Disusun Oleh:
1. Attasya Kirana Putri ( 01 )
2. Adinda Putri Rahmania ( 02 )
3. Aurelita Agriel Ananda ( 05 )
4. Grita Kusuma Putri ( 14 )
5. Habsoh Dhatul Alfiah ( 15 )
KATA PENGANTAR
Karya tulis yang kami buat masih jauh dari kata sempurna, karena
keterbatasan kami dalam menjabarkan yang lebih dalam di study tour
ini. namun kami sudah berusaha dengan baik. Dan setiap saran dan
kritik yang membangun, selalu kami harapkan demi kesempurnaan
laporan study tour ini.
Kami juga berharap laporan ini akan memberikan manfaat bagi para
pembaca. Setidaknya untuk memberi pengetahuan yang lebih dalam
tentang Bali.
Bali adalah sebuah provinsi di Indonesia. Ibu kota provinsi ini adalah Denpasar.
Bali juga merupakan salah satu pulau di Kepulauan Nusa Tenggara. Di awal
kemerdekaan Indonesia, pulau ini termasuk dalam Provinsi Sunda Kecil yang beribu
kota di Singaraja, dan kini terbagi menjadi 3 provinsi: Bali, Nusa Tenggara Barat,
dan Nusa Tenggara Timur.
Selain terdiri dari Pulau Bali, wilayah Provinsi Bali juga terdiri dari pulau-pulau
yang lebih kecil di sekitarnya, yaitu Pulau Nusa Penida, Pulau Nusa Lembongan,
Pulau Nusa Ceningan, Pulau Serangan, dan Pulau Menjangan.
Secara geografis, Bali terletak di antara Pulau Jawa dan Pulau Lombok.
Mayoritas penduduk Bali adalah pemeluk agama Hindu. Di dunia, Bali terkenal
sebagai tujuan pariwisata dengan keunikan berbagai hasil seni-budayanya,
khususnya bagi para wisatawan Jepang dan Australia. Bali juga dikenal dengan
julukan Pulau Dewata dan Pulau Seribu Pura.
Study tour merupakan kegiatan yang rutin dilaksanakan oleh SMPN 3 Singosari,
khususnya untuk siswa kelas VIII. Kegiatan ini secara khusus dimaksudkan untuk
membuka wawasan siswa tentang pengetahuan di luar kelas.
Bali menjadi tujuan karena ada berbagai macam tempat yang bisa menambah
tempat yang bisa menambah pengetahuan siswa: baik itu sejarah, budaya, tempat-
tempat penting, dll.
Kegiatan ini diikuti oleh siswa SMPN 3 Singosari kelas VIII beserta wali kelasnya.
Biaya dalam melakukan perjalanan wisata study tour ini sebesar Rp.650.000,-
Sumber dana kegiatan ini berasal dari tabungan siswa.
ISI LAPORAN PERJALANAN WISATA STUDY TOUR
TANAH LOT
Pura Tanah Lot adalah sebuah objek wisata di Bali, Indonesia. Di sini ada dua
pura yang terletak di atas batu besar. Satu terletak di atas bongkahan batu dan
satunya terletak di atas tebing mirip dengan Pura Uluwatu. Pura Tanah Lot ini
merupakan bagian dari pura Dang Kahyangan. Pura Tanah Lot merupakan pura laut
tempat pemujaan dewa-dewa penjaga laut. Tanah Lot terkenal sebagai tempat yang
indah untuk melihat matahari terbenam.
Sejarah
Dalam sejarah Tanah Lot, dikisahkan Dang Hyang Nirartha, melihat sinar suci
dari arah laut selatan Bali, maka Dang Hyang Nirartha mencari lokasi dari sinar
tersebut dan tibalah beliau di sebuah pantai di desa yang bernama desa Beraban
Tabanan.
Pada saat itu desa Beraban dipimpin oleh Bendesa Beraban Sakti, yang
sangat menentang ajaran dari Dang Hyang Nirartha dalam menyebarkan agama
Hindu. Bendesa Beraban Sakti, menganut aliran monotheisme.
Legenda
Ular ini masih ada sampai sekarang dan secara ilmiah ular ini termasuk jenis
ular laut yang mempunyai ciri-ciri berekor pipih seperti ikan, warna hitam berbelang
kuning Objek wisata tanah lot terletak di Beraban, Kediri, Tabanan, sekitar 13
kilometer di sebelah selatan Kota Tabanan.
Di sebelah utara Pura Tanah Lot, sebuah pura lain yang dibangun di atas
tebing yang menjorok ke laut. Tebing ini menghubungkan Pura dengan daratan dan
berbentuk seperti jembatan (melengkung). Pura ini disebut Pura Karang Bolong. dan
mempunyai racun 3 kali lebih kuat dari ular cobra. Akhirnya disebutkan bahwa
Bendesa Beraben menjadi pengikut Danghyang Nirartha.
Lokasi
Odalan atau hari raya di Pura ini diperingati setiap 210 hari sekali,
sebagaimana pura lain pada biasanya. Jatuhnya dekat dengan perayaan Galungan
dan Kuningan, tepatnya pada Hari Suci Buda Cemeng Langkir.
Museum Bajra Sandhi atau yang lebih dikenal sebagai monumen Bajra
Sandhi
Guci Amertha, disimbolkan dengan kumbha (semacam periuk) yang dapat dilihat
di bagian atas monumen
Ekor Naga Basuki, terwujud dekat Swamba dan kepalanya pada Kori Agung
Badan Bedawang Akupa yang diwujudkan pada landasan monumen,
kepalanya pada Kori Agung
Gunung Mendara Giri yang diwujudkan dengan monumen menjulang tinggi
Kolam yang mengelilingi monumen, diibaratkan sebagai Ksirarnawa (lautan
susu).
