Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR PENULISAN
Candi Borobudur telah terkenal sampai ke penjuru dunia karena ukurannya yang
besar. Meskipun agama Budha berasa dari negeri India tetapi di India tidak ditemukan
candi sebesar candi Borobudur. Banyak rahasia yang terkandung dalam candi terbesar di
dunia ini. Para leluhur kita ingin menyampaikan pesan dan ceritanya melalui relief-relief
yang terpahat di dinding-dinding batunya. Mulai dari keagamaan, social dan politik pada
jamanya. Banyak dari para arkeolog dunia untuk mempelajari rahasia dari jaman dinasti
Saelendra ini, tepatnya pada abad ke-9 M. tugas dari kita, selaku pewaris dari leluhur
kita untuk menggali dan menemukan rahasia dan keajaiban dari candi Borobudur. Selain
itu kita harus mampu melestarikannya dan menjaganya dengan baik sehimgga tidak ada
lagi tangan-tangan jahil yang merusak keindahan dan keaslian dari candi Borobudur.
Latar belakang penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas
mata pelajaran B. Indoseia. Sesuai kurikulum tahun ini kami di wajibkan untuk
membuat laporan mengenai study tour yang telah kami lakukan pada tanggal 26-29
desember 2009 ke daerah Yogyakarta dan sekitarnya. Study Tour ini merupakan
program kerja sekolah yang setiap tahun selalu di lakasanakan. Selain itu juga untuk
menmbah penetahuan penulis dalam mencari informasi.

B. TUJUAN
Adapun tujuan dari pembentukan makalah ini adalah:
1. Untuk memenuhi salah satu tugas mata Pelajaran B. Indonesia.
2. Untuk di jadikan acuan dalam penilaian
3. Untuk menambah wawasan khususnya para pelajar dan umumnya para pembaca
4. Menumbuhkan motivasi bagi para pembaca untuk terus mencari informasi tentang
pengetahuan.
A. METODE
Metode yang biasa digunakan dalam penyusunan makalah ini adalah pustaka,
wawancara, Penelitian, dan Observasi.
Metode Referensi atau pustaka adalah metode penyusunan makalah dengan
melihat dan mencari sumber dari buku-buku. Metode Observasi adalah melihat dan
mengamati secara langsung ke lokasi yang dimaksud. Metode Penelitian, sama seperti
metode Observasi. Namun dalam metode penelitian kita meneliti sendiri tidak hanya
mengamati dan mengunjungi saja.Metode Wawancara adalah metode ini biasa dilakukan
dengan cara wawancara terhadap narasumber.
Dalam penyusunan makalah ini saya hanya menggunakan metode Observasi dan
metode Pustaka/referensi. Tidak hanya itu penulis juga menggunakan metode penelitian
melalui internet. Penulis mencari sumber dari berbagai macam halaman website. Salah

1
satu halaman yang menerangkan tentang Yogyakarta adalah website yogYes. Dalam
website ini menerangkan tentang kota Yogyakarta dan sekitarnya.

B. RUMUSAN MASALAH
Permasalahan yang kami kemukakan dalam makalah ini antara lain
1. Dimana letak dan bagaimana Lokasi Candi Borobudur ?
2. Bagaimana sejarah candi Borobudur itu di buat ?
3. Bagaimana candi Borobudur itu bisa ditemukan ?
4. Apakah arti dari Borobudur ?
5. Bagaimana bentuk Candi Borobudur ?
6. Kapan pemugaran terhadap candi itu di lakukan ?
7. Bagaimana pemerintah menjaga candi Borobudur.

A. SITEMATIKA PENULISAN
Adapun sistematika dari penulisan karya tulis ini.
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar penulisan
1.2 Tujuan
1.3 Metode
1.4 Rumusan masalah
1.5 Sistematika penulisan
1.6 Landasan Teori
BAB 2 BOROBUDUR, CANDI TERBESAR DI ABAD KE-9
2.1 Pendahuluan
2.2 Lokasi Candi Borobudur
2.3 Sejarah Candi Borobudur
2.4 Riwayat Temuan
2.5 Arti Nama Candi Borobudur
2.6 Bentuk Candi Borobudur
2.7 Pemugaran
2.8 Monitoring
BAB 3 PENUTUPAN
3.1 Kesimpulan
3.2 Krritik dan Saran
DAFTAR PUSTAKA

A. LANDASAN TEORI
Candi Borobudur merupankan candi terbesar di dunia. Bahkan slah satu candi
terbesar ini termasuk dalam salah satu keajaiban dunia yang patut dilestarikan. Banyk
orang ingin berkunjung ke tempat inItu pula yang sya temukan ketika mencari tahu di
Internet.1). Salah satu halaman itu menyebutkan bahwa “Candi Budha ini memiliki
1460 relief dan 504 stupa Budha di kompleksnya. Jutaan orang mendamba untuk
mengunjungi bangunan yang termasuk dalam World Wonder Heritages ini. Tak
mengherankan, sebab secara arsitektural maupun fungsinya sebagai tempat ibadah,
Borobudur memang memikathati.2)”

