Anda di halaman 1dari 20

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Alam memang selalu menyajikan keindahan dirinya untuk dipandang. Dunia ini memang unik, Candi Borobudur selalu menyajikan panorama untuk kebutuhan manusia, hanya saja manusia masih kurang menjaga keindahannya. Sehingga tidak sedikit alam yang menjadi korban ketamakan dan keserakahan mereka. Borobudur yang terletak di Jawa Tengah tepatnya di kabupaten Magelang, bisa saja pupus keindahannya kalau kita mengabaikannya. Kalau bukan kita, siapa lagi yang akan merawat dan menjaga borobudur yang menjadi peninggalan bangsa Indonesia tersebut. Candi Borobudur merupakan salah satu dari tujuh keajaiban dunia yang hingga saat ini menjadi pusat perhatian masyarakat dunia baik dari segi kepariwisataan, arkeologi dan pengetahuan . Akhir-akhir ini perkembangan candi di Indonesia belum menampakkan hasil yang menggembirakan dengan jumlah pengunjung yang selalu menurun setiap tahunnya. Menurut hasil observasi yang kami lakukan , daya tarik candi terus menurun dikarenakan sarana dan prasarana serta kebersihan di lingkungan candi Borobudur yang kurang terawat menjadi salah satu penyebab menurunnya minat masyarakat domestik dan internasional.

B. Alasan Pemilihan Judul Adapun alasan penulis dalam memilih judul tersebut adalah : 1. 2. Ingin memberi penjelasan tentang perkembangan dari segi fisika Candi Borobudur. Ingin memeberi penjelasan tentang beberapa keanekaragaman budaya dan adat istiadat yang terkandung dalam Candi Borobudur. C. Identifikasi Masalah Dari latar belakang masalah yang penulis uraikan di atas, maka penulis dapat mengidentifikasikan beberapa masalah antara lain : 1. Mengapa Candi Borobudur berdiri kokoh walaupun tanpa perekat? 2. Bagaimana proses pembuatan Candi Borobudur? 3. Bagaimana posisi Candi Borobudur sebagai salah satu tempat wiasata menarik di Indonesia? 4. Bagaimana adat-istiadat masyarakat sekitar Candi Borobudur sehingga menarik minat bangsa bahkan dunia?

D. Pembatasan Masalah Untuk memudahkan masalah serta menghindari adanya pembahasan yang meluas dan tidak terarah dari karya tulis ini. Oleh sebab itu dalam menyusun dan menyelesaikan karya tulis ini maka penulis membatasi pada masalah, tentang batu-batuan di Candi Borobudur tidak jatuh walaupun tanpa perekat serta proses menarik minat masyarakat.

E. Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah sebagai berikut: mengapa batu-batu di Candi Borobudur tidak jatuh walaupun tanpa perekat? F. Metode Pengumpulan Data 1. Observasi Penulis mengamati dan meneliti secara langsung Candi Borobudur. 2. Wawancara Narasumber Penulis mengumpulkan data dengan cara mengajukan beberapa pertanyaan mengenai batu-batuan Candi Borobudur. 3. Kepustakaan 3.1 Internet Penulis mendapatkan data dari suatu blogger. 3.2 Buku Penulis juga mendapatkan data dengan cara membaca laporan laporan maupun buku-buku yang relevan dengan masalah yang penulis bahas.

BAB II DESKRIPSI TEORETIK

A. Definisi Kontekstual 1. Batuan Tanpa Perekat Bangunan raksasa ini hanya berupa tumpukkan balok batu raksasa yang memiliki ketinggian total 42m. setiap batu disambung tanpa menggunakan semen atau perekat. Batu-batu ini hanya disambung berdasarkan pola dan ditumpuk. Bagian dasar candi Borobudur berukuran sekitar 118 m pada setiap sisi. Batu-batu yang digunakan kira-kira sebanyak 55.000 meter kubik. Semua batu tersebut diambil dari sungai disekitar candi Borobudur. Batu-batu ini dipotong lalu diangkut dan disambung dengan pola seperti permainan lego. semuanya tanpa menggunakan perekat atau semen. 2. Struktur Batuan Konstruksi bangunan Candi Borobudur merupakan tumpukan batu yang