Tidak hanya memiliki nilai filosofi Hindu, monumen Bajra Sandhi juga sarat akan
simbol kemerdekaan. Anak tangga yang berada di pintu utama monumen berjumlah
17. Tiang agung yang berada di bagian dalam monumen jumlahnya 8 yang memiliki
ketinggian 45 meter. Angka-angka tersebut adalah tanggal kemerdekaan Indonesia
17 Agustus 1945. Jika Anda tertarik terhadap museum lain yang berhubungan
dengan perjuangan bangsa, baca juga sejarah museum Loka Jala Crana Surabaya
dan sejarah museum BRI Purwokerto. Secara garis besar, monumen Bajra Sandhi
dapat dibagi ke dalam tiga bagian yaitu, bagian Nistaning Utama Mandala,
Madyaning Utama Mandala dan bagian Utamaning Utama Mandala.
Utamaning Utama Mandala adalah lantai paling atas monumen Bajra Sandhi.
Bagian ini disebut juga ruang ketenangan, tempat pengunjung menikmati
ketenangan di sekeliling monumen. Pemandangan kota Denpasar dapat terlihat dari
ketinggian lantai tiga monumen. Untuk dapat mencapai lantai tiga, pengunjung perlu
menaiki tangga spiral yang ada di lantai dua.
Selain lokasinya yang strategis, monumen Bajra Sandhi juga memiliki daya
tariknya tersendiri bagi wisatawan Asia seperti Jepang, China dan Korea. Bentuknya
yang mirip pagoda membuat para wisatawan tersebut tertarik untuk berkunjung.
Karena di negara-negara meraka juga banyak ditemukan pagoda.
Meskipun tidak seperti harga tiket museum pada umumnya, harga tiket
masuk museum Bajra Sandhi terbilang masih terjangkau. Kategori pengunjung
umum dikenakan biaya yang lebih besar dibanding dengan pelajar. Untuk orang
dewasa, harga tiket masuk perorangnya adalah Rp 25.000. Untuk anak TK dan SD
harga tiket masuknya sebesar Rp 2.000 per anak. Sedangkan untuk murid SMP,
SMA dan Mahasiswa harga tiket masuknya yaitu Rp 5.000 per orang. Jika Anda
membawa kendaraan, akan dikenakan biaya tambahan untuk parkir. Parkir mobil di
monumen Bajra Sandhi adalah Rp 5.000 per mobil. Sedangkan untuk parkir sepeda
motor sebesar Rp 2.000 untuk setiap unit sepeda motor.
PANDAWA BEACH
Pantai Pandawa adalah salah satu kawasan wisata di area Kuta selatan,
Kabupaten Badung, Bali. Pantai ini terletak di balik perbukitan dan sering disebut
sebagai Pantai Rahasia (Secret Beach). Di sekitar pantai ini terdapat dua tebing
yang sangat besar yang pada salah satu sisinya dipahat lima patung tertinggi) diberi
penejasan nama Dewi Kunti, Dharma Wangsa, Bima, Arjuna, Nakula, dan Sadewa.
Selain untuk tujuan wisata dan olahraga air, pantai ini juga dimanfaatkan
untuk budidaya rumput laut karena kontur pantai yang landai dan ombak yang tidak
sampai ke garis pantai. Cukup banyak wisatawan yang melakukan paralayang dari
Bukit Timbis hingga ke Pantai Pandawa. Kawasan pantai ini juga sering digunakan
sebagai lokasi pengambilan gambar untuk sinetron FTV.
Sejarah
Di dalam Epos Mahabharata, diceritakan kehidupan Sang Panca Pandawa
yang dikurung di dalam Goa Gala-Gala. Sampai akhirnya keluarga Pandawa
membuat sebuah terowongan yang memungkinkan keluarga Pandawa bisa
menyelamatkan diri. Setelah berhasil menyelamatkan diri, Panca Pandawa yang
terdiri dari Yudhistira, Bima, Arjuna, Nakula dan Sadewa membuka suatu kawasan
hutan belantara yang sangat angker sebagai daerah kekuasaan, berkat kerja keras
dan dukungan dari seluruh pengikutnya, Panca Pandawa dapat membangun
kerajaan Amertha yang dipimpin oleh Raja Yudhistira.
Pada tanggal 27 Desember 2012, Pantai ini ditetapkan menjadi Pantai
Pandawa, sebelumnya dikenal sebagai Pantai Melasti. Pada tanggal itu pula
diselenggarakan Pandawa Beach Festival yang pertama. Diambil nama Pantai
Pandawa karena ada kemiripan cerita yang ditulis dalam epos Maha Bharata
dengan fakta perjalanan nasib masyarakat Desa Kutuh, sehingga masyarakat
sepakat memberi nama Pantai MELASTI (secret beach) dengan sebutan Pantai
Pandawa agar cerita keduanya bisa selalu dikenang sepanjang masa .
