Anda di halaman 1dari 20

Makalah Karya Tulis Ilmiah

Disusun Oleh Kelompok:

SAKINATUL AULIYA (27)


ABEL RISDA DWI LESTARI (02)
NURILLA EKA WAHYUNI (22)
REVALIA GUSTIN (24)
ZAHRA NURKHAWARIN (34)

VIII A.

MTs.N 10 Banyuwangi
Alamat : Jl. Songgon KM.2 Pengatigan Kecamatan Rogojampi
Kabupaten Banyuwangi

2017 – 2018

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat ilahi robbi atas limpahan rahmat dan
karunia‐Nya, serta anugerah hidup dan kesehatan yang telah kami terima, serta
petunjuk‐Nya sehingga memberikan kemampuan dan kemudahan bagi kami dalam
menyusunan karya tulis ini.
Didalam karya tulis ini kami selaku penyusun hanya sebatas pengetahuan yang bisa
kami sajikan, sebagai salah satu syarat untuk mengikuti Ujian Nasional dengan tema
“Study Tour Ke Yogyakarta”. Dimana didalam tema tersebut ada beberapa hal yang bisa
kita pelajari khususnya tempat – tempat wisata yang ada di Yogyakarta yang indah dan
menawan.
Kami menyadari bahwa keterbatasan pengetahuan dan pemahaman kami tentang
Kota Yogyakarta, menjadikan keterbatasan kami pula untuk memberikan penjabaran yang
lebih dalam tentang masalah ini, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang
bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan karya tulis ini.
Harapan kami, semoga karya tulis ini membawa manfaat bagi kita, setidaknya untuk
sekedar membuka pola berpikir kita tentang budaya dan sosial yang ada di kota
Yogyakarta.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam proses pembuatan ini. Terutama kepada rekan satu kelompok atas kerjasamanya,
dan Guru pembimbing yang telah membantu dalam penyusunan karya tulis ini.

Rogojampi, 03 Januari 2018

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................... i


DAFTAR ISI ................................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................... 1


A. Latar Belakang .................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................................... 2
C. Tujuan Penelitian ................................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN .............................................................................................. 3


A. Sejarah Singkat Candi Borobudur ....................................................................... 3
B. ARTI NAMA BOROBUDUR ........................................................................... 4
C. Letak Geografis Candi Borobudur ...................................................................... 5
D. Tahap Pembangunan Candi Borobudur .............................................................. 6
E. Relief Candi Borobudur ..................................................................................... 7
F. PEMUGARAN CANDI BOROBUDUR ............................................................ 9
G. STRUKTUR CANDI BOROBUDUR ............................................................. 11

BAB III PENUTUP .................................................................................................... 14


A. Kesimpulan ..................................................................................................... 14
B. Saran ............................................................................................................... 14

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 15


LAMPIRAN – LAMPIRAN ...................................................................................... 16

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bangsa Indonesia dikaruniai tanah air yang memiliki keindahan alam yang
melimpah, dan mempunyai daya tarik yang sangat mengagumkan. Hal ini perlu disyukuri
oleh seluruh bangsa Indonesia. Kita sebagai pelajar, diharapkan dapat memelihara dan
melestarikannya. Untuk itu, kita perlu belajar dengan baik, supaya dapat menjadikan
bangsa Indonesia yang dikagumi oleh bangsa lain.
Belajar tidak hanya dilakukan didalam ruangan atau di dalam kelas. Belajar dapat
dilakukan di berbagai tempat. Bisa di sekolah, di rumah, dan di lingkungan masyarakat.
Kegiatan belajar, akan lebih bermakna apabila siswa/siswi terlibat secara langsung dalam
pembelajaran. Salah satu cara untuk meningkatkan kebermaknaan hasil belajar siswa,
maka dapat dilaksanakan dengan cara study tour. Sekolah kami, memilih study tour untuk
tahun ajaran 2014/2015 ke Yogyakarta.
Candi Borobudur merupakan salah satu aset budaya Indonesia. Candi Borobudur
juga merupakan salah satu dari 7 keajaiban dunia. pertama diperkenalkan kepada anak-
anak, dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di Sekolah Dasar (SD) sebagai
bangunan peninggalan kerajaan Buddha di Indonesia. Pengetahuan yang diberikan sebatas
pada tahun pembangunan, raja yang memimpin dan membangun, serta nama tingkatan
pada candi. Candi Borobudur, sampai saat ini menjadi pusat perhatian masyarakat dunia,
baik dari segi kepariwisataan, arkeologi dan pengetahuan. Selain Candi Borobudur, disini
juga terdapat dua Candi lainnya, yaitu Candi Mendut dan Candi Pawon sebagai Tri
Tunggal Candi.
Candi Borobudur dipercaya sebagai perwujudan dari kitab suci yang berisi cerita-
cerita tentang dewa, kehidupan manusia, hewan, dan perwujudan ‘Boddhisatva’ yang
diarahkan sebagai monumen atas intisari kehidupan dari dasar hingga puncak bangunan.
Kemegahan Candi Borobudur menjadikannya salah satu tujuan wisata para turis lokal
maupun internasional sehingga menjadi aset kebanggaan Indonesia. Bersama dengan situs
manusia purba Sangiran dan Candi Prambanan, Candi Borobudur menjadi situs warisan
dunia UNESCO dari Indonesia yang dikategorikan dalam World Heritage of Culture yang
harus dilestarikan

