Anda di halaman 1dari 15

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Yang


Maha Esa atas segala rahmat-Nya
sehingga makalah
ini dapat tersusun hingga selesai.
Tidak lupa pula penyusun
mengucapkan banyak terima
kasih atas bantuan dari pihak yang
telah berkonstribusi dengan
memberikan sumbangan
baik materi maupun pikirannya.
Dan harapan penyusun semoga
makalah ini dapat menambah
pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca.
Untuk kedepannya dapat
memperbaiki bentuk maupun
menambah isi makalah agar
menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan
pengetahuan maupun
pengalaman penyusun, penyusun
yakin
masih banyak kekurangan
dalam malakah ini. Oleh
karena itu penyusun sangat
mengharapkan saran dan kritik
yang membangaun dari
pembaca demi kesimpulan
makalah ini.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah Yang
Maha Esa atas segala rahmat-Nya
sehingga makalah
ini dapat tersusun hingga selesai.
Tidak lupa pula penyusun
mengucapkan banyak terima
kasih atas bantuan dari pihak yang
telah berkonstribusi dengan
memberikan sumbangan
baik materi maupun pikirannya.
Dan harapan penyusun semoga
makalah ini dapat menambah
pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca.
Untuk kedepannya dapat
memperbaiki bentuk maupun
menambah isi makalah agar
menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan
pengetahuan maupun
pengalaman penyusun, penyusun
yakin
masih banyak kekurangan
dalam malakah ini. Oleh
karena itu penyusun sangat
mengharapkan saran dan kritik
yang membangaun dari
pembaca demi kesimpulan
makalah ini.
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga
makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa pula penyusun mengucapkan banyak
terima kasih atas bantuan dari pihak yang telah berkonstribusi dengan memberikan
sumbangan baik materi maupun pikirannya.

Dan harapan penyusun semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca. Untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk maupun
menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi. Karena keterbatasan pengetahuan
maupun pengalaman penyusun, penyusun yakin masih banyak kekurangan dalam malakah
ini. Oleh karena itu penyusun sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangaun dari
pembaca demi kesimpulan makalah ini.

Gunung Sahilan, 24 Mei 2023

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Borobudur adalah salah satu monumen Budha terbesar di dunia dan termasuk dalam
daftar Warisan Dunia dari UNESCO sejak tahun 1991. Terletak di atas dataran subur Kedu
yang dikenal sebagai ‘Kebun Pulau Jawa’ berdiri sebuah monumen megah Candi Borobudur
yang dibangun selama masa pemerintahan seorang raja dari dinasti Syailendra antara tahun
750 - 842 Masehi. Terletak sekitar 42 km dari Kota Yogyakarta.

Borobudur dikelilingi oleh empat gunung berapi aktif : Merapi, Sindoro, Merbabu dan
Sumbing dari mana batubatu bangunan candi dihasilkan. Blok batu Borobudur digali dari
sungai-sungai dan lahar di sekitarnya. Untuk membangun candi tersebut, batu disinggungkan
satu sama lain dan disusun sangat sempit. Dengan menggunakan teknik ini dihasilkanlah
dinding yang nyaris ‚monolitik‘ yang dibuat untuk mendukung relief batu yang halus
(UNESCO, 2013).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka hal yang paling mendasar dari
permasalahan tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Bagaimana sejarah Candi Borobudur?