KUTA BEACH
Pantai Kuta adalah sebuah tempat pariwisata yang terletak kecamatan Kuta,
sebelah selatan Kota Denpasar, Bali, Indonesia. Daerah ini merupakan sebuah
tujuan wisata turis mancanegara dan telah menjadi objek wisata andalan Pulau Bali
sejak awal tahun 1970-an. Pantai Kuta sering pula disebut sebagai pantai matahari
terbenam (sunset beach) sebagai lawan dari pantai Sanur. Selain itu, Lapangan
Udara I Gusti Ngurah Rai terletak tidak jauh dari Kuta.
Pantai Kuta terkenal memiliki ombak yang bagus untuk olahraga selancar
(surfing),terutama bagi peselancar pemula. Selain keindahan pantai, wisata pantai
Kuta juga menawarkan berbagai jenis hiburan seperti bar, restoran, pertokoan,
restoran, hotel, dan toko-toko kelontong, serta pedagang kaki lima di sepanjang
pantai menuju Pantai Legian.
Sejarah
Sebelum menjadi objek wisata, Kuta merupakan sebuah pelabuhan dagang
tempat produk lokal diperdagangkan kepada pembeli dari luar Bali. Pada abad ke-
19, Mads Lange, seorang pedagang Denmark, datang ke Bali dan mendirikan basis
perdagangan di Kuta. Ia ahli bernegosiasi sehingga dirinya terkenal di antara raja-
raja Bali dan Belanda.
Selanjutnya, Hugh Mahbett menerbitkan sebuah buku berjudul “Praise to
Kuta” yang berisi ajakan kepada masyarakat setempat untuk menyiapkan fasilitas
akomodasi wisata. Tujuannya untuk mengantisipasi ledakan wisatawan yang
berkunjung ke Bali. Buku itu kemudian menginspirasi banyak orang untuk
membangun fasilitas wisata seperti penginapan, restoran dan tempat hiburan.
KRISHNA BALI
Pusat Oleh-Oleh Krisna Bali merupakan toko oleh-oleh terbesar di Pulau Bali.
Jika Anda berlibur ke Bali, tidak afdol rasanya jika tak mampir ke Krisna. Ada
berbagai macam yang dijual di toko Krisna. Mulai barang fashion, souvenir,
makanan hingga karya seni. Di Krisna, Anda tak perlu khawatir soal harga serta
kualitas barang,karena harga disini sangat terjangkau dan kualitas barang nya juga
baik. Tempatnya nyaman dan bersih sehingga Anda akan merasa tenang saat
berbelanja.
Krisna merupakan toko souvenir dan oleh-oleh khas pulau dewata terbesar di
Bali yang dimiliki oleh pasangan I Gusti Ngurah Anom (Pak Cok) dan Ketut
Mastrining. Dimulai dengan sebuah toko kecil di Jalan Nusa Indah, Denpasar, dan
kemudian berkembang menjadi empat toko, satu di Jalan Nusa Kambangan
Denpasar , satu lagi di Sunset Road dan yang terbaru buka 24 jam di Jalan Raya
Tuban pada tahun 2010.
Toko oleh-oleh Krisna terletak di Jalan Raya Tuban, Kuta, Bali. Dari Bandara
Internasional I Gusti Ngurah Rai hanya berjarak 5 menit saja. Keunikan toko ini
adalah buka setiap hari selama 24 jam sehingga Anda dapat berkunjung kapan saja.
Krisna Bali awalnya bertempat di Jalan Nusa Indah No.79 Denpasar Bali. Kini
berkembang dan telah memiliki 3 lokasi lain yakni di Jalan Nusa Kambangan, Jalan
Sunset Road, Legian dan Jalan Raya Tuban, Kuta. Beragam lokasi tersebut
memberi kemudahan bagi para wisatawan yang ingin berburu oleh-oleh di sini.
Harga Barang yang dijual Pusat Oleh-Oleh Krisna Bali relatif terjangkau
bahkan sangat murah jika di kawasan Kuta. Harga yang dibanderol berkisaran
Rp.10.000 hingga Rp.300.000 Sayang jika Anda tak memborong oleh-oleh di
Krisna.Harga cemilan khas Bali dibanderol mulai Rp.10.000 hingga Rp.50.000,
sedangkan harga kaos berkisar Rp.20.000 hingga Rp.50.000 saja per potong. Untuk
souvenir berkisar antara Rp. 30.000 hingga Rp. 90.000
TARI BARONG
Seni budaya di Bali menjadi daya tarik utama untuk wisatawan. Salah satu
yang menarik perhatian adalah Tari Barong di Sahadewa yang menjadi representasi
pertarungan 'kebaikan' dan 'kejahatan' di muka bumi.
Tari Barong biasa dipentaskan di sebuah objek wisata bernama
SahadewaSahadewa adalah sebuah sanggar di kawasan Batu Bulan, Kabupaten
Gianyar, Bali yang mementaskan tarian Kecak dan tari Barong kepada wisatawan
setiap harinya. Tarian Barong dipentaskan pada pukul 09.30 WITA, sementara tari
Kecak dimulai pada sore harinya, sekitar pukul 18.30 WITA.
Tari Barong dan Keris dipentaskan di atas panggung pertunjukan dengan
latar gapura Bali dan beberapa pohon kamboja. Sementara para pemain gamelan
bali sebagai musik pengiring berada di sisi sebelah kiri panggung
Penonton dapat memilih kursi di barisan depan, atau di kursi berundak seperti
yang biasa dijumpai di bioskop. Sahadewa sendiri berkapasitas sekitar 600 orang,
serta dilengkapi fasilitas toilet, coffee shop, ruang tunggu hingga toko suvenir.
