VIII A.
MTs.N 10 Banyuwangi
Alamat : Jl. Songgon KM.2 Pengatigan Kecamatan Rogojampi
Kabupaten Banyuwangi
2017 – 2018
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat ilahi robbi atas limpahan rahmat dan
karunia‐Nya, serta anugerah hidup dan kesehatan yang telah kami terima, serta
petunjuk‐Nya sehingga memberikan kemampuan dan kemudahan bagi kami dalam
menyusunan karya tulis ini.
Didalam karya tulis ini kami selaku penyusun hanya sebatas pengetahuan yang bisa
kami sajikan, sebagai salah satu syarat untuk mengikuti Ujian Nasional dengan tema
“Study Tour Ke Yogyakarta”. Dimana didalam tema tersebut ada beberapa hal yang bisa
kita pelajari khususnya tempat – tempat wisata yang ada di Yogyakarta yang indah dan
menawan.
Kami menyadari bahwa keterbatasan pengetahuan dan pemahaman kami tentang
Kota Yogyakarta, menjadikan keterbatasan kami pula untuk memberikan penjabaran yang
lebih dalam tentang masalah ini, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang
bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan karya tulis ini.
Harapan kami, semoga karya tulis ini membawa manfaat bagi kita, setidaknya untuk
sekedar membuka pola berpikir kita tentang budaya dan sosial yang ada di kota
Yogyakarta.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam proses pembuatan ini. Terutama kepada rekan satu kelompok atas kerjasamanya,
dan Guru pembimbing yang telah membantu dalam penyusunan karya tulis ini.
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bangsa Indonesia dikaruniai tanah air yang memiliki keindahan alam yang
melimpah, dan mempunyai daya tarik yang sangat mengagumkan. Hal ini perlu disyukuri
oleh seluruh bangsa Indonesia. Kita sebagai pelajar, diharapkan dapat memelihara dan
melestarikannya. Untuk itu, kita perlu belajar dengan baik, supaya dapat menjadikan
bangsa Indonesia yang dikagumi oleh bangsa lain.
Belajar tidak hanya dilakukan didalam ruangan atau di dalam kelas. Belajar dapat
dilakukan di berbagai tempat. Bisa di sekolah, di rumah, dan di lingkungan masyarakat.
Kegiatan belajar, akan lebih bermakna apabila siswa/siswi terlibat secara langsung dalam
pembelajaran. Salah satu cara untuk meningkatkan kebermaknaan hasil belajar siswa,
maka dapat dilaksanakan dengan cara study tour. Sekolah kami, memilih study tour untuk
tahun ajaran 2014/2015 ke Yogyakarta.
Candi Borobudur merupakan salah satu aset budaya Indonesia. Candi Borobudur
juga merupakan salah satu dari 7 keajaiban dunia. pertama diperkenalkan kepada anak-
anak, dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di Sekolah Dasar (SD) sebagai
bangunan peninggalan kerajaan Buddha di Indonesia. Pengetahuan yang diberikan sebatas
pada tahun pembangunan, raja yang memimpin dan membangun, serta nama tingkatan
pada candi. Candi Borobudur, sampai saat ini menjadi pusat perhatian masyarakat dunia,
baik dari segi kepariwisataan, arkeologi dan pengetahuan. Selain Candi Borobudur, disini
juga terdapat dua Candi lainnya, yaitu Candi Mendut dan Candi Pawon sebagai Tri
Tunggal Candi.
Candi Borobudur dipercaya sebagai perwujudan dari kitab suci yang berisi cerita-
cerita tentang dewa, kehidupan manusia, hewan, dan perwujudan ‘Boddhisatva’ yang
diarahkan sebagai monumen atas intisari kehidupan dari dasar hingga puncak bangunan.
Kemegahan Candi Borobudur menjadikannya salah satu tujuan wisata para turis lokal
maupun internasional sehingga menjadi aset kebanggaan Indonesia. Bersama dengan situs
manusia purba Sangiran dan Candi Prambanan, Candi Borobudur menjadi situs warisan
dunia UNESCO dari Indonesia yang dikategorikan dalam World Heritage of Culture yang
harus dilestarikan
1
Bagi para peziarah yang ingin mencapai tingkat Bodhisatwa, terlebih dahulu datang
ke Mendut untuk menyampaikan penghormatan kepada Budha. Kemudian ke Candi
Pawon yang jaraknya kurang lebih 2km sebagai peristirahatan untuk mensucikan diri
sebelum menginjak Borobudur, untuk menyatakan sembahyang dan doa untuk mencapai
tingkat kebudhaan dan pembebasan mutlak dan abadi.
Tiga serangkai Candi Mendut, Pawon dan Borobudur tersebut terbujur pada satu
garis lurus, merupakan kesatuan perlambang.
