Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN STUDY TOUR KE YOGJAKARTA

TAHUN2018/2019

DI SUSUN OLEH:
1.RIKO RIYANTO
2.
3
4.
5.
6.

1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
karena dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya
kami dapat menyelesaikan Laporan Perjalanan Study tour Ke
Yogyakarta.

Kami sangat berharap laporan ini dapat berguna dalam


rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita. Kami juga
menyadari sepenuhnya bahwa di dalam tugas ini terdapat banyak
kekurangan dan jauh dari apa yang Ibu/Bapak harapkan. Untuk
itu, kami berharap adanya kritik, saran, dan usulan demi
perbaikan untuk masa yang akan datang.

Semoga laporan sederhana ini dapat dimengerti bagi siapapun


yang membacanya. Sekiranya laporan yang telah disusun ini
dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang
membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat
kesalahan kata-kata yang kurang berkenan. Terima kasih.
Bantarsari, 2015

MOTTO
1. Terus melakukan perbaikan berkesinambungan untuk meningkatkan
proses produksi yang lebih cepat dan Kualitas yang lebih baik demi
tercapainya kepuasan pelanggan

2. Bekerja adalah rahmat, maka bekerjalah dengan tulus penuh dengan


syukur.

3. One Team One Vision yang berarti keberhasilan dari suatu usaha
dicapai dengan satu tekad yang sama melalui kerja sama yang terbaik.

iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................ i
PENGESAHAN........................................................................................................ii
KATA
PENGANTAR.............................................................................................. ……...iii
MOTTO.....................................................................................................................v
DAFTAR
ISI............................................................................................................. …………v
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah................................................................................. 1
B. Tujuan Penulisan............................................................................................ 2
C. Rumusan Masalah................................................................................. ......... 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Borobudur...................................................................................................... …3
B. Hutan Pinus..................................................................... ………………….......5
C. Pabrik Gula………………………………………………………………….. ...
D. Malioboro ....................................................................................................12
BAB III PELAKSANAAN
A. Waktu..............................................................................................................14
B. Tempat Wisata............................................................................................... 14
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan.................................................................................................... 15
B. Saran.............................................................................................................. 15
DAFTAR
PUSTAKA................................................................................................ …....17
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Yogyakarta atau Jogja adalah sebuah kota beserta merangkap sebagai
ibukota provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Kota Jogja terletak dipulau jawa
yang berbatasan langsung dengan provinsi Jawa Tengah dan berbatasan dengan
samudra Hindia. Kota Jogja sering disebut juga sebagai kota budaya dan pelajar.
Yogyakarta adalah kota yang terkenal akan sejarah dan warisan budayanya.
Yogyakarta merupakan pusat kerajaanMataram (1575-1640), dan sampai sekarang
ada Kraton (Istana) yang masih berfungsi dalam arti yang sesungguhnya.
Yogyakarta juga memiliki banyak candi berusia ribuan tahun yang merupakan
peninggalan kerajaan-kerajaan besar jaman dahulu, di antaranya adalah Candi
Borobudur yang dibangun pada abad ke-9 oleh dinasti Syailendra.Selain warisan
budaya, Yogyakarta memiliki panorama alam yang indah dan atmosfir kesenian
yang sangat kental didalamnya. Dalam hal kebudayaan propinsi Yogyakarta masih
sangat kental dengan budaya Jawanya. Dalam kehidupan sehari-hari seni dan budaya
seolah tak terpisahkan dan sudah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat
setempat
Dalam berkomunikasi, bahasa pengantar sehari-hari umumnya masyarakat
Yogyakarta menggunakan bahasa Jawa. Propinsi Yogyakarta merupakan salah satu
pusat bahasa dari sastra Jawa seperti bahasa parama sastra, ragam sastra, bausastra,
dialek, sengkala serta lisan dalam bentuk dongeng, japamantra, pawukon, dan aksara
Jawa.
Tempat-tempat pariwisatanya pun juga sangat mengesankan. Tak ayal turis
mancanegara banyak yang singgah di tengah-tengah pulau jawa yang eksotik ini.
Karena itulah sudah sepantasnya generasi muda khususnya siswa SMPN 1 PRIGEN
berkunjung untuk menimba ilmu ke Yogyakarta. Paling tidak bisa mengetahui
sedikit seluk beluk mengenai Yogyakarta. Karena itulah kita sebagai generasi muda
sangat tidak etis jika kita tidak pernah berkunjung ke Yogyakarta dan tidak mengenal
history tentang jogja,karena jogja mempunyai sejarah yang panjang dalam
terbentuknya pemerintahan NKRI mulai zaman kerajaan sampai sekarang . Jogja
tetap istimewa dimata dunia .
B. Tujuan Penulisan

