Anda di halaman 1dari 31

Laporan Perjalanan Wisata

Study Tour SMPN 3 SINGOSARI ke Bali

Disusun Oleh:
1. Attasya Kirana Putri ( 01 )
2. Adinda Putri Rahmania ( 02 )
3. Aurelita Agriel Ananda ( 05 )
4. Grita Kusuma Putri ( 14 )
5. Habsoh Dhatul Alfiah ( 15 )
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih juga Maha


Penyayang, kami panjatkan puji dan syukur kami kepadaNya yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayahNya sehingga kami dapat
menyelesaikan laporan study tour ke Bali dengan baik.

Laporan ini diupayakan semaksimal mungkin serta bantuan dari


berbagai pihak. Sehingga memberikan kelancaran pada setiap
prosesnya. Untuk itu kami menyampaikan rasa terima kasih yang tak
terhingga kepada Bapak dan Ibu para panitia penyelenggara study tour,
kami juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya pada
Orang Tua dan rekan-rekan yang selalu mendukung keberhasilan
laporan study tour ini.

Karya tulis yang kami buat masih jauh dari kata sempurna, karena
keterbatasan kami dalam menjabarkan yang lebih dalam di study tour
ini. namun kami sudah berusaha dengan baik. Dan setiap saran dan
kritik yang membangun, selalu kami harapkan demi kesempurnaan
laporan study tour ini.
Kami juga berharap laporan ini akan memberikan manfaat bagi para
pembaca. Setidaknya untuk memberi pengetahuan yang lebih dalam
tentang Bali.

Demikian persembahan laporan study tour ini semata untuk dunia


kepariwisataan.

Malang,14 juli 2019


PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Bali adalah sebuah provinsi di Indonesia. Ibu kota provinsi ini adalah Denpasar.
Bali juga merupakan salah satu pulau di Kepulauan Nusa Tenggara. Di awal
kemerdekaan Indonesia, pulau ini termasuk dalam Provinsi Sunda Kecil yang beribu
kota di Singaraja, dan kini terbagi menjadi 3 provinsi: Bali, Nusa Tenggara Barat,
dan Nusa Tenggara Timur.

Selain terdiri dari Pulau Bali, wilayah Provinsi Bali juga terdiri dari pulau-pulau
yang lebih kecil di sekitarnya, yaitu Pulau Nusa Penida, Pulau Nusa Lembongan,
Pulau Nusa Ceningan, Pulau Serangan, dan Pulau Menjangan.

Secara geografis, Bali terletak di antara Pulau Jawa dan Pulau Lombok.
Mayoritas penduduk Bali adalah pemeluk agama Hindu. Di dunia, Bali terkenal
sebagai tujuan pariwisata dengan keunikan berbagai hasil seni-budayanya,
khususnya bagi para wisatawan Jepang dan Australia. Bali juga dikenal dengan
julukan Pulau Dewata dan Pulau Seribu Pura.

Study tour merupakan kegiatan yang rutin dilaksanakan oleh SMPN 3 Singosari,
khususnya untuk siswa kelas VIII. Kegiatan ini secara khusus dimaksudkan untuk
membuka wawasan siswa tentang pengetahuan di luar kelas.

Bali menjadi tujuan karena ada berbagai macam tempat yang bisa menambah
tempat yang bisa menambah pengetahuan siswa: baik itu sejarah, budaya, tempat-
tempat penting, dll.

Dalam kegiatan tersebut seluruh siswa diwjibkan membuat laporan perjalanan


study tour yang menjelaskan tentang kegiatan-kegiatan sebagai pertanggung
jawaban dan sebagai media pembelajaran bagi para siswa peserta study tour.
Tujuan

Tujuan kegiatan study tour dari laporan perjalanan ini adalah:

1. Menambah wawasan siswa mengenai Bali


2. Sebagai sarana pengenalan siswa dengan budaya lain
3. Memberikan pengalaman pada siswa peserta study tour

B. Waktu dan Tempat kegiatan Study Tour

Kegiatan study tour ini dilaksanakan pada:


Hari, tanggal: Jum’at, 5 Juli 2019 – Senin, 8 Juli 2019
Lokasi: Bali, Indonesia

C. Peserta Study Tour

Kegiatan ini diikuti oleh siswa SMPN 3 Singosari kelas VIII beserta wali kelasnya.

D. Tempat Yang Dikunjungi


 TANAH LOT
 MUSEUM BAJRA SANDHI-RENON
 PANDAWA BEACH
 KUTA BEACH
 KRISHNA OLEH OLEH KHAS BALI
 PUSAT OLEH OLEH CENING BAGUS
 TARI BARONG-SHAHADEWA
 JOGER MODE-LUWES
 BEDUGUL LAKE/PURA ULUNDANU
E. Pembiayaan

Biaya dalam melakukan perjalanan wisata study tour ini sebesar Rp.650.000,-
Sumber dana kegiatan ini berasal dari tabungan siswa.
ISI LAPORAN PERJALANAN WISATA STUDY TOUR

TANAH LOT

Pura Tanah Lot adalah sebuah objek wisata di Bali, Indonesia. Di sini ada dua
pura yang terletak di atas batu besar. Satu terletak di atas bongkahan batu dan
satunya terletak di atas tebing mirip dengan Pura Uluwatu. Pura Tanah Lot ini
merupakan bagian dari pura Dang Kahyangan. Pura Tanah Lot merupakan pura laut
tempat pemujaan dewa-dewa penjaga laut. Tanah Lot terkenal sebagai tempat yang
indah untuk melihat matahari terbenam.

Sejarah

Sejarah Pura Tanah Lot Bali Indonesia berdasarkan legenda, dikisahkan


pada abad ke -15, Bhagawan Dang Hyang Nirartha atau dikenal dengan nama Dang
Hyang Dwijendra melakukan misi penyebaran agama Hindu dari pulau Jawa ke
pulau Bali.
Pada saat itu yang berkuasa di pulau Bali adalah Raja Dalem Waturenggong.
Beliau sangat menyambut baik dengan kedatangan dari Dang Hyang Nirartha dalam
menjalankan misinya, sehingga penyebaran agama Hindu berhasil sampai ke
pelosok – pelosok desa yang ada di pulau Bali.

Dalam sejarah Tanah Lot, dikisahkan Dang Hyang Nirartha, melihat sinar suci
dari arah laut selatan Bali, maka Dang Hyang Nirartha mencari lokasi dari sinar
tersebut dan tibalah beliau di sebuah pantai di desa yang bernama desa Beraban
Tabanan.

Pada saat itu desa Beraban dipimpin oleh Bendesa Beraban Sakti, yang
sangat menentang ajaran dari Dang Hyang Nirartha dalam menyebarkan agama
Hindu. Bendesa Beraban Sakti, menganut aliran monotheisme.

Dang Hyang Nirartha melakukan meditasi di atas batu karang yang


menyerupai bentuk burung beo yang pada awalnya berada di daratan. Dengan
berbagai cara Bendesa Beraban ingin mengusir keberadaan Dang Hyang Nirartha
dari tempat meditasinya.

Menurut sejarah Tanah Lot berdasarkan legenda Dang Hyang Nirartha


memindahkan batu karang (tempat bermeditasinya) ke tengah pantai dengan
kekuatan spiritual. Batu karang tersebut diberi nama Tanah Lot yang artinya
batukarang yang berada di tengah lautan.

Semenjak peristiwa itu Bendesa Beraban Sakti mengakui kesaktian yang


dimiliki Dang Hyang Nirartha dengan menjadi pengikutnya untuk memeluk agama
Hindu bersama dengan seluruh penduduk setempat.

Dikisahkan di sejarah Tanah Lot, sebelum meninggalkan desa Beraban, Dang


Hyang Nirartha memberikan sebuah keris kepada bendesa Beraban. Keris tersebut
memiliki kekuatan untuk menghilangkan segala penyakit yang menyerang tanaman.