Tari Barong merupakan tari tradisional Bali yang menceritakan pertempuran
antara 'kebajikan' yang diwakili oleh Barong, melawan 'kebatilan' yang diwakili oleh
Rangda. Tarian Barong ini terdiri dari beberapa babak pertunjukan.
Babak pertama dimulai dengan munculnya Barong yang berdiri dengan
sangat gagah. Tak lama berselang, muncullah seekor monyet yang dengan usilnya
menggoda sang Barong. Untungnya Sang Barong tidak terpengaruh. Saat sedang
asyik menggoda Barong, muncullah 2 orang pengikut Rangda yang ingin menculik
sang Monyet untuk dijadikan anak buahnya, namun berkat Barong, si monyet
berhasil terselamatkan.
Fragmen kedua, barulah memasuki inti cerita. Babak ini mengisahkan
perubahan yang dialami oleh dewi Kunti dan Patihnya yang disusupi oleh roh jahat.
Anak Dewi Kunti yang bernama Sahadewa pun dijanjikan untuk diserahkan kepada
Rangda. Namun diluar dugaan, Sahadewa diberikan kekuatan oleh dewa Shiwa
sehingga jadi sakti mandraguna dan kebal terhadap pengaruh roh jahat.
Fragmen cerita berikutnya menampilkan pertempuran antara Rangda dan
Sahadewa. Rangda yang marah ternyata tidak bisa membunuh Sahadewa yang
sudah dianugerahkan keabadian oleh dewa Shiwa. Rangda yang juga sakti ternyata
juga sukar untuk dikalahkan oleh Sahadewa. Sahadewa pun berubah menjadi
Barong, dan pertarungan melawan Rangda tidak ada yang menang, dan akan terus
abadi.
Di fragmen cerita terakhir, tampak beberapa pria yang berperan sebagai
pengikut barong membuktikan kesaktian mereka dengan cara menusukkan keris ke
tubuh mereka sendiri. Konon, keris ini asli dan semua adegan terlihat tanpa
rekayasa. Sebelum para penari pria ini mulai beraksi, seorang pemangku adat
tampak memercikkan air suci dan merapalkan doa-doa demi keselamatan sang
penari.
Tarian ini menjadi perlambang bahwa pertarungan antara 'kebaikan' melawan
'kejahatan' akan terus berlangsung di dunia. Seperti kehidupan manusia, kedua sisi
tersebut pasti akan berlawanan sampai akhir hayat.
Setelah 1 jam lebih, pertunjukan tari Barong dan Keris ini pun selesai. Para
penonton yang kebanyakan bule langsung bertepuk tangan dan memberikan
apresiasinya. Pembawa acara kemudian mempersilakan para tamu untuk berfoto
bersama dengan para penari di atas panggung. Mereka terlihat puas dan senang
atas pertunjukan ini.
Siapa yang tak kenal Joger Pabrik Kata Kata? Oleh-oleh khas Bali yang
berupa kaos oblong ini mampu menarik para wisatawan untuk datang ke Bali. Meski
tampilannya hanya kaos oblong saja namun yang membuat kaos oblong ini menarik
ialah kata-kata yang tercetak di kaos.Kata-kata yang tercantum bukan kata-kata
biasa melainkan kata-kata yang berisi motivasi dan prinsip hidup. Selain kata-kata
adapula gambar-gambar unik yang menarik. Hal ini yang membuat menarik banyak
wisatawan untuk membelinya.
Joger berdiri tanggal 19 Januari 1981. Kala itu Joseph Theodorus Wulianadi
diberi hadiah oleh Mr. Gerhard Seeger uang sebesar USD 20.000 untuk digunakan
sebagai modal usaha. Kata Joger berasal dari gabungan sang pemilik yakni Joseph
Theodorus Wulianadi dan Mr. Gerhard Seeger. Keduanya memulai bisnis dengan
berjualan macam-macam barang kerajinan. Pabrik Joger dulu bernama Art & Batik
Shop Joger dan memiliki konsep toko dan galeri. Awalnya joger memiliki toko di
Jalan Sulawesi No.37 Denpasar. Namun pindah ke tempat sekarang sejak tanggal 7
Juli 1987. Seiiring berjalannya waktu, Joger berkembang dan menjadi salah satu
sentra pusat oleh-oleh di Pulau Dewata.
PURA ULUNDANU
Makna nama pura
Ulun artinya tepi dalam bahasa Indonesia sedangkan Danu berarti danau.
Jadi pura Ulun Danu artinya pura yang berada ditepi danau. Tepatnya berada di tepi
danau Bratan Bedugul, yang berada di daerah dataran tinggi sekitar 1.200 meter di
atas permukaan laut. Karena berada didalam area dataran tinggi, membuat udara
disekitar area pura sangat sejuk. Sekedar informasi, ada dua tempat wisata pura
terkenal di Bali yang memiliki nama sama, yaitu Pura Ulun Danu, namun lokasinya
berbeda.
Pada saat anda tiba dipintu gerbang masuk tempat wisata Pura Ulun Danu
Bratan Bedugul, anda sudah dapat melihat candi bentar, keunikan arsitektur pura,
suasana asri, udara sejuk dan lingkungan bersih.
Selain itu, pada saat air danau Bratan naik, Pura Ulun Danu Bedugul terlihat
seakan mengapung di atas permukaan air danau. Air danau Beratan sangat jernih
dan tenang. Pada siang hari kabut tipis mulai terlihat turun menutupi permukaan
danau Beratan dan area perbukitan.