1. Menambah ilmu pengetahuan, wawasan yang umum dan luas.


2. Mengetahui asal usul dari tempat-tempat wisata di jogja.
3. Menumbuhkan rasa cinta tanah air
C. Rumusan Masalah

1. Candi Borobudur
 Dimana lokasi candi Borobudur?
 Bagaimana sejarah dari candi Borobudur?
 Bagaimana bentuk bangunan candi Borobudur?
 Apa arti dari nama candi Borobudur?
2. Gembira Loka
 Dimana Lokasi Kebun Binatang Gembira Loka
 Bagai mana sejarah Kebun Binatang Gembira Loka
 Hewan apa saja yang ada di Kebun Binatang Gembira Loka
3. Museum Dirgantara Mandala (AURI)
 Dimana lokasi museum dirgantara mandala?
 Bagaimana kronologi berdirinya museum dirgantara mandala?
 Apa keistimewaan dari museum dirgantara mandala?
4. Malioboro
 Dimana tepatnya lokasi jalan malioboro?
 Bagaimana asal-usul nama yang dipakai pada jalan malioboro?
 Malioboro adalah?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Candi Borobudur

a. Lokasi Candi Borobudur

Candi Borobudur terletak di Desa Borobudur, Kecamatan Borobudur,


Kabupaten Magelang, Propinsi Jawa Tengah. Candi Borobudur dikelilingi oleh
Gunung Merapi dan Merbabu di sebelah Timur, Gunung Sindoro dan Sumbing di
sebelah Utara, dan pegunungan Menoreh di sebelah Selatan, serta terletak di antara
Sungai Progo dan Elo. Candi Borobudur didirikan di atas bukit yang telah
dimodifikasi, dengan ketinggian 265 dpl.

b. Sejarah Candi Borobudur

Borobudur dibangun oleh Samaratungga, seorang raja kerajaan Mataram Kuno


yang juga keturunan dari Wangsa Syailendra pada abad ke-8. Keberadaan Candi
Borobudur ini pertama kali terungkap oleh Sir Thomas Stanford Rafles pada tahun
1814. Pada saat itu, Candi Borobudur ditemukan dalam kondisi hancur dan
terpendam di dalam tanah. Candi yang terdiri dari 10 tingkat ini sebenarnya memiliki
tinggi keseluruhan 42 meter. Namun setelah dilakukan restorasi, tinggi keseluruhan
candi ini hanya mencapai 34,5 meter dengan luas bangunan candi secara keseluruhan
123 x 123 meter (15.129 m2). Setiap tingkat pada Candi Borobudur ini dari lantai
pertama sampai lanyai enam memiliki bentuk persegi, sedangkan mulai dari lantai
ke tujuh sampai lantai ke sepuluh berbentuk bulat.
Candi Borobudur adalah candi Buddha terbesar pada abad ke-9. Menurut
Prasasti Kayumwungan, terungkap bahwa Candi Borobudur selesai dibangun pada
26 Mei 824, atau hampir 100 tahun sejak mulai awal dibangun. Konon nama
Borobudur berarti sebuah gunung yang berteras - teras atau biasa juga disebut
dengan budhara. Namun ada juga yang mengatakan bahwa Borobudur berarti biara
yang terletak di tempat yang tinggi.
Beberapa ahli mengungkapkan bahwa posisi Candi Borobudur berada pada
ketinggian 235 meter diatas permukaan laut. Ini berdasarkan studi dari para ahli
Geologi yang mampu membuktikan bahwa Candi Borobudur pada saat itu adalah
sebuah kawasan danau yang besar sehingga sebagian besar desa-desa yang berada
di sekitar Candi Borobudur berada pada ketinggian yang sama, termasuk Candi
Pawon dan Candi Mendut.
c. Bentuk Bangunan Candi Borobudur
 Denah Candi Borobudur ukuran panjang 121,66 meter dan lebar 121,38 meter.
 Tinggi 35,40 meter.
 Susunan bangunan berupa 9 teras berundak dan sebuah stupa induk di puncaknya.
Terdiri dari 6 teras berdenah persegi dan3 teras berdenah lingkaran.
 Pembagian vertikal secara filosofis meliputi tingkat Kamadhatu, Rupadhatu, dan
Arupadhatu.
 Pembagian vertikal secara teknis meliputi bagian bawah, tengah, dan atas.
 Terdapat tangga naik di keempat penjuru utama dengan pintu masuk utama sebelah
timur dengan ber-pradaksina.
 Batu-batu Candi Borobudur berasal dari sungai di sekitar Borobudur dengan volume
seluruhnya sekitar 55.000 meter persegi (kira-kira 2.000.000 potong batu)