Keris tersebut disimpan di Puri Kediri dan dibuatkan upacara keagamaan di


Pura Tanah Lot setiap enam bulan sekali. Semenjak hal ini rutin dilakukan oleh
penduduk desa Beraban, kesejahteraan penduduk sangat meningkat pesat dengan
hasil panen pertanian yang melimpah dan mereka hidup dengan saling
menghormati.

Legenda

Menurut legenda, pura ini dibangun oleh seorang brahmana yang


mengembara dari Jawa, yaitu Danghyang Nirartha yang berhasil menguatkan
kepercayaan penduduk Bali akan ajaran Hindu dan membangun Sad Kahyangan
tersebut pada abad ke-16. Pada saat itu, penguasa Tanah Lot yang bernama
Bendesa Beraben merasa iri kepadanya karena para pengikutnya mulai pergi untuk
mengikuti Danghyang Nirartha.

Bendesa Beraben kemudian menyuruh Danghyang Nirartha meninggalkan


Tanah Lot. Danghyang Nirartha menyanggupi, tetapi sebelumnya ia dengan
kekuatannya memindahkan Bongkahan Batu ke tengah pantai (bukan ke tengah
laut) dan membangun pura di sana. Ia juga mengubah selendangnya menjadi ular
penjaga pura.

Ular ini masih ada sampai sekarang dan secara ilmiah ular ini termasuk jenis
ular laut yang mempunyai ciri-ciri berekor pipih seperti ikan, warna hitam berbelang
kuning Objek wisata tanah lot terletak di Beraban, Kediri, Tabanan, sekitar 13
kilometer di sebelah selatan Kota Tabanan.

Di sebelah utara Pura Tanah Lot, sebuah pura lain yang dibangun di atas
tebing yang menjorok ke laut. Tebing ini menghubungkan Pura dengan daratan dan
berbentuk seperti jembatan (melengkung). Pura ini disebut Pura Karang Bolong. dan
mempunyai racun 3 kali lebih kuat dari ular cobra. Akhirnya disebutkan bahwa
Bendesa Beraben menjadi pengikut Danghyang Nirartha.

Lokasi

Objek wisata tanah lot terletak di Beraban, Kediri, Tabanan, sekitar 13


kilometer di sebelah selatan Kota Tabanan.Di sebelah utara Pura Tanah Lot, sebuah
pura lain yang dibangun di atas tebing yang menjorok ke laut. Tebing ini
menghubungkan Pura dengan daratan dan berbentuk seperti jembatan
(melengkung). Pura ini disebut Pura Karang Bolong.
Hari Raya

Odalan atau hari raya di Pura ini diperingati setiap 210 hari sekali,
sebagaimana pura lain pada biasanya. Jatuhnya dekat dengan perayaan Galungan
dan Kuningan, tepatnya pada Hari Suci Buda Cemeng Langkir.

MUSEUM BAJRA SANDHI

Museum Bajra Sandhi atau yang lebih dikenal sebagai monumen Bajra
Sandhi

Sejarah Museum Bajra Sandhi memiliki arsitektur khas tradisional Bali.


Pembangunannya sarat akan makna filosofi agama Hindu. Kata Bajra sendiri
memiliki arti genta. Pendeta Hindu sering menggunakan genta ketika mengucapkan
mantra dalam upacara keagamaan. Selain itu elemen-elemen Hindu yang ada di
dalam monumen adalah:

Guci Amertha, disimbolkan dengan kumbha (semacam periuk) yang dapat dilihat
di bagian atas monumen
 Ekor Naga Basuki, terwujud dekat Swamba dan kepalanya pada Kori Agung
 Badan Bedawang Akupa yang diwujudkan pada landasan monumen,
kepalanya pada Kori Agung
 Gunung Mendara Giri yang diwujudkan dengan monumen menjulang tinggi
 Kolam yang mengelilingi monumen, diibaratkan sebagai Ksirarnawa (lautan
susu).

Tidak hanya memiliki nilai filosofi Hindu, monumen Bajra Sandhi juga sarat akan
simbol kemerdekaan. Anak tangga yang berada di pintu utama monumen berjumlah
17. Tiang agung yang berada di bagian dalam monumen jumlahnya 8 yang memiliki
ketinggian 45 meter. Angka-angka tersebut adalah tanggal kemerdekaan Indonesia
17 Agustus 1945. Jika Anda tertarik terhadap museum lain yang berhubungan
dengan perjuangan bangsa, baca juga sejarah museum Loka Jala Crana Surabaya
dan sejarah museum BRI Purwokerto. Secara garis besar, monumen Bajra Sandhi
dapat dibagi ke dalam tiga bagian yaitu, bagian Nistaning Utama Mandala,
Madyaning Utama Mandala dan bagian Utamaning Utama Mandala.

1. Nistaning Utama Mandala

Bagian Nistaning Utama Mandala adalah lantai dasar bangunan monumen.


Pada bagian ini terdapat ruang informasi, ruang perpustakaan, ruang pameran,
ruang pertemuan, ruang administrasi dan toilet. Di tengah-tengah bangunan terdapat
telaga yang diberi nama Puser Tasik, delapan tiang agung dan juga tangga naik
berbentuk tapak dara. Selain itu di bagian ini juga terdapat foto-foto masa lalu
berwarna hitam putih yang menunjukan perjuangan rakyat Bali dalam melawan
penjajah serta foto-foto kerajaan Bali tempo dulu.

2. Madyaning Utama Mandala

Bagian Madyaning Utama Mandala terletak di lantai dua monumen. Pada


bagian ini terdapat 33 diorama yang menggambarkan kondisi Bali pada masa
prasejarah, kerajaan, peperangan hingga pasca kemerdekaan. Keterangan yang
ada pada diorama ditulis dalam bahasa Inggris dan Indonesia. Selain diorama, pada
bagian ini juga terdapat miniatur perjuangan rakyat Bali dari masa ke masa,
termasuk peperangan di selat Bali. Jika Anda menengok ke sekeliling lantai
Madyaning Utama Mandala, Anda dapat melihat teras terbuka. Pengunjung
biasanya menikmati suasana sekeliling di teras ini.

3. Utamaning Utama Mandala

Utamaning Utama Mandala adalah lantai paling atas monumen Bajra Sandhi.
Bagian ini disebut juga ruang ketenangan, tempat pengunjung menikmati
ketenangan di sekeliling monumen. Pemandangan kota Denpasar dapat terlihat dari
ketinggian lantai tiga monumen. Untuk dapat mencapai lantai tiga, pengunjung perlu
menaiki tangga spiral yang ada di lantai dua.

Berkunjung Ke Museum Bajra Sandhi

Monumen Bajra Sandhi terletak di lokasi yang strategis, yaitu berada di


lapangan Niti Mandala Renon. Kondisi lapangannya sangat hijau dan sering
digunakan oleh masyarakat sekitar untuk berjoging. Pada waktu sore hari, lapangan
Niti Mandala Renon sangat ramai pengunjung. Di kawasan Renon ini juga
merupakan tempat kantor Gubernur Bali berada. Tempatnya ada di belakang
monumen Bajra Sandhi.

Selain lokasinya yang strategis, monumen Bajra Sandhi juga memiliki daya
tariknya tersendiri bagi wisatawan Asia seperti Jepang, China dan Korea. Bentuknya
yang mirip pagoda membuat para wisatawan tersebut tertarik untuk berkunjung.
Karena di negara-negara meraka juga banyak ditemukan pagoda.

Meskipun tidak seperti harga tiket museum pada umumnya, harga tiket
masuk museum Bajra Sandhi terbilang masih terjangkau. Kategori pengunjung
umum dikenakan biaya yang lebih besar dibanding dengan pelajar. Untuk orang
dewasa, harga tiket masuk perorangnya adalah Rp 25.000. Untuk anak TK dan SD
harga tiket masuknya sebesar Rp 2.000 per anak. Sedangkan untuk murid SMP,
SMA dan Mahasiswa harga tiket masuknya yaitu Rp 5.000 per orang. Jika Anda
membawa kendaraan, akan dikenakan biaya tambahan untuk parkir. Parkir mobil di
monumen Bajra Sandhi adalah Rp 5.000 per mobil. Sedangkan untuk parkir sepeda
motor sebesar Rp 2.000 untuk setiap unit sepeda motor.