B. Rumusan Masalah
Ada beberapa bidang permasalahan yang akan kami bahas diantaranya :
Bagaimana sejarah candi borobudur ?
Apa arti nama candi borobudur ?
Dimanakah letak geografis candi borobudur ?
Bagaimana tahap-tahap pembangunan candi borobudur ?
Bagaimana seni relif bangunan candi borobudur ?
Bagaimana proses pemugaran candi borobudur ?
Bagaimana struktur bangunan candi borobudur?
C. Tujuan Penelitian
Mengetahui sejarah candi borobudur
Mengetahui nama candi borobudur
Mengetahui letak geografis candi borobudur
Mengetahui tahap-tahap pembangunan candi borobudur
Mengetahui seni relif bangunan candi borobudur
Mengetahui proses pemugaran candi borobudur
Mengetahui struktur bangunan candi borobudur
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Beberapa ahli mengatakan bahwa letak Candi Borobudur berada pada ketinggian
235 meter dari permukaan laut. Pemikiran itu berdasarkan studi dari paraa ahli Geologi
membuktikan bahwa Candi Borobudhur pada saat itu adalah sebuah kawasan danau yang
besar sehingga sebagian besar desa-desa yang berada di sekitar Candi berada pada
ketinggian yang sama, termasuk Candi Pawon dan Candi Mendut.
Berdasarkan Prasasti tanggal 842 AD, seorang sejarawan Casparis menyatakan
bahwa Borobudhur merupakan salah satu tempat untuk berdoa. Di mana dalam prasasti
tersebut mengandung kata “Kawula i Bhumi Sambhara” yang artinya asal kesucian dan
Bhumi Sambara merupakan nama sebuah sudut di Candi Borobudhur tersebut. Setiap
lantai pada Candi Borobudhur ini terdapat tema-tema yang berbeda karena pada setiap
tingkat tersebut melambangkan tahapan kehidupan manusia. Hal ini sesuai dengan ajaran
Buddha Mahayana bahwa setiap orang yang ingin mencapai tingkat kesempurnaan sebagai
Buddha harus melalui setiap tahapan kehidupan. Pada setiap lantai di Candi Borobudhur
terdapat relief-relief yang bila dibaca dengan runtut akan membawa kita memutari candi
searah jarum jam.
4
3) Poebatjaraka
Menurut beliau “Boro” berarti “Biara” dengan demikian Borobudur berarti “Biara
Budur”. Penafsiran ini sangat menarik karena mendekati kebenaran berdasarkan
bukti-bukti yang ada. Selanjutnya jika di hubungkan dengan kitab Negara
Kartagama mengenai “Budur” maka besar kemungkinan penafsiran Poerbatjaraka
adalah benar dan tepat.
4) DE Casparis
De Casparis menemukan kata majemuk dalam sebuah prasati yang kemungkinan
merupakan asal kata dari Borobudur. Dalam sebuah prasasti SrI Kahulunan yang
berangka 842 M dijumpai kata “Bhumi Sambhara Budhara” yaitu satu sebutan
untuk bangunan suci pemujaan nenek moyang atau disebut kuil.
5) Drs. Soediman
Bahwa Borobudur berasal dari dua kata yaitu Bara dan Budur. Bara berasal dar
bahasa sanksekerta Vihara yang berarti komplek candi dan Bihara yang berarti
asrama. Budur dalam bahasa bali bedudur yang artinya di atas. Jadi nama
Borobudur berarti asrama atau vihara dan komplek candi yang terletak di atas tanah
yang tinggi atau bukit.
5
Lingkungan geografis Candi Borobudur dikelilingi oleh beberapa gunung yaitu:
1. Sebelah Timur: Gunung Merapi dan Merbabu.
2. Sebelah Utara: Gunung Sindoro dan Sumbing.
3. Sebelah Selatan: Pegunungan Menoreh.
4. Sebelah Barat: Tidak ada gunung hanya bukit kecil (n/a)
Candi Borobudur didirikan di atas bukit yang telah dimodifikasi, dengan ketinggian 265
meter diatas permukaan laut dengan susunan batu-batu Candi Borobudur berasal dari
sungai di sekitar Borobudur.
Dengan volume total batuan sungai tersebut sekitar 55.000 meter kubik atau kira-
kira 2.000.000 potong batu yang dibuat unik dengan motif yang mempesona.
Sehingga menjadikan Borobudur bangunan megah dan wonderful terbaik bagi
umat Budha di seluruh Nusantara dan bahkan dunia, banyak umat Budha yang
besembahyang disana.
Pembangunan Candi Borobudur memekan waktu lama, yakni selama kurang lebih
50 tahunan, dengan melalui beberapa tahap yang dilakukan. Pembangunan candi
borobudur melalui beberapa tahap menyebabkan perubahan terhadap desai candi ini.
