Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

KEBUDAYAAN INDONESIA MASA HINDU BUDHA

“Candi Borobudur dan Candi Prambanan”

Oleh :

Zikri Wahyu Iskandar

2006101020047

PRODI PENDIDIKAN SEJARAH

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SYIAH KUALA

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun haturkan kepada Allah SWT yang telah memberikann rahmat kesehatan
dan kesempatan sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “ Kebudayaan Indonesia
Masa Hindu Budha”. Shalawat bertangkaikan salam semoga tetap dilimpahlan kepada ruhbjunjungan kita
Nabi Besar Muhammad SAW, keluarga dan para sahabatnya, semoga kita mendapat syafaat beliau di
akhirat kelak. Penyusun mengucapkan terima kasih kepada semua pihak terkait dalam penyusunan
makalah ini yang telah memberikan arahan serta bimbingan yang tidak dapat penulis sebutkan satu
persatu.

Penyusun menyadari akan pentingnya sumber bacaan dan referensi yang telah membantu dalam
memberikan informasi yang akan menjadi bahan makalah. Atas kerja keras dalam menyusun makalah ini
harapan penyusun semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan cakrawala serta hal lainnya
yang bermanfaaat dan menginspirasi bagi para poembaca untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi. Penyusun menyadari masiih banyak
kekurangan dalam penulisan makalah Kebudayaan Indonesia Masa Hindu Budha ini sehingga penyusun
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi penyempurnaan makalah ini. Penyusun
mohon maaf jika di dalam makalah ini terdapat banyakkesalahan dan kekurangan, karena kesempurnaan
hanya milik Yang Maha Kuasayaitu Allah SWT, dan kekurangan pasti milik kita sebagai manusia.
Semogamakalah Kehidupan Manusia pada Masa Pra-aksara di Indonesia ini dapat bermanfaat bagi kita
semuanya.

Banda Aceh, 2 Desember 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................................ii
BAB I..........................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN......................................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang Masalah...........................................................................................................1
1.2 Tujuan.............................................................................................................................................1
1.2 Manfaat......................................................................................................................................1
BAB II........................................................................................................................................................2
PEMBAHASAN.........................................................................................................................................2
A. Sejarah Candi Borobudur.........................................................................................................2
B. Bentuk Bangunan Candi...........................................................................................................3
C.    Sejarah Candi Prambanan............................................................................................................5
D.     Deskripsi Bangunan......................................................................................................................6
BAB III.....................................................................................................................................................10
PENUTUP................................................................................................................................................10
A. Kesimpulan..................................................................................................................................10
B. Saran.............................................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................................12

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Borobudur adalah nama sebuah candi Buddha yang terletak di Borobudur. Magelang, Jawa Tengah,
Indonesia. Lokasi candi adalah kurang lebih 100 km di sebelah barat daya Semarang, 86 km di sebelah
barat Surakarta, dan 40 km di sebelah barat laut Yogyakarta. Candi berbentuk stupa ini didirikan oleh
para penganut agama Buddha Mahayana sekitar tahun 800-an Maschi pada masa pemerintahan wangsa
Svailendra Monumen ini terdiri atas enam teras berbentuk bujur sangkar yang diatasnya terdapat tiga
pelataran melingkar, pada dindingnya dihiasi dengan 2.672 panel relief dan aslinya terdapat 504 area
Buddha Stupa utama terbesar teletak di tengah sekaligus memahkotai bangunan ini, dikelilingi oleh tiga
barisan melingkar 72 Stupa Berlubang yang didalamnya terdapat area buddha tengah duduk bersila dalam
posisi teratai sempurna dengan mudra (sikap tangan) Dharmachakra mudra (memutar roda dharma)
Bilamana candi Borobudur didirikan tidak ada keterangan yang pasti Dari penelitian bentuk huruf Jawa
Kuna yang dipakai menulis inskripsi pendek- pendek di atas panil relief Karmawibhanga, candi didirikan
pada abad IX, didirikan oleh seorang raja Sailendra, yaitu raja Samaratungga beserta puterinya bernama
Pramodhawarddhani didasarkan pada prasasti Karang Tengah dan prasasti Sri Kahulunan. Latar belakang
agama candi Borobudur adalah perpaduan ajaran Buddha Mahayana dengan Tantrayana dengan meditasi
filsafat Yogacara. Bentuk agama Buddha semacam ini mirip dengan agama Buddha yang berkembang di
Bengal India. pada waktu pemerintahan raja-raja Pala pada sekitar abad VIII.