Demikianlah penjelasan mengenai Sejarah Museum Bajra Sandhi. Bali


memang terkenal dengan pantainya yang indah dan wisata alamnya yang
menakjubkan. Tetapi jika Anda berkunjung ke Bali, jangan lupa untuk mengunjungi
juga museum Bajra Sandhi. Museum ini sarat akan nilai historis karena dibangun
sebagai pengingat perjuangan rakyat Bali melawan penjajah. Selain itu arsitektur
yang khas Bali dan nilai-nilai filosofis Hindu yang ada pada unsur bangunannya juga
tidak boleh Anda lewatkan. Sebanyak 33 diorama dapat Anda temukan di lantai dua
museum.

Diorama-diorama tersebut menggambarkan kondisi masyarakat Bali dari


zaman prasejarah, kerajaan, peperangan hingga pasca kemerdekaan. Bagi Anda
yang sudah puas melihat-lihat pameran yang ada di museum ini, Anda dapat
langsung menuju lantai paling atas untuk menikmati pemandangan kota Denpasar.
Tidak perlu merogoh kocek terlalu dalam untuk dapat menikmati seluruh fasilitas
yang ada di museum. Cukup dengan Rp 25.000 untuk orang dewasa.

PANDAWA BEACH

Pantai Pandawa adalah salah satu kawasan wisata di area Kuta selatan,
Kabupaten Badung, Bali. Pantai ini terletak di balik perbukitan dan sering disebut
sebagai Pantai Rahasia (Secret Beach). Di sekitar pantai ini terdapat dua tebing
yang sangat besar yang pada salah satu sisinya dipahat lima patung tertinggi) diberi
penejasan nama Dewi Kunti, Dharma Wangsa, Bima, Arjuna, Nakula, dan Sadewa.
Selain untuk tujuan wisata dan olahraga air, pantai ini juga dimanfaatkan
untuk budidaya rumput laut karena kontur pantai yang landai dan ombak yang tidak
sampai ke garis pantai. Cukup banyak wisatawan yang melakukan paralayang dari
Bukit Timbis hingga ke Pantai Pandawa. Kawasan pantai ini juga sering digunakan
sebagai lokasi pengambilan gambar untuk sinetron FTV.

Sejarah
Di dalam Epos Mahabharata, diceritakan kehidupan Sang Panca Pandawa
yang dikurung di dalam Goa Gala-Gala. Sampai akhirnya keluarga Pandawa
membuat sebuah terowongan yang memungkinkan keluarga Pandawa bisa
menyelamatkan diri. Setelah berhasil menyelamatkan diri, Panca Pandawa yang
terdiri dari Yudhistira, Bima, Arjuna, Nakula dan Sadewa membuka suatu kawasan
hutan belantara yang sangat angker sebagai daerah kekuasaan, berkat kerja keras
dan dukungan dari seluruh pengikutnya, Panca Pandawa dapat membangun
kerajaan Amertha yang dipimpin oleh Raja Yudhistira.
Pada tanggal 27 Desember 2012, Pantai ini ditetapkan menjadi Pantai
Pandawa, sebelumnya dikenal sebagai Pantai Melasti. Pada tanggal itu pula
diselenggarakan Pandawa Beach Festival yang pertama. Diambil nama Pantai
Pandawa karena ada kemiripan cerita yang ditulis dalam epos Maha Bharata
dengan fakta perjalanan nasib masyarakat Desa Kutuh, sehingga masyarakat
sepakat memberi nama Pantai MELASTI (secret beach) dengan sebutan Pantai
Pandawa agar cerita keduanya bisa selalu dikenang sepanjang masa .

KUTA BEACH
Pantai Kuta adalah sebuah tempat pariwisata yang terletak kecamatan Kuta,
sebelah selatan Kota Denpasar, Bali, Indonesia. Daerah ini merupakan sebuah
tujuan wisata turis mancanegara dan telah menjadi objek wisata andalan Pulau Bali
sejak awal tahun 1970-an. Pantai Kuta sering pula disebut sebagai pantai matahari
terbenam (sunset beach) sebagai lawan dari pantai Sanur. Selain itu, Lapangan
Udara I Gusti Ngurah Rai terletak tidak jauh dari Kuta.
Pantai Kuta terkenal memiliki ombak yang bagus untuk olahraga selancar
(surfing),terutama bagi peselancar pemula. Selain keindahan pantai, wisata pantai
Kuta juga menawarkan berbagai jenis hiburan seperti bar, restoran, pertokoan,
restoran, hotel, dan toko-toko kelontong, serta pedagang kaki lima di sepanjang
pantai menuju Pantai Legian.

Sejarah
Sebelum menjadi objek wisata, Kuta merupakan sebuah pelabuhan dagang
tempat produk lokal diperdagangkan kepada pembeli dari luar Bali. Pada abad ke-
19, Mads Lange, seorang pedagang Denmark, datang ke Bali dan mendirikan basis
perdagangan di Kuta. Ia ahli bernegosiasi sehingga dirinya terkenal di antara raja-
raja Bali dan Belanda.
Selanjutnya, Hugh Mahbett menerbitkan sebuah buku berjudul “Praise to
Kuta” yang berisi ajakan kepada masyarakat setempat untuk menyiapkan fasilitas
akomodasi wisata. Tujuannya untuk mengantisipasi ledakan wisatawan yang
berkunjung ke Bali. Buku itu kemudian menginspirasi banyak orang untuk
membangun fasilitas wisata seperti penginapan, restoran dan tempat hiburan.

KRISHNA BALI
Pusat Oleh-Oleh Krisna Bali merupakan toko oleh-oleh terbesar di Pulau Bali.
Jika Anda berlibur ke Bali, tidak afdol rasanya jika tak mampir ke Krisna. Ada
berbagai macam yang dijual di toko Krisna. Mulai barang fashion, souvenir,
makanan hingga karya seni. Di Krisna, Anda tak perlu khawatir soal harga serta
kualitas barang,karena harga disini sangat terjangkau dan kualitas barang nya juga
baik. Tempatnya nyaman dan bersih sehingga Anda akan merasa tenang saat
berbelanja.
Krisna merupakan toko souvenir dan oleh-oleh khas pulau dewata terbesar di
Bali yang dimiliki oleh pasangan I Gusti Ngurah Anom (Pak Cok) dan Ketut
Mastrining. Dimulai dengan sebuah toko kecil di Jalan Nusa Indah, Denpasar, dan
kemudian berkembang menjadi empat toko, satu di Jalan Nusa Kambangan
Denpasar , satu lagi di Sunset Road dan yang terbaru buka 24 jam di Jalan Raya
Tuban pada tahun 2010.
Toko oleh-oleh Krisna terletak di Jalan Raya Tuban, Kuta, Bali. Dari Bandara
Internasional I Gusti Ngurah Rai hanya berjarak 5 menit saja. Keunikan toko ini
adalah buka setiap hari selama 24 jam sehingga Anda dapat berkunjung kapan saja.
Krisna Bali awalnya bertempat di Jalan Nusa Indah No.79 Denpasar Bali. Kini
berkembang dan telah memiliki 3 lokasi lain yakni di Jalan Nusa Kambangan, Jalan
Sunset Road, Legian dan Jalan Raya Tuban, Kuta. Beragam lokasi tersebut
memberi kemudahan bagi para wisatawan yang ingin berburu oleh-oleh di sini.
Harga Barang yang dijual Pusat Oleh-Oleh Krisna Bali relatif terjangkau
bahkan sangat murah jika di kawasan Kuta. Harga yang dibanderol berkisaran
Rp.10.000 hingga Rp.300.000 Sayang jika Anda tak memborong oleh-oleh di
Krisna.Harga cemilan khas Bali dibanderol mulai Rp.10.000 hingga Rp.50.000,
sedangkan harga kaos berkisar Rp.20.000 hingga Rp.50.000 saja per potong. Untuk
souvenir berkisar antara Rp. 30.000 hingga Rp. 90.000

