DI YOGYAKARTA
LAPORAN KULIAH KERJA LAPANGAN I
Dosen Pengampu : Danu Eko Agustinova,M.Pd
Disusun Oleh
Terima kasih juga penulis sampaikan kepada Bapak, M.Pd.selaku dosen pengampu mata
kuliah KKL (Kuliah Kerja Lapangan) I yang telah memberikan tugas penyusunan laporan ini
yang secara tidak langsung menambah wawasan bagi penulis. Penulis berharap laporan ini juga
dapat bermanfaat bagi pembaca untuk menambah pengetahuan dan wawasan.
Penulis menyadari bahwa penyusunan laporan ini masih jauh dari kata sempurna karena
berbagai keterbatasan yang penulis miliki. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan
saran dari pembaca agar bisa dijadikan acuan untuk penyempurnaan laporan supaya menjadi
lebih baik.
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..................................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR................................................................................................................... ii
DAFTAR ISI.................................................................................................................................iii
BAB II PEMBAHASAN............................................................................................................... 8
2.1 Makam Syekh Maulana Maghribi sebagai awal mula Kerajaan Mataram Islam di Bantul.. 8
2.3 Pleret sebagai saksi bisu peninggalan Kerajaan Mataram Islam di Bantul........................ 14
3.1 Kesimpulan.......................................................................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................. 21
LAMPIRAN................................................................................................................................. 2
BAB I
PENDAHULUAN
Pada masa itu, para pemuka agama menasehati Maharaja Tejapurnama Panangkarana
untuk membangun tempat suci sebagai sarana pemujian Dewi Tara dan biara untuk para
pendeta Budha. Maharaja Tejapurnama Panangkarana yang disebutkan pada prasati tersebut
adalah Rakai Panangkaran, yang tidak lain adalah putra Raja Sanjaya dari Kerajaan Hindu
Mataram. Hal ini ketahui dari prasasti Raja Balitung di tahun 907 Masehi. Dalam sejarah
Kerajaan Mataram kuno, diketahui bahwa Rakai Panangkaran akhirnya menjadi Raja
Kerajaan Mataram Hindu yang kedua. Dari prasasti Kalasan pula kita mengetahui bahwa
Candi Kalasan dibangun dari tahun 778 Masehi.
1.3.Rumusan Masalah
1.4.Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah diatas dapat diketahui tujuan dari penelitian ini adalah
untuk :
1.Mengetahui seluk beluk sejarah berdirinya Candi Kalasan di Yogyakarta.
2.Mengetahui keistimewaan dan keunikan yang terdapat pada candi Kalasan .
1.5.Manfaat Penulisan
Dari hasil penelitian diharapkan dapat memperoleh hasil yang bermanfaat bagi semua
pihak antara lain sebagai berikut :
1. Bagi penulis
a. Penulis menggunakan penelitian ini sebagai salah satu syarat untuk memenuhi tugas
akhir dari mata kuliah KKL 1 (Kuliah Kerja Lapangan 1) di Prodi Pendidikan Sejarah
Universitas Negeri Yogyakarta
b. Untuk melatih kemampuan penulis dalam menyusun laporan penelitian melalui
analisis dari berbagai sumber data .
2. Bagi Pembaca
b. Memperluas wawasan untuk pembaca agar lebih jelas memahami seluk beluk Candi
Kalasan.
Secara umum Mempelajari tentang sejarah berdirinya Candi Kalasan ini kita mendapatkan
manfaat secara pengetahuan diantaranya :
Candi Kalasan berfungsi sebagai tempat pemujaan untuk Dewa Tara. Hal tersebut dapat
dijelaskan bahwa tujuan awal dari pembangunan candi ini memang dikhususkan untuk
pemujaan Dewa Tara. Bahkan masyarakat sering menyebut candi ini sebagai Candi Tara.
Sebagai tempat belajar, Candi Kalasan memiliki sejarah yang begitu Panjang dan unik.
Dari sejarah tersebut banyak pelajar yang berkunjung ke Candi Kalasan untuk belajar
mengenai sejarah berdirinya dan keunikkannya.