1.2 Tujuan

1. Untuk mengetahui sejarah candi Borobudur


2. Untuk nengetahui sejarah candi Prambanan
3. Untuk mengetahui perbedaan candi Hindu dan Budha
4. Mengetahui bentuk bangunan daripada candi Borobudur dan prambanan

1.2 Manfaat
 Dengan mempelajari Candi Hindu Budha semakin menambah wawasan
 Dapat melestarikan peninggalan sejarah di Indonesia

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Sejarah Candi Borobudur

Borobudur adalah nama sebuah candi Buddha yang terletak di Borobudur. Magelang Jawa
Tengab, Indonesia. Lokasi candi adalah kurang lebih 100 km di sebelah barat daya Semarang. 86 km di
sebelah barat Surakarta, dan 40 km di sebelah burat laut Yogyakarta. Candi berbentuk stupa ini didirikan
oleh para penganut agama Buddha Mahayana sekitar tahun 800-an Maschi pada masa pemerintahan
wangsa Syailendra Monumen ini terdiri atas enam teras berbentuk bujur sangkar yang diatasnya terdapat
tiga pelataran melingkar. pada dindingnya dihiasi dengan 2.672 panel relief dan aslinya terdapat 504 area
Buddha Stupa utama terbesar teletak di tengah sekaligus memahkotai bangunan ini, dikelilingi oleh tiga
barisan melingkar 72 stupa berlubang yang didalamnya terdapat arca buddha tengah duduk bersila dalam
posisi teratai sempurna dengan mudra (sikap tangan) Dharmachakra mudra (memutar roda dharma).

Monumen ini merupakan model alam semesta dan dibangun sebagai tempat suci untuk
memuliakan Buddha sekaligus berfungsi sebagai tempat ziarah untuk menuntun umat manusia beralih
dari alam nafsu duniawi menuju pencerahan dan kebijaksaraan sesuai ajaran Buddha Para peziarah masuk
melalui sisi timur memulai ritual di dasar candi dengan berjalan melingkari bangunan suci ini searah
jarum jam, sambil terus naik ke undakan berikutnya melalui tiga tingkatan ranah dalam kosmologi
Buddha. Ketiga tingkatan itu adalah Kamadhatu (ranah hawa nafsu), Rupadhatu (ranah berwujud), dan
Arupadhatu (ranah tak berwujud). Dalam perjalanannya ini peziarah berjalan melalui serangkaian lorong
dan tangga dengan menyaksikan tak kurang dari 1.460 panel relief indah yang terukir pada dinding dan
pagar langkan Menurut bukti-bukti sejarah, Borobudur ditinggalkan pada abad ke-14 seiring melemahnya
pengaruh kerajaan Hindu dan Buddha di Jawa serta mulai masuknya pengaruh Islam Dunia mulai
menyadari keberadaan bangunan ini sejak 1814 oleh Sir Thomas Stamford Raffles, yang saat itu menjabat
sebagai Gubernur Jenderal Inggris atas Jawa. Sejak saat itu Borobudur telah mengalami serangkaian
upaya penyelamatan dan pemugaran. Proyek pemugaran terbesar digelar pada kurun 1975 hingga 1982.