CENING BAGUS BALI


Bali sebagai tujuan wisata dunia, selain menawarkan banyak objek wisata
alam menarik dengan berbagai macam budaya serta tradisinya yang unik, Bali juga
menawarkan sejumlah tempat wisata Belanja, baik itu belanja di pasar modern dan
juga pasar tradisional. Bagi wisatawan sendiri keperluan untuk belanja oleh-oleh
khas Bali adalah menjadi agenda wajib dalam perjalanan tour di Bali dan salah satu
tempat atau pusat oleh-oleh khas Bali adalah Cening Bagus, lokasinya sendiri
sangat strategis di jalan raya utama Batubulan.
Jika anda mendengar nama Sukawati, tentunya tidak asing lagi dengan
pasar seni Sukawati termasuk juga pasar Seni Guwang yang terletak di Sukawati,
selain dua tempat tersebut yang menjadi tujuan wisata belanja di Sukawati,
sekarang hadir juga juga pasar oleh-oleh modern yang bernama Cening Bagus, toko
Cening Bagus ini adalah salah satu pusat belanja oleh-oleh khas Bali koleksi barang
lengkap dan lebih murah, pasar modern yang menyediakan berbagai koleksi barang-
barang kerajinan khas Bali menjadi tujuan alternatif belanja yang memberikan
kenyamanan dan kemudahan.
Pusat oleh-oleh Bali di toko Cening Bagus ini sangat lengkap, berbagai
barang yang biasanya anda bisa temukan di pasar-pasar seni di Bali, maka anda
bisa temukan dengan mudah di tempat ini juga, semua barang tertata dengan bagus
dan dikelompokkan sehingga anda yang ingin mencari barang-barang tertentu bisa
menemukannya dengan mudah, atau jika anda masih belum menemukannya, staf
yang ramah akan siap membantu anda.
Belanja di pasar modern seperti swalayan yang ditawarkan di pusat oleh-
oleh Bali Cening Bagus ini, tentunya memberikan banyak kemudahan, anda tidak
perlu khawatir kehujanan ataupun kepanasan, tidak perlu lagi tawar- menawar
seperti jika anda berbelanja di pasar-pasar seni ataupun pasar tradisional lainnya,
semua harga sudah harga pas tidak bisa ditawar lagi, anda bisa membandingkan
harga yang anda dapatkan di toko Cening Bagus ini dengan harga di pasar seni,
harga yang masuk akal dan lebih murah.
Tetapi bagi yang suka tawar-menawar, bisa datang ke pasar seni Sukawati
yang terletak berdekatan dengan toko Cening Bagus di Batubulan ini. Seperti halnya
toko oleh-oleh lainnya, pusat oleh-oleh khas Bali Cening Bagus menawarkan
berbagai jenis kerajinan lokal bahan kerajinan anyaman, pernak-pernik, cangkir,
kerajinan patung, ukiran, lukisan, kain tenun, pakaian, selimut, camilan dan berbagai
jenis lainnya yang bercirikan tentang Bali.
Bangunan toko dari Cening Bagus ini terdiri dari dua lantai, koleksi lengkap
dan barang-barang tertata rapi, yakin membuat anda nyaman dan apa yang anda
perlukan dengan keperluan oleh-oleh di Bali bisa terpenuhi.
Pusat oleh-oleh khas Bali Cening Bagus ini lokasinya memang sangat
strategis di jalan raya utama Batubulan, sehingga banyak objek wisata di Bali berada
searah perjalanan, seperti anda saat mengagendakan tour ke arah Sukawati, Bali
Bird park, Bali Zoo, air terjun Tegenungan, Ubud, Kintamani, termasuk juga tour ke
Celuk dan pusat pementasan tari Barong ke Batubulan, sehingga anda bisa
mengatur tour dengan mudah dan berkunjung ke Cening Bagus lebih efisien waktu.
Sarana dan fasilitas yang disediakan di pusat oleh-oleh Cening Bagus cukup
lengkap, seperti sarana parkir yang luas, termasuk juga untuk parkir bus pariwisata
berbadan besar, kamar mandi dan toilet, sejumlah anjungan tunai mandiri (ATM),
gazebo tempat supir, pemandu wisata ataupun tour guide menunggu wisatawan
yang sedang belanja, termasuk sejumlah warung makanan dan minuman.

TARI BARONG

Seni budaya di Bali menjadi daya tarik utama untuk wisatawan. Salah satu
yang menarik perhatian adalah Tari Barong di Sahadewa yang menjadi representasi
pertarungan 'kebaikan' dan 'kejahatan' di muka bumi.
Tari Barong biasa dipentaskan di sebuah objek wisata bernama
SahadewaSahadewa adalah sebuah sanggar di kawasan Batu Bulan, Kabupaten
Gianyar, Bali yang mementaskan tarian Kecak dan tari Barong kepada wisatawan
setiap harinya. Tarian Barong dipentaskan pada pukul 09.30 WITA, sementara tari
Kecak dimulai pada sore harinya, sekitar pukul 18.30 WITA.
Tari Barong dan Keris dipentaskan di atas panggung pertunjukan dengan
latar gapura Bali dan beberapa pohon kamboja. Sementara para pemain gamelan
bali sebagai musik pengiring berada di sisi sebelah kiri panggung
Penonton dapat memilih kursi di barisan depan, atau di kursi berundak seperti
yang biasa dijumpai di bioskop. Sahadewa sendiri berkapasitas sekitar 600 orang,
serta dilengkapi fasilitas toilet, coffee shop, ruang tunggu hingga toko suvenir.
Tari Barong merupakan tari tradisional Bali yang menceritakan pertempuran
antara 'kebajikan' yang diwakili oleh Barong, melawan 'kebatilan' yang diwakili oleh
Rangda. Tarian Barong ini terdiri dari beberapa babak pertunjukan.
Babak pertama dimulai dengan munculnya Barong yang berdiri dengan
sangat gagah. Tak lama berselang, muncullah seekor monyet yang dengan usilnya
menggoda sang Barong. Untungnya Sang Barong tidak terpengaruh. Saat sedang
asyik menggoda Barong, muncullah 2 orang pengikut Rangda yang ingin menculik
sang Monyet untuk dijadikan anak buahnya, namun berkat Barong, si monyet
berhasil terselamatkan.
Fragmen kedua, barulah memasuki inti cerita. Babak ini mengisahkan
perubahan yang dialami oleh dewi Kunti dan Patihnya yang disusupi oleh roh jahat.
Anak Dewi Kunti yang bernama Sahadewa pun dijanjikan untuk diserahkan kepada
Rangda. Namun diluar dugaan, Sahadewa diberikan kekuatan oleh dewa Shiwa
sehingga jadi sakti mandraguna dan kebal terhadap pengaruh roh jahat.
Fragmen cerita berikutnya menampilkan pertempuran antara Rangda dan
Sahadewa. Rangda yang marah ternyata tidak bisa membunuh Sahadewa yang
sudah dianugerahkan keabadian oleh dewa Shiwa. Rangda yang juga sakti ternyata
juga sukar untuk dikalahkan oleh Sahadewa. Sahadewa pun berubah menjadi
Barong, dan pertarungan melawan Rangda tidak ada yang menang, dan akan terus
abadi.
Di fragmen cerita terakhir, tampak beberapa pria yang berperan sebagai
pengikut barong membuktikan kesaktian mereka dengan cara menusukkan keris ke
tubuh mereka sendiri. Konon, keris ini asli dan semua adegan terlihat tanpa
rekayasa. Sebelum para penari pria ini mulai beraksi, seorang pemangku adat
tampak memercikkan air suci dan merapalkan doa-doa demi keselamatan sang
penari.
Tarian ini menjadi perlambang bahwa pertarungan antara 'kebaikan' melawan
'kejahatan' akan terus berlangsung di dunia. Seperti kehidupan manusia, kedua sisi
tersebut pasti akan berlawanan sampai akhir hayat.
Setelah 1 jam lebih, pertunjukan tari Barong dan Keris ini pun selesai. Para
penonton yang kebanyakan bule langsung bertepuk tangan dan memberikan
apresiasinya. Pembawa acara kemudian mempersilakan para tamu untuk berfoto
bersama dengan para penari di atas panggung. Mereka terlihat puas dan senang
atas pertunjukan ini.