Sebagai tempat wisata segala lapisan masyarakat. Selain sebagai tempat pemujaan
dahulunya, kini Candi Kalasan telah menjadi sarana rekreasi yang beredukasi. Apalagi
jaraknya yang dekat dengan Candi Prambanan dan tidak jauh dari pusat kota mudah
dijangkau.
BAB II
PEMBAHASAN
Candi Kalasan merupakan salah satu bangunan peninggalan kerajaan Budha-Hindu yang
ada di Indonesia. Candi Kalasan memiliki nama lain Candi Kalibening yang terletak di Desa
Kalasan, Kab. Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Candi Kalasan berada pada posisi 16 km
ke arah timur dari Kota Yogyakarta. Meskipun memiliki corak Budha, Candi Kalasan merupakan
candi yang dibangun berdasarkan perpaduan corak kerajaan Budha dan Hindu. Candi Kalasan
memiliki ciri yang cukup khas seperti candi budha lainnya di Indonesia, khususnya yang berada
di Jawa Tengah atau pun Yogyakarta. Prasasti Kalasan yang menjadi sumber infoormasi tentang
candi Kalasan ditulis menggunakan bahasa Sansekerta dan huruf pranagari. Dari prasasti ini kita
dapat mengetahui sejarah awal mula pembangunan Candi Kalasan yang berasal dari nasehat para
pemuka agama di zaman wangsa Syailendra.
Pada masa Wangsa Syailendra para pemuka agama memberi wejangan pada Maharaja
Tejapurnama Panangkarana agar membangun tempat ibadah suci sebagai sarana pemujaan
terhadap Dewi Tara dan biara untuk para pendeta Budha. Maharaja Tejapurnama Panangkarana
yang disebutkan pada prasati ini adalah Rakai Panangkaran, yang tidak lain adalah putra Raja
Sanjaya dari Kerajaan Hindu Mataram. Hal ini ketahui dari prasasti Raja Balitung di tahun 907
Masehi.
Dalam periode waktu 750-850 M, di wilayah Jawa Tengah bagian utara dikuasai oleh raja
raja dari Wangsa Sanjaya yang beragama Hindu. Sementara, di waktu yang bersamaan, kawasan
Jawa Tengah bagian selatan dikuasai oleh raja raja dari wangsa Syailendra yang beragama
Budha. Perbedaan kekuasaan ini dapat terlihat dari corak corak candi yang terletak di Jawa
Tengah bagian utara dan selatan. Meski demikian, wangsa Sanjaya dan wangsa Syailendra
akhirnya bisa bersatu melalui ikatan pernikahan. Pada saat itu, Rakai Pikatan yang berasal dari
wangsa sanjaya menikah dengan Pramodawardhani, yang merupakan putra Maharaja
Samarattungga dari wangsa Syailendra. Rakai Panangkaran memilih Desa Kalasan untuk
dijadikan lokasi pembuatan bangunan suci untuk memuja Dewi Tara. Desa Kalasan juga
dijadikan tempat untuk membangun biara yang saat itu diminta oleh pendeta Buddha.
Diketahui bahwa patung Dewa Tara semula berada di Candi Kalasan, sehingga membuat
sejarahwan untuk menyimpulkan bahwa Candi Kalasan adalah candi yang digunakan sebagai
tempat suci untuk pemujaan pada Dewi Tara. Meski begitu, patung Dewi Tara sudah tidak
berada pada Candi Kalasan. Sementara tempat yang diduga sebagai biara atau tempat tinggal
bagi pendeta Budha adalah Candi Sari. Candi Sari ini terletak tidak jauh dari Candi Buddha.
Prasasti Kalasan sangat penting untuk merekonstruksi sejarah budaya masa Klasik tua
periode Jawa tengah. Prasasti Kalasan menyebutkan bahwa selain membangun bangunan suci,
sang Raja (rakryan Paṇaṃkaraṇa) juga memerintahkan untuk membangun tempat tinggal bagi
para pendeta (bhiksu). Upacara pemberian Desa Kalasan kepada para pendeta disaksikan oleh
orang-orang terkemuka seperti pangkur, tavan, tirip dan beberapa orang kepala desa dari desa-
desa di sekitar Kalasan.