2. Bagaimana bentuk arsitektur Candi Borobudur?

3. Bagaimana bentuk relief Candi Borobudur?

4. Bagaimana bentuk arca Buda di Candi Borobudur?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini diantaranya adalah :


1. Agar mengetahui sejarah Candi Borobudur?

2. Agar mengetahui bentuk arsitektur Candi Borobudur?

3. Agar mengetahui bentuk relief Candi Borobudur?

4. Agar mengetahui bentuk arca Buda di Candi Borobudur?

BAB II

PEMBAHASAN

A. Sejarah Candi Borobudur dan Asal Usul Berdirinya Borobudur

Candi Borobudur adalah sebuah candi Buddha yang terletak di kota Magelang, provinsi
Jawa Tengah. Candi Borobudur adalah candi atau kuil Buddha terbesar di dunia, sekaligus
salah satu monumen Buddha terbesar di dunia. Karena kemegahan dan keagungannya, candi
yang dibangun pada abad ke-8 ini sudah ditetapkan oleh UNESCO sebagai salah satu warisan
kebudayaan dunia (world heritage).
Candi Borobudur dibangun pada masa pemerintahan dinasti Syailendra. berbentuk
stupa ini didirikan oleh para penganut agama Buddha Mahayana pada masa pemerintahan
wangsa Syailendra. Sejarah berdirinya Candi Borobudur dibangun pada abad ke-8.
Asal usul candi Borobudur pun masih diliputi misteri, mengenai siapa pendiri candi
Borobudur dan apa tujuan awalnya membangun candi ini. Banyak cerita dan kisah candi
Borobudur beredar yang kini dikenal sebagai dongeng rakyat setempat.
Candi Borobudur terletak di kota Magelang, provinsi Jawa Tengah. Alamat Candi
Borobudur lengkapnya ada di Jl. Badrawati, Borobudur, Magelang, Jawa Tengah. Lokasi
Candi Borobudur berada sekitar 100 km dari Semarang, 86 km dari Surakarta dan 40 km dari
DI Yogyakarta.
Bagaimana sejarah Borobudur di awal pembangunan? Bagaimana sejarah berdirinya
candi Borobudur dari dulu sampai sekarang? Kali ini akan dibahas mengenai sejarah candi
Borobudur singkat dari awal mula berdiri, penemuan kembali dan proses pemugaran candi.
Terdapat sejarah panjang dalam berdirinya candi Borobudur. Sampai saat ini tidak
ditemukan bukti tertulis yang menjelaskan siapa yang membangun Borobudur dan apa tujuan
membangun candi ini. Diperkirakan candi Borobudur dibangun pada tahun 800 Masehi.
Perkiraan waktu pembangunan candi didasarkan pada perbandingan antara jenis aksara
yang tertulis di kaki tertutup Karmawibhangga dengan jenis aksara yang umumnya
digunakan pada prasasti kerajaan abad ke-8 dan ke-9. Candi borobudur dibangun pada masa
kerajaan dinasti Syailendra di Jawa Tengah yang bertepatan antara kurun waktu 760 sampai
830 Masehi.
Proses pembangunan candi Borobudur diperkirakan menghabiskan waktu 75 sampai 100
tahun lebih. Candi Borobudur baru benar-benar rampung 100% pada masa pemerintahan raja
Samaratungga pada tahun 825 Masehi.
Siapa yang membangun candi Borobudur? Sampai saat ini masih belum diketahui siapa
yang membangun candi Borobudur. Yang jelas candi Borobudur dibangun saat kejayaan
dinasti Syailendra. Selain itu juga sempat ada ketidakjelasan candi Borobudur peninggalan
agama apa, apakah agama Buddha atau Hindu.
Diketahui bahwa warga dinasti Syailendra adalah penganut agama Buddha aliran
Mahayana yang taat. Namun berdasarkan temuan prasasti Sojomerto menunjukkan bahwa
awalnya mereka mungkin beragama Hindu Siwa. Di era itu memang banyak dibangun
berbagai candi Hindu dan Buddha di dataran Kedu. Ada juga candi suci Shiwalingga di dekat
kawasan Borobudur yang merupakan candi Hindu.
Meski begitu umumnya disepakati candi Borobudur peninggalan kerajaan
Buddha. Candi Borobudur sendiri dibangun pada kurun waktu yang hampir bersamaan
dengan candi-candi di Dataran Prambanan, meskipun Borobudur rampung lebih dahulu
sekitar tahun 825 M.
Awal mula candi Borobudur adalah berupa rancangan stupa tunggal yang sangat besar
memahkotai puncaknya. Karena stupa yang terlalu besar dan berat dianggap bisa
membahayakan, maka kemudian stupa tersebut dibongkar dan diganti menjadi tiga barisan
stupa kecil dan satu stupa induk seperti sekarang
Berikut adalah perkiraan tahapan pembangunan Borobudur:
1. Tahap pertama
Tahap pertama pembangunan candi Borobudur dilakukan dengan meletakkan fondai
dasar candi. Masa pembangunan Borobudur tidak diketahui pasti dan diperkirakan dimulai
pada tahun 750 Masehi. Borobudur dibangun di atas bukit alami, bagian atas bukit diratakan
dan pelataran datar diperluas. Borobudur terbuat dari batu andesit, tapi tidak seluruhnya.
Bagian bukit tanah dipadatkan dan ditutup struktur batu sehingga menyerupai cangkang
yang membungkus bukit tanah. Sisa bagian bukit ditutup struktur batu lapis demi lapis.
Awalnya Borobudur dibangun dengan tingkatan bersusun seperti rancangan piramida. Namun
susunan tersebut diubah dan sebagai gantinya dibangun tiga undakan pertama yang menutup
struktur asli piramida yang diubah.
2. Tahap kedua
Pada tahap kedua pembangunan tidak banyak proses pembangunan dilakukan. Yang
ada hanya dilakukan penambahan dua undakan persegi, pagar langkan dan satu undak
melingkar. Di atasnya langsung dibangun sebuah stupa tunggal yang sangat besar.

