama saat

diadakan pekemitan atau jaga malam saat Pujawali dilaksanakan disini.

Gambar 3 : Area Jaba Tengah Pura Batu Dendeng

9
Gambar 4 : Pelinggih Kroya

10
Gambar 5 : Bale Kulkul

3. Terakhir di Jaba Utama atau Jeroan, dibagian ini terdapat banyak

bangunan Pelinggih. Adapun bangunan Pelinggih tersebut adalah

Padmasana, Lingsar, Mambalang (Ida Balang), Tanaq Nyatoq, Batu

Dendeng, Manik Angkeran, Gunung Rinjani, Pasung, Gunung Agung,

Gunung Pangsung, Gunung Kawangan, Batara Kyai, Bale Pawedan dan

Petirtan. Kebanyakan pelinggih di Pura Batu Dendeng diperuntukan untuk

pemujaan terhadap Bhatara atau Dewa dan Dewi lokal yang merupakan

kearifan asli masyarakat Hindu Sasak dan Wetu Telu. Adapun satu

pelinggih unik yaitu Pelinggih Manik Angkeran atau yang juga sering

dikenal sebagai Bhatara Bebotoh atau penjudi. Keberadaan pelinggih ini

tidak terlepas dari keberadaan Kerajaan Karangasem yang sempat

11
menguasai Lombok tak terkecuali Babakan. Hal ini mengakibatkan budaya

Karangasem dan Dewa mereka diadopsi oleh masyarakat lokal di

Babakan.

Gambar 6 : Pelinggih Petirtan

12
Gambar 7 : Area Jaba Utama Pura Batu Dendeng

Gambar 8 : Dari kiri ke kanan berurutan Padmasana, Lingsar, Mambalang,

Tanaq Nyatoq, Batu Dendeng dan Manik Angkiran

13
Gambar 9 : Dari kanan ke kiri berurutan Gunung Rinjani, Pasung, Gunung Agung,

Gunung Pangsung dan Gunung Kawangan

Gambar 10 : Bale Pawedan

14
BAB III

PENUTUP

A. Simpulan
1. Pura Batu Dendeng merupakan salah satu Pura yang berada di Banjar

Suka Wardaya, Lingkungan Babakan, Kelurahan Gerung Utara,

Kecamatan Gerung, Kabupaten Lombok Barat, Provinsi Nusa Tenggara

Barat. Pura ini merupakan pura tertua di Babakan serta menjadi salah satu

Pura terbesar. Pujawali Pura Batu Dendeng dilaksanakan setiap Purnama

Katiga atau sekitar Bulan Agustus setiap tahunnya.

2. Pura Batu Dendeng memiliki kisah dan sejarah yang sangat panjang.

Kisahnya bertahan dari generasi ke generasi melalui garis keturunan yang

terpercaya. Berawal dari sebuah situs pemujaan kuno, migrasi hingga

menjadi Pura Batu Dendeng yang saat ini.

3. Pura Batu Dendeng merupakan salah satu Pura yang lengkap secara

konsep Tri Mandala. Pura ini terbagi menjadi tiga bagian yang meliputi

area seluas kurang lebih 8 Are atau lebih tepatnya 756 m² menjadikannya

sebagai salah satu Pura terluas di Banjar Suka Wardaya.

B. Kritik dan Saran


Sebaiknya pengurus Pura dan para tetua Banjar Suka Wardaya berunding

lebih baik lagi guna menentukan nasib Pura Batu Dendeng kedepannya. Dengan

berbagai keunikan yang dimilikinya, seharusnya Pura Batu Dendeng menjadi

salah satu cagar budaya yang dilindungi pemerintah sehingga mampu menjadi

warisan budaya tersendiri bagi Banjar Suka Wardaya.

15
DAFTAR PUSTAKA

Agung, A. A. (1992). Kupu-kupu kuning yang terbang di Selat Lombok.

Denpasar: Upada Sastra.

Parthajaya, M. (2022, November 1). Sejarah Pura Batu Dendeng. (I. G. Tanaya,

Interviewer)

Puniatmaja, I. P. (2012). Etika Hindu. Denpasar: ESBE Buku.

Purwa, I. K. (2012). Yang Tercecer Dalam Memahami Hinduisme. Denpasar:

ESBE Buku.

Sastrodiwiryo, S. (2008). Perjalanan Danghyang Nirartha. Denpasar: PT BP.

Suhardana, D. K. (2010). SUNDARIGAMA : Sumber Sastra Rerahinan Hindu

Seperti Galungan, Kuningan, Purnama, Tilem dan lain-lain. Surabaya:

PARAMITA.

Triguna, I. Y. (2013). Swastikarana : Pedoman Ajaran Hindu Dharma. Surabaya:

CV. Setia Bakti.

16

Anda mungkin juga menyukai