2
B. Bentuk Bangunan Candi
Ketiga tingkatan ranah spiritual dalam kosmologi Buddha adalah:

a) Kamadhatu

Bagian kaki Borobudur melambangkan Kumadhatu, yaitu dunia yang masih dikuasai
oleh kama atau "nafsu rendah. Bagian ini sebagian besar tertutup oleh tumpukan batu yang
diduga dibuat untuk memperkuat konstruksi candi. Pada bagian kaki asli yang tertutup struktur
tambahan ini terdapat 160 panel cerita Karmawibhangga yang kini tersembunyi. Sebagian kecil
struktur tambahan di sudut tenggara disisihkan sehingga orang masih dapat melihat beberapa
relief pada bagian ini. Struktur batu andesit kaki tambahan yang menutupi kaki asli ini memiliki
volume 13.000 meter kubik.

b) Rupadhatu

Empat undak teras yang membentuk lorong keliling yang pada dindingnya dihiasi galeri
relief oleh para ahli dinamakan Rupadhatu Lantainya berbentuk persegi. Rupadhatu terdiri dari
empat lorong dengan 1.300 gambar relief. Panjang relief seluruhnya 2.5 km dengan 1.212 panel
berukir dekoratif. Rupadhatu adalah dunia yang sudah dapat membebaskan diri dari nafsu. tetapi
masih terikat oleh rupa dan bentuk. Tingkatan ini melambangkan alam antara yakni, antara alam
bawah dan alam atas. Pada bagian Rupadhatu in patung-patung Buddha terdapat pada ceruk atau
relung dinding di atas pagar langkan atau selasar Aslinya terdapat 432 area Buddha di dalam
relung-relung terbuka di sepanjang sisi luar di pagar langkan. Pada pagar langkan terdapat sedikit
perbedaan rancangan yang melambangkan peralihan dari ranah Kamudhatu menuju ranah
Rupadhatu, pagar langkan paling rendah dimahkotai ratna, sedangkan empat tingkat pagar
langkan diatasnya dimahkotai stupika (stupa kecil). Bagian teras-terus bujursangkar ini kaya akan
hiasan dan ukiran relief.

c) Arupadhatu

Berbeda dengan lorong-lorong Rupadhatu yang kaya akan relief, mulai lantai kelima
hingga ketujuh dindingnya tidak berelief. Tingkatan ini dinamakan Arupadhatu (yang berarti