diletakkan di atas gundukan tanah sebagai intinya, sehingga bukan merupakan tumpukan batuan yang masif. Inti tanah juga sengaja dibuat berundak-undak dan bagian atasnya diratakan untuk meletakkan batuan candi. Dari data yang ada disebutkan bahwa ukuran batu candi adalah sekitar 25 x 10 x 15 cm dengan berat jenis batu adalah 1,6 2 ton/m3, ini berarti berat per potongan batu hanya sekitar maksimum 7.5 kg (untuk berat jenis 2 t/m3). Potongan batu ternyata sangat ringan. Untuk batuan seberat itu, rasanya tidak perlu teknologi apapun. Masalah yang mungkin muncul adalah medan miring yang harus ditempuh. Medan miring secara fisika

membuat beban seolah-olah menjadi lebih berat. Hal ini karena penguraian gaya menyebabkan ada beban horizontal sejajar kemiringan yang harus dipikul. Borobudur dilihat secara fisik begitu impresif. Memiliki 10 lantai dengan bentuk persegi dan lingkaran. Memiliki relief sepanjang dinding dan arca dalam jumlah yang banyak. Candi ini begitu memperhatikan falsafah yang terkandung dalam ukuranukurannya. Hal ini membuktikan bahwa Candi dibangun dengan konsep design yang cukup baik. 3. Keanekaragaman Budaya Candi Borobudur 4. Indicator 4 (sumber hasil wawancara)

B. Definisi Operasional 1. Simpulan 1.1 Batuan Tanpa Perekat Seperti yang sudah dijelaskan pada indikator pertama bahwa simpulannya batuan Candi Borobudur disusun tanpa menggunakan perekat atau semen. Melainkan dengan pola disusun dan disambung seperti permainan lego. 1.2

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Hasil Observasi 1. Hari , tanggal observasi Penyusun melakukan observasi pada hari Jumat tanggal 30 Maret 2012. 2. Tempat observasi Candi Borobudur didirikan diatas sebuah bukit pada ketinggian 265,40 m di atas permukaan laut atau berada 15 m diatas dataran di sekitarnya. Candi Borobudur terletak di desa Borobudur, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Candi Borobudur juga dikelilingi oleh pegunungan Manoreh di sisi selatan, Gunung Merapi (2411 m) dan Gunung Merbabu (3142 m) di sisi Timur, serta Gunung Sumbing (2271 m) dan Gunung Sindoro (3135 m) di sisi Barat Laut. Disebelah Timur Candi Borobudur juga terdapat Sungai Progo dan Sungai Elo.

3. Sejarah Singkat Sampai saat ini, secara pasti belum diketahui kapan Candi Borobudur didirikan, demikian juga pendirinya. Menurut Prof. Dr. Soekmono Perkiraan berdirinya candi tersebut didasarkan pada tulisan singkat yang dipahatkan diatas pigura relief-relief yang terdapat di kaki candi, yaitu kurang lebih pada akhir abad ke 8 sampai awal abad ke 9, atau sekitar tahun 800 Masehi.1 Candi Borobudur berada dalam kerangka abad keemasan wangsa Syailendra, yakni antara abad 8 sampai dengan abad 9. Kejayaan ini ditandai dengan dibangunnya sejumlah besar bangunan candi-candi yang tersebar di Pulau Jawa dan Sumatra. Beberapa prasasti menunjukkan bahwa candi Borbudur merupakan ekspresi wangsa Syailendra untuk menjunjung tinggi dan mengagungkan agama Budha Mahayana. Catatan sejarah menunjukkan bahwa candi Borobudur dibangun pada saat masa kepemimpinan Raja dari wangsa Syailendra yang sangat terkenal, yaitu Samaratungga, sekitar tahun 800-an Masehi. Pada masa itu, pembangunan candi ini diyakini dengan menghiasi/menambahkan bebatuan pada wilayah perbukitan alami, sehingga Borobudur diyakini merupakan tumpukan batu yang diletakkan di atas bukit yang menjulang tinggi. Batu yang disusun menjadi candi tersebut merupakan batu andesit sebanyak 55.000 m3, dengan bangunan berbentuk limas yang berjenjang yang dilengkapi tangga naik di keempat sisinya. Pada masa pemerintahan Raja Samaratungga candi Borobudur digunakan sebagai pusat kegiatan religius dan pemujaan serta ziarah pada masa Raja Samaratungga. Selain itu, candi ini juga

Madhori. Candi Borobudur Sepanjang Masa. Magelang.