Pada bagian akhir dari prasasti disebutkan bahwa bangunan suci dan tempat tinggal para
pendeta disebut wihāra atau biara. Temuan-temuan di Candi Kalasan tidak membuktikan
keberadaan situs permukiman berupa desa atau kampung, tetapi lebih menunjukkan adanya
tanda-tanda keberadaan situs hunian di kawasan situs upacara. Hunian yang dimaksud adalah
tempat tinggal atau biara untuk para pendeta atau pengelola candi bukan hunian atau pemukiman
penduduk desa.
Relief adalah salah satu bagian penting dan pendukung yang menjadi corak tiap candi di
Indonesia, baik itu candi Hindu maupun candi Budha. Relief juga dapat menjelaskan kehidupan
zaman kerajaan di Indonesia pada saat itu ,setidaknya dengan relief ini kita bias mengetahui
gambaran hidup penduduk di masa dibangunnya candi ini. Di Candi Kalasan, kita bisa melihat
relief dan hiasan yang indah. Relief di candi ini memiliki tekstur batu yang halus dan tingkat seni
yang tinggi. Ornamen dan relief Candi Kalasan di dinding luar memiliki lapisan semen kuno
khas yang sebut Valjralepa. Valjralepa ini memilki fungsi untuk melindungi bangunan
khususnya dinding candi dari lumut dan jamur yang dapat menggerus dinding-dinding candi .
Secara umum, bangunan Candi Kalasan memiliki bentuk 4 persegi panjang dengan
ukuran 34 x 45 m. Bangunan ini terdiri dari ruang utama bagian ini dari candi dengan bentuk
bujur sangkar dan beberapa bilik yang menjorok keluar di bagian tengah 4 sisinya. Dapat kita
lihat bahwa dinding Candi Kalasan terdapat banyak hiasan berupa pahatan motif kumuda.
Kumuda adalah daun kalpataru yang keluar dari jambangan berbentuk bulat. Ketinggian candi
adalah 34 m dengan bangunannya yang berada di ketinggian 20 meter dari permukaan tanah.
Ruang utama candi berbentuk bujur sangkar dan mempunyai pintu masuk di sisi timur hal
ini bias disimpulkan candi Kalasan menghadap ke timur. Di dalam ruangan tersebut terdapat
susunan batu bertingkat yang dahulu merupakan tempat meletakkan patung Dewi Tara. Menurut
perkiraan patung Dewi Tara tersebut terbuat dari perunggu dengan ketinggian sekitar enam
meter. Menempel pada dinding barat, di belakang susunan batu tersebut terdapat semacam altar
pemujaan.
Terdapat beberapa kekhasan dalam arsitektur bangunan candi Kalasan. Di sepanjang dinding
candi ini kita bisa melihat cekungan yang berisi berbagai arca. Meski begitu, tidak semua arca
terletak di tempat yang semestinya karena di luar bangunan candi terdapat potongan-potongan
pendukung candi.
- Di bagian atas tiap bagian pintu dan cekungan ini, kita dapat melihat pahatan dengan
motif Kala. Dibawahnya, terdapat hiasan kecil yang menggambarkan seorang wanita
yang sedang duduk bersila sambil memegang benda di atas kedua tangganya. Di sisi
kanan dan kiri dari pintu Candi Kalasan juga dihiasi sosok dewa yang sedang dalam
posisi berdiri sambil memegang bunga teratai di kedua tangannya.
- Di bagian atas tubuh candi, kita juga melihat ciri khas candi ini yang berbeda dengan
candi lain, yaitu terdapat kubus yang merepresentasikan puncak Meru. Puncak ini
dikelilingi 52 stupa dengan tinggi sekitar 4.6 m. Di bagian antara tubuh candi dan
atapkita dapat melihat hiasan berupa beberapa makhluk kerdil yang dikenal dengan nama
Gana.