3
tidak berupa atau tidak berwujud). Denah lantai berbentuk lingkaran. Tingkatan ini
melambangkan alam atas, di mana manusia sudah bebas dari segala keinginan dan ikatan bentuk
dan rupa, namun belum mencapai nirwana. Pada pelataran lingkaran terdapat 72 dua stupa kecil
berterawang yang tersusun dalam tiga) barisan yang mengelilingi satu stupa besar sebagai stupa
induk. Stupa kecil berbentuk lonceng ini disusun dalam 3 teras lingkaran yang masing-masing
berjumlah 32, 24, dan 16 (total 72 stupa). Dua teras terbawah stupanya lebih besar dengan lubang
berbentuk belah ketupat, satu teras teratas stupanya sedikit lebih kecil dan lubangnya berbentuk
kotak bujur sangkar. Patung-patung Buddha ditempatkan di dalam stupa yang ditutup berlubang-
lubang seperti dalam kurungan. Dari luar patung-patung itu masih tampak samar-samar. Rancang
bangun ini dengan cerdas menjelaskan konsep peralihan menuju keadaan tanpa wujud, yakni arca
Buddha itu ada tetapi tak terlihat. padahal melalui penelitian lebih lanjut tidak pernah ada patung
di dalam stapa ulama, patung yang tidak selesa itu merupakan kesalahan pemahatnya pada zaman
dahulu Menaruh kepercayaan patung yang salah dalam proses pembuatannya memang tidak
boleh dirusak Penggalian arkeologi yang dilaktikan di halaman candi ini menemukan banyak
patung seperti ini. Slupa atama yang dibiarkan kosong diduga bermakna kebijaksanaan tertinggi
yaitu kasunyatan, kesunyuan dan ketiadaan sempuma dimana jiwa manusia sudah tidak terikat
hasrat, keinginan, dan bentuk serta terbebas dari lingkaran somsara Tingkatan tertinggi yang
menggambarkan ketiadaan wujud yang sempurna dilambangkan berupa stupa yang terbesar dan
tertinggi Stupa digambarkan poles tampa lubang-lubang. Di dalam supa terbesar ini pernah
ditemukan patung Buddha yang tidak sempurna atau disebut juga Buddha yang tidak rampung,
yang disalahsangkakan sebagai patung Adibuddha
Sekitar 55,000 mieter kubik batu andesit diangkut daci tambang batu dan tempat
penatalan untuk membangun monumen mi. Batu ini dipotong dalam ukuran tertentu, diangkut
menuju situs dan disatukan tanpa menggunakan semen. Struktur Borobudur tidak memakai
semen sama sekali, melainkan sistem interlock (saling kunci) yaitu seperti balok-bulok legu yang
bisa menempel tanpa perekat. Batu-batu ini disatukan dengan tonjolan dan lubang yang tepat dan
muat satu sama lain, serta bentuk ekor merpati yang mengunci dua blok bau. Relief dibuat di
lokasi setelah struktur bangunan dim dinding rampung Monumen ini dilengkapi dengam setem
drainase yang cukup baik untuk wilayah dengan curah hujan yang ngg. Untuk mencegah
genangan dan kebanjiran 100 pancuran dipasang disetiap sudul, masing-masing dengan
rancangan yang unik. berbentuk kepala raksasa kala atma makara. Borobudur amat berbeda
dengan rancangan candi lainnya, candi ini tidak dibangan di atas permukaan datar, tetapi di atas
bukit alami Akan tetapi teknik Sembangunannya serupa dengan cand-candi lain di Lawa
Borobudur tidak memiliki ruang-ruang pemujaan seperti candi-candi lian. Yang ada ialah lorong-

4
lorong panjang yang merigakan jalan sempit Loring-lorong dibatasi dinding mengelilingi candi
unikat demi tingkin, Secara umum rancang bangun Borobudur mirip dengan piramida berundak.
Di lorong-lorong inilah umat Buddha diperkirakan melakukan upacara berjalan kaki mengelilingi
candi ke arah kanan. Borobudur mungkin pada awalnya berfungsi lebih sebagai sebuah stupa,
daripada kuil atau candi Stupa memang dimaksudkan sebagai bangunan suci untuk memuliakan
Buddha. Terkadang stupa dibangun sebagai lambang penghormatan dan pemuliaan kepada
Buddha Sementara kuil atau candi lebih berfungsi sebagai rumah ibadah. Rancangannya yang
rumit duri monumen ini menunjukkan bahwa bangunan ini memang sebuah bangunan tempat
peribadatan. Bentuk bangunan tanpa ruangan dan struktur teras bertingkat-tingkat ini diduga
merupakan perkembangan dari bentuk punden berundak, yang merupakan bentuk arsitektur asli
dari masai prasejarah Indonesia
Menurut legenda setempat arsitek perancang Borobudur bemama Gunadharma, sedikit
yang diketahui tentang arsitek misterius ini. Namanya lebih berdasarkan dongeng dan legenda
Jawa dan bukan berdasarkan prasasti bersejarah. Legenda Gunadharma terkait dengan cerita
rakyat mengenai perbukitan Menoreh yang bentuknya menyerupai tubuh orang berbaring.
Dongeng lokal ini menceritakan bahwa tubuh Gunadharma yang berharing berubah menjadi
jajaran perbukitan Menorch, tentu saja legenda ini hanya fiksi dan dongeng belaka Perancangan
Borobudur menggunakan satuan ukur nala, yaitu panjang wajah manusia antara ujung garis
rambut di dahi hingga ujung dagu, atau jarak jengkal antara ujung ibu jari dengan ujung jari
kelingking ketika telapak tangan dikembangkan sepenuhnya