3. Tahap ketiga
Pada tahap ketiga pembangunan terjadi perubahan rancangan bangunan. Undak atas
lingkaran dengan stupa tunggal induk besar dibongkar dan diganti tiga undak lingkaran.
Stupa-stupa yang lebih kecil dibangun berbaris melingkar pada pelataran undak-undak ini
dengan satu stupa induk yang besar berada di bagian tengahnya.
Fondasi candi juga agak diperlebar dan kemudian dibangun kaki tambahan yang
membungkus kaki asli sekaligus menutup relief Karmawibhangga. Perubahan stupa besar
dikarenakan stupa tersebut terlalu besar dan berat sehingga diganti tiga stupa kecil dan satu
stupa induk.
4. Tahap keempat
Pada tahap keempat atau tahap terakhir pembangunan dilakukan sedikit perubahan
kecil dan finishing. Perubahan kecil yang meliputi penyempurnaan relief, penambahan pagar
langkan terluar, perubahan tangga dan pelengkung atas gawang pintu serta pelebaran ujung
kaki.
Setelah perubahan kecil selesai, maka candi Borobudur pun selesai dibangun. Pada akhirnya
Candi Borobudur diperkirakan rampung secara total pada sekitar tahun 850 Masehi.
Sejarah candi Borobudur berikutnya memasuki tahap penemuan kembali. Perlu
diketahui bahwa candi Borobudur sempat tersembunyi dan telantar selama berabad-abad.
Borobudur terkubur di bawah lapisan tanah dan debu vulkanik yang kemudian ditumbuhi
pohon dan semak belukar sehingga Borobudur saat itu benar-benar menyerupai bukit.
Tidak diketahui kenapa Borobudur ditinggalkan dan dibiarkan tidak terawat.
Diperkirakan antara tahun 928 sampai 1006 Masehi ketika Raja Mpu Sindok memindahkan
ibu kota kerajaan Medang ke kawasan Jawa Timur karena adanya letusan gunung berapi
menjadi faktor kenapa Borobudur ditinggalkan, meski hal ini juga belum pasti.
Masuknya kerajaan Islam di abad ke 15 juga membuat Borobudur kian dilupakan.
Meski ada cerita dan legenda candi Borobudur yang beredar mengenai kejayaan candi ini di
masa lampau.
Baru pada tahun 1814 Masehi, candi Borobudur kembali ditemukan lagi. Saat itu pulau
Jawa ada di bawah pemerintahan Inggris yang dipimpin oleh Thomas Stamford Raffles
selaku gubernur jenderal. Raffles memiliki ketertarikan pada sejarah dan kebudayaan Jawa.
Saat melakukan inspeksi ke Semarang, Raffles mendengar kabar adanya monumen
besar yang letaknya tersembunyi di dalam hutan dekat desa Bumisegoro. Ia kemudian
mengutus H. C. Cornelius, seorang insinyur Belanda, untuk menyelidiki keberadaan
bangunan besar ini.
Dalam 2 bulan, Cornelius beserta 200 bawahannya menebang pepohonan dan semak
belukar yang tumbuh di bukit Borobudur dan membersihkan lapisan tanah yang mengubur
candi ini. Ia melaporkan temuan ini dan memberi sketsa candi Borobudur pada Raffles.