2
.1)www.yogyes.com.
.2)Naskah:Yunanto Wiji Utomo

BAB II

BOROBUDUR, CANDI TERBESAR DI ABAD KE-9

A. PENDAHULUAN

2
Menguak sejarah Candi Borobudur yang sangat megah dan sangat menajupkan,
bahkan menjadi salah satu tuju keajaiban dunia. Candi Borobudur yang terletak di Jalan
Syailendra Syailendra Raya desa Borobudur, Kecamatan Borobudur, Magelang, Jawa
Tengah. Sangat mudah akses untuk mencapai tempat ini karena banyak sekali jalan
untuk sampai ke Candi Borobudur, jaraknya dari kota Yogyakata kurang lebih sekitar
42km dan dari kota Magelang kurang lebih sekitar 12km.

Sekarang ini candi Borobudur telah menjadi obyek pariwisata untuk umum, baik
lokal atau untuk para turis manca negara yang ingin melihat bentuk bagunan sebuah batu
yang diukir dan disusun menjulang ke atas sehinga membentuk seperti sebuah piramid.
Tidak menutup kemungkinan bagi masyarakat sekitar sini dapat menghasilkan banyak
rejeki dengan berbagai cara dan berbagi model, dengan menjajakan makanan, pakaian,
bahkan ada juga jasa fotto dan jasa payung, jika cuaca sangat panas atau sedang hujan
bisa memakai jasa payung. Tidak usah kawatir jika ingin berkunjung ke Candi
Borobudur mau tidur dimana karena tidak punya sanak saudara disana. Di sepajang jalan
Sailendara banyak sekali hotel mau pun losmen, seperti hotel Sailendra, hotel Amanjiwo
dan sebagainya.

Pemerintah kota Magelang tidak tinggal diam dengan adanya cagar budaya alam
ini disekitar Candi Borobudur telang dipagar besi dan adanya polisi pariwisata yang
bertugas 24 jam. Didalam kawasan Candi juga ditunjang dengan adanya berbagai sarana
untuk menarik para pengunjung seperti kereta ria, kuda, bahkan gajah juga bisa untuk
mengelilingi sekitar kawasan candi. Candi Borobudur juga menjadi tempat ritual waisak
atau sembayangnya agama budha jika hari waisak tiba. Berbagai mitos terdapat dalam
candi Borobudur ini sepertijika kita bisa menyetuk kemaluan stupa ( kunto bimo ) yang
ada di sana katanya apa yang kita inginka bisa tercapai. Ada juga mitos disana jika kita
berpacaran di areal candi maka tidak mungkin lama pasti terus putus. Pada awalnya
sipenulis tidak percaya dengan adanya mitos ini akirnya dia membuktikan dengan
mitosyang pacaran disana pasti putus teryata terbukti emang dalam waktu tiga
harisetelah pacaran kesana langsung putus. Percaya dan ngak percaya tergantung
andamenyikapinya yang pasti hanya Allah yang menguasai jagat raya ini.

B. LOKASI CANDI BOROBUDUR


Candi Borobudur terletak di Jl. Syailendra Raya, Desa Borobudur, Kecamatan
Borobudur, Kabupaten Magelang, Propinsi Jawa Tengah. Secara astronomis terletak di
70.361.2811 LS dan 1100.121.1311 BT. Lingkungan geografis Candi Borobudur
dikelilingi oleh Gunung Merapi dan Merbabu di sebelah Timur, Gunung Sindoro dan
Sumbing di sebelah Utara, dan pegunungan Menoreh di sebelah Selatan, serta terletak di
antara Sungai Progo dan Elo. Candi Borobudur didirikan di atas bukit yang telah
dimodifikasi, dengan ketinggian 265 dpl.

Candi Borobudur terletak di tengah-tengah Pulau Jawa, 41 km sebelah baratlaut


Yogyakarta, dan 7 km sebelah selatan Magelang. Dataran Kedu yang mengelilinginya
sering disebut sebagai “Taman Jawa” (The Garden of Java), karena dataran ini memang
sangat subur, dan penduduknya pun sangat tekun. Dataran ini dikelilingi oleh 4 buah

2
gunung, yaitu Gunung Sumbing (3.371 m) dan Sindoro (3.135 m) di sebelah baratlaut,
serta Merbabu (3.142 m) dan Merapi (2.911 m) di sebelah timurlaut.

Secara keseluruhan, tinggi Borobudur mencapai 42 m, tetapi kemudian setelah


dipugar, tingginya berkurang hingga hanya 34,5 m, dan mempunyai dimensi 123 x 123
m. Borobudur mempunyai 10 lantai atau tingkat. Lantai pertama sampai keenam
berbentuk segi empat, dan lantai ketujuh sampai kesepuluh berbentuk lingkaran.