C.    Sejarah Candi Prambanan

Candi Prambanan merupakan candi hindu yang dibangun oleh raja-raja dinasti Sanjaya pada abad
IX, ditemukanya tulisan nama pikatan pada candi ini yang menimbulkan pendapat bahwa candi ini
dibangun oleh Rakai Pikatan kemudian diselesaikan oleh raja Rakai Balitung berdasarkan prasasti
berangka tahun 856 M “Prasasti Siwargiha” sebagai manifest politik untuk meneguhkan kedudukan
sebagai raja yang besar. Terjadinya perpindahan pusat kerajaan Mataram ke Jawa Timur berkaitan tidak
terawatnya candi di daerah ini di tambah terjadinya gempa bumi serta beberapa kali letusan gunung
merapi menjadikan candi prambanan runtuh tinggal puing-puing batu yang berserakan. Pada tanggal 20
Desember 1953 pemugaran Candi induk Loro Jonggrang secara resmi dinyatakan selesai oleh Dr. Ir.
Soekarno sebagai Presiden Republik Indonesia Pertama. Komplek percandian prambanan terdiri atas
bawa, latar tengah dan latar atas (Latar Pusat) Latar bawah tak berisi apapun. Didalam latar tengah
terdapat reruntuhan candi-candi parawa. Latar pusat adalah latar terpenting diatas berdiri 6 buah candi

5
besar dan kecil. Candi-candi utama terdiri atas 2 deret yang paling berhadapan. Deret pertama yaitu candi
Siwa, candi Wisnu, dan candi Brahma. Deret kedua yaitu candi Nandi, candi Angsa dan candi Garuda.
Pada ujung lorong yang memisah kedua deretan candi tersebut terdapat candi apit secara keseluruhan
percandian ini terdiri atas 240 buah candi.

D.     Deskripsi Bangunan

Deskripsi bangunan percandian prambanan terdiri atas latar bawah, latar tengah dan latar atas
(latar pusat) yang makin ke arah dalam makin tinggi tempatnyaberturut-turut luasnya 390 m 2 ,222 m2, dan
110 m2. Di dalam latar tengah terdapat reruntuhan candi Perwara. Apabila seluruhnya telah selesai di
Pugar, maka aka nada 224 buah candi yang ukuranya sama yaitu luas dasar 6 m 2 dan tingginya 14 m.
candi-candi utama terdiri atas 2 deret yang saling berhadapan. Deret pertama yaitu Candi Siwa, Candi
Wisnu dan Candi Brahma. Deret kedua yaitu Candi Nandi, Candi Angsa, Candi Garuda. Di ujung lorong
yang memisahkan kedua deretan candi tersebut terdapat candi apit. Delapan candi lainya disebut candi
Sudut. Secara keseluruhan percandian ini terdiri atas 240 buah candi.

1. Candi Siwa 
Candi dengan luas dasar 34 Meter Persegi dan tinggi 47 meter adalah yang terbesar dan
terpenting. Dinamakan candi siwa karena di dalamnya terdapat  arsa SIWA MAHA DEWA
yang merupakan arca terbesar.bangunan ini di bagi atas 3 bagian secara vertical kakitubuh
dan kepala / atap, kaki candi menggambarkan “DUNIA BAWAH” tempat manusia yang
masih diliputi hawa nafsu, tubuh candi menggambarkan “DUNIA TENGAH” tempat
manusia yang telah meninggalkan keduniawian dan atap melukiskan “DUNIA ATAS” tempat
para dewa. Gambar kosmos Nampak pula dengan adanya arca dewa-dewa dan mhluk surgawi
yang menggambarkan gunung  Mahameru (G. Everest di India) tempat para dewa.
Percandian Prambanan merupakan replica gunung, itu terbukti adanya arca-arca dewa
lokapala yang terpahat pada kaki candi Siwa. Empat pintu masuk pada candi itu sesuai
dengan ke empat arah mata angin. Pintu utama menghadap ke timur dengan pintu masuknya
yang terbesar. Di kanan kirinya berdiri 2 arca raksasa penjaga dengan membawa gada yang
merupakan manifestasi dari Siwa. Di dalam candi terdapat 4 ruangan yang menghadap ke
empat arah mata angin dan mengelilingi ruangan terbesar yang ada di tengah-tengah. Kamar
terdepan kosong, sedangkan ketiga kamar lainya masing-masing berisi arca-arca  : Siwa
Maha Guru, Ganesha, dan Durga. Dasar kaki candi di kelilingi selasar yang di batasi oleh
pagar langka. Pada dinding langkan sebelah dalam terdapat relief  cerita Ramayana yang