Jadi daya tarik utama adalah dua pura yang lokasinya ditepi danau dan
terlihat terapung dipermukaan air danau Beratan. Foto dari dua pura yang terlihat
mengambang ditengah danau Bratan pernah ada di mata uang Rp 50,000.
Menurut informasi yang tercetak dibagian belakang tiket masuk, sejarah Pura
Ulun Danu Beratan dibangun pada tahun 1634 oleh I Gusti Agung Putu (Raja
Kerajaan Mengwi). Pembangunan pura berfungsi atau ditujukan untuk pemujaan
Tuhan Yang Maha Esa, dalam manifestasinya sebagai Tri Murti (Brahma, Wisnu dan
Siwa). Untuk memohon kesuburan lahan pertanian, kemakmuran masyarakat,
kesejahteraan manusia dan kelestarian alam agar terhindar dari bencana.
Selain keunikan lokasi, bentuk arsitektur pura juga sangat unik dengan ciri
khas arsitektur Bali. Tempat pemujaan dibangun dari kayu yang bentuknya seperti
pagoda, dengan jumlah 11 tingkatan pada area atap bangunan. Keindahan
arsitektur pura juga ditambah dengan keindahan latar belakang perbukitan, serta
danau alami yang mengelilingi area pura.
Pura Ulun Danu Beratan adalah ikon pariwisata Bali, selain patung Garuda
Wisnu Kencana. Lokasi pura Ulun Danu Beratan berada di sisi barat Danau
Bedugul. Alamatnya berada di jalan Raya Bedugul, Candi Kuning, Kecamatan
Baturiti Kabupaten Tabanan. Apabila anda memilih menginap di salah satu hotel
yang berada di tepi pantai Kuta, maka akan memerlukan waktu tempuh sekitar 2 jam
perjalanan untuk sampai di kawasan tempat wisata Bedugul Tabanan.
UPACARA NGABEN
Ngaben merupakan salah satu upacara yang dilakukan oleh Umat Hindu di
Bali yang tergolong upacara Pitra Yadnya (upacara yang ditunjukkan kepada
Leluhur).
⏺Bentuk-bentuk Upacara Ngaben:
1.) Ngaben Sawa Wedana
Sawa Wedana adalah upacara ngaben dengan melibatkan jenazah yang
masih utuh (tanpa dikubur terlebih dahulu) . Biasanya upacara ini dilaksanakan
dalam kurun waktu 3-7 hari terhitung dari hari meninggalnya orang tersebut.
Pengecualian biasa terjadi pada upacara dengan skala Utama, yang persiapannya
bisa berlangsung hingga sebulan. Sementara pihak keluarga mempersiapkan segala
sesuatu untuk upacara maka jenazah akan diletakkan di balai adat yang ada di
masing-masing rumah dengan pemberian ramuan tertentu untuk memperlambat
pembusukan jenazah. Dewasa ini pemberian ramuan sering digantikan dengan
penggunaan formalin. Selama jenazah masih ditaruh di balai adat, pihak keluarga
masih memperlakukan jenazahnya seperti selayaknya masih hidup, seperti
membawakan kopi, memberi makan disamping jenazah, membawakan handuk dan
pakaian, dll sebab sebelum diadakan upacara yang disebut Papegatan maka yang
bersangkutan dianggap hanya tidur dan masih berada dilingkungan keluarganya.
2.) Ngaben Asti Wedana
Asti Wedana adalah upacara ngaben yang melibatkan kerangka jenazah
yang pernah dikubur. Upacara ini disertai dengan upacara ngagah, yaitu upacara
menggali kembali kuburan dari orang yang bersangkutan untuk kemudian
mengupacarai tulang belulang yang tersisa. Hal ini dilakukan sesuai tradisi dan
aturan desa setempat, misalnya ada upacara tertentu di mana masyarakat desa
tidak diperkenankan melaksanakan upacara kematian dan upacara pernikahan
maka jenazah akan dikuburkan di kuburan setempat yang disebut dengan upacara
Mukingsan ring Pertiwi ( Menitipkan di Ibu Pertiwi).
3.) Swasta
Swasta adalah upacara ngaben tanpa memperlibatkan jenazah maupun
kerangka mayat, hal ini biasanya dilakukan karena beberapa hal, seperti: meninggal
di luar negeri atau tempat jauh, jenazah tidak ditemukan, dll. Pada upacara ini
jenazah biasanya disimbolkan dengan kayu cendana (pengawak) yang dilukis dan
diisi aksara magis sebagai badan kasar dari atma orang yang bersangkutan.
4.) Ngelungah
Ngelungah adalah upacara untuk anak yang belum tanggal gigi.
5.)Warak Kruron
Warak Kruron adalah upacara untuk bayi yang keguguran.
Tujuan Upacara Ngaben,Upacara ngaben secara konsepsional memiliki makna dan
tujuan sebagai berikut:
Dengan membakar jenazah maupun simbolisnya kemudian menghanyutkan
abu ke sungai, atau laut memiliki makna untuk melepaskan Sang Atma (roh) dari
belenggu keduniawian sehingga dapat dengan mudah bersatu dengan Tuhan
(Mokshatam Atmanam).
Membakar jenazah juga merupakan suatu rangkaian upacara untuk
mengembalikan segala unsur Panca Maha Bhuta (5 unsur pembangun badan kasar
manusia) kepada asalnya masing-masing agar tidak menghalangi perjalan Atma ke
Sunia Loka.