d. Nama Candi Borobudur


Mengenai penamaannya juga terdapat beberapa pendapat diantaranya:
- Raffles: Budur yang kuno (Boro: kuno, budur: nama tempat) Sang Budha
yang agung (Boro: agung, budur: Buddha) Budha yang banyak (Boro: banyak,
budur: Buddha)
- Moens: Kota para penjunjung tinggi Sang Budha
- Casparis: Berasal dari kata sang kamulan ibhumisambharabudara,
berdasarkan kutipan dari prasasti Sri Kahulunan 842 M yang artinya bangunan suci
yang melambangkan kumpulan kebaikan dari kesepuluh tingkatan Bodhisattva.
- Poerbatjaraka: Biara di Budur (Budur: nama tempat/desa)
- Soekmono dan Stutertheim: Bara dan budur berarti biara di atas bukit
Menurut Soekmono fungsi Candi Borobudur sebagai tempat ziarah untuk
memuliakan agama Budha aliran Mahayana dan pemujaan nenek moyang.
Hutan Pinus Pengger
Adalah Hutan Pinus Pengger yang berlokasi di Dusun Sendangsari, Desa Terong,
Kecamatan Dlingo, Babupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Objek wisata ini
bisa menjadi alternatif bagi pelancong saat berkunjung ke Yogyakarta untuk
mengunjungi lokasi wisata alam lain dengan harga yang sangat terjangkau.

Bagi sebagian masyarakat, nama Hutan Pinus Pengger memang masih terasa asing
terdengar karena memang lokasinya agak jauh dari Kota Yogyakarta. Tapi bagi
pelancong yang gemar berpetualang alam, lokasi ini sangat layak dikunjungi.

Hutan ini menawarkan daya tarik wisata alam yang alami dan asri sehingga jangan
dibayangkan sebagai hutan belantara yang tidak tertata rapi dan berkeliaran hewan
buas.

Lokasi Hutan Pinus Pengger berada di perbukitan Dlingo sebelah utara yang dekat
dengan perbukitan wilayah Piyungan Bantul. Rute terdekat menuju Hutan Pinus
Pengger dari pusat Kota Yogyakarta ke arah timur melewati Jalan Wonosari
Yogyakarta.

Dari pertigaan Piyungan ambil jalan naik menuju ke arah Patuk, Gunungkidul.
Sesampai di perempatan puncak Bukit Patuk atau Bukit Bintang, ambil arah ke kanan
menuju Jalan Raya Patuk–Dlingo. Selama perjalanan akan melewati Wisata Watu
Amben dan beberapa menit berselang tiba di kawasan wisata Hutan Pinus Pengger di
sisi kanan jalan. Kendaraan pengunjung dapat diparkir di area parkir yang dijaga oleh
pengelola wisata hutan pinus tersebut.

Tiket masuk ke hutan itu relatif murah, yaitu 2.500 rupiah per orang. Parkir kendaraan
sepeda motor 2.000 rupiah per kendaraan, parkir mobil 5.000 rupiah per kendaraan,
dan parkir bus 20.000 rupiah. Hutan Pinus Pengger Dlingo diresmikan sebagai tempat
wisata pada 7 April 2016, dan saat ini dikelola oleh masyarakat desa setempat yang
tergabung dalam kelompok sadar wisata.

Hutan pinus ini menggunakan area hutan di bawah pengelolaan Hak Pengusahaan
Hutan (HPH) Mangunan sama seperti wisata hutan pinus lain yang berada di perbukitan
Dlingo Bantul.

Kontur tanah hutan pinus ini berbukit di mana memiliki kemiripan dengan kontur tanah
di Puncak Pinus Becici. Pengunjung yang ingin berada di tengah-tengah area hutan
pinus harus berjalan menaiki puncak bukit melewati anak tangga sederhana yang
terbuat dari tanah. Disarankan menggunakan alas kaki yang tidak licin. Sebelum
dikembangkan sebagai tempat wisata, hutan pinus ini berfungsi sebagai hutan produksi
yakni getah pinusnya disadap sebagai bahan baku industri.
Pepohonan pinus di Hutan Pinus Pengger masih terbilang rapat sehingga pada siang
hari pun matahari tidak menembus area dasar pohon. Pemandangan ini tampak
istimewa bagi yang mendambakan hutan pinus yang rapat dan masih terlihat alami.

Suasana di sekitar hutan pinus terasa sejuk dengan angin sepoi-sepoi yang berhembus
dari sisi timur dan kadang dari sisi selatan.