Raffles pun dianggap berjasa atas penemuan kembali Candi Borobudur dan mulai menarik
perhatian dunia atas keberadaan monumen yang pernah hilang ini.
Hartmann, seorang pejabat pemerintah Hindia Belanda di Keresidenan Kedu meneruskan
kerja Cornelius. Pada tahun 1835 Masehi, akhirnya seluruh bagian bangunan candi telah
tergali dan bisa terlihat. Pemerintah Hindia Belanda menugaskan F. C. Wilsen, seorang
insinyur pejabat Belanda bidang teknik untuk mempelajari monumen ini.
Setelah itu terus dilakukan penelitian terkait candi Borobudur oleh Pemerintah Hindia
Belanda. Borobudur pun kian terkenal hingga mengundang kolektor candi untuk berkunjung.
Borobudur juga sempat menjadi target pencuri artefak candi untuk kemudian dijual mahal.
Pada 1882, kepala inspektur artefak budaya menyarankan agar Borobudur dibongkar
seluruhnya dan reliefnya dipindahkan ke museum akibat kondisi yang tidak stabil,
ketidakpastian dan pencurian yang marak di monumen. Namun seorang arkeolog bernama
Groenveldt yang ditunjuk pemerintah menggelar penyelidikan menyeluruh atas situs dan
kemudian menyarankan agar bangunan ini dibiarkan utuh dan tidak dibongkar untuk
dipindahkan.
Sejarah berdirinya Candi Borobudur berlanjut dengan proses pemugaran. Pada tahun
1900 Masehi, pemerintah Hindia Belanda mengambil langkah menjaga kelestarian monumen
ini. Dibentuklah komisi yang terdiri atas tiga pejabat untuk meneliti monumen ini yang terdiri
dari seorang sejarawan seni bernama Brandes, seorang insinyur dan tentara Belanda bernama
Theodoor van Erp dan insinyur ahli konstruksi bangunan Departemen Pekerjaan Umum
bernama Van de Kamer.
Pemugaran candi dilakukan dengan memperhatikan banyak hal. Hal-hal yang dilakukan
antara lain adalah perbaikan sistem drainase, pengaturan sudut bangunan, pemindahan batu
yang membahayakan, penguatan pagar langkan pertama dan pemugaran beberapa relung,
gerbang, stupa dan stupa utama.
Hal lain yang harus ditambahkan adalah pembuatan pagar halaman candi dan
pembersihan kawasan. Proses pemugaran candi Borobudur dilakukan pada kurun 1907
sampai 1911 Masehi. Setelah Indonesia merdeka, pemerintah pun beberapa kali melakukan
pemugaran meski berskala kecil.
Pada akhir 1960an, pemerintah Indonesia telah mengajukan permintaan kepada
masyarakat internasional untuk pemugaran besar-besaran demi melindungi monumen ini.
Pemerintah Indonesia bekerjasama dengan UNESCO mengambil langkah untuk perbaikan
menyeluruh candi dalam suatu proyek besar yang dimulai sejak tahun 1975 sampai tahun
1982.
Setelah renovasi, tepatnya pada tahun 1991, UNESCO kemudian memasukkan Candi
Borobudur ke dalam daftar Situs Warisan Dunia dan masuk dalam kriteria Budaya.