6
dapat di ikuti dengan cara Pradaksira (Berjalan searah jarum jam) yang di mulai dari pintu
utama. Hiasan-hiasan pada dinding sebelah luar berupa “Kinari –Kinari” ( Mahluk bertubuh
burung berkepala manusia) “Kalamakara” (kepala raksasa yang lidahnya berwujud sepasang
mitologi) dan mahluk surgawi lainya. Atap candi bertingkat-tingkat dengan susunan yang
amat komplek, yang masing-masing di hiasi sejumlah “Ratna”dan puncaknya terdapat
“Ratna”  Terbesar.

a. Arca Siwa Mahadewa  

Menurut ajaran trimurti – Hindu. Yang paling dihormati adalah dewa Brahma
sebagai pencipta alam, kemudian Dewa Wisnu sebagai pemelihara, dan Dewa Siwa
sebagai perusak alam, tetapi di india maupun Indonesia Siwa adalah yang paling
terkenal, karenanya ada yang menghormatinya sebagai mahadewa. Arca ini
mempunyai tinggi 3 meter berdiri di atas landasan batu setinggi 1 meter. Di antara
kaki arca dan landasanya terdapat batu Bundar berbeentuk bunga teratai. Arca ini
menggambarkan Raja Balitung tanda-tanda sebagai Siwa adalah tengkorak di atas
bulan sabit pada mahkotanya, mata ketiga pada dahinya, bertangan 4
berselempangkan ular kulit harimau di pinggangnya serta senjata trisula pada
sandaran arcanya. Tangan-tanganya memegang kipas, tasbih, tunas bunga teratai dan
benda bulat sebagai benih alam semesta. Raja Balitung di kenal sebagai penjelmaan
siwa sehingga setelah wafat dicandikan sebagai siwa oleh keturunan dan rakyatnya.

b. Arca Siwa Maha Guru

Arca ini berwujud seorang tua yang berjanggut yang berdiri dengan perut gendut,
tangan kananya memegang tasbih, tangan kiri memegang kendi dan bahunya terdapat
kipas. Semuanya adalah tanda-tanda seorang pertapa. Tri sula yang terletak di
sebelah kanan belakangnya menandakan senjata khas siwa arca ini menggambarkan
seorang pendeta alam dalam istana Raja Balitung sekaligus seorang nasehat dan
guru, karena besar jasanya dalam menyebarkan agama Hindu-Siwa, maka dia di
sebut salah satu aspek bentuk dari siwa.

c. Arca Ganesha

Arca ini berwujud manusia berkepala gajah bertangan 4 yang sedang duduk
dengan perut gendut. Tangan-tangan belakangnya memegang tasbih dan kampak
sedangkan tangan-tangan depanya memegang patahan gadingnya sendiri dan sebuah
mangkuk. Ujung belalainya di masukan kedalam mangkuk itu yang menggambarkan
bahwa ia tak pernah puas meneguk ilmu pengetahuan. Penghalau segaka kesulitan
pada mahkotanya terdapat tengkorak dan bulan sabit sebagai tanda bahwa ia anak
siwa dan uma istrinya. Arca ini menggambarkan putra mahkota sekaligus panglima
perang Raja Balitung.