Salah satu daya tarik lain Hutan Pinus Pengger Dlingo adalah spot untuk menikmati
matahari terbenam di area Watu Adeg (Watu Ngadeg) atau ujung barat hutan pinus
yang ditandai oleh area batu lava vulkanik yang telah membeku.

Batuan lava beku ini mirip batuan lava beku di Wisata Watu Amben dan Gunung Api
Purba Nglanggeran yang letaknya tidak jauh dari tempat tersebut. Dari tempat ini,
pengunjung dapat menikmati momentum matahari terbenam atau sunset dari atas
ketinggian dengan pemandangan yang hampir sama dengan Puncak Pinus Becici yang
letaknya berada di sebelah selatannya.

Bila kondisi cuaca cukup cerah, akan terlihat jelas Gunung Merapi dan Gunung
Merbabu di sisi sebelah kanan.

Hutan Pinus Pengger memiliki banyak spot untuk berfoto dan semuanya keren. Karena
itu, tak heran jika kunjungan ke hutan ini dari hari ke hari makin banyak. Di siang hari
bukan akhir pekan, minimal ada 200-an pelancong, baik wisatawan lokal, dari luar kota,
maupun turis asing. Malamnya, pengunjung membeludak empat kali lipat, mulai magrib
tiba sampai pukul 12.00 WIB malam minimal 800-an orang akan antre foto di spot foto
Hutan Pengger yang bernama Pancawara. Di akhir pekan, pengunjung bisa dua kali
lipatnya.

Pancawara dalam bahasa Sanskerta berarti lima kabar, kabar berupa hubungan antara
manusia dengan elemen-elemen yang menyertainya, seperti api, logam, air, kayu, dan
tanah yang berarti untuk membangun peradaban manusia musti bekerja sama dengan
kelima elemen tersebut. Pancawara juga menjadi nama satu pekan di Jawa atau
disebut pasaran. Pada intinya, kelima elemen dan hari-hari manusia tidak boleh
dieksploitasi, namun kawan dan bekal untuk menghadapi tantangan bersama, dari
zaman ke zaman.
Pabrik Gula
Selama ini, masyarakat awam apabila ditanya soal pabrik gula apa yang
berada di Yogya, rata-rata pasti akan menjawab PG Madukismo.
Benarkah demikian? Fakta sejarah menunjukkan bahwa di masa
kolonial, Yogya pernah memiliki 19 pabrik gula. Selain Gunungkidul
dan Kota Yogyakarta, pabrik gula itu tersebar hampir merata di penjuru
Provinsi D.I.Y. Penasaran bagaimana ketujuh belas pabrik gula tersebut
bisa berdiri di Yogyakarta dan mengapa akhirnya tinggal nama saja?

Berawal dari UU Liberal

Belanda, sekitar 1870-an. Para pengusaha swasta di Belanda sedang


tersenyum. Ya, mereka mendapat angin segar berupa Agrarische
Wetyang baru saja disahkan oleh parlemen. Poin utama pada undang-
undang tersebut ialah semakin terbukanya ekonomi kolonial untuk
swasta. Berbondong-bondong para pengusaha swasta menanamkan
modalnya di Hindia-Belanda dalam bentuk perusahaan perkebunan
swasta berorientasi tanaman ekspor seperti teh, kopi, kina, tembakau,
dan terutama, tebu. Pada waktu itu, harga gula di pasaran dunia sedang
cukup bagus sehingga dibukalah perkebunan tebu beserta pabrik gula
dari Pantura hingga Jawa Timur. Wilayah Yogyakarta-Surakarta yang
pada waktu itu disebut Vorstenlanden juga ikut menikmati manisnya
Pabrik gula Medari ( sumber : geheugenvannederlan.nl ).

Tanahnya yang subur dan banyaknya sumber air yang cukup untuk
menghidupi tanaman tebu menjadi alasan di
wilayah Vorstenlanden khususnya Yogyakarta bisa memiliki 19 pabrik
gula. Seandainya semua pabrik gula tersebut melakukan giling bersama,
dapat dibayangkan udara Yogyakarta bakal pekat oleh asap pabrik dan
di mana-mana akan tercium aroma limbah gula yang khas. Pabrik gula
yang pernah berdiri di bumi Mataram antara lain PG Medari, PG Beran,
PG Cebongan, PG Sewugalur, PG Gesikan, PG Bantul, PG
Gondanglipuro, PG Barongan, PG Padokan, PG Demakijo, PG Rewulu,
PG Sedayu, PG Klaci, PG Sendangpitu, PG Kedaton Plered, PG
Pundong, PG Kalasan, PG Randugunting, dan PG Wonocatur.
PG Padokan. Di sinilah nantinya akan dibangun PG Madukismo ( sumber : troppenmusuem.nl ).