Candi ini menghadap ke timur, dan terdiri dari 1.460 panel, yang masing-masing
memiliki lebar 2 m. Luas seluruh dindingnya mencapai 2.500 m2, dan dipenuhi oleh
relief. Jumlah panel yang memiliki relief ada 1.212. Menurut penelitian, jumlah patung
Buddha sekitar 504, termasuk patung-patung yang masih utuh dan yang telah hancur.
Pemugaran Borobudur sudah dilakukan sebanyak dua kali, yaitu dari tahun 1905 – 1910,
dan yang terakhir pada tahun 1973 – 1983.

C. SEJARAH CANDI BOROBUDUR


Candi Borobudur dibangun pada masa Smaratungga atau pada masa dinasti
Syailendra lebih tepatnya lagi pada abad 9Masehi. Sampai saat ini belum diketahui
siapakah arsitekturnya yang merancang berdirinya candi itu, hanya saja ketika itu
disekitar candi dikelilingi air bisa dikatakan disebuah danau batu-batu itu disusun
sampai membentuk gunung yang yang menonjol lalu disebut candi. Saat itu masyarakat
Jawa belum begitu mengenal agama Islam, penyebaran agama Budha dan Hindu lebih
dulu masuk daratan Jawa sehinga banyak sekali Candicandi di pulau Jawa. Dijawa
Tengah saja terdapat 15 Candi seperti Candi Borobudur, Mendut, Pawon, Ngawen,
Prambanan, Kalasan, Dieng, Banjunibo, Sewu, Plaosan, Pringapus, Ratu Baka, Dari,
Ceto, Sukuh.

Di Candi Borobudur hampir disemua sisi terdapat berbagai bentuk ukiran dari
batu atau disebut juga relief yang konon katanya melambangkan perjalanan hidup
manusia. Nama Candi berasal dari salah satu nama Dewi Durga sebagai dewi maut,
yaitu candika. Candi merupakan pemuliaan terhadap orang yang telah meniggal seperi
orang terkemuka dan raja yang dikubur bukanlah mayat atau abu jenazah melaikan
benda-benda yang dimilikinya seperti logam dan batu akik lalu dikasih sesajian.
Menurut agama Hindu benda-benda tersebut merupakan lambang zat-zat jasmaniahdari
sang raja yang telah bersatu dengan dewa perintisnya. Sedang dalam agama Budha candi
merupakan tempat pemujaan Dewa saja.

Candi Borobudur dibangun oleh Samaratungga dari Dinasti Syailendra selama


kurang lebih 50 tahun, yaitu pada tahun 778 – 856 M, 300 tahun sebelum Angkor Wat
(Kamboja), dan 200 tahun sebelum Notre Dame. Borobudur dibangun selama kurang
lebih 50 tahun lamanya, melalui beberapa tahapan. Selama ini pula desain Borobudur
mengalami beberapa kali perubahan.

Tahap pertama
Tahap pertama kemungkinan dimulai sekitar tahun 780 M. Pada tahap ini, bangunan

2
kecil dengan tiga buah teras bertumpuk didirikan pada saat bangunan lainnya mulai
dibangun dan kemudian dihancurkan. Bangunan ini kemungkinan awalnya dirancang
sebagai sebuah piramid bertingkat.

Tahapkedua
Pada tahap ini, pondasi Borobudur diperlebar, menutupi kaki asli. Selain itu, jumlah
teras juga diperbanyak, termasuk dua buah teras persegi empat dan satu buah teras
bundar.

Tahap Ketiga
Perubahan yang lebih teliti dilakukan, dimana puncak teras bundar dipindahkan dan
diganti dengan serangkaian tiga buah teras bundar yang baru. Stupa juga dibangun di
puncak teras-teras ini.

tahap keempat dan kelima


Ada sedikit perubahan pada monumen, termasuk penambahan relief-relief baru dan
perubahan pada tangga dan patung di sepanjang jalan. Simbol pada monumen tetap
sama, dan perubahan sebagian besar hanya pada dekorasinya.

D. RIWAYAT TEMUAN
Candi Borobudur muncul kembali tahun 1814 ketika Sir Thomas StanfordRaffles,
Gubernur Jenderal Inggris yang menjadi wali negara Indonesiamengadakan kegiatan di
Semarang, waktu itu Raffles mendapatkan informasibahwa di daerah Kedu telah
ditemukan susunan batu bergambar, kemudian iamengutus Cornelius seorang Belanda
untuk membersihkannya. Pekerjaan inidilanjutkan oleh Residen Kedu yang bernama
Hartman pada tahun 1835.Disamping kegiatan pembersihan, ia juga mengadakan
penelitian khususnya terhadap stupa puncak Candi Borobudur, namun sayang mengenai
laporanpenelitian ini tidak pernah terbit. Pendokumentasian berupa gambar bangunan
danrelief candi dilakukan oleh Wilsen selama 4 tahun sejak tahun 1849, sedangkan
dokumen foto dibuat pada tahun 1873 oleh Van Kinsbergen. Menurut legenda Candi
Borobudur didirikan oleh arsitek Gunadharma, namun secara historis belum diketahui
secara pasti. Pendapat Casparis berdasarkan interpretasi prasasti

berangka tahun 824 M dan prasasti Sri Kahulunan 842 M, pendiri Candi Borobudur
adalah Samaratungga yang memerintah tahun 782-812 M pada masa dinasti Syailendra.
Candi Borobudur dibangun untuk memuliakan agama Budha Mahayana. Pendapat
Dumarcay Candi Borobudur didirikan dalam 5 tahap pembangunan yaitu:

- Tahap I + 780 Masehi

- Tahap II dan III + 792 Masehi

- Tahap IV + 824 Masehi

- Tahap V + 833 Masehi

E. ARTI NAMA CANDI BOROBUDUR


Mengenai penamaannya juga terdapat beberapa pendapat diantaranya:

2
Raffles: Budur yang kuno (Boro= kuno, budur= nama tempat) Sang Budha yang agung
(Boro= agung, budur= Buddha) Budha yang banyak (Boro= banyak,budur=
Buddha)

Moens: Kota para penjunjung tinggi Sang Budha

Casparis: Berasal dari kata sang kamulan ibhumisambharabudara, berdasarkan kutipan


dari prasasti Sri Kahulunan 842 M yang artinya bangunan suci yang
melambangkan kumpulan kebaikan dari kesepuluh tingkatan Bodhisattva.

Poerbatjaraka: Biara di Budur (Budur= nama tempat/desa)

Soekmono dan Stutertheim: Bara dan budur berarti biara di atas bukit Menurut
Soekmono fungsi Candi Borobudur sebagai tempat ziarah untuk memuliakan
agama Budha aliran Mahayana dan pemujaan nenek moyang.

Kitab Negara Kartagama: “budur” untuk sebuah bangunan Agama Budaha dari aliran
Wajradha. Kemungkinan yang ada nama “budur” tersebut adalah candi
Borobudur

Drs. Soediman: Borobudur berasal dari dua kata yaitu “bara” dan “budur” . bara
(sansakerta) berarti vihara=bihara dan budur(bali) berarti beduhur=atas.
Borobudur berarti vihara dan kelompok candi yang berada di atas tanah yang
tinggi atau bukit.

F. BENTUK CANDI BOROBUDUR


Candi Borobudur merupakan tiruan Gunung Mahameru atau kayangan Dewa
-Dewi yang sesuai dengan alam semesta. Didalam Candi Borobudur terbagaimenjadi
tiga tingkatan yaitu

Kamadhatu, dimana manusia masih berada dalam belengu keduniawian (nafsu ).

Rupadhatu, dimana manusia terlepas dari masalah keduniawian (nafsu ), tetapi masih
terikat oleh dunia.

Arupadatu, dimana manusia telah memperoleh kesempurnaan dan bebasdari ikatan


duniawi.

Pada dasarnya candi Borobudur merupakan bentuk bunga padma (Lotus). Maka
apa yang tergambar pada tingkatan Kamadathu dan Ruphadatu dapat dapat disamakan
dengan kelopak-kelopak daun bunganya, sedang tingkat Aruphadatu tempat stupa itu
berada dapat dianggap sama denagn putik..3)

 Bentuk Bangunan

- Denah Candi Borobudur ukuran panjang 121,66 meter dan lebar 121,38 meter.

- Tingi 35,40 meter.

- Susunan bangunan berupa 9 teras berundak dan sebuah stupa induk dipuncaknya.
Terdiri dari 6 teras berdenah persegi dan3 teras berdenah lingkaran.

2
- Pembagian vertikal secara filosofis meliputi tingkat Kamadhatu,Rupadhatu, dan
Arupadhatu.

- Pembagian vertikal secara teknis meliputi bagian bawah, tengah, dan atas.

- Terdapat tangga naik di keempat penjuru utama dengan pintu masuk utama sebelah
timur dengan ber-pradaksina.

- Batu-batu Candi Borobudur berasal dari sungai di sekitar Borobudurdengan volume


seluruhnya sekitar 55.000 meter persegi (kira-kira 2.000.000 potong batu.

 Relief

Disamping maknanya sebagai lambang alam semesta dengan pembagian vertical secara
filosofis meliputi Kamadhatu, Rupadhatu, dan Arupadhatu, Candi Borobudur
mengandung maksud yang amat mulia, maksud ini diamanatkan melalui relief-relief
ceritanya. Candi Borobudur mempunyai 1.460 panil relief cerita yang tersusun dalam 11
deretan mengitari bangunan candi dan relief dekoratif berupa relief hias sejumlah 1.212
panil. Relief cerita pada tingkat Kamadhatu (kaki candi) mewakili dunia manusia
menggambarkan perilaku manusia yang masih terikat oleh nafsu duniawi. Hal ini terlihat
pada dinding kaki candi yang asli terpahatkan 160 panil relief Karmawibhangga yang
menggambarkan hukum sebab akibat. Tingkat Rupadhatu (badan candi) mewakili dunia
antara, menggambarkan perilaku manusia yang sudah mulai meninggalkan keinginan
duniawi, akan tetapi masih terikat oleh suatu pengertian dunia nyata. Pada tingkatan ini
dipahatkan 1.300 panil yang terdiri dari relief Lalitavistara, Jataka, Avadana, dan
Gandawyuha. Berikut uraian singkat dari relief tersebut.