Berikut ini 5 tahap pembangunan candi borobudur :
Tahap Pertama : Pembangunan dimulai pada tahun 780 M, tahap pertama ini
candi masih berupa bangunan kecil yang berbentuk teras bertumpuk berjumlah 3.
Tahap ini mulanya bangunan dirancang berbentuk piramida kecil dan kemudian
dihancurkan.
Tahap Ketiga : Tahap ini, perubahan pembangunan dilakukan lebih teliti. Puncak
teras yang sebelumnya berjumlah 1 teras bundar kemudian dipindahkan dan diganti
dengan 3 teras berbentuk budar. Selain itu, di setiap teras yang berada dipuncak
dibangun juga sebuah stupa
Tahap Keempat & Kelima : Tahap ini terjadi beberapa perubahan, meliputi
menambahkan relief baru, perubahan patung dan tangga di sepanjang Jalan candi.
Dekorasi pada monumen pun dirubah namun simbolnya tetap sama.
6
E. Relief Candi Borobudur
7
sesungguhnya (utama) dan menuju puncak candi, artinya bahwa candi menghadap ke
timur meskipun sisi-sisi lainya serupa benar.
Secara runtutan, maka cerita pada relief candi secara tingkat bermakna sebagai berikut.
1) Karmawibhangga
Salah satu ukiran karmawibhangga di dinding candi Borobudur (lantai 0 sudut
tenggara). Sesuai dengan makna simbolis pada kaki candi, relief yang menghias dinding
batu yang terselubung tersebut, menggambarkan hukum karma. Deretan relief tersebut
bukan merupakan cerita seri tetapi pada setiap pigura menggambarkan suatu cerita yang
mempunyai kolerasi sebab akibat. Relief tersebut tidak saja memberi gambaran terhadap
perbuatan tercela manusia disertai dengan hukuman yang akan diperolehnya, tetapi juga
perbuatan baik manusia dan pahala. Secara keseluruhan merupakan penggambaran
kehidupan manusia dalam lingkaran lahir – hidup – mati (samsara) yang tidak pernah
berakhir, dan oleh agama Budha rantai itulah yang akan diakhiri untuk menuju
kesempurnaan.
2) Lalitawistara
Merupakan penggambaran riwayat Sang Budha dalam deretan relief-relief (tetapi
bukan merupakan riwayat yang lengkap) yang dimulai dari turunya Sang Budha dari Sorga
Tusita, dan berakhir dengan wejangan pertama di Taman Rusa dekat kota Banaras. Relief
ini berderet dari tangga pada sisi sebelah selatan, setelah melampaui deretan relief
sebanyak 27 pigura yang dimulai dari tangga sisi timur, ke-27 pigura tersebut
menggambarkan kesibukan, baik di sorga maupun di dunia, sebagai persiapan untuk
menyambut hadirnya penjelmaan terakhir Sang Budhaattwa selaku calon Budha. Relief
tersebut menggambarkan lahirnya Sang Budha, di arca pada ini sebagai Pangeran
Siddhartha, putra Raja Suddhodana dan Permaisuri Maya dari negeri Kapilawastu. Relief
tersebut berjumlah 120 pigura yang berakhir dengan wejangan pertama yang secara
simbolis dinyatakan sebagai pemutaran Roda Dharma, ajaran Sang Budha disebut Dharma
yang juga berarti hukum, sedangkan Dharma dilambangkan sebagai roda.
3) Jataka dan Awadana
Jataka adalah cerita tentang Sang Budha sebelum dilahirkan sebagai Pangeran
Sidharta. Isinya merupakan pokok penonjolan perbuatan baik, yang membedakan Sang
Bodhisattwa dari makhluk lain manapun juga. Sesungguhnya pengumpulan jasa atau
perbuatan baik merupakan tahapan dalam usaha menuju keringat ke-Budhaan.
Sedangkan Awadana pada dasarnya hampir sama dengan Jataka akan tetapi pelakunya
bukan Sang Bodhisattwa, melainkan orang lain dan ceritanya dihimpun dalam kitab
8
Diwyawadana yang berarti perbuatan mulia kedewaan dan kitab Awadasanataka atau
seratus cerita Awadana. Pada relief candi Borobudur Jataka dan Awadana diperlakukan
sama artinya keduanya terdapat dalam deretan yang sama tanpa dibedakan. Himpunan
yang paling tekenal dari kehidupan Sang Bodhisattwa adalah Jatakamala atau untaian
cerita Jataka, karya penyair Aryasura yang hidup dalam abad ke-4 Masehi.