Di tengah-tengah perjalanan, industri gula di Yogyakarta sempat


diguncang aksi pemogokan buruh tani dan pabrik secara besar-besaran
pada tahun 1882. Para buruh ini menuntut kenaikan upah dan keringanan
wajib kerja tanpa upah. Tuntutan yang tidak kunjung dipenuhi membuat
massa semakin beringas. Tercatat beberapa administrator pabrik gula
seperti W.J. de Ruyter de Wildt, Pijnacker Hoordijk, dan Broce terpaksa
melarikan diri ke kota setelah rumah mereka dirusak oleh buruh.
Akhirnya tuntutan buruh dipenuhi dan kondisi perkebunan tebu dan
pabrik gula menjadi lebih kondusif.
Keluarga Schmutzer, pemilik PG Gondanglipuro ( sumber : geheugenvannederland.nl ).

Menariknya, tidak semua pabrik gula memperlakukan para buruh


dengan sewenang-wenang seperti cerita di atas. Mungkin dari semua
pabrik gula yang ada di Yogyakarta, PG Gondanglipuro yang dikelola
oleh Julius dan Joseph Schmutzer adalah yang paling humanis. Sejak
tahun 1912, PG Gondanglipuro yang semula milik E.F.W. Kathaus,
diwariskan kepada putranya, Schmutzer bersaudara. Manajemen pabrik
dibenahi dan mesin-mesin baru dipasang untuk meningkatkan kinerja
pabrik. Sebagai penganut Katolik yang taat, Schmutzer bersaudara
mematuhi Ajaran Sosial Gereja yang dicetuskan oleh Paus Leo XVIII.
Ajaran yang menekankan hubungan baik kaum buruh dengan majikan
dan sebaliknya diterapkan dalam bentuk pendirian sekolah dan rumah
sakit di sekitar PG Gondanglipuro. Tidak lupa pula dibangun sebuah
gereja di dekat pabrik yang kini menjadi Gereja Hati Kudus Tuhan
Yesus Ganjuran.

Peta persebaran PG di Yogyakarta.

Nyaris Tak Tersisa


Yah, sayangnya kejayaan kesembilan belas pabrik gula tadi kini tinggal
bayangannya saja. Lupakanlah gambaran tentang kompleks pabrik gula
yang besar dengan deretan rumah dinas pegawainya yang megah karena
jika ditelusuri satu per satu, rata-rata kompleks pabrik gula tersebut
sudah menjadi permukiman warga atau kebun. Meskipun demikian,
tidak semua pabrik gula di Yogyakarta habis tidak tersisa. Beberapa di
antaranya masih meninggalkan jejak yang setidaknya bisa memberi
gambaran pabrik gula di masa jayanya. Pabrik gula yang jejaknya cukup
signifikan antara lain di PG Medari, PG Sewugalur, PG Kalasan, PG
Wonocatur, PG Randugunting, dan PG Gondanglipuro.
D. Malioboro

a. Lokasi Malioboro
Jalan Malioboro adalah nama salah satu jalan dari tiga jalan di Kota
Yogyakarta yang membentang dari Tugu Yogyakarta hingga ke
perempatan Kantor Pos Yogyakarta. Secara keseluruhan terdiri dari Jalan
Pangeran Mangkubumi, Jalan Malioboro dan Jalan Jend. A. Yani. Jalan
ini merupakan poros Garis Imajiner Kraton Yogyakarta.