.3)Menurut W.O.J. Nieuwenkamp yang dikutip Ph. Soebroto. Madhori. Candi Borobudur Sepanjang
Masa. Jogjakarta: Natural. Hal. 17

1. Tingkat I

Dinding atas relief Lalitavistara : 120 panilRelief ini menggambarkan riwayat


hidup Sang Buddha Gautama dimulai pada saat para dewa di surga Tushita
mengabulkan ermohonan Bodhisattva untuk turun ke dunia menjelma menjadi manusia
bernama Buddha Gautama. Ratu Maya sebelum hamil bermimpi menerima kehadiran
gajah putih dirahimnya. Di Taman Lumbini Ratu Maya melahirkan puteranya dan diberi
nama pangeran Sidharta. Pada waktu lahir Sidharta sudah dapat berjalan, dan pada tujuh
langkah pertamanya tumbuh bunga teratai. Setelah melahirkan Ratu Maya meninggal,
dan Sidharta diasuh oleh bibinya Gautami. Setelah dewasa Sidharta kawin dengan
Yasodhara yang disebut dengan dewi Gopa. Dalam suatu perjalanan Sidharta mengalami
empat perjumpaan yaitu bertemu dengan pengemis tua yang buta, orang sakit, orang
mati membuat Sidharta menjadi gelisah, karena orang dapat menjadi tua, menderita,
sakit dan mati. Akhirnya Sidharta bertemu dengan seorang pendeta, wajah pendeta itu
damai, umur tua, sakit, dan mati tidak menjadi ancaman bagi seorang pendeta. Oleh
karena menurut ramalan Sidharta akan menjadi pendeta, maka ayahnya mendirikan
istana yang megah untuk Sidaharta. Setelah mengalami empat perjumpaan tersebut

2
Sidharta tidak tenteram tinggal di istana, akhirnya diam-diam meninggalkan istana.
Sidharta memutuskan enjadi pendeta dengan memotong rambutnya. Pakaian istana
ditinggalkan dan memakai pakaian budak yang sudah meninggal, dan bersatu dengan
orang-orang miskin. Sebelum melakukan samadi Sidharta mensucikan diri di sungai
Nairanjana. Sidharta senang ketika seorang tukang rumput mempersembahkan tempat
duduk dari rumput usang. Di bawah pohon Bodhi pada waktu bulan purnama di bulan
Waisak, Sidharta menerima pencerahan sejati, sejak itu Sidharta menjadi Buddha di kota
Benares.

Dinding bawah relief Manohara dan Avadana : 120 panilCerita Manohara


menggambarkan cerita udanakumaravada yaitu kisah perkawinan pangeran Sudana
dengan bidadari Manohara. Karena berjasa menyelamatkan seekor naga, seorang
pemburu bernama Halaka mendapat hadiah laso dari orang tua naga. Pada suatu hari
Halaka melihat bidadari mandi di kolam, dengan lasonya berhasil menjerat salah
seorang bidadari tercantik bernama Manohara. Oleh karena Halaka tidak sepadan
dengan Manohara, maka Manohara dipersembahkan kepada pangeran Sudana, meskipun
ayah Sudana tidak setuju. Banyaknya rintangan tidak dapat menghalangi pernikahan
pangeran Sudana dengan Manohara. Cerita Awadana mengisahkan penjelmaan kembali
orang-orang suci, diantaranya kisah kesetiaan raja Sipi terhadap makhluk yang lemah.
Seekor burung kecil minta tolong raja Sipi agar tidak dimangsa burung elang.
Sebaliknya burung elang minta raja Sipi menukar burung kecil dengan daging raja Sipi.
Setelah ditimbang ternyata berat burung kecil dengan raja Sipi sama beratnya, maka raja
Sipi bersedia mengorbankan diri dimangsa burung elang. Seorang pemimpin harus
berani mengorbankan dirinya untuk rakyat kecil dan semua makhluk hidup.

Langkan bawah (kisah binatang) relief Jatakamala: 372 panil langkan atas (kisah
binatang) relief Jataka:128 panil Relief ini mempunyai arti untaian cerita jataka yang
mengisahkan reinkarnasi sang Buddha sebelum dilahirkan sebagai seorang manusia
bernama pangeran Sidharta Gautama. Kisah ini cenderung pada penjelmaan sang
Buddha sebagai binatang yang berbudi luhur dengan pengorbanannya. Cerita jataka
diantaranya kisah kera dan banteng. Kera yang nakal suka mengganggu banteng, namun
banteng diam saja. Dewi hutan menasehati banteng untuk melawan kera, namun banteng
menolak mengusir kera karena takut kera akan pergi dari hutan dan mengganggu
kedamaian binatangbinatang lain. Akhirnya dewi hutan bersujud kepada banteng karena
sikap banteng didalam menjaga keserasian dan kedamaian di hutan. Kisah jataka lainnya
adalah pengorbanan seekor gajah yang mempersembahkan dirinya untuk dimakan oleh
para pengungsi yang kelaparan.