7
d. Arca Durga atau Loro Jonggrang

Arca ini berwujud seorang wanita bertangan 8 yang memegang beraneka ragam
senjata cakra, gada, anak panah, ekor banteng, sankha, perisai, busur panah dan
rambut berkepala raksasa Asura. Ia berdiri di atas Banteng Nandi dalam sikap
“TriBangsa” (Tiga Gaya Gerak yang membentuk Tiga lekukan tubuh ) banteng nandi
sebenarnya jelmaan dari Asura yang menyamar dugar berhasil mengalahkanya dan
menginjaknya sehingga dari mulutnya keluarlah asura yang lalu ditangkapnya. Ialah
salah satu aspek dari “SAKTI” (isteri) Siwa. Menurut mitologi ia tercipta dari lidah-
lidah api yang keluar dari tubuh para dewa. Durga adalah dewi kematian maka arca
ini menghadap ke utara yang merupakan mata angin kematian. Sebenarnya arca ini
sangat indah bila dilihat dari kejauhan Nampak seperti hidup dan tersenyum namun
hidungnya telah dirusak oleh tangan-tangan jail. Arca ini menggambarkan permaisuri
raja balitung.

2. Candi Brahma   
Luas dasarnya 20 meter persegi dan tingginya 37 meter. Di dalam satu-satunya ruangan
yang ada, berdirilah arca brahma berkepala 4 dan bertangan 4. Arca ini sebenarnya sangat
indah tetapi sudah rusak salah satu tangannya memegang tasbih yang satunnya lagi
emmegang “kamandalu” tempat air. Ke empat wajahnya menggambarkan ke empat kitab suci
Weda masing-masing menghadap ke arah mata angin. Ke empat lengannya menggambarkan
ke empat arah mata angin. Sebagai pencipta ia membawa air karena seluruh alam keluar dari
air. Tasbih menggambarakan waktu dasar kaki candi juga di kelilingi oleh selasar yang di
batasi pagar langkah dimana pada dinding langkah ceritera Ramayana dan Relief serupa pada
candi siwa sehingga tamat.

3. Candi Wisnu 
Bentuk ukuran relief dan hiasan dindingnya sama dengan candi Brahma. Di dalam satu-
satunya ruangan yang ada berdirilah arca wisnu bertangan 4 yang memegang gada, cakra,
tiram pada dinding langkah sebelah dalam terpahat relief cerita kresna sebagai “Avatar” atau
penjelmaan wisnu dan balamara (Baladewa) kakanya.

8
4. Candi Nandi 
Luas dasarnya 15 meter persegi dan tingginya 25 meter. Di dalam satu-satunya ruangan
yang ada terbaring arca seekor lembu jantan dalam sikap merderka dengan panjang  +  2
meter. Di sudut belakangnya terdapat arca dewa candra, candra yang bermata tiga berdiri di
atas kereta yang ditarik oleh 7 ekor kuda. Candi ini sudah runtuh.

5. Candi Angsa  

Candi ini mempunyai satu ruangan yang tak berisi apapun. Luas dasarnya 13 m 2 dan
tingginya 22 m. mungkin ruangan ini hanya di pakai untuk kandang angsa hewan yang biasa
di kendarai oleh Brahma.

6. Candi Garuda  
Di dalam satu-satunya ruangan yang ada, terdapat area kecil yang berwujud seekor garuda diatas
seekor naga, Garuda adalah kendaraan Wisnu.

7. Candi Apit  
Luas dasarnya 6 m2 dengan tinggi 16 m. ruangan ini kosong mungkin candi ini di gunakan untuk
bersemedi sebelum memasuki candi-candi induk.

8. Candi Kelir 
Luas dasarnya 1, 55 m2 dengan tinggi 4,10 m. Candi ini tidak mempunyai tangga masuk.
Fungsinya sebagai penolak bala.