b. Nama Malioboro
Berasal dari bahasa Sansekerta yang berarti karangan bunga, Malioboro
menjadi kembang yang pesonanya mampu menarik wisatawan. Tak
hanya sarat kisah dan kenangan, Malioboro juga menjadi surga
cinderamata di jantung Kota Jogja.
Malioboro
Kawasan Malioboro sebagai salah satu kawasan wisata belanja
andalan kota Jogja, ini didukung oleh adanya pertokoan, rumah makan,
pusat perbelanjaan, dan tak ketinggalan para pedagang kaki limanya.
Untuk pertokoan, pusat perbelanjaan dan rumah makan yang ada
sebenarnya sama seperti pusat bisnis dan belanja di kota-kota besar
lainnya, yang disemarakan dengan nama-merk besar dan ada juga nama-
nama lokal.Barang yang diperdagangkan dari barang import maupun
lokal, dari kebutuhan sehari-hari sampai dengan barang elektronika,
mebel dan lain sebagainya. Juga menyediakan aneka kerajinan, misal
batik, wayang, ayaman, tas dan lain sebagainya. Terdapat pula tempat
penukaran mata uang asing, bank, hotel bintang lima hingga tipe melati.
Keramaian dan semaraknya Malioboro juga tidak terlepas dari
banyaknya pedagang kaki lima yang berjajar sepanjang jalan Malioboro
menjajakan dagangannya, hampir semuanya yang ditawarkan adalah
barang/benda khas Jogja sebagai souvenir/oleh-oleh bagi para wisatawan.
Mereka berdagang kerajinan rakyat khas Jogjakarta, antara lain
kerajinan ayaman rotan, kulit, batik, perak, bambu dan lainnya, dalam
bentuk pakaian batik, tas kulit, sepatu kulit, hiasan rotan, wayang kulit,
gantungan kunci bambu, sendok/garpu perak, blangkon batik [semacan
topi khas Jogja/Jawa], kaos dengan berbagai model/tulisan dan masih
banyak yang lainnya. Para pedagang kaki lima ini ada yang menggelar
dagangannya diatas meja, gerobak adapula yang hanya menggelar plastik
di lantai.
Sehingga saat pengunjung Malioboro cukup ramai saja antar
pengunjung akan saling berdesakan karena sempitnya jalan bagi para
pejalan kaki karena cukup padat dan banyaknya pedagang di sisi kanan
dan kiri.
Dan ini juga perlu di waspadai atau mendapat perhatian khusus
karena kawasan Malioboro menjadi rawan akan tindak kejahatan, ini
terbukti dengan tidak sedikitnya laporan ke pihak kepolisian terdekat soal
pencopetan atau penodongan, dan tidak jarang pula wisatan asing juga
menjadi korban kejahatan dan ini sangat memalukan sebenarnya
GOA Pindul

Goa Pindul Jogja adalah sebuah goa yang sangat unik, dimana di dalam goa
ini terdapat sebuah sungai yang melintas disepanjang goa tersebut. Aktivitas
yang umumnya dilakukan di wisata ini adalah cave tubing. Cave tubing adalah
aktifitas menyusuri sungai yang ada di dalam goa dengan menggunakan
sebuah ban pelampung. cave tubing sebenarnya hampir mirip
dengan rafting. Hanya saja yang membedakan keduanya
adalah, rafting biasanya dilakukan di aliran air sungai yang deras.
Sedangkan cave tubing dilakukan di aliran sungai yang tenang.
Goa Pindul Jogja memiliki panjang 350 meter dengan lebar 5 meter.
Terdapat tiga zona yang harus dilalui ketika melintas di Goa Pindul, yaitu
zona terang, zona gelap, dan zona remang. Zona terang terdapat di
area start ketika hendak memasuki goa. Zona remang berada di beberapa
meter setelah memasuki pintu goa. Dan Zona Gelap berada di tengah tengah
dalam goa Pindul.

Goa Pindul
Ornamen ornamen di dinding goa ditambah dengan ricuhnya kekelawar
membuat goa Pindul bak lukisan yang ternilai harganya.
Tepat di tengah tengah goa terdapat ruang yang cukup besar, dan uniknya
diatas ruang tersebut terdapat sebuah lobang, yang biasanya digunakan
sebagai jalur pintu masuk vertikal oleh TIM SAR . Dari lobang ini sinar
matahari dapat masuk menyinari ke dalam goa. Sehingga menjadikan
pemandangan di dalam Goa menjadi sangat luar biasa indah.

Lobang Goa Pindul

Setiap pengunjung yang menyusuri Goa Pindul dengan menggunakan


pelampung, akan menjumpai stalagtit yang sangat besar. Ukuran dari
stalagtit tersebut mencapai 5 rentangan tangan orang dewasa. Konon
katanya, air yang menetes dari staglagtit ini dapat menjadikan cantik dan
awet muda. Sedangkan untuk pria, air yang menetes tersebut dapat
meningkatakan vitalitas pria.
Sejarah Goa Pindul

Kisah ini di awali orang orang pada zaman dahulu yang bernama Ki Ageng
Pemanahan dan Ki juru Mertani. Keduanya mendapatkan tugas untuk
membunuh bayi yang diperintahkan oleh Panembahan Senopati Mataram.
bayi tersebut adalah anak dari Puteri Penembahan Senopati.

Ki Ageng dan Juru Mertani memutuskan untuk melanggar perintah


Panembahan Senopati, yaitu enggan untuk membunuh sang bayi. Kedua
orang tersebut memutuskan untuk mengembara ke arah timur sambil
membawa sang bayi, tepatnya di sebuah puncak bukit. Karena kedua orang
tersebut mempunyai kesaktian yang sangat luar biasa, bukit yang di daki
nya pun runtuh hingga menyisakan lubang yang cukup besar yang di
bawahnya terdapat air sungai yang mengalir.