PABRIK KATA-KATA JOGER BALI

Siapa yang tak kenal Joger Pabrik Kata Kata? Oleh-oleh khas Bali yang
berupa kaos oblong ini mampu menarik para wisatawan untuk datang ke Bali. Meski
tampilannya hanya kaos oblong saja namun yang membuat kaos oblong ini menarik
ialah kata-kata yang tercetak di kaos.Kata-kata yang tercantum bukan kata-kata
biasa melainkan kata-kata yang berisi motivasi dan prinsip hidup. Selain kata-kata
adapula gambar-gambar unik yang menarik. Hal ini yang membuat menarik banyak
wisatawan untuk membelinya.

Joger berdiri tanggal 19 Januari 1981. Kala itu Joseph Theodorus Wulianadi
diberi hadiah oleh Mr. Gerhard Seeger uang sebesar USD 20.000 untuk digunakan
sebagai modal usaha. Kata Joger berasal dari gabungan sang pemilik yakni Joseph
Theodorus Wulianadi dan Mr. Gerhard Seeger. Keduanya memulai bisnis dengan
berjualan macam-macam barang kerajinan. Pabrik Joger dulu bernama Art & Batik
Shop Joger dan memiliki konsep toko dan galeri. Awalnya joger memiliki toko di
Jalan Sulawesi No.37 Denpasar. Namun pindah ke tempat sekarang sejak tanggal 7
Juli 1987. Seiiring berjalannya waktu, Joger berkembang dan menjadi salah satu
sentra pusat oleh-oleh di Pulau Dewata.

Joger sendiri terletak di Jl.Raya Denpasar-Bedugul KM 37,5,Ds. Luwus, Kec.


Baturiti, Kab. Tabanan, Bali Kuta.Joger berada di jalan raya Denpasar – Singaraja
yaitu kira kira 3 kilometer dari Rumah Bali Luwus yang terletak di jalan menuju arah
tempat wisata Ulun danau Beratan Bedugul. Biasanya sebelum atau sesudah
mengunjungi obyek wisata Pura Bedugul, para wisatawan akan di ajak mampir ke
pabrik kata-kata joger luwus ini. Disini parkirannya juga sangat luas dan
memungkinkan para wisatawan nyaman untuk parkir.

Disini juga menjual berbagai barang dari sandal,kaos oblong,tas,aksesoris


dan lain-lain. Harga barang di Joger relatif masih terjangkau. Kaos oblong Joger
dibanderol mulai harga Rp. 70.000 hingga Rp. 250.000. Barang lainnya yakni
gantungan kunci dibanderol Rp.4000 hingga Rp.8000, sedangkan sandal Joger
mulai Rp.12.000-Rp.60.000.

PURA ULUNDANU
Makna nama pura

Ulun artinya tepi dalam bahasa Indonesia sedangkan Danu berarti danau.
Jadi pura Ulun Danu artinya pura yang berada ditepi danau. Tepatnya berada di tepi
danau Bratan Bedugul, yang berada di daerah dataran tinggi sekitar 1.200 meter di
atas permukaan laut. Karena berada didalam area dataran tinggi, membuat udara
disekitar area pura sangat sejuk. Sekedar informasi, ada dua tempat wisata pura
terkenal di Bali yang memiliki nama sama, yaitu Pura Ulun Danu, namun lokasinya
berbeda.

Pada saat anda tiba dipintu gerbang masuk tempat wisata Pura Ulun Danu
Bratan Bedugul, anda sudah dapat melihat candi bentar, keunikan arsitektur pura,
suasana asri, udara sejuk dan lingkungan bersih.

Selain itu, pada saat air danau Bratan naik, Pura Ulun Danu Bedugul terlihat
seakan mengapung di atas permukaan air danau. Air danau Beratan sangat jernih
dan tenang. Pada siang hari kabut tipis mulai terlihat turun menutupi permukaan
danau Beratan dan area perbukitan.

Jadi daya tarik utama adalah dua pura yang lokasinya ditepi danau dan
terlihat terapung dipermukaan air danau Beratan. Foto dari dua pura yang terlihat
mengambang ditengah danau Bratan pernah ada di mata uang Rp 50,000.

Sejarah Pura Ulun Danu Beratan

Menurut informasi yang tercetak dibagian belakang tiket masuk, sejarah Pura
Ulun Danu Beratan dibangun pada tahun 1634 oleh I Gusti Agung Putu (Raja
Kerajaan Mengwi). Pembangunan pura berfungsi atau ditujukan untuk pemujaan
Tuhan Yang Maha Esa, dalam manifestasinya sebagai Tri Murti (Brahma, Wisnu dan
Siwa). Untuk memohon kesuburan lahan pertanian, kemakmuran masyarakat,
kesejahteraan manusia dan kelestarian alam agar terhindar dari bencana.

Selain keunikan lokasi, bentuk arsitektur pura juga sangat unik dengan ciri
khas arsitektur Bali. Tempat pemujaan dibangun dari kayu yang bentuknya seperti
pagoda, dengan jumlah 11 tingkatan pada area atap bangunan. Keindahan
arsitektur pura juga ditambah dengan keindahan latar belakang perbukitan, serta
danau alami yang mengelilingi area pura.

Alamat Pura Ulun Danu

Pura Ulun Danu Beratan adalah ikon pariwisata Bali, selain patung Garuda
Wisnu Kencana. Lokasi pura Ulun Danu Beratan berada di sisi barat Danau
Bedugul. Alamatnya berada di jalan Raya Bedugul, Candi Kuning, Kecamatan
Baturiti Kabupaten Tabanan. Apabila anda memilih menginap di salah satu hotel
yang berada di tepi pantai Kuta, maka akan memerlukan waktu tempuh sekitar 2 jam
perjalanan untuk sampai di kawasan tempat wisata Bedugul Tabanan.