dikenal sebagai centre of knowledge dan pusat kebudayaan agama Budha Mahayana, serta pusat kehidupan dan perekonomian masyarakat pada era wangsa Syailendra. Kejayaan Borobudur diyakini bertahan selama 150 tahun dan berangsur pudar dan cenderung mengalami kehancuran seiring dengan runtuhnya kejayaan wangsa Syailendra, yang digantikan oleh tumbuh dan berkembangnya era Kerajaan Mataram di tahun 930 (atau kira-kira abad ke 10). Perubahan ini membawa dampak pada bergesernya pusat kebudayaan dan kehidupan masyarakat kearah timur, yaitu di Jogjakarta. Dampak lain pergantian kekuasaan ini adalah hancur dan rusaknya candi Borobudur, hingga pada akhirnya terlupakan dan hilang di telan masa. 4. Arsitektur Bangunan Candi Borobudur didirikan pada sebuah bukit seluas kurang lebih 7,8 ha pada ketinggian 465.40 m diatas permukaan laut atau berada kurang lebih 15 m diatas bukit disekitarnya. Untk menyesuaikan dengan profile candi yang akan dibangun, bukit diurug dengan ketebalan bervariasi antara 0,5 m 8,50 m. Ukuran candi yang diurug dari dinding terluar adalah 121,70 m x 121,40 m dengan tinggi bangunan yang masih tersisa 35,40 m dari tanah halaman. Denah candi menyerupai bujur sangkar dengan 36 sudut pada dinding teras 1, 2 dan 3 tersusun dari batu andesit dengan sistem dry masonry (tanpa perekat) diperkirakan mencapai 55.000 meter kubik atau 2.000.000 balok batu. Untuk memperkuat konstruksi dipergunakan sambungan batu tipe ekor burung kea rah horizontal, sedangkan kea rah vertical dengan sistem getakan.

Pada masing-masing tingkat dan setiap penjuru mata angin terdapat pintu gerbang atau tangga. Pintu utama ada disebelah timur. Bentuk arsitektur Candi Borobudur yang sekarang, diperkirakan mengalami perubahan konsep dasar. Tahapan yang diperkirakan Dumarcy diakibatkan candi mengalami beberapa kali kelongsoran sehingga harus mengulang pekerjaan pembangunan. Rancangan semula candi Borobudur adalah candi yang mempunyai empat pintu diatas suatu undag-undag 9 tingkat, bentuk ini banyak ditemui di Kamboja2. Dikatakan pula bahwa seluruh stupa prasada dapat dibagi dalam 3 bagian dimana pembagian ini dapat pula menyatakan perbedaan dari: 1. Dunia nafsu, hasrat, yang disebut Kamadhatu. 2. Dunia bentuk, rupa, yang disebut Rupadhatu. 3. Dunia tanpa bentuk, tanpa wujud, tanpa rupa, disebut Arupadhatu. Dengan uraian diatas telah dijelaskan bahwa pada awalnya bentuk Candi Borobudur mendekati seperti yang diperkirakan oleh H. Parmantier, namun karena kesulitan teknik yang tidak dapat dihindari maka ada perubahan konsep. Dari aspek seni bangunan ada dua bentuk seni arsitektur yang dipadukan yaitu: 1. Hindu Jawa Kuno Yaitu, adanya Punden berundak, relief maupun Budha yang sedang bermeditasi. 2. India Yaitu, adanya stupa, Budha dan lantai yang bundar.

Hoenig, dikutip Bernet Kempers

10

5. Makna Bangunan Secara keseluruhan bangunan Candi Borobudur terdiri dari 10 tingkat atau lantai yang masing-masing tingkat mempunyai makna tersendiri. Sebagai sebuah bangunan, Candi Borobudur dapat dibagi dalam tiga bagian yang terdiri dari kaki atau bagian bawah tubuh dan bagian puncaknya. Pembagian bangunan tersebut sesuai dengan susunan ajaran Budha yaitu Kamadhatu, Rupadhatu dan Arupadhatu yang masing-masing memiliki makna. 1. Kamadhatu Sama dengan alam bawah atau dunia nafsu. Dalam dunia ini manusia terikat pada nafsu dan bahkan dikuasai oleh nafsu dan keinginan tertentu. Dalam dunia ini digambarkan relief yang terdapat di kaki candi asli dimanarelief tersebut menggambarkan adegan dari kitab Karmawibangga yaitu naskah yang

menggambarkan sebab akibat, serta perbuatan yang baik dan jahat. Deretan ini tidak tampak seluruhnya karena tertutup oleh dasar candi yang lebar. Hanya disisi tenggara tampak relief yang terbuka bagi pengunjung. 2. Rupadhatu Sama dengan dunia antara atau dunia rupa, bentuk atau wujud. Dalam dunia ini manusia telah meninggalkan segala nafsu, tetapi masih terikat dengan nama, rupa, bentuk atau wujudnya. Bagian ini terdapat pada tingkat 1-5 yang berbentuk bujur sangkar.