- Bagian atap candi memiliki bentuk segi delapan dengan tingkat dua. Di tingkat pertama,
candi memiliki beberapa relung yang berisi arca Budha atau Manusia Budha. Sementara
di tingkat dua, terdapat beberapa relung dengan arca Dhayani Budha.
- Puncak candi yang sebenarnya berupa stupa tetapi sekarang tidak begitu terlihat sebagai
stupa,dikarenakan banyak batu asli stupa yang tidak bisa ditemukan sehingga belum bisa
direkonstruksi secara utuh. Bila kita melihat puncak dari dalam candi, bagian puncak ini
akan terlihat seperti rongga dari lingkaran batu yang semakin tinggi bentuknya semakin
menyempit.
Demikian beberapa keunikan dan keistimewaan Candi Kalasan yang membedakan Candi
Kalasan dengan candi-candi lain yang ada di pulau Jawa.Dari candi Kalasan ini kita dapat belajar
banyak tentang kehidupan dunia dan kehidupan nanntinya
Menurut pendapat beberapa ahli purbakala, Candi kalasan ini telah mengalami tiga kali
pemugaran. Pemugaran tersebut dilakukan secara parsial bertahap karena kemungkinan belum
mengalami keruntuhan secara total. Sebagai bukti, terlihat adanya 4 sudut kaki candi dengan
bagian yang menonjol ini menunjukkan keasliannya. Selain itu yang terdapat torehan yang
dibuat untuk keperluan pemugaran pada tahun 1927 sampai dengan 1929 oleh Van Romondt,
seorang arkeolog Belanda. Sampai saat ini Candi Kalasan masih digunakan sebagai tempat
pemujaan bagi penganut ajaran Buddha, terutama aliran Buddha Tantrayana dan pemuja Dewi
Tara. Beberapa sejarahwan diketahui melakukan penelitian terhadap sejarah Candi Kalasan dan
perkembangan di Yogyakarta. Profesor Dr. Caparis adalah salah satu sejarahwan yang mencoba
meneliti sejarah pembangunan Candi Kalasan dengan cara melakukan tafsir terhadap prasasti
Kalasan yang ditemukan saat itu. Menurut Caparis Candi Kalasan dibangun bersama antara
pengaruh Kerajaan bercorak Budha dan Hindu. Sejarahwan lain yang juga meniliti Candi
Kalasan adalah Van Rumond. Sejarahwan dari Belanda ini mengatakan bahwa sebenarnya ada
bangunan suci lain yang sudah dibangun lebih dulu dibandingkan Candi Kalasan. Caparis
mengemukakan pendapatnya bahwa pada tahun 1928 candi Kalasan mulai dipugar. Van Rumond
berpendapat bahwa saat itu ada bangunan suci dengan bentuk wihara dengan luas 45 x 45 m.
Serupa seperti candi di Indonesia lainnya, para ahli mengatakan bahwa bangunan ini sudah
mengalami tiga kali perbaikan. Tandanya dapat dilihat di empat sudut kaki candi yang memilki
bagian yang menonjol. Terdapat pula tanda yang menunjukan bahwa adanya proses pemugaran
yang terjadi di periode tahun 1927 sampai 1929 oleh Van Romond.