2. Tingkat II

- dinding relief Gandawyuha : 128 panil

- langkan relief Jataka/Avadana : 100 panil Relief ini mungkin melanjutkan kehidupan
Sang Buddha di masa lalu. Beberapa adegan dikenal kembali antaralain terdapat pada
sudut barat laut, yaitu Bodhisattva menjelma sebagai burung merak dan tertangkap,
akhirnya memberikan ajarannya.

2
3. Tingkat III

Dinding relief Gandawyuha : 88 panil

Relief ini menggambarkan riwayat Bodhisattva Maitreya sebagai calon Budha yang
akan datang, merupakan kelanjutan dari cerita di tingkat II

 Arca

- Tokoh yang diarcakan: Dhyani Buddha, Manusi Buddha, dan Boddhisatva.

- Jumlah arca : 504 buah

Rincian letak arca :

- Pada tingkat Rupadhatu terdapat 432 arca, ukuran semakin ke atas semakin kecil dan
diletakkan pada relung, dengan rincian: Teras I : 104 arca Teras II : 104 arca Teras III :
88 arca Teras IV : 72 arca Teras V : 64 arca

- Pada tingkat Arupadhatu terdapat 72 arca dengan ukuran sama dan diletakkan di dalam
stupa, dengan rincian:Teras VI : 32 arca Teras VII : 24 arca Teras VIII : 16 arca

- Pada tingkat Rupadhatu ini terdapat 432 arca Dyani Buddha diletakkan di dalam relung
di segala penjuru arah mata angin yaitu: Arca Dhyani Buddha Aksobya letak di sisi
Timur dengan sikap tangan Bhumisparsamudra, Arca Dhyani Buddha Ratnasambhawa
letak sisi Selatan dengan sikap tangan Waramudra, Arca Dhyani Buddha Amoghasidha
letak di sisi Utara dengan sikap tangan Abhayamudra, Arca Dhyani Buddha Wairocana
di pagar langkan tingkat V dengan sikap Witarkamudra

- Di dalam stupa teras I, II, dan III terdapat arca Dhyani Buddha Vajrasattva dengan
sikap tangan Dharmacakramudra

- Arca singa : 32 buahMenurut agama Buddha singa adalah kendaraan sang Buddha
pada waktu naik ke surga, simbol kekuatan pengusir pengaruh jahat untuk menjaga
kesucian Candi Borobudur.

 Stupa

Stupa merupakan jenis patung yang terdapat dalam sebuah candi, pada bangunan
candi terdapat patung-patung yang tampil pada bidang permukaan sebagai patung
hiasan. sedakan patung yang tersimpan pada bilik candi mempunyai fungsi lain.yaitu
sebagai perwujudan dewa yang dipuja atau tradisi India merupakan Perwujudan dari raja
yang sudah meninggal dengan tanda-tanda kedewaan yang berasal dari tradisi Jawa –
Hindu.

Jumlah stupa 73 buah dengan rincian 1 buah stupa induk, 32 stupa pada teras
melingkar I, 24 stupa pada teras melingkar II, dan 16 stupa pada teras melingkar III.

Bentuk stupa :

- Stupa induk berongga, tanpa lubang terawang

- Stupa pada teras melingkar berlubang terawang:Lubang belah ketupat pada stupa teras
melingkar I dan II Lubang segi empat pada stupa teras melingkar III

1
- Arti simbolis lubang terawang belah ketupat: Berkaitan dengan filosofi menuju ke
tingkat kesempurnaan

- Arti simbolis lubang terawang segi empat: Berkaitan dengan filosofi lebih sederhana
atau sempurna daripada bentuk belah ketupat yang masih tergolong raya.

A. PEMUGARAN
Upaya pemugaran Candi Borobudur dilakukan sebanyak dua kali yaitu pertama
dilakukan oleh pemerintah Hindia Belanda dibawah pimpinan Van Erp dan yang kedua
dilakukan oleh pemerintah Indonesia yang diketuai oleh Soekmono (alm).

Pemugaran I tahun 1907 - 1911

Pemugaran I sepenuhnya dibiayai oleh pemerintah Hindia Belanda. Sasaran pemugaran


lebih banyak ditujukan pada bagian puncak candi yaitu tiga teras bundar dan stupa
pusatnya. Namun oleh karena beberapa batunya tidak diketemukan kembali, bagian
puncak (catra) stupa, tidak bisa dipasang kembali. Pemugaran bagian bawahnya lebih
bersifat tambalsulam seperti perbaikan/pemerataan lorong, perbaikan dinding dan
langkan tanpa pembongkaran sehingga masih terlihat miring. Usaha-usaha konservasi
telah dilakukan sejak pemugaran pertama oleh Pemerintah Hindia Belanda dengan terus
menerus mengadakan pengamatan dan penelitian terhadap Candi Borobudur, sementara
proses kerusakan dan pelapukan batu-batu Candi Borobudur yang disebabkan oleh
berbagai faktor terus berlangsung. Dan hasil penelitian yang diadakan oleh suatu panitia
yang dibentuk dalam tahun 1924 diketahui bahwa sebab-sebab kerusakan itu ada 3
macam, yaitu korosi, kerja mekanis dan kekuatan tekanan dan tegangan di dalam batu-
batu itu sendiri (O.V. 1930 : 120-132).