B. Arsitektur Candi Borobudur


Borobudur merupakan mahakarya seni rupa Buddha Indonesia, sebagai contoh
puncak pencapaian keselarasan teknik arsitektur dan estetika seni rupa Buddha di Jawa.
Bangunan ini diilhami gagasan dharma dari India, antara lain stupa, dan mandala, tetapi
dipercaya juga merupakan kelanjutan unsur lokal, struktur megalitik punden berundak atau
piramida bertingkat yang ditemukan dari periode prasejarah Indonesia. Sebagai perpaduan
antara pemujaan leluhur asli Indonesia dan perjuangan mencapai Nirwana dalam ajaran
Buddha.
1. Konsep rancang bangun
Pada hakikatnya Borobudur adalah sebuah stupa yang bila dilihat dari atas
membentuk pola Mandala besar. Mandala adalah pola rumit yang tersusun atas
bujursangkar dan lingkaran konsentris yang melambangkan kosmos atau alam
semesta yang lazim ditemukan dalam Buddha aliran Wajrayana-Mahayana.
Sepuluh pelataran yang dimiliki Borobudur menggambarkan secara jelas
filsafat mazhab Mahayana yang secara bersamaan menggambarkan kosmologi yaitu
konsep alam semesta, sekaligus tingkatan alam pikiran dalam ajaran Buddha.
Bagaikan sebuah kitab, Borobudur menggambarkan sepuluh tingkatan Bodhisattva
yang harus dilalui untuk mencapai kesempurnaan menjadi Buddha. Dasar denah bujur
sangkar berukuran 123 meter (404 ft) pada tiap sisinya. Bangunan ini memiliki
sembilan teras, enam teras terbawah berbentuk bujur sangkar dan tiga teras teratas
berbentuk lingkaran.
Pada tahun 1885, secara tidak disengaja ditemukan struktur tersembunyi di
kaki Borobudur. Kaki tersembunyi ini terdapat relief yang 160 di antaranya adalah
berkisah tentang Karmawibhangga. Pada relief panel ini terdapat ukiran aksara yang
merupakan petunjuk bagi pengukir untuk membuat adegan dalam gambar relief Kaki
asli ini tertutup oleh penambahan struktur batu yang membentuk pelataran yang
cukup luas, fungsi sesungguhnya masih menjadi misteri. Awalnya diduga bahwa
penambahan kaki ini untuk mencegah kelongsoran monumen. Teori lain mengajukan
bahwa penambahan kaki ini disebabkan kesalahan perancangan kaki asli, dan tidak
sesuai dengan Wastu Sastra, kitab India mengenai arsitektur dan tata kota Apapun
alasan penambahan kaki ini, penambahan dan pembuatan kaki tambahan ini dilakukan
dengan teliti dengan mempertimbangkan alasan keagamaan, estetik, dan teknis.
Ketiga tingkatan ranah spiritual dalam kosmologi Buddha adalah:
 Kamadhatu
 Rupadhatu
 Arupadhatu
2. Struktur bangunan
Sekitar 55.000 meter kubik batu andesit diangkut dari tambang batu dan
tempat penatahan untuk membangun monumen ini. Batu ini dipotong dalam ukuran
tertentu, diangkut menuju situs dan disatukan tanpa menggunakan semen. Struktur
Borobudur tidak memakai semen sama sekali, melainkan sistem interlock (saling
kunci) yaitu seperti balok-balok lego yang bisa menempel tanpa perekat. Batu-batu ini
disatukan dengan tonjolan dan lubang yang tepat dan muat satu sama lain, serta
bentuk "ekor merpati" yang mengunci dua blok batu. Relief dibuat di lokasi setelah
struktur bangunan dan dinding rampung Monumen ini dilengkapi dengan sistem
drainase yang cukup baik untuk wilayah dengan curah hujan yang tinggi. Untuk