UPACARA NGABEN
Ngaben merupakan salah satu upacara yang dilakukan oleh Umat Hindu di
Bali yang tergolong upacara Pitra Yadnya (upacara yang ditunjukkan kepada
Leluhur).
⏺Bentuk-bentuk Upacara Ngaben:
1.) Ngaben Sawa Wedana
Sawa Wedana adalah upacara ngaben dengan melibatkan jenazah yang
masih utuh (tanpa dikubur terlebih dahulu) . Biasanya upacara ini dilaksanakan
dalam kurun waktu 3-7 hari terhitung dari hari meninggalnya orang tersebut.
Pengecualian biasa terjadi pada upacara dengan skala Utama, yang persiapannya
bisa berlangsung hingga sebulan. Sementara pihak keluarga mempersiapkan segala
sesuatu untuk upacara maka jenazah akan diletakkan di balai adat yang ada di
masing-masing rumah dengan pemberian ramuan tertentu untuk memperlambat
pembusukan jenazah. Dewasa ini pemberian ramuan sering digantikan dengan
penggunaan formalin. Selama jenazah masih ditaruh di balai adat, pihak keluarga
masih memperlakukan jenazahnya seperti selayaknya masih hidup, seperti
membawakan kopi, memberi makan disamping jenazah, membawakan handuk dan
pakaian, dll sebab sebelum diadakan upacara yang disebut Papegatan maka yang
bersangkutan dianggap hanya tidur dan masih berada dilingkungan keluarganya.
2.) Ngaben Asti Wedana
Asti Wedana adalah upacara ngaben yang melibatkan kerangka jenazah
yang pernah dikubur. Upacara ini disertai dengan upacara ngagah, yaitu upacara
menggali kembali kuburan dari orang yang bersangkutan untuk kemudian
mengupacarai tulang belulang yang tersisa. Hal ini dilakukan sesuai tradisi dan
aturan desa setempat, misalnya ada upacara tertentu di mana masyarakat desa
tidak diperkenankan melaksanakan upacara kematian dan upacara pernikahan
maka jenazah akan dikuburkan di kuburan setempat yang disebut dengan upacara
Mukingsan ring Pertiwi ( Menitipkan di Ibu Pertiwi).
3.) Swasta
Swasta adalah upacara ngaben tanpa memperlibatkan jenazah maupun
kerangka mayat, hal ini biasanya dilakukan karena beberapa hal, seperti: meninggal
di luar negeri atau tempat jauh, jenazah tidak ditemukan, dll. Pada upacara ini
jenazah biasanya disimbolkan dengan kayu cendana (pengawak) yang dilukis dan
diisi aksara magis sebagai badan kasar dari atma orang yang bersangkutan.
4.) Ngelungah
Ngelungah adalah upacara untuk anak yang belum tanggal gigi.
5.)Warak Kruron
Warak Kruron adalah upacara untuk bayi yang keguguran.
Tujuan Upacara Ngaben,Upacara ngaben secara konsepsional memiliki makna dan
tujuan sebagai berikut:
Dengan membakar jenazah maupun simbolisnya kemudian menghanyutkan
abu ke sungai, atau laut memiliki makna untuk melepaskan Sang Atma (roh) dari
belenggu keduniawian sehingga dapat dengan mudah bersatu dengan Tuhan
(Mokshatam Atmanam).
Membakar jenazah juga merupakan suatu rangkaian upacara untuk
mengembalikan segala unsur Panca Maha Bhuta (5 unsur pembangun badan kasar
manusia) kepada asalnya masing-masing agar tidak menghalangi perjalan Atma ke
Sunia Loka.
Bagi pihak keluarga, upacara ini merupakan simbolisasi bahwa pihak keluarga telah
ikhlas, dan merelakan kepergian yang bersangkutan.
⏺Rangkaian Upacara Ngaben
⏺Sarana Pengusungan Jenazah
a.) Ngulapin
Upacara untuk memanggil Sang Atma. Upacara ini juga dilaksanakan apabila
yang bersangkutan meninggal di luar rumah yang bersangkutan (misalnya di Rumah
Sakit, dll). Upacara ini dapat berbeda-beda tergantung tata cara dan tradisi
setempat, ada yang melaksanakan di perempatan jalan, pertigaan jalan, dan
kuburan setempat.
b.) Nyiramin/Ngemandusin
Upacara memandikan dan membersihkan jenazah yang biasa dilakukan di
halaman rumah keluarga yang bersangkutan (natah). Prosesi ini juga disertai
dengan pemberian simbol-simbol seperti bunga melati di rongga hidung, belahan
kaca di atas mata, daun intaran di alis, dan perlengkapan lainnya dengan tujuan
mengembalikan kembali fungsi-fungsi dari bagian tubuh yang tidak digunakan ke
asalnya, serta apabila roh mendiang mengalami reinkarnasi kembali agar
dianugerahi badan yang lengkap (tidak cacat).
c.) Ngajum Kajang
Kajang adalah selembar kertas putih yang ditulisi dengan aksara-aksara
magis oleh pemangku, pendeta atau tetua adat setempat. Setelah selesai ditulis
maka para kerabat dan keturunan dari yang bersangkutan akan melaksanakan
upacara ngajum kajang dengan cara menekan kajang itu sebanyak 3x, sebagai
simbol kemantapan hati para kerabat melepas kepergian mendiang dan menyatukan
hati para kerabat sehingga mendiang dapat dengan cepat melakukan perjalanannya
ke alam selanjutnya.
d.) Ngaskara
Ngaskara bermakna penyucian roh mendiang. Penyucian ini dilakukan
dengan tujuan agar roh yang bersangkutan dapat bersatu dengan Tuhan dan bisa
menjadi pembimbing kerabatnya yang masih hidup di dunia.
e.) Mameras
Mameras berasal dari kata peras yang artinya berhasil, sukses, atau selesai.
Upacara ini dilaksanakan apabila mendiang sudah memiliki cucu, karena menurut
keyakinan cucu tersebutlah yang akan menuntun jalannya mendiang melalui doa
dan karma baik yang mereka lakukan.
f.) Papegatan
Papegatan berasal dari kata pegat, yang artinya putus, makna upacara ini
adalah untuk memutuskan hubungan duniawi dan cinta dari kerabat mendiang,
sebab kedua hal tersebut akan menghalangi perjalan sang roh menuju Tuhan.
Dengan upacara ini pihak keluarga berarti telah secara ikhlas melepas kepergian
mendiang ke tempat yang lebih baik. Sarana dari upacara ini adalah sesaji (banten)
yang disusun pada sebuah lesung batu dan diatasnya diisi dua cabang pohon dadap
yang dibentuk seperti gawang dan dibentangkan benang putih pada kedua cabang
pohon tersebut. Nantinya benang ini akan diterebos oleh kerabat dan pengusung
jenazah sebelum keluar rumah hingga putus.
g.) Pakiriman Ngutang
Di laksanakan setelah upacara papegatan yang dilanjutkan dengan
pakiriminan ke kuburan setempat, jenazah beserta kajangnya kemudian dinaikan ke
atas Bade/Wadah, yaitu menara pengusung jenazah (hal ini tidak mutlak harus ada,
dapat diganti dengan keranda biasa yang disebut Pepaga). Dari rumah yang
bersangkutan anggota masyarakat akan mengusung semua perlengkapan upacara
beserta jenazah diiringi oleh suara "Baleganjur" (gong khas Bali) yang bertalu-talu
dan bersemangat, atau suara angklung yang terkesan sedih. Di perjalan menuju
kuburan jenazah ini akan diarak berputar 3x berlawanan arah jarum jam yang
bermakna sebagai simbol mengembalikan unsur Panca Maha Bhuta ke tempatnya
masing-masing. Selain itu perputaran ini juga bermakna: Berputar 3x di depan
rumah mendiang sebagai simbol perpisahan dengan sanak keluarga. Berputar 3x di
perempatan dan pertigaan desa sebagai simbol perpisahan dengan lingkungan
masyarakat. Berputar 3x di muka kuburan sebagai simbol perpisahan dengan dunia
ini.
h.) Ngeseng
Ngeseng adalah upacara pembakaran jenazah tersebut, jenazah dibaringkan
di tempat yang telah disediakan, disertai sesaji dan banten dengan makna filosofis
sendiri, kemudian diperciki oleh pendeta yang memimpin upacara dengan Tirta
Pangentas yang bertindak sebagai api abstrak diiringi dengan Puja Mantra dari
pendeta, setelah selesai kemudian barulah jenazah dibakar hingga hangus, tulang-
tulang hasil pembakaran kemudian digilas dan dirangkai lagi dalam buah kelapa
gading yang telah dikeluarkan airnya.
i.) Nganyud
Nganyud bermakna sebagai ritual untuk mengha=nyutkan segala kekotoran
yang masih tertinggal dalam roh mendiang dengan simbolisasi berupa
menghanyutkan abu jenazah. Upacara ini biasanya dilaksakan di laut, atau sungai.
j.) Makelud
Makelud biasanya dilaksanakan 12 hari setelah upacara pembakaran
jenazah. Makna upacara makelud ini adalah membersihkan dan menyucikan
kembali lingkungan keluarga akibat kesedihan yang melanda keluarga yang
ditinggalkan. Filosofis 12 hari kesedihan ini diambil dari Wiracarita Mahabharata,
saat Sang Pandawa mengalami masa hukuman 12 tahun di tengah hutan.
⏺Ngaben Massal
⏺Prosesi Ngaben Masal
Ngaben massal merupakan proses ngaben yang dilakukan oleh lebih dari
satu pihak, bisa satu klan, satu desa, atau lingkup yang lebih luas, cara ini dianggap
lebih efisien dan ekonomis, karena pihak yang terlibat tidak hanya satu lingkup
keluarga, dengan asumsi semakin ramai yang mengikuti semakin murah biaya yang
dikeluarkan.