Lokasi Goa Pindul

Goa Pindul terletak di Jogja , tepatnya desa Gelaran 1, Kelurahan Bejiharjo,


Kabupaten Gunung Kidul.

Rute menuju lokasi Goa Pindul Jogja


Ada dua alternatif transportasi yang dapat digunakan agar dapat sampai ke
Goa Pindul Jogja, yaitu dengan menggunakan angkutan umum dan
kendaraan pribadi. (Di asumsikan berangkat dari Jogja).

Apabila menggunakan angkutan umum maka rute yang di tempuh adalah;

Malioboro => Terminal Giwangan => Kota Wonosari => Goa Pindul
Apabila menggunakan kendaraan pribadi pun juga kurang lebih rute nya
sama.

Baca juga: Pantai Krakal, Surfing dan Landscape Alam yang Sangat Indah
MAKAM Sunan Gunung Jati
CIREBON merupakan salah satu kota yang lekat dengan sejarah penyebaran
agama Islam. Sosok yang berjasa dibalik penyebaran ini adalah Sunan Gunung
Jati, salah satu dari sembilan wali atau Wali Songo.

Sunan Gunung Jati memiliki nama asli Syekh Syarif Hidayatullah. Ia lahir pada
tahun 1448 dan wafat pada tahun 1568. Untuk mengenang jasanya dalam
mengenalkan agama Islam, Sunan Gunung Jati dimakamkan di tanah Cirebon.

Seiring berjalannya waktu, makam Sunan Gunung Jati seringkali dijadikan


tempat berziarah. Tujuannya adalah untuk mendoakan juga mengenang jasanya.
Para peziarah tak hanya dari daerah Cirebon dan sekitarnya, tapi juga dari
berbagai kota.

Ada waktu-waktu tertentu di mana makam ini padat oleh para peziarah. Sebut
saja malam Jumat Kliwon, Maulid Nabi, Grebeg Syawal, Grebeg Rayagung, dan
ritual pencucian benda-benda pusaka.
Tak sulit untuk menuju kompleks makam Sunan Gunung Jati ini. Kalau dari arah
Cirebon, makam ini berada di sebelah kiri jalan, tepatnya di Gunung Sembung.
Di dalam kompleks pemakaman ini tidak hanya ada makam Sunan Gunung Jati,
tapi juga kerabat-kerabat sang wali. Sedangkan tempat yang disebut Gunung
Jati adalah merupakan lokasi makam-makam kuno lainnya.

Ketika memasuki Jalan Alun-alun Astana Gunung Jati, di sisi jalanan akan
dipadati oleh para pedagang yang menjajakan berbagai macam barang seperti
tasbih, alat salat, minyak wangi, dan lainnya. Saat mulai memasuki halaman
depan pintu masuk utama, akan ada banyak orang yang meminta sumbangan
dengan membawa wadah. Mereka akan terus berdatangan dan meminta.
Meskipun begitu, peziarah tidak diwajibkan untuk memberi, karena itu hanya
bersifat seikhlasnya.

Untuk memasuki ruangan, peziarah diharuskan membuka sepatu demi


kenyamanan. Tembok didominasi dengan warna putih, ditempeli dengan
beberapa piring cantik dengan beberapa tiang penyangga berbahan kayu. Di
pintu ini, terlihat banyak ornamen hasil campuran dari tiga budaya, yaitu Jawa,
Tiongkok, dan Arab. Seperti diketahui, Sunan Gunung Jati memiliki seorang istri
yang berdarah Tionghoa bernama Putri Ong Tien.
Tak dibuka untuk umum

Kotak sumbangan berjejer, hanya berjarak sekitar satu meter dari satu ke kotak
lainnya. Kotak-kotak itu ditunggui oleh setiap orang yang seolah "memaksa"
untuk meminta. Memang agak mengganggu bagi peziarah yang datang ke sana.

Di kiri dan kanan tangga terlihat banyak makam yang merupakan kerabat dari
Sunan Gunung Jati. Semakin dekat dengan makam Wali, artinya semakin dekat
pula kekerabatannya. Makam Sunan Gunung Jati terletak di tangga teratas, yaitu
tingkat ke sembilan. Namun makam ini tidak dibuka untuk umum, tetapi hanya
boleh dikunjungi oleh keluarga keraton dan keturunannya. Peziarah hanya bisa
mendoakan dari depan pintu dan luar tembok untuk Sunan Gunung Jati.