Bagi pihak keluarga, upacara ini merupakan simbolisasi bahwa pihak keluarga telah
ikhlas, dan merelakan kepergian yang bersangkutan.
⏺Rangkaian Upacara Ngaben
⏺Sarana Pengusungan Jenazah
a.) Ngulapin
Upacara untuk memanggil Sang Atma. Upacara ini juga dilaksanakan apabila
yang bersangkutan meninggal di luar rumah yang bersangkutan (misalnya di Rumah
Sakit, dll). Upacara ini dapat berbeda-beda tergantung tata cara dan tradisi
setempat, ada yang melaksanakan di perempatan jalan, pertigaan jalan, dan
kuburan setempat.
b.) Nyiramin/Ngemandusin
Upacara memandikan dan membersihkan jenazah yang biasa dilakukan di
halaman rumah keluarga yang bersangkutan (natah). Prosesi ini juga disertai
dengan pemberian simbol-simbol seperti bunga melati di rongga hidung, belahan
kaca di atas mata, daun intaran di alis, dan perlengkapan lainnya dengan tujuan
mengembalikan kembali fungsi-fungsi dari bagian tubuh yang tidak digunakan ke
asalnya, serta apabila roh mendiang mengalami reinkarnasi kembali agar
dianugerahi badan yang lengkap (tidak cacat).
c.) Ngajum Kajang
Kajang adalah selembar kertas putih yang ditulisi dengan aksara-aksara
magis oleh pemangku, pendeta atau tetua adat setempat. Setelah selesai ditulis
maka para kerabat dan keturunan dari yang bersangkutan akan melaksanakan
upacara ngajum kajang dengan cara menekan kajang itu sebanyak 3x, sebagai
simbol kemantapan hati para kerabat melepas kepergian mendiang dan menyatukan
hati para kerabat sehingga mendiang dapat dengan cepat melakukan perjalanannya
ke alam selanjutnya.
d.) Ngaskara
Ngaskara bermakna penyucian roh mendiang. Penyucian ini dilakukan
dengan tujuan agar roh yang bersangkutan dapat bersatu dengan Tuhan dan bisa
menjadi pembimbing kerabatnya yang masih hidup di dunia.
e.) Mameras
Mameras berasal dari kata peras yang artinya berhasil, sukses, atau selesai.
Upacara ini dilaksanakan apabila mendiang sudah memiliki cucu, karena menurut
keyakinan cucu tersebutlah yang akan menuntun jalannya mendiang melalui doa
dan karma baik yang mereka lakukan.
f.) Papegatan
Papegatan berasal dari kata pegat, yang artinya putus, makna upacara ini
adalah untuk memutuskan hubungan duniawi dan cinta dari kerabat mendiang,
sebab kedua hal tersebut akan menghalangi perjalan sang roh menuju Tuhan.
Dengan upacara ini pihak keluarga berarti telah secara ikhlas melepas kepergian
mendiang ke tempat yang lebih baik. Sarana dari upacara ini adalah sesaji (banten)
yang disusun pada sebuah lesung batu dan diatasnya diisi dua cabang pohon dadap
yang dibentuk seperti gawang dan dibentangkan benang putih pada kedua cabang
pohon tersebut. Nantinya benang ini akan diterebos oleh kerabat dan pengusung
jenazah sebelum keluar rumah hingga putus.
g.) Pakiriman Ngutang
Di laksanakan setelah upacara papegatan yang dilanjutkan dengan
pakiriminan ke kuburan setempat, jenazah beserta kajangnya kemudian dinaikan ke
atas Bade/Wadah, yaitu menara pengusung jenazah (hal ini tidak mutlak harus ada,
dapat diganti dengan keranda biasa yang disebut Pepaga). Dari rumah yang
bersangkutan anggota masyarakat akan mengusung semua perlengkapan upacara
beserta jenazah diiringi oleh suara "Baleganjur" (gong khas Bali) yang bertalu-talu
dan bersemangat, atau suara angklung yang terkesan sedih. Di perjalan menuju
kuburan jenazah ini akan diarak berputar 3x berlawanan arah jarum jam yang
bermakna sebagai simbol mengembalikan unsur Panca Maha Bhuta ke tempatnya
masing-masing. Selain itu perputaran ini juga bermakna: Berputar 3x di depan
rumah mendiang sebagai simbol perpisahan dengan sanak keluarga. Berputar 3x di
perempatan dan pertigaan desa sebagai simbol perpisahan dengan lingkungan
masyarakat. Berputar 3x di muka kuburan sebagai simbol perpisahan dengan dunia
ini.
h.) Ngeseng
Ngeseng adalah upacara pembakaran jenazah tersebut, jenazah dibaringkan
di tempat yang telah disediakan, disertai sesaji dan banten dengan makna filosofis
sendiri, kemudian diperciki oleh pendeta yang memimpin upacara dengan Tirta
Pangentas yang bertindak sebagai api abstrak diiringi dengan Puja Mantra dari
pendeta, setelah selesai kemudian barulah jenazah dibakar hingga hangus, tulang-
tulang hasil pembakaran kemudian digilas dan dirangkai lagi dalam buah kelapa
gading yang telah dikeluarkan airnya.
i.) Nganyud
Nganyud bermakna sebagai ritual untuk mengha=nyutkan segala kekotoran
yang masih tertinggal dalam roh mendiang dengan simbolisasi berupa
menghanyutkan abu jenazah. Upacara ini biasanya dilaksakan di laut, atau sungai.
j.) Makelud
Makelud biasanya dilaksanakan 12 hari setelah upacara pembakaran
jenazah. Makna upacara makelud ini adalah membersihkan dan menyucikan
kembali lingkungan keluarga akibat kesedihan yang melanda keluarga yang
ditinggalkan. Filosofis 12 hari kesedihan ini diambil dari Wiracarita Mahabharata,
saat Sang Pandawa mengalami masa hukuman 12 tahun di tengah hutan.