Hingga saat ini, Candi Kalasan masih aktif digunakan sebagai sarana pemujaan bagi
penganut agama Budha. Mereka yang datang kesana rata rata memiliki aliran Budha Tantrayana
dan juga pemuja Dewi Tara. Candi Kalasan mengalami kerusakan material dan struktur
ditambah dengan gempa tahun 2006 yang mengguncang wilayah Yogyakarta sehingga
menambah parah kerusakan berupa keretakan struktur, kerenggangan nat antarbatu. Kondisi ini
apabila didiamkan terus-menerus akan berpengaruh terhadap stabilitas bangunan yang
membahayakan bangunan dan keamanan masyarakat di sekitarnya. Maka pada tahun 2015 telah
dilakukan kajian pelestarian Candi Kalasan,untuk pemeliharaan dan pelestarian candi yang
merupakan situus budha.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Terdapat banyak sekali sejarah serta pelajaran yang dapat diambil dari Candi
Kalasan ini. Anda bisa menemukan perpanduan corak agama Budha dan Hindu dalam relief dan
arsitektur bangunannya. Candi juga menjadi tanda besarnya pengaruh kerajaan bercorak Budha
dan Hindu di Indonesia, khususnya di Pulau Jawa pada saat itu. Candi Kalasan memiliki ciri
khas tersendiri dibandingkan dengan candi lain di Indonesia, yaitu adanya sebuah batu berbentuk
setengah lingkaran tepat di depan tangga sisi Timur. Batu tersebut disebut moonstone (batu
bulan), yang lazim terdapat pada kuil-kuil Buddha di India Selatan. Anda akan semakin
mengakui kehebatan Raaki Pangkaran yagn bahkan sempat membangun bangunan suci di
Thailand. Candi ini merupakan menjadi bukti bahwa pada masa lalu telah ada upaya untuk
merukunkan pemeluk agama satu dengan yang lain. Terbukti, Panangkaran yang beragama
Hindu membangun Candi Kalasan atas usulan para pendeta Budha dan dipersembahkan bagi
Pancapana yang juga beragama Budha. Candi ini pula yang menjadi salah satu bangunan suci
yang menginspirasi Atisha, seorang Budhis asal India yang pernah mengunjungo Borobudur dan
menyebarkan Budha ke Tibet.
Candi Kalasan ini telah mengalami tiga kali pemugaran. Hal ini dapat terlihat dari adanya 4
sudut kaki candi dengan bagian yang menonjol yang merupakan bagian dari pemugaran.Kegiatan
Pembongkaran Atap Candi Kalasan tahun 2018 adalah sebagai salah satu upaya pelestarian
bangunan yang masuk kriteria cagar budaya. Tujuan dari kegiatan tersebut ialah melakukan
pembongkaran struktur atap Candi Kalasan, sebagai salah satu tahap pemugaran Candi Kalasan.
Daftar Pustaka
Basuki, Yudhi Asmara. (1991), “Bentuk Motif Hias Kala Makara Candi pada Candi Kalasan dan
Candi Prambanan”, Skripsi, Jurusan Seni Murni Fakultas Seni Rupa dan Disain Institut Seni
Indonesia Yogyakarta, Yogyakarta.
Sari, Ina Parawita. 2007. Jogja Punya Cerita. Jakarta: AzkaMuliaMedia.)
https://www.tempatwisata.pro/wisata/Candi-Kalasan di akses pada 16 April 2022 pukul 15.15
Wib.
Gambar 1 dan 2 .Pintu masuk Kawasan Candi Kalasan dan Candi Kalasan tampak dari pintu depan yaitu
pintu sebelah timur.
Gambar 3 dan 4 : Seluruh bagian candi Kalasan dan Diatas semua pintu dan cekungan selalu dihiasi
dengan pahatan bermotif Kala. Tepat di atas ambang pintu, di bawah pahatan Kalamakara, terdapat hiasan
kecil berupa wanita bersila memegang benda di kedua belah tangannya. Relung-relung di sisi kiri dan
kanan atas pintu candi dihiasi dengan sosok dewa dalam posisi berdiri memegang bunga teratai.
Gambar 5 dan 6 .Di sepanjang tepi atas dinding tubuh candi ,berbatasan dengan atap terdapat hiasan
sederetan orang kerdil dalam berbagai bentuk dan di pangkal tangga terdapat sepasang patung kepala
naga yang menganga dengan seekor singa di dalam mulutnya.
Gambar 7 dan 8.Salah satu relung di candi Kalasan yang menggambarkan Kala dan Dewata di
swargalokadan salah satu sudut relung bagian utara.
Gambar 9 dan 10 .Bagian atap candi yang di kelilingi stupa dan bagian-bagian candi yang mengalami
runtuh