11

3. Arupadhatu Pada tingkat ini manusia telah bebas sama sekali dan telah memusutuskan selamalamanya ikatan kepada dunia fana. Pada tingkat ini tidak ada rupa. Bagian ini terdapat pada teras bundar I, II, III beserta stupa induknya. 6. Relief

Di setiap tingkatan pada dinding candi dipahat dan membentuk relief-relief yang mempunyai setiap makna. Relief-relief ini dibaca sesuai arah jarum jam atau disebut mapradaksina dalam bahasa Jawa Kuno yang berasal dari bahasa Sansekerta daksina yang artinya ialah timur. Relief-relief ini memiliki masingmasing cerita, antara lain cerita jtaka. Bidang relief seluruhnya memiliki 1460 panel yang jika diukur memanjang mencapai 2500 meter. Sedangkan jenis reliefnya ada 2 macam yaitu: 1. Relief cerita, yang menggambarkan cerita dari suatu teks dan naskah.\ 2. Relief hiasan, yang hanya merupakan hiasan pengisi bidang. Agar dapat menyimak cerita dalam relief secara berurutan dianjurkan memasuki candi melalui pintu sebelah Timur dan pada tiap tingkatan berputar ke kiri dan meninggalkan candi disebelah kanan. Relief cerita pada candi Borobudur menggambarkan beberapa cerita, yaitu: 1. Karma Wibangga, terdiri dari 160 panel, dipahatkan pada kaki tertutup. 2. Lalita Wistara , terdiri dari 120 panel, dipahatkan pada dinding lorong 1 bagian atas. 3. Jataka dan Awadana, terdiri dari 720 panel, dipahatkan pada lorong 1 bagian bawah, balustrade lorong 1 atas dan bawah, dan balustrade II.

12

4. Gandawyuda, terdir 460 planel, dipahatkan pada dinding lorong II dan III, balustrade III dan IV serta Bhadraceri dinding lorong IV. 7. Arti Borobudur

Dalam Bahasa

Indonesia,

bangunan

keagamaan

purbakala

disebut candi;

istilah candi juga digunakan secara lebih luas untuk merujuk kepada semua bangunan purbakala yang berasal dari masa Hindu-Buddha di Nusantara,

misalnya gerbang, gapura, dan petirtaan (kolam dan pancuran pemandian). Asal mula nama Borobudur tidak jelas,meskipun memang nama asli dari kebanyakan candi di Indonesia tidak diketahui. Nama Borobudur pertama kali ditulis dalam buku "Sejarah Pulau Jawa" karya Sir Thomas Raffles. Raffles menulis mengenai monumen bernama borobudur, akan tetapi tidak ada dokumen yang lebih tua yang menyebutkan nama yang sama persis. Satu-satunya naskah Jawa kuno yang memberi petunjuk mengenai adanya bangunan suci Buddha yang mungkin merujuk kepada Borobudur adalah Nagarakretagama, yang ditulis oleh Mpu Prapanca pada 1365. Nama Bore-Budur, yang kemudian ditulis BoroBudur, kemungkinan ditulis Raffles dalam tata bahasa Inggris untuk menyebut desa terdekat dengan candi itu yaitu desa Bore (Boro); kebanyakan candimemang seringkali dinamai berdasarkan desa tempat candi itu berdiri. Raffles juga menduga bahwa istilah 'Budur' mungkin berkaitan dengan istilah Buda dalam bahasa Jawa yang berarti "purba" maka bermakna, "Boro purba". Akan tetapi arkeolog lain beranggapan bahwa nama Budur berasal dari istilah bhudhara yang berarti gunung. Banyak teori yang berusaha menjelaskan nama candi ini. Salah satunya menyatakan bahwa nama ini kemungkinan berasal dari kata Sambharabhudhara,