Pemugaran II tahun 1973 - 1983

Sesudah usaha pemugaran Van Erp berhasil diselesaikan pada tahun 1911, pemeliharaan
terhadap Candi Borobudur terus dilakukan. Berdasarkan perbandingan antara kondisi
saat itu dengan foto-foto yang dibuat Van Erp 10 tahun sebelumnya, diketahui ternyata
proses kerusakan pada Candi Borobudur terus terjadi dan semakin parah, terutama pada

dinding relief batu-batunya rusak akibat pengaruh iklim. Selain itu bangunan candinya
juga terancam oleh kerusakan. Dengan masuknya Indonesia menjadi anggota PBB,
maka secara otomatis Indonesia menjadi anggota UNESCO.

Melalui lembaga UNECO tersebut, Indonesia mulai mengimbau kepada dunia


internasional untuk ikut menyelamatkan bangunan yang sangat bersejarah tersebut.
Usaha tersebut berhasil, dengan dana dari Pelita dan dana UNESCO, pada tahun 1975
mulailah dilakukan pemugaran secara total. Oleh karena pada tingkat Arupadhatu
keadaannya masih baik, maka hanya tingkat bawahnya saja yang dibongkar. Dalam
pembongkaran tersebut ada tiga macam pekerjaan, yaitu tekno arkeologi yang terdiri
atas pembongkaran seluruh bagian Rupadhatu, yaitu empat tingkat segi empat di atas
kaki candi, pekerjaan teknik sipil yaitu pemasangan pondasi beton bertulang untuk

2
mendukung Candi Borobudur untuk setiap tingkatnya dengan diberi saluran air dan
lapisan kedap air di dalam konstruksinya, dan pekerjaan kemiko arkeologis yaitu
pembersihan dan pengawetan batu-batunya, dan akhirnya penyusunan kembali batu-batu
yang sudah bersih dari jasad renik (lumut, cendawan, dan mikroorganisme lainnya) ke
bentuk semula.

B. MONITORING
Candi Borobudur setelah selesai dipugar tidak berarti selesai sudah perawatan
terhadap candi tersebut. Tidak ada jaminan kalau Candi Borobudur terbebas dari proses
kerusakan dan pelapukan. Oleh karena itu kantor Balai Studi dan Konservasi Borobudur
selalu melakukan monitoring dan evaluasi secara berkesinambungan. Misalnya
monitoring melalui kegiatan observasi pertumbuhan mikroorganisme, observasi
stabilitas batu candi, evaluasi struktur candi dan buki, observasi geohydrologi, observasi
sistem drainase, analisis mengenai dampak lingkungan, dan lain-lain.

 Perlindungan

Usaha perlindungan dilakukan dengan membuat mintakat (zoning) pada situs


Candi Borobudur yaitu:

- Zone I Area suci, untuk perlindungan monumen dan lingkungan arkeologis (radius
200 m)

- Zone II Zona taman wisata arkeologi, untuk menyediakan fasilitas taman dan
perlindungan lingkungan sejarah(radius500m)

- Zone III Zona penggunaan tanah dengan aturan khusus, untuk mengontrol
pengembangan daerah di sekitar taman wisata (radius 2 km)

- Zone IV Zona Perlindungan daerah bersejarah, untuk perawatan dan pencegahan


kerusakan daerah sejarah (radius 5 km)

- Zone V Zona taman arkeologi nasional, untuk survei arkeologi pada daerah yang luas
dan pencegahan kerusakan monumen yang masih terpendam (radius 10 km)

Zona I dan zona II dimiliki oleh pemerintah. Zona I dikelola oleh Balai Studi dan
Konservasi Borobudur, zona II dikelola oleh PT Taman Wisata Candi Borobudur,
Prambanan dan Ratu Boko. Pada zona II juga tersedia fasilitas turis : parkir mobil, loket
tiket, pusat informasi, museum, kios-kios, dan lain-lain. Zona III, IV, dan V dimiliki
oleh masyarakat, tetapi pemanfaatannya dikontrol oleh pemerintah daerah.Kelestarian
Candi Borobudur sangat dipengaruhi oleh dua faktor utama, yaitu faktor internal dan
faktor eksternal. Faktor internal yang dimaksud adalah aspek bahan dan aspek
konstruksi bangunan candi. Sedangkan faktor eksternal yang mempengaruhi kelestarian
Candi Borobudur adalah faktor lingkungan, baik yang bersifat biotis (lumut, algae, dan
jasad renik lainnya) dan yang bersifat abiotis (panas matahari, hujan, kelembaban, dan
sebagainya). Kedua faktor yang tersebut saling berinteraksi yang pada akhirnya dapat
mempengaruhi kelestarian terhadap Candi Borobudur. Lebih-lebih bangunan Candi
Borobudur berada di tempat yang terbuka sehingga faktor lingkungan, khususnya