⏺Ngaben Massal
⏺Prosesi Ngaben Masal
Ngaben massal merupakan proses ngaben yang dilakukan oleh lebih dari
satu pihak, bisa satu klan, satu desa, atau lingkup yang lebih luas, cara ini dianggap
lebih efisien dan ekonomis, karena pihak yang terlibat tidak hanya satu lingkup
keluarga, dengan asumsi semakin ramai yang mengikuti semakin murah biaya yang
dikeluarkan.
UPACARA PIODALAN
MAKNA UPACARA PIODALAN (DEWA YADNYA)
1. MITOLOGI YADNYA
2. TUJUAN YADNYA.
3. MAKANA YADNYA
Ada tiga jenis kewajiban pokok atau Tri Rna yang harus dilakukan antara lain
(1) Dewa rna yaitu kewajiban umat Hindu dalam melaksanakan ajaran agama,
melaksanakan dharma dengan cara memelihara semua ciptaan-Nya yakni Panca
Mahabhuta (Sthana dari Dewa Agni, Bayu, Dewa Apah, Dewi Pertiwi, dan Akasa),
Tumbuh-tumbuhan (sthana Dewa Sangkara), Binatang/ Janggama (Sthana dari
Dewa Sambhu); (2) Rsi rna yaitu kewajiban dan tanggungjawab umat Hindu
terhadap kehidupan para Rsi, Pendeta, Pandita, Pinandita serta melaksanakan
ajaran para rsi atau guru; (3) Pitra rna yaitu kewajiban dan tanggungjawab anak
terhadap kehidupan orang tua semasih hidup dan melaksanakan upacara setelah
beliau meninggal sampai ngalinggihang di kawitan sebagai Dewa Hyang Pitara.
Sebenarnya ketiga rna ini dapat ditambahi dengan dua rna lagi yang
mengacu pada panca yadnya sehingga menjadi panca rna yaitu lima buah
kewajiban sebagai manusia yaitu (4) Manusia rna adalah kewajiban terhadap
sesama manusia agar dapat hidup rukun dan damai. (5) Bhuta rna yaitu kewajiban
terhadap panca mahabhuta beserta tumbuh-tumbuhan dan binatang memelihara
kelestarian agar dapat hidup nyaman. Dari kelima kewajiban/ rna ini mendasari
pelakasanaan upacara yang disebut dengan panca yadnya yaitu : 1) Dewa yadnya;
2) Rsi yadnya; 3) Pitra yadnya; 4) Manusia yadnya dan; 5) Bhuta yadnya.
Dalam lontar Agastya Parwa dijelaskan tentang Panca Yadnya tersebut sebagai
berikut :
“ Kunang ikang yadnya lima pratekanya, lwirnya : Dewa yadnya, Rsi Yadnya, Pitra
Yadnya, Butha yadnya, Manusa Yadnya. Nahan tang panca yadnya ring loka. Dewa
yadnya ngaranya taila pwa karma ri bhattara siwagni, maka gelaran ring mandala
ring Bhatara, yeka dewa yadnya ngaranya; Rsi Yadnya ngaranya kapujan sang
pandita muwang sang wuh ri kalingan ing dadi wang; ya rsi yadnya ngaraniya: pitra
yadnya ngaraninya tileman buat hyang siwa sraddha, yeka pitra yadnya ngaranya;
bhuta yadnya ngaranya Tawurmwang kapujam ing tuwuh pamunggwan kunda wulan
makadi walikrama, ekadasa dewata mandala; yeka bhuta yadnya ngaranya; aweh
mangan ing kraman ya manusa yadnya ngaranya; ika ta limang wiji ring sedeng ni
lokacara mangbhyasa ika maka bheda lima ( agastya parwa, 35, b ).
Artinya :
Yadnya itu lima jenisnya, yaitu Dewa Yadnya, Rsi Yadnya, Pitra Yadnya, Bhuta
Yadnya, Manusa Yadnya. Itulah Panca Yadnya di masyarakat. Dewa Yadnya ialah
persembahan minyak kepada Bhatara Siwagni, yang ditaruh di tempat Bhatara itulah
yang disebut Dewa Yadnya. Rsi Yadnya ialah Penghormatan kepada para pandita
dan orang yang mengetahui hakikat kelahiran menjadi manusia. Itulah Rsi Yadnya.
Pitra Yadnya ialah upacara kematian yang dipersembahkan kepada Siwa sebagai
penguasa upacara kematian. Itulah Pitra Yadnya. Bhuta Yadnya adalah Tawur dan
penghormatan kepada Sarwa Bhuta Pamungwan, tempat api pemujaan, wulan,
terutama walikrama (Panca Walikrama), wilayah dewa-dewa yang sebelas (Eka
Dasa Rudra). Itulah Bhuta Yadnya. Manusa Yadnya ialah memberikan makan
kepada masyarakat. Itulah lima jenis upacara yang umum dilaksanakan orang, lima
jenisnya.
Upacara yadnya merupakan wahana untuk menggerakkan alam semesta
beserta semua isinya termasuk manusia untuk ditingkatkan menuju kehidupan yang
semakin meningkat baik dalam kehidupan fisik material maupun mental spiritual dan
ini dapat dicapai dari yadnya yang berkualitas dan kualitas yadnya amat ditentukan
oleh kemampuan umat untuk meletakkan kegiatan yadnya sesuai dengan kitab suci
weda dan kitab sastra agama yang lainnya.
Banten dalam Lontar Yadnya Prakerti memiliki tiga arti sebagai simbol ritual
yang sangat sakral. Dalam Lontar tersebut Banten disebutkan : Sahananing Banten
Pinake Ragante Tuwi, Pinake Warna Rupaning Ida Batara, Pinaka Anda Bhuwana.
Dalam Lontar ini ada tiga hal yang dibahasakan dalam wujud lambang oleh Banten
yaitu:
1. Pinaka Raganta twi
2. Pinaka Warna Rupaning Ida Batara
3. Pinaka Anda Bhuwana
Selanjutnya Banten disebut juga upakara yang merupakan bagian terpenting
dari Upacara Yadnya. Dalam Kitab suci Bhagawadgita XVII,II,12 dan 13
menyebutkan ada tiga tingkatan Yadnya dilihat dari segi kualitasnya, yaitu:
1. Tamasika yadnya
2. Rajasika yadnya
3. Satwika yadnya
Secara terperinci ada tujuh syarat suatu yadnya disebut Satwika, yaitu:
1. Sradha, artinya keyakinan
2. Lascarya, artinya penuh keiklasan (tanpa pamrih)
3. Sastra, artinya sesuai petunjuk sastra
4. Daksina, artinya ada penghormatan dihaturkan secara iklas kepada pendeta
5. Mantra dan Gita, artinya setiap upacara atau yadnya haruslah ada mantra dan
panca gita
6. Annasewa, artinya Pelayanan pendeta, tamu dan orang sekeliling
7. Nasmita, artinya tidak pamer kemewahan atau kekayaan untuk membuat tamu
atau tetangga berdecak kagum.
Piodalan sendiri dapat diartikan sebagai perayaan hari jadi tempat suci.
Upacara piodalan merupakan kewajiban karma desa dalam rangka membayar
hutang kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa beserta seluruh manifestasinya
yang disthanakan di pura kayangan desa. Piodalan ini terbagi menjadi dua yaitu (1)
Piodalan alit (nyanang) dan (2) Piodalan Ageng dan di ikuti oleh seluruh warga
karma baik yang tinggal di luar Desa maupun di desa itu sendiri yang terdiri dari
berbagai dadia (klen). Piodalan yang dilaksanakan di pura kayangan desa ada yang
melaksanakan setiap 6 (enam) sekali dan ada yang melaksanakan setiap satu tahun
sekali. Tujuan dari upacara piodalan adalah untuk mewujukan kehidupan yang
harmonis dan sejahtera lahir batin dalam masyarakat.
Dalam Lontar Sundari Gama ada disebutkan bahwa, barang siapa yang tidak
memelihara dan tidak melaksanakan kewajiban di Pura Puseh tentu masyarakat
sekitarnya akan kekurangan sandang pangan, dan tidak terpeliharanya kehidupan
masyarakat setempat karena Dewa Wisnu sebagai Pemelihara ( Stiti ) dengan
Saktinya Dewi Sri yang menguasai makanan tidak akan merestui Nya.
Barang siapa yang secara tulus berbhakti dan melaksanakan kewajiban
terhadap Pura Bale Agung, tentu masyarakatnya akan menjadi rukun dan tenteram,
karena Dewa Brahma yang distanakan di Pura Bale Agung sebagai tempat untuk
bermusyawarah, dan Saktinya Dewi Saraswati akan menebarkan pengetahuan
kesucian agar menjadikan sama dalam perkataan, sama dalam perbuatan dan sama
dalam pemikiran. Sehingga apa yang menjadi harapan bersama akan dapat
terwujud dengan baik.
Dan barang siapa yang tulus berbhakti dan melaksanakan kewajibannya
terhadap Pura Dalem, tentu masyarakat itu akan menjadi aman dan damai dan
harmonis karena terhindar dari mara bahaya, karena Dewa Siwa / Iswara yang
dipuja dengan Saktinya Dewi Durga sebagai penguasa kematian dan Dewi Uma
akan senantiasa menjauhkan segala rintangan mara bahaya kepada umatnya. Bila
terjadi ketidakharmonisan dimasyarakat maka akan dilakukan upacara “ Guru
Piduka “ kehadapan Betara di Pura Dalem, dan bila ketidakharmonisan itu muncul
akibat mewabahnya “ sasab – merana “ maka upacara itu dipersembahkan kepada
Dewi Durga / Uma sebagai penguasai kekuatan sasab merana.
5. PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan pengalaman yang kami dapatkan dari perjalanan wisata study tour ke
bali ini, dapat diambil kesimpulan bahwa Indonesia, khususnya Bali, memiliki tempat
bersejarah yang sangat indah. Tempat wisata nan eksotis yang dapat memikat touris
dalam negeri maupun luar negeri, sekaligus sebagai sumber pemasukan Negara
dalam sektor pariwisata.
B. Saran
Perjalanan wisata study tour ini sangat bermanfaat untuk siswa, sangat baik bila
terus dilaksanakan dari tahun ke tahun dengan tempat yang berbeda, yang kaya
akan sejarah dan ilmu pngetahuan agar wawasan siswa meningkat.
Wassalamualaikum,wr,wb.