Sebetulnya tidak ada biaya tiket masuk untuk bisa berziarah ke makam ini.
Hanya saja peziarah harus waspada dengan berbagai sumbangan dari pihak-
pihak yang ada di sana. Jika memang ingin bersedekah, siapkanlah beberapa
uang recehan. (Elvin Rizki Prahadiyanti)***

Ibu Sunan Gunung Jati Bernama Nyai Rara Santang merupakan putri dari Sri
Baduga Maharaja Prabu siliwangi dari istrinya yang bernama Sumbang Larang,
Kakak dari Nyi Rara Santang adalah tokoh terkenal yang bernama Pangeran
Walangsungsang dengan gelar Cakrabumi / Cakrabuana dan Kian Santang.

Kecintaan Syarif Hidayatullah terhadap agama ternyata warisan dari kakek


buyutnya yang juga tokoh besar sekaligus guru agama di pesantren beliau bernama
Syekh Maulana Akhbar. Masa kecil Syarif Hidayatullah di habiskan dengan belajar
di pondok pesantren milik kakeknya dan kemudian dia melanjutkan menimba
ilmunya di Timur Tengah.
BAB III
PELAKSANAAN

A. Waktu
Pemberangkatan 21.00 WIB, di Cimeneng menuju ke Yogyakarta
Istirahat pertama di SPBU jam 23.25 WIB
Tiba di Kampong Ulu 03.00 WIB.
Berangkat ke Candi Borobudur 06.36 WIB dan sampai 07.00 WIB
Ke Gembira Loka 10.15 WIB dan sampai 11.00 WIB
Ke Museum Dirgantara 14.15 WIB dan sampai 15.10 WIB
Ke rumah oleh-oleh 17.00 WIB
Ke Malioboro 17.15 WIB dan sampai 17.30 WIB
Perjalanan pulang 19.00 WIB
Translit ke rumah makan Candi Emas 20.00 WIB
Tiba di depan Alfa Mart Gandrungmangu 01.30 WIB

B. Tempat Wisata
1. Candi Borobudur
2. Hutan Pinus
3. Pabrik Gula
4. Malioboro
5. GOA Pindul
6. Hotel Nigara
7. Makam Sunan Gunung Jati
8. Bakpia Pathok
BAB IV
PENUTUP

C. Kesimpulan
Maka dapat disimpulkan bahwa tempat-tempat pariwisata yang ada di jogja
itu sangat banyak,dan kita harus senantiasa menjaga serta merawatnya agar tetap asri
seperti aslinya.agar menarik para wisatawan untuk berlibur ke Yogyakarta
Selain itu,kota Yogyakarta yang menawan itu tidak harus kita tambahkan
dengan budaya-budaya barat yang kita rasa sangat bagus atau trend.tapi justru itu
salah,kita harus tetap menjaga budaya asli jogja itu sendiri agar mempunyai keaslian
yang khas dimata dunia.
Yogyakarta merupakan salah satu kota favorit para wisatawan untuk berlibur
dan menghabiskan sisa waktu istirahatnya di tempat-tempat wisata yang ada di
jogja.walaupun banyak cerita-cerita mistis yang beredar di masyarakat luas,para
wisatawan tetap antusias menikmati tempat-tempat pariwisata yang ada di jogja.
Yogyakarta disebut kota pelajar karena kualitas pendidikan di kota Jogja
sudah terjamin kualitasnya. Kota Jogja disebut kota pelajar karena di daerah Jogja
juga terdapat fasilitas sekolah dan universitas yang megah, berkualitas, terjamin
mutunya dan sudah terakreditasi secara baik didunia pendidikan Indonesia.
Budaya mungkin di Indonesia mungkin bermacam-macam dan beragam
sekali di Indonesia. Mungkin salah satu budaya di Indonesia adalah budaya Jawa.
Budaya tersebut masih sangat erat hubungannya dengan kota Jogja. Maka dari
itu,Yogyakarta juga disebut dengan kota budaya dan berbudaya.

D. Saran
Sebagai generasi muda dan sebagai salah satu pengunjung di objek
wisata,penulis menyarankan kepada :
- Pemerintah, khususnya pengelola objek wisata agar meningkatkan pelayanan pada
para wisatawan dan menjaga kelestarian objek-objek wisata .Serta berinovasi agar
ada penambahan wahana wisata baru untuk mengikuti perkembangan wahana wisata
diluar agar wisatawan betah karena ini merupakan devisa.
- Generasi muda Indonesia,agar mau menjaga dan melestarikan tempat-tempat
wisata terutama yang berbasis budaya dan religi. Karena Negara kita dikenal sebagai
Negara yang beranekaragam namun bisa hidup berdampingan dengan latar belakang
yang berbeda.

DAFTAR PUSTAKA
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan . 1995 .Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang
Disempurnakan. Jakarta: Balai Pustaka
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa . 1993 . Kamus Besar
Bahasa Indonesia.Jakarta: Balai Pustaka

Anda mungkin juga menyukai