mencegah genangan dan kebanjiran, 100 pancuran dipasang di setiap sudut, masing-
masing dengan rancangan yang unik berbentuk kepala raksasa kala atau makara.
Borobudur amat berbeda dengan rancangan candi lainnya, candi ini tidak
dibangun di atas permukaan datar, tetapi di atas bukit alami. Akan tetapi teknik
pembangunannya serupa dengan candi-candi lain di Jawa. Borobudur tidak memiliki
ruang-ruang pemujaan seperti candi-candi lain. Yang ada ialah lorong- lorong panjang
yang merupakan jalan sempit. Lorong-lorong dibatasi dinding mengelilingi candi
tingkat demi tingkat. Secara umum rancang bangun Borobudur mirip dengan piramida
berundak. Di lorong-lorong inilah umat Buddha diperkirakan melakukan upacara
berjalan kaki mengelilingi candi ke arah kanan. Borobudur mungkin pada awalnya
berfungsi lebih sebagai sebuah stupa, daripada kuil atau candi. Stupa memang
dimaksudkan sebagai bangunan suci untuk memuliakan Buddha Terkadang stupa
dibangun sebagai lambang penghormatan dan pemuliaan kepada Buddha Sementara
kuil atau candi lebih berfungsi sebagai rumah ibadah. Rancangannya yang rumit dan
monumen ini menunjukkan bahwa bangunan ini memang sebuah bangunan tempat
peribadatan. Bentuk bangunan tanpa ruangan dan struktur teras bertingkat- tingkat ini
diduga merupakan perkembangan dari bentuk punden berundak, yang merupakan
bentuk arsitektur asli dari masa prasejarah Indonesia.
Menurut legenda setempat arsitek perancang Borobudur bernama
Gunadharma, sedikit yang diketahui tentang arsitek misterius ini. Namanya lebih
berdasarkan dongeng dan legenda Jawa dan bukan berdasarkan prasasti bersejarah.
Legenda Gunadharma terkait dengan cerita rakyat mengenai perbukitan Menoreh
yang bentuknya menyerupai tubuh orang berbaring Dongeng lokal ini menceritakan
bahwa tubuh Gunadharma yang berbaring berubah menjadi jajaran perbukitan
Menoreh, tentu saja legenda ini hanya fikst dan dongeng belaka.
Perancangan Borobudur menggunakan satuan ukur tala, yaitu panjang wajah
manusia antara ujung garis rambut di dahi hingga ujung dagu, atau jarak jengkal
antara ujung ibu jari dengan ujung jari kelingking ketika telapak tangan
dikembangkan sepenuhnya. Tentu saja satuan ini bersifat relatif dan sedikit berbeda
antar individu, akan tetapi satuan ini tetap pada monumen ini. Penelitian pada 1977
mengungkapkan rasio perbandingan 4:6:9 yang ditemukan di monumen ini. Arsitek
menggunakan formula ini untuk menentukan dimensi yang tepat dari suatu fraktal
geometri perulangan swa-serupa dalam rancangan Borobudur. Rasio matematis ini
juga ditemukan dalam rancang bangun Candi Mendut dan Pawon di dekatnya.
Arkeolog yakin bahwa rasio 4:6:9 dan satuan tala memiliki fungsi dan makna
penanggalan, astronomi, dan kosmologi. Hal yang sama juga berlaku di candi Angkor
Wat di Kamboja.
Struktur bangunan dapat dibagi atas tiga bagian dasar (kaki), tubuh, dan
puncak. Dasar berukuran 123 x 123 m (403.5 x 403.5 ft) dengan tinggi 4 meter
(13 ft) Tubuh candi terdiri atas lima batur teras bujur sangkar yang makin mengecil di
atasnya. Teras pertama mundur 7 meter (23 ft) dari ujung dasar teras. Tiap teras