9. Candi Sudut  
Luas dasarnya 1,55 m2 dengan tinggi 4,10 m.

9
10
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Borobudur adalah candi atau kuil Buddha terbesar di dunia, sekaligus salah satu monumen
Buddha terbesar di dunia. Pembangunan candi-candi Buddha termasuk Borobudur saat itu dimungkinkan
karena pewaris Sanjaya, Rakai Panangkaran memberikan izin kepada umat Buddha untuk membangun
candi. Bahkan untuk menunjukkan penghormatannya, Panangkaran menganugerahkan desa Kalasan
kepada sangha (komunitas Buddha), untuk pemeliharaan dan pembiayaan Candi Kalasan yang dibangun
untuk memuliakan Bodhisattwadewi Tara, sebagaimana disebutkan dalam Prasasti Kalasan berangka
tahun 778 Masehi. Borobudur merupakan mahakarya seni rupa Buddha Indonesia, sebagai contoh puncak
pencapaian keselarasan teknik arsitektur dan estetika seni rupa Buddha di Jawa. Bangunan ini diilhami
gagasan dharma dari India, antara lain stupa, dan mandala, tetapi dipercaya juga merupakan kelanjutan
unsur lokal; struktur megalitik punden berundak atau piramida bertingkat yang ditemukan dari periode
prasejarah Indonesia. Relief Borobudur menampilkan banyak gambar; seperti sosok manusia baik
bangsawan, rakyat jelata, atau pertapa, aneka tumbuhan dan hewan, serta menampilkan bentuk bangunan
vernakular tradisional Nusantara. Borobudur tak ubahnya bagaikan kitab yang merekam berbagai aspek
kehidupan masyarakat Jawa kuno.

Candi Prambanan yang terletak persis di perbatasan Provinsi Jawa Tengah ±17 Km ke arah timur
dari kota Yogyakarta. Daerah ini merupakan daerah yang mempunyai banyak sejarah sehingga tidak
heran banyak wisatawan asing yang ingin mengunjungi tempat-tempat wisata di daerah Istimewa
Yogyakarta terutama di candi Prambanan yang berdiri di sebelah timur sungai Opak ±200 m sebelah utara
Yogya-Solo. Dengan adanya data yang diperoleh dari uraian penulis dapat menyimpulkan:

 Candi Prambanan memiliki keistimewaan dan pesona keindahan yang bukan saja dari bentuk
bangunan dan tata ruang, namun juga dari sisi filosofi dan sejarahnya.
 Candi Prambanan memiliki banyak sejarah sehingga banyak wisatawan mancanegara yang datang
untuk melihat secara langsung kemegahannya.
 Candi Prambanan merupakan peninggalan kebudayaan Hindu terbesar di Indonesia dan warisan
bernilai tinggi dari abad ke-9.

11
B. Saran

Lestarikan dan kembangkan potensi warisan budaya agar Candi Prambanan dan Borobudur yang
sebagai peninggalan bersejarah yang tak ternilai harganya ini mampu memaksimalkan potensi karena
selain merupakan sumber penghasilan untuk masyarakat sekitar Prambanan juga aset pariwisata
berkelanjutan nasional Indonesia penambah devisa negara selain non-migas.

Sebaiknya upaya-upaya yang dilakukan pemerintah untuk menjaga dan melestarikan Candi
Borobudur tersebut tetap menjadi daya tarik terutama dari segi kepariwisataan , arkeologi dan ilmu
pengetahuan.

12
DAFTAR PUSTAKA

https://www.scribd.com/document/347496722/117314657-Makalah-Candi-Borobudur-Lengkap

http://bkv315a.blogspot.com/2012/08/makalah-candi-prambanan.html

https://www.kompas.com/skola/read/2020/05/27/194500369/pengaruh-kebudayaan-hindu-buddha-di-
indonesia?page=all

https://doc.lalacomputer.com/makalah-candi-borobudur/#A-Kesimpulan

13

Anda mungkin juga menyukai