1
Bagi para peziarah yang ingin mencapai tingkat Bodhisatwa, terlebih dahulu datang
ke Mendut untuk menyampaikan penghormatan kepada Budha. Kemudian ke Candi
Pawon yang jaraknya kurang lebih 2km sebagai peristirahatan untuk mensucikan diri
sebelum menginjak Borobudur, untuk menyatakan sembahyang dan doa untuk mencapai
tingkat kebudhaan dan pembebasan mutlak dan abadi.
Tiga serangkai Candi Mendut, Pawon dan Borobudur tersebut terbujur pada satu
garis lurus, merupakan kesatuan perlambang.

B. Rumusan Masalah
Ada beberapa bidang permasalahan yang akan kami bahas diantaranya :
 Bagaimana sejarah candi borobudur ?
 Apa arti nama candi borobudur ?
 Dimanakah letak geografis candi borobudur ?
 Bagaimana tahap-tahap pembangunan candi borobudur ?
 Bagaimana seni relif bangunan candi borobudur ?
 Bagaimana proses pemugaran candi borobudur ?
 Bagaimana struktur bangunan candi borobudur?

C. Tujuan Penelitian
 Mengetahui sejarah candi borobudur
 Mengetahui nama candi borobudur
 Mengetahui letak geografis candi borobudur
 Mengetahui tahap-tahap pembangunan candi borobudur
 Mengetahui seni relif bangunan candi borobudur
 Mengetahui proses pemugaran candi borobudur
 Mengetahui struktur bangunan candi borobudur

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah Singkat Candi Borobudur


Candi Borobudur merupakan satu-satunya candi budha terbesar di dunia sampai
saat ini. Meskipun sekarang sudah tidak lagi menyandang sebagai tujuh keajaiban dunia,
namun Candi yang satu ini tetap menjadi nomor satu di kalangan para wisatawan domestik
maupun mancanegara untuk dikunjungi.

Candi Borobudhur ini dibangun oleh seseorang bernama Samaratungga, merupakan


seorang raja kerajaan Mataram Kuni yang juga keturunan dari Wangsa Syailendra pada
abad ke-8 M. Keberadaan candi ini pertama kali diketahui oleh Thomas Stanford Rafles
sekitar tahun 1814.
Ketika itu, pertama kali candi borobudhur ini ditemukan dalam keadaan berserakan
dan terpendam tanah. Candi yang memiliki 10 tingkat ini sebenarnya mempunyai tinggi
secara keseluruhan yaitu 42 meter.
Namun setelah dilakukan restorasi, tinggi keseluruhan candi borobudhur ini hanya
mencapai 34,5 meter dengan luas secara keseluruhan yaitu 123x123 meter atau 15.129 m2.
Setiap tingkat lantainya, dari lantai paling bawah hingga lantai keenam berbentuk persegi,
sedangkan lantai ketujuh sampai terakhir (lantai ke sepuluh) berbentuk bulat.
Candi Borobudhur merupakan candi Buddha terbesar pada abad ke-9 M. Menurut
Prasasti Kayumwungan, candi ini terungkap dalam pembangunannya, selesai dibuat pada
26 Mei 824, atau hampir 100 tahun semenjak mulai awal dibangun. Konon arti dari
Borobudhur itu sendiri maksudnya gunung yang berteras-teras atau bisa juga disebut
dengan budhara. Pendapat lain tentang candi Borobudhur yaitu bahwa candi borobudhur
berarti biara yang terletak di tempat yang tinggi.