2
pengaruh air hujan, sangat berpengaruh terhadap kelestarian bangunan Candi
Borobudur. Selain itu itu juga ada faktor lain yang dapat mempengaruhi kelestarian
Candi Borobudur adalah dampak negatif dari pemanfaatan sebagai obyek wisata.
Pemanfaatan yang intensif sebagai obyek wisata antara lain dapat mengakibatkan
tekanan pada daya dukung (carrying capasity) baik terhadap bangunan candi maupun
lingkungan.Untuk meminimalisasi kerusakan akibat faktor-faktor penyebab kerusakan
dan dampak negatif dari pemanfaatan dilakukan berbagai bentuk

Monitoring secara kontinyu. Monitoring yang kontinyu ini juga bertujuan untuk
menciptakan kondisi keterawatan (state of conservation) sesuai standard keterawatan
sebagai Warisan Dunia. Monitoring rutin yang dilakukan terhadap Candi Borobudur dan
lingkungannya antara lain:

• Monitoring keterawatan batu candi

• Monitoring dampak lingkungan

• Monitoring geohidrologi

• Monitoring kebocoran candi

• Monitoring stabilitas struktur candi dan bukit

• Monitoring pemanfaatan dan pengamanan candi

Selanjutnya untuk mendukung pelaksanaan monitoring-monitoring di atas adalah


Pengembangan Analisis Laboratorium untuk menjawab fenomena-fenomena di
lapangan yang memerlukan analisis lanjutan di laboratorium. Dalam rangka
meningkatkan metode dan hasil monitoring yang dilakukan oleh setiap Tim Monitroin,
pada tanggal 12 Mei 2008 telah dilakukan Diskusi Monitoring Candi Borobudur
bertempat di Balai Konservasi Peninggalan Borobudur. Diskusi tersebut diikuti oleh
Tim Monitoring dengan menghadirkan Narasumber Monitoring, yaitu Ir. Djoko
Luknanto, M.Sc, Ph.D (Fak. Teknik Sipil UGM), Ir. Suprapto Siswosukarto, Ph.D (Fak.
Teknik Sipil UGM), Dr. Endang Tri Wahyuni, M.S (Fak. MIPA UGM), dan Dr. Daud
Aris Tanudirdja (Jurusan Arkeologi FIB UGM.)

2
BAB III

PENUTUPAN
A. KESIMPULAN
- Candi Borobudur dibangun pada masa Sisinga Raja atau keturunan Sailendra lebih
tepatnya lagi pada abad 9Masehi.

- Denah Candi Borobudur ukuran panjang 121,66 meter dan lebar 121,38 meter dan
Tingi 35,40 meter.

- Pembagian vertikal secara filosofis meliputi tingkat Kamadhatu, Rupadhatu, dan


Arupadhatu.

- Candi Borobudur merupakan tiruan Gunung Mahameru atau kayangan Dewa-Dewi


yang sesuai dengan alam semesta, yaitu Kamadhatu, Rupadhatu dan Arupadatu.

- Menurut legenda Candi Borobudur didirikan oleh arsitek Gunadharma, namun secara
historis belum diketahui secara pasti.

- Menurut cerita banyak menyimpan mesteri dan mitos.

- Menjadi salah satu ke ajaiban dunia yang ada di Indonesia dan menjadi obyek wisata
serta menjadi tempat ziarah untuk memuliakan agama Budha aliran Mahayana dan
pemujaan nenek moyang.

- Tokoh yang diarcakan: Dhyani Buddha, Manusi Buddha, dan Boddhisatva.

B. KRITIK DAN SARAN


➢ Pemerintah harus bertindak tegas dan cermat pada pencurian-pencurian candi.

3
➢ Kurang adanya fasilitas yang mencukupi sehingga para pengunjung sulit. Seperti
WC yang sngat jarang ditemukan di dalam area sekitar candi Borobudur.
➢ Tingkatkan kembali pengenalan terhadap candi sehingga masyarakat bisa mengenal
lebih jauh mengenai candi Borobudur.

DAFTAR PUSTAKA

Madhori. 2006. Candi Borobudur Sepanjang Masa. Jogjakarta: Natural


_1993.“Antiquities of Central Java”, Insight Guides Indonesia. APA City Guide
Publishing Company Ltd.
_.“Borobudur and The Rise of Buddhism”, Indonesian Heritage: Ancient History, ed.
John Miksic, Singapura: Archipelago
_.1990.“Borobudur: A Prayer in Stone” Singapura: Archipelago Press
Miksic, john.“Borobudur: Form and Symbolism”, Indonesian Heritage: Ancient History,
ed. Singapura: Archipelago

1
2

Anda mungkin juga menyukai