4) Gandawyuha
Merupakan deretan relief menghiasi dinding lorong kedua adalah cerita Sudhana yang
berkelana tanpa mengenal lelah dalam usahanya dalam mencari pengetahuan tertinggi
tentang kebenaran sejati oleh Sudhana. Penggambaranya dalam 460 pigura didasarkan
pada kitab suci Budha Mahayana yang berjudul Gandawyuha dan untuk bagian
penutupnya berdasarkan cerita kitab lainya yaitu Bhadracari.
Denah Borobudur membentuk Mandala, lambang alam semesta dalam kosmologi Buddha.
11
Bagian kaki Borobudur melambangkan Kamadhatu, yaitu dunia yang masih
dikuasai oleh kama atau "nafsu rendah". Bagian ini sebagian besar tertutup oleh tumpukan
batu yang diduga dibuat untuk memperkuat konstruksi candi. Pada bagian yang tertutup
struktur tambahan ini terdapat 120 panel cerita Kammawibhangga. Sebagian kecil struktur
tambahan itu disisihkan sehingga orang masih dapat melihat relief pada bagian ini.
Empat lantai dengan dinding berelief di atasnya oleh para ahli dinamakan
Rupadhatu. Lantainya berbentuk persegi. Rupadhatu adalah dunia yang sudah dapat
membebaskan diri dari nafsu, tetapi masih terikat oleh rupa dan bentuk. Tingkatan ini
melambangkan alam antara yakni, antara alam bawah dan alam atas. Pada bagian
Rupadhatu ini patung-patung Buddha terdapat pada ceruk-ceruk dinding di atas ballustrade
atau selasar.
Mulai lantai kelima hingga ketujuh dindingnya tidak berelief. Tingkatan ini
dinamakan Arupadhatu (yang berarti tidak berupa atau tidak berwujud). Denah lantai
berbentuk lingkaran. Tingkatan ini melambangkan alam atas, di mana manusia sudah
bebas dari segala keinginan dan ikatan bentuk dan rupa, namun belum mencapai nirwana.
Patung-patung Buddha ditempatkan di dalam stupa yang ditutup berlubang-lubang seperti
dalam kurungan. Dari luar patung-patung itu masih tampak samar-samar.
12
yang salah dalam proses pembuatannya memang tidak boleh dirusak. Penggalian arkeologi
yang dilakukan di halaman candi ini menemukan banyak patung seperti ini.
Di masa lalu, beberapa patung Buddha bersama dengan 30 batu dengan relief, dua
patung singa, beberapa batu berbentuk kala, tangga dan gerbang dikirimkan kepada Raja
Thailand, Chulalongkorn yang mengunjungi Hindia Belanda (kini Indonesia) pada tahun
1896 sebagai hadiah dari pemerintah Hindia Belanda ketika itu.
Borobudur tidak memiliki ruang-ruang pemujaan seperti candi-candi lain. Yang
ada ialah lorong-lorong panjang yang merupakan jalan sempit. Lorong-lorong dibatasi
dinding mengelilingi candi tingkat demi tingkat. Di lorong-lorong inilah umat Buddha
diperkirakan melakukan upacara berjalan kaki mengelilingi candi ke arah kanan. Bentuk
bangunan tanpa ruangan dan struktur bertingkat-tingkat ini diduga merupakan
perkembangan dari bentuk punden berundak, yang merupakan bentuk arsitektur asli dari
masa prasejarah Indonesia.
Struktur Borobudur bila dilihat dari atas membentuk struktur Mandala.
Struktur Borobudur tidak memakai semen sama sekali, melainkan sistem interlock
yaitu seperti balok-balok Lego yang bisa menempel tanpa lem.
13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Borobudur harus dirawat, dan dilesrarikan. Supaya generasi generasi yang akan
datang dapat mengetagui dan mengenal apa itu Candi Borobudur.
B. Saran
1) Kita sebagai generasi muda harus menjadi generasi penerus bangsa, dengan cara
giat belajar dan berlatih supaya menjadi siswa – siswi yang terampil dan bertaqwa
2) Kita sebagai warga negara harus menjaga dan melestarikan budaya bangsa dengan
memelihara tempat – tempat bersejarah sebagai peninggalan nenek moyang kita.
3) Kami para penulis makalah ini berharap dengan berkembangnya kebudayaan barat
di harapkan pada rekan – rekan generasi muda mampu memilih dan meniliai
budaya yang masuk dan berusaha mempertahankan kebudayaan bangsa sendiri.
4) Sebaiknya kita sebagai warga negara yang baik turut berperan serta dalam merawat
candi Borobudur. Langkah awal adalah dengan tidak meusak bagian-bagian candi
Borobudur. Langkah selanjutnya adalah dengan memperkenalkan candi Borobudur
kepada masyarakat luas agar candi Borobudur dikenal luas, di Indonesia maupun di
Dunia
14
DAFTAR PUSTAKA
15
LAMPIRAN – LAMPIRAN
16
17