13

yaitu artinya "gunung" (bhudara) di mana di lereng-lerengnya terletak teras-teras. Selain itu terdapat beberapa etimologi rakyat lainnya. Misalkan

kata borobudur berasal dari ucapan "para Buddha" yang karena pergeseran bunyi menjadiborobudur. Penjelasan lain ialah bahwa nama ini berasal dari dua kata "bara" dan "beduhur". Kata bara konon berasal dari kata vihara, sementara ada pula penjelasan lain di mana bara berasal daribahasa Sanskerta yang artinya kompleks candi atau biara dan beduhur artinya ialah "tinggi", atau mengingatkan dalam bahasa Bali yang berarti "di atas". Jadi maksudnya ialah sebuah biara atauasrama yang berada di tanah tinggi. Sejarawan J.G. de Casparis dalam disertasinya untuk mendapatkan gelar doktor pada 1950 berpendapat bahwa Borobudur adalah tempat pemujaan. Berdasarkan prasasti Karangtengah dan Tri Tepusan, Casparis memperkirakan pendiri Borobudur adalah yang raja Mataram dari melakukan pembangunan

wangsa Syailendra bernama Samaratungga,

sekitar tahun 824 M. Bangunan raksasa itu baru dapat diselesaikan pada masa putrinya, Ratu Pramudawardhani. Pembangunan Borobudur diperkirakan

memakan waktu setengah abad. Dalam prasasti Karangtengah pula disebutkan mengenai penganugerahan tanah sima (tanah bebas pajak) oleh r Kahulunan (Pramudawardhani) untuk memelihara Kamln yang berasal dari kata mulayang

disebut Bhmisambhra. Istilah Kamln sendiri

berarti tempat asal muasal, bangunan suci untuk memuliakan leluhur, kemungkinan leluhur dari wangsa Sailendra. Casparis memperkirakan

bahwa Bhmi Sambhra Bhudhra dalam bahasa Sanskerta yang berarti "Bukit

14

himpunan kebajikan sepuluh tingkatan boddhisattwa", adalah nama asli Borobudur.

15 B. Hasil Wawancara Menurut informasi yang kami dapatkan dari bapak Iskandar selaku tour guide mengatakan bahwa warga sekitar Candi Borobudur masih sangat kental dengan adat istiadatnya seperti mempunyai kebiasaan mengelilingi stupa yang berada paling atas atau disebut Arupadhatu sebanyak tujuh kali maka akan mendapatkan banyak rezeki .

C. Hasil Pengamatan / penelitian 1. Gambar/foto 2. Uraian/deskripsi

Sebuah archa Budha di dalam Stupa berterawang.

Borobudur dirancang membentuk mandala besar yang melambangkan kosmologi buddhis, suatu konsep alam semesta dalam buddhisme. Aslinya terdapat 504 arca buddha duduk bersila dalam posisi lotus serta menampilkan mudra atau sikap tangan simbolis tertentu. Terdapat lima golongan mudra: Utara, Timur, Selatan, Barat, dan Tengah, kesemuanya berdasarkan lima arah utama kompas menurut ajaran Mahayana yang diwakili oleh masingmasing Dhyani Buddha. Keempat pagar langkan memiliki empat mudra: Utara,

16

Timur, Selatan, dan Barat, dimana masing-masing arca buddha yang menghadap arah tersebut menampilkan mudra yang khas. Arca Buddha pada pagar langkan kelima dan arca buddha di dalam 72 stupa berterawang di pelataran atas menampilkan mudra: Tengah atau Pusat. Masing-masing mudra melambangkan lima Dhyani Buddha; masing-masing dengan makna simbolisnya tersendiri.[2] Mengikuti urutan Pradakshina yaitu gerakan mengelilingi searah jarum jam dimulai dari sisi Timur, maka mudra arca-arca buddha di Borobudur adalah:

^ Roderick S. Bucknell and Martin Stuart-Fox (1995). The Twilight Language: Explorations in Buddhist Meditation and Symbolism. UK: Routledge. ISBN 0700702342.