3
Beberapa ahli mengatakan bahwa letak Candi Borobudur berada pada ketinggian
235 meter dari permukaan laut. Pemikiran itu berdasarkan studi dari paraa ahli Geologi
membuktikan bahwa Candi Borobudhur pada saat itu adalah sebuah kawasan danau yang
besar sehingga sebagian besar desa-desa yang berada di sekitar Candi berada pada
ketinggian yang sama, termasuk Candi Pawon dan Candi Mendut.
Berdasarkan Prasasti tanggal 842 AD, seorang sejarawan Casparis menyatakan
bahwa Borobudhur merupakan salah satu tempat untuk berdoa. Di mana dalam prasasti
tersebut mengandung kata “Kawula i Bhumi Sambhara” yang artinya asal kesucian dan
Bhumi Sambara merupakan nama sebuah sudut di Candi Borobudhur tersebut. Setiap
lantai pada Candi Borobudhur ini terdapat tema-tema yang berbeda karena pada setiap
tingkat tersebut melambangkan tahapan kehidupan manusia. Hal ini sesuai dengan ajaran
Buddha Mahayana bahwa setiap orang yang ingin mencapai tingkat kesempurnaan sebagai
Buddha harus melalui setiap tahapan kehidupan. Pada setiap lantai di Candi Borobudhur
terdapat relief-relief yang bila dibaca dengan runtut akan membawa kita memutari candi
searah jarum jam.

B. ARTI NAMA BOROBUDUR


Dari beberapa literature yang ada, dapat disebutkan berbagai pendapat dari
para ahli antara lain :
1) Kitab Negara kartagama
Naskah dari tahun 1365 M yaitu kitab Negara kartagama karangan Mpu prapanca,
meyebutkan kata “Budur” untuk sebuah Budha dari aliran Wajradha. Kemungkinan
yang ada nama “Budur” tersebut tidak lain adalah candi Borobudur.

2) SirThomas Stamford Raffles


Raffles manafsirkan Borobuduir berati bahwa Budur merupakaan bentuk lain dari
“Budo”.yang dalam bahasa jawa berarti Kuno.tetapi bila dikaitkan dengan
Borobudur berati “Boro Jaman Kuno” Namaun karena “Bhara” dalam bahas jawa
kuno berati banyak, maka Borobudur juga berarti “Budha yang Banyak” jika dikaji
secara teliti maka keterangan yang ditemukan oleh raffles memang tidak ada yang
memuaskan. Boro jaman kuno” kurang mengena maupun “Budha yang banyak”
Kurang mencapai sasaran.

4
3) Poebatjaraka
Menurut beliau “Boro” berarti “Biara” dengan demikian Borobudur berarti “Biara
Budur”. Penafsiran ini sangat menarik karena mendekati kebenaran berdasarkan
bukti-bukti yang ada. Selanjutnya jika di hubungkan dengan kitab Negara
Kartagama mengenai “Budur” maka besar kemungkinan penafsiran Poerbatjaraka
adalah benar dan tepat.

4) DE Casparis
De Casparis menemukan kata majemuk dalam sebuah prasati yang kemungkinan
merupakan asal kata dari Borobudur. Dalam sebuah prasasti SrI Kahulunan yang
berangka 842 M dijumpai kata “Bhumi Sambhara Budhara” yaitu satu sebutan
untuk bangunan suci pemujaan nenek moyang atau disebut kuil.

5) Drs. Soediman
Bahwa Borobudur berasal dari dua kata yaitu Bara dan Budur. Bara berasal dar
bahasa sanksekerta Vihara yang berarti komplek candi dan Bihara yang berarti
asrama. Budur dalam bahasa bali bedudur yang artinya di atas. Jadi nama
Borobudur berarti asrama atau vihara dan komplek candi yang terletak di atas tanah
yang tinggi atau bukit.

C. Letak Geografis Candi Borobudur


Secara Geografis Candi Borobudur terletak Di desa Borobudur, Kecamatan
Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, Indonesia. Kode pos : 56553.
Batas wilayah Desa Borobudur:
 Sebelah Utara: Desa Bumiharjo
 Sebelah Timur: Desa Wanurejo
 Sebelah Selatan: Desa Tuksongo
 Sebelah Barat: Desa Karangrejo dan Desa Wringin Putih
Candi ini berlokasi di:
 Sebelah barat daya kota Semarang, Jawa Tengah (sekitar 100 km).
 Sebelah barat kota Surakarta, Jawa Tengah (sekitar 86 km).
 Sebelah barat laut kota Jogjakarta, Daerah Istimewa Jogjakarta (sekitar 40 km).
Secara Astronomis Candi Borobudur terletak: 7° 36′ 28” LS dan 110° 12′ 13”BT.

5
Lingkungan geografis Candi Borobudur dikelilingi oleh beberapa gunung yaitu:
1. Sebelah