UPACARA PIODALAN
MAKNA UPACARA PIODALAN (DEWA YADNYA)

1. MITOLOGI YADNYA

Sri Maharaja Sagara yang memerintah negeri Ayodhya mempunyai putra


bernama Ansuman yang lahir dari istri pertama, yang setelah dewasa menjadi
seorang pertapa. Sedangkan dari istri kedua beliau dianugrahi putra berjumlah enam
puluh ribu orang. Diceritakan pada suatu ketika raja berkeinginan mengadakan
yadnya yang besar yang disebut upacara korban kuda (aswamedhayadnya).
Upacara ini seharusnya adalah yadnya yang harus dilandasi oleh keinginan tulus
berdasar pada kesucian pikiran, perkataan dan perbuatan. Namun, inti yadnya ini
tidak dipegang teguh oleh raja. Ia mengadakan aswamedhayadnya adalah dilandasi
sifat egoisme individual, hanya ingin mendapatkan kemasyuran pribadi dan pamer
kekuasaan. Para Dewa (Dewa Indra) yang mengetahui maksud Raja Sagara,
kemudian berinisiatif untuk menggagalkan upacara ini. Dewa Indra kemudian
menjelma menjadi orang jahat (asura) dan menghalau kuda yang digunakan dalam
upacara itu masuk ke dalam tanah.
Mengetahui kejadian ini, Raja Sagara amat marah. Beliau memerintahkan
putranya yang berjumlah enam puluh ribu itu mencari kuda yang raib. Ketika putra-
putranya gagal mencari kuda yang hilang itu, maka murkalah sang raja. Beliau
segera memrintahkan kembali untuk mendapatkan kuda tersebut dan tidak
diperkenankan kembali sebelum upayanya mendapatkan hasil. Kuda yang dicari itu
kemudian ditemukan ditempat pertapaan Bhagawan Kapila. Tanpa basa-basi, putra-
putra Raja Sagara menuduh Sang Bhagawanlah yang mencuri kuda-kuda tersebut.
Akibat perbuatannya ini, maka Bhagawan Kapila menghukum semua putra-putra
Raja Sagara dengan membakarnya menjadi abu lewat pancaran sinar suci yang
keluar dari mata beliau.
Raja Sagara menjadi cemas dan gelisah karena putra-putranya tidak pulang.
Diperintahkanlah Ansuman untuk menyusul saudara-saudaranya. Setelah sampai
ditempat Bhagawan Kapila, ia dengan sopan dan penuh hormat bertanya kepada
Bhagawan tentang kuda-kuda yang ditemuinya. Beliau kemudian menjelaskan
bahwa kuda-kuda itu bukanlah miliknya. Kemudian kuda-kuda itu diserahkan kepada
Ansuman.
Sebelum mohon diri, Ansuman menanyakan tentang hal ikhwal saudaranya.
Tentu Ansuman menjadi sedih mendengar penjelasan Bhagawan. Namun Sang
Bhagawan bersedia menghidupkan semua putra-putra Raja Sagara itu jika Dewi
Gangga berkenan turun dari surga ke bumi. Sang Bhagawan berkata, “Lakukanlah
tapa untuk memohon agar Dewi Gangga turun ke dunia!”. Sang Ansuman
menyatakan bersedia dan mohon pamit sambil menuntun kuda-kudanya pulang
menuju kerajaan. Apa yang dialaminya kemudian diceitakan kepada ayahnya, begitu
pula tentang cara menghidupkan kembali semua putranya. Dari sinilah raja baru
menyadari seluruh perilakunya yang salah. Kerajaan kemudian diserahkan kepada
putranya Ansuman untuk memegang tampuk pemerintahan. Sedangkan ia
melakukan tapa memohon agar Dewi Gangga turun ke bumi. Sampai akhrir ayat,
tapa Sagara belum juga dikabulkan. Tapa kemudian dilanjutkan oleh Ansuman,
namun belum juga dikabulkan. Begitu pula dengan putra Ansuman yang bernama
Dilipa juga belum berhasil.
Akhirnya atas perkenaan Dewa Brahma dan Dewa Siwa, maka Dewi Gangga
dapat diturunkan dari surga berkat tapa Sang Bagirtha (putra Dilipa). Karena
derasnya aliran dari Gangga tersebut, maka Dewa Siwa menahannya sehingga
alirannya menjadi tercerai berai menjadi aliran besar dan kecil yang kemudian
dikenal dengan asta tirta yang diantaranya terdiri atas Yamuna da Saraswati.
Sementara sumber mata air pertama yang berada di surga disebut parama siwa.
Menyimak isi cerita tersebut di atas, secara implisit tersirat fungsi penyucian
terhadap alam semesta melalui yadnya. Bahwa yadnya bukanlah hanya sebuah
pengorbanan (bhakti) yang berwujud secara konkret berupa hal-hal secara fisikal
semata seperti yang dilakukan oleh Raja Sagara yang hendak melakukan
aswamedhayadnya.

2. TUJUAN YADNYA.

Sebagai mana halnya seperti apayang diungkapkan didepan, tentang pengertian


dan makna dari Yadnya, maka sekarang kami akan paparkan tentang Tujuan
Yadnya.:
a) Untuk membebaskan diri dari ikatan dosa
b) Untuk membebaskan diri dari ikatan karma.
c) Yadnya adalah salah satu jalan untuk mencapai Sorga .
d) Untuk mencapai “kelepasan“ yaitu manunggalnya antara Atma dengan
Paramatma.