Arca

Mudra

Melambangk an

Dhyani Buddha

Arah Mata Angi n

Lokasi Arca

Bhumisparsa Memanggil bumi Aksobhya mudra sebagai saksi

Timur

Relung di pagar langkan 4 baris pertama Rupadhatu sisi timur

Wara mudra Kedermawanan

Ratnasambha wa

Relung di pagar langkan 4 baris Selatan pertama Rupadhatu sisi selatan

17

Arca

Mudra

Melambangk an

Dhyani Buddha

Arah Mata Angi n

Lokasi Arca

Dhyana mudra

Semadi atau meditasi

Amitabha

Barat

Relung di pagar langkan 4 baris pertama Rupadhatu sisi barat

Abhaya mudra

Ketidakgentaran

Amoghasiddhi Utara

Relung di pagar langkan 4 baris pertama Rupadhatu sisi utara

Witarka mudra

Akal budi

Wairocana

Relung di pagar langkan baris kelima Tengah (teratas) Rupadhatusem ua sisi

Dharmachakr Pemutaran roda a mudra dharma

Wairocana

Di dalam 72 stupa di 3 teras Tengah melingkar Arupadhatu

http://id.wikipedia.org/wiki/Mudra

Candi Borobudur Sebagai Warisan Dunia


11:52 PM YN-AL NO COMMENTS

18
Candi Borobudur Sebagai Warisan Dunia. Candi Borobudur merupakan candi Budha yang terletak di Magelang - Jawa Tengah. Candi Borobudur merupakan tempat wisata yang sangat ramai pengunjung bahkan banyak turis yang berdatangan mengunjungi Candi Borobudur. Dari sejarah Candi Borobudur diperkirakan Candi dibuat sekitar tahun 800 masehi. Candi Borobudur memiliki struktur dasar punden berundak, dengan enam pelataran berbentuk bujur sangkar, tiga pelataran berbentuk bundar melingkar dan sebuah stupa utama sebagai puncaknya. Selain itu tersebar di semua pelatarannya beberapa stupa Candi Borobudur.

19

Foto Candi Borobudur

Candi Borobudur dibangun oleh Raja Samaratungga, salah satu raja kerajaan Mataram Kuno, keturunan Wangsa Syailendra. Berdasarkan prasasti Kayumwungan, seorang Indonesia bernama Hudaya Kandahjaya mengungkapkan bahwa Candi Borobudur adalah sebuah tempat ibadah yang selesai dibangun 26 Mei 824, hampir seratus tahun sejak masa awal dibangun. Nama dari Candi Borobudur itu sendiri menurut beberapa orang berarti sebuah gunung yang berteras-teras (budhara), sementara beberapa yang lain mengatakan nama dari Candi Borobudur berarti biara yang terletak di tempat tinggi.

Sepuluh pelataran yang dimiliki Candi Borobudur menggambarkan secara jelas filsafat mazhab Mahayana. Bagaikan sebuah kitab, Borobudurmenggambarkan sepuluh tingkatan Bodhisattva yang harus dilalui untuk mencapai kesempurnaan menjadi Buddha. Bagian kaki Candi Borobudur melambangkan Kamadhatu, yaitu dunia yang masih dikuasai oleh kama atau "nafsu rendah". Empat lantai dengan dinding berelief di atasnya oleh para ahli dinamakan Rupadhatu. Lantainya berbentuk persegi. Rupadhatu adalah dunia yang sudah dapat membebaskan diri dari nafsu, tetapi masih terikat oleh rupa dan bentuk.

20

Pada lantai kelima hingga ketujuh Candi Borobudur pada dindingnya tidak berelief. Tingkatan ini dinamakan Arupadhatu (yang berarti tidak berupa atau tidak berwujud). Denah lantai berbentuk lingkaran. Tingkatan tertinggi yang menggambarkan ketiadaan wujud dilambangkan berupa stupa yang terbesar dan tertinggi. Stupa digambarkan polos tanpa lubang-lubang. Candi Borobudur tidak memiliki ruang-ruang pemujaan seperti candi-candi lain. Yang ada ialah lorong-lorong panjang yang merupakan jalan sempit. Lorong-lorong dibatasi dinding mengelilingi candi tingkat demi tingkat.

Sebagai salah satu tempat wisata Indonesia, wisata Candi Borobudur selalu menjadi salah satu pusat perhatian di Indonesia bahkan seluruh dunia, pada tahun 1991 Candi Borobudur ditetapkan sebagai Warisan Dunia UNESCO. Jadi jangan heran jika tempat wisata Candi Borobudur terdapat banyak turis. Lokasi Candi Borobudur berada di Desa Borobudur, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.

Untuk masuk pada lokasi Candi Borobudur dikenakan harga tiket masuk (HTM) sebesar Rp 9.000, jadi kalo sudah sampai pada lokasi Candi Borobudur maka siap saja banyak uang soalnya Selain Candi pasti perhatian Anda akan terbagi dengan suasana pada lokasi tersebut. Mungkin Borobudur bisa menjadi pilihan Anda untuk berlibur

Anda mungkin juga menyukai