berikutnya mundur 2 meter (6.6 ft), menyisakan lorong sempit pada tiap tingkatan.
Bagian atas terdiri atas tiga teras melingkar, tiap tingkatan menopang barisan stupa
berterawang yang disusun secara konsentris. Terdapat stupa utama yang terbesar di
tengah, dengan pucuk mencapai ketinggian 35 meter (115 ft) dari permukaan tanah.
Tinggi asli Borobudur termasuk chattra (payung susun tiga) yang kini dilepas adalah
42 meter (138 ft).
Tangga terletak pada bagian tengah keempat sisi mata angin yang membawa
pengunjung menuju bagian puncak monumen melalui serangkaian gerbang
pelengkung yang dijaga 32 arca singa Gawang pintu gerbang dihiasi ukiran Kala pada
puncak tengah lowong pintu dan ukiran makara yang menonjol di kedua sisinya.
Motif Kala-Makara lazim ditemui dalam arsitektur pintu candi di Jawa Pintu utama
terletak di sisi timur, sekaligus titik awal untuk membaca kisah relief Tangga ini lurus
terus tersambung dengan tangga pada lereng bukit yang menghubungkan candi
dengan dataran di sekitarnya.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Borobudur adalah candi atau kuil Buddha terbesar di dunia, sekaligus salah satu
monumen Buddha terbesar di dunia. Pembangunan candi-candi Buddha termasuk Borobudur
saat itu dimungkinkan karena pewaris Sanjaya, Rakai Panangkaran memberikan izin kepada
umat Buddha untuk membangun candi. Bahkan untuk menunjukkan penghormatannya,
Panangkaran menganugerahkan desa Kalasan kepada sangha (komunitas Buddha), untuk
pemeliharaan dan pembiayaan Candi Kalasan yang dibangun untuk memuliakan
Bodhisattwadewi Tara, sebagaimana disebutkan dalam Prasasti Kalasan berangka tahun 778
Masehi.
Borobudur merupakan mahakarya seni rupa Buddha Indonesia, sebagai contoh
puncak pencapaian keselarasan teknik arsitektur dan estetika seni rupa Buddha di Jawa.
Bangunan ini diilhami gagasan dharma dari India, antara lain stupa, dan mandala, tetapi
dipercaya juga merupakan kelanjutan unsur lokal, struktur megalitik punden berundak atau
piramida bertingkat yang ditemukan dari periode prasejarah Indonesia.
Relief Borobudur menampilkan banyak gambar, seperti sosok manusia baik
bangsawan, rakyat jelata, atau pertapa, aneka tumbuhan dan hewan, serta menampilkan
bentuk bangunan vernakular tradisional Nusantara. Borobudur tak menampilkan bentuk
bangunan vernakular tradisional Nusantara. Borobudur tak ubahnya bagaikan kitab yang
merekam berbagai aspek kehidupan masyarakat Jawa kuno.
B. Saran
Lestarikan dan kembangkan potensi warisan budaya agar Candi Borobudur yang
sebagai peninggalan bersejarah yang tak ternilai harganya ini mampu memaksimalkan
potensi. Sebaiknya upaya-upaya yang dilakukan pemerintah untuk menjaga dan melestarikan
Candi Borobudur tersebut tetap menjadi daya tarik terutama dari segi kepariwisataan,
arkeologi dan ilmu pengetahuan.

DAFTAR PUSTAKA

https://www.studocu.com/id/document/sekolah-tinggi-ilmu-ekonomi-66-kendari/akuntansi/
candi-borobudur-makalah/33489998
https://www.academia.edu/40576894/
MAKALAH_SEJARAH_CANDI_BOROBUDUR_Disusun_oleh_MAHARANI_ZAHRA_
KELAS_V_5_SEKOLAH_DASAR_NEGERI_

Anda mungkin juga menyukai