3. MAKANA YADNYA

Ada tiga jenis kewajiban pokok atau Tri Rna yang harus dilakukan antara lain
(1) Dewa rna yaitu kewajiban umat Hindu dalam melaksanakan ajaran agama,
melaksanakan dharma dengan cara memelihara semua ciptaan-Nya yakni Panca
Mahabhuta (Sthana dari Dewa Agni, Bayu, Dewa Apah, Dewi Pertiwi, dan Akasa),
Tumbuh-tumbuhan (sthana Dewa Sangkara), Binatang/ Janggama (Sthana dari
Dewa Sambhu); (2) Rsi rna yaitu kewajiban dan tanggungjawab umat Hindu
terhadap kehidupan para Rsi, Pendeta, Pandita, Pinandita serta melaksanakan
ajaran para rsi atau guru; (3) Pitra rna yaitu kewajiban dan tanggungjawab anak
terhadap kehidupan orang tua semasih hidup dan melaksanakan upacara setelah
beliau meninggal sampai ngalinggihang di kawitan sebagai Dewa Hyang Pitara.
Sebenarnya ketiga rna ini dapat ditambahi dengan dua rna lagi yang
mengacu pada panca yadnya sehingga menjadi panca rna yaitu lima buah
kewajiban sebagai manusia yaitu (4) Manusia rna adalah kewajiban terhadap
sesama manusia agar dapat hidup rukun dan damai. (5) Bhuta rna yaitu kewajiban
terhadap panca mahabhuta beserta tumbuh-tumbuhan dan binatang memelihara
kelestarian agar dapat hidup nyaman. Dari kelima kewajiban/ rna ini mendasari
pelakasanaan upacara yang disebut dengan panca yadnya yaitu : 1) Dewa yadnya;
2) Rsi yadnya; 3) Pitra yadnya; 4) Manusia yadnya dan; 5) Bhuta yadnya.
Dalam lontar Agastya Parwa dijelaskan tentang Panca Yadnya tersebut sebagai
berikut :
“ Kunang ikang yadnya lima pratekanya, lwirnya : Dewa yadnya, Rsi Yadnya, Pitra
Yadnya, Butha yadnya, Manusa Yadnya. Nahan tang panca yadnya ring loka. Dewa
yadnya ngaranya taila pwa karma ri bhattara siwagni, maka gelaran ring mandala
ring Bhatara, yeka dewa yadnya ngaranya; Rsi Yadnya ngaranya kapujan sang
pandita muwang sang wuh ri kalingan ing dadi wang; ya rsi yadnya ngaraniya: pitra
yadnya ngaraninya tileman buat hyang siwa sraddha, yeka pitra yadnya ngaranya;
bhuta yadnya ngaranya Tawurmwang kapujam ing tuwuh pamunggwan kunda wulan
makadi walikrama, ekadasa dewata mandala; yeka bhuta yadnya ngaranya; aweh
mangan ing kraman ya manusa yadnya ngaranya; ika ta limang wiji ring sedeng ni
lokacara mangbhyasa ika maka bheda lima ( agastya parwa, 35, b ).
Artinya :
Yadnya itu lima jenisnya, yaitu Dewa Yadnya, Rsi Yadnya, Pitra Yadnya, Bhuta
Yadnya, Manusa Yadnya. Itulah Panca Yadnya di masyarakat. Dewa Yadnya ialah
persembahan minyak kepada Bhatara Siwagni, yang ditaruh di tempat Bhatara itulah
yang disebut Dewa Yadnya. Rsi Yadnya ialah Penghormatan kepada para pandita
dan orang yang mengetahui hakikat kelahiran menjadi manusia. Itulah Rsi Yadnya.
Pitra Yadnya ialah upacara kematian yang dipersembahkan kepada Siwa sebagai
penguasa upacara kematian. Itulah Pitra Yadnya. Bhuta Yadnya adalah Tawur dan
penghormatan kepada Sarwa Bhuta Pamungwan, tempat api pemujaan, wulan,
terutama walikrama (Panca Walikrama), wilayah dewa-dewa yang sebelas (Eka
Dasa Rudra). Itulah Bhuta Yadnya. Manusa Yadnya ialah memberikan makan
kepada masyarakat. Itulah lima jenis upacara yang umum dilaksanakan orang, lima
jenisnya.
Upacara yadnya merupakan wahana untuk menggerakkan alam semesta
beserta semua isinya termasuk manusia untuk ditingkatkan menuju kehidupan yang
semakin meningkat baik dalam kehidupan fisik material maupun mental spiritual dan
ini dapat dicapai dari yadnya yang berkualitas dan kualitas yadnya amat ditentukan
oleh kemampuan umat untuk meletakkan kegiatan yadnya sesuai dengan kitab suci
weda dan kitab sastra agama yang lainnya.
Banten dalam Lontar Yadnya Prakerti memiliki tiga arti sebagai simbol ritual
yang sangat sakral. Dalam Lontar tersebut Banten disebutkan : Sahananing Banten
Pinake Ragante Tuwi, Pinake Warna Rupaning Ida Batara, Pinaka Anda Bhuwana.
Dalam Lontar ini ada tiga hal yang dibahasakan dalam wujud lambang oleh Banten
yaitu:
1. Pinaka Raganta twi
2. Pinaka Warna Rupaning Ida Batara
3. Pinaka Anda Bhuwana
Selanjutnya Banten disebut juga upakara yang merupakan bagian terpenting
dari Upacara Yadnya. Dalam Kitab suci Bhagawadgita XVII,II,12 dan 13
menyebutkan ada tiga tingkatan Yadnya dilihat dari segi kualitasnya, yaitu:
1. Tamasika yadnya
2. Rajasika yadnya
3. Satwika yadnya
Secara terperinci ada tujuh syarat suatu yadnya disebut Satwika, yaitu:
1. Sradha, artinya keyakinan
2. Lascarya, artinya penuh keiklasan (tanpa pamrih)
3. Sastra, artinya sesuai petunjuk sastra
4. Daksina, artinya ada penghormatan dihaturkan secara iklas kepada pendeta
5. Mantra dan Gita, artinya setiap upacara atau yadnya haruslah ada mantra dan
panca gita
6. Annasewa, artinya Pelayanan pendeta, tamu dan orang sekeliling
7. Nasmita, artinya tidak pamer kemewahan atau kekayaan untuk membuat tamu
atau tetangga berdecak kagum.

4. MAKNA UPACARA PIODALAN

Piodalan sendiri dapat diartikan sebagai perayaan hari jadi tempat suci.
Upacara piodalan merupakan kewajiban karma desa dalam rangka membayar
hutang kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa beserta seluruh manifestasinya
yang disthanakan di pura kayangan desa. Piodalan ini terbagi menjadi dua yaitu (1)
Piodalan alit (nyanang) dan (2) Piodalan Ageng dan di ikuti oleh seluruh warga
karma baik yang tinggal di luar Desa maupun di desa itu sendiri yang terdiri dari
berbagai dadia (klen). Piodalan yang dilaksanakan di pura kayangan desa ada yang
melaksanakan setiap 6 (enam) sekali dan ada yang melaksanakan setiap satu tahun
sekali. Tujuan dari upacara piodalan adalah untuk mewujukan kehidupan yang
harmonis dan sejahtera lahir batin dalam masyarakat.
Dalam Lontar Sundari Gama ada disebutkan bahwa, barang siapa yang tidak
memelihara dan tidak melaksanakan kewajiban di Pura Puseh tentu masyarakat
sekitarnya akan kekurangan sandang pangan, dan tidak terpeliharanya kehidupan
masyarakat setempat karena Dewa Wisnu sebagai Pemelihara ( Stiti ) dengan
Saktinya Dewi Sri yang menguasai makanan tidak akan merestui Nya.
Barang siapa yang secara tulus berbhakti dan melaksanakan kewajiban
terhadap Pura Bale Agung, tentu masyarakatnya akan menjadi rukun dan tenteram,
karena Dewa Brahma yang distanakan di Pura Bale Agung sebagai tempat untuk
bermusyawarah, dan Saktinya Dewi Saraswati akan menebarkan pengetahuan
kesucian agar menjadikan sama dalam perkataan, sama dalam perbuatan dan sama
dalam pemikiran. Sehingga apa yang menjadi harapan bersama akan dapat
terwujud dengan baik.
Dan barang siapa yang tulus berbhakti dan melaksanakan kewajibannya
terhadap Pura Dalem, tentu masyarakat itu akan menjadi aman dan damai dan
harmonis karena terhindar dari mara bahaya, karena Dewa Siwa / Iswara yang
dipuja dengan Saktinya Dewi Durga sebagai penguasa kematian dan Dewi Uma
akan senantiasa menjauhkan segala rintangan mara bahaya kepada umatnya. Bila
terjadi ketidakharmonisan dimasyarakat maka akan dilakukan upacara “ Guru
Piduka “ kehadapan Betara di Pura Dalem, dan bila ketidakharmonisan itu muncul
akibat mewabahnya “ sasab – merana “ maka upacara itu dipersembahkan kepada
Dewi Durga / Uma sebagai penguasai kekuatan sasab merana.

5. PENUTUP

Pelaksanaan Upacara piodalan adalah merupakan Swadharma Agama


masing-masing desa adat di Bali. Upacara Piodalan goals pemujaannya secara fisik
adalah air dan bumi sehingga yang di puja dalam Upacara Piodalan Desa adalah
dewa-dewa yang memberikan kesejahteraan dan keselamatan seperti Deswa Wisnu
penguasa air Perthiwi dewi bumi, dan dewa siwa yang memberikan perlindungan
dan keselamatan. Dalam pelaksanaan upacara piodalan ini agar air dan bumi
(tanah) memiliki kekuatan dan kesuburan sehingga daun, bunga, buah, batang atau
umbinya dapat di nikmati oleh umat manusia dan akhirnya dapat mencapai tujuan
hidup yaitu moksartham jagadhittaya ca iti dharma.
PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan pengalaman yang kami dapatkan dari perjalanan wisata study tour ke
bali ini, dapat diambil kesimpulan bahwa Indonesia, khususnya Bali, memiliki tempat
bersejarah yang sangat indah. Tempat wisata nan eksotis yang dapat memikat touris
dalam negeri maupun luar negeri, sekaligus sebagai sumber pemasukan Negara
dalam sektor pariwisata.

B. Saran

Perjalanan wisata study tour ini sangat bermanfaat untuk siswa, sangat baik bila
terus dilaksanakan dari tahun ke tahun dengan tempat yang berbeda, yang kaya
akan sejarah dan ilmu pngetahuan agar wawasan siswa meningkat.

Wassalamualaikum,wr,wb.

Anda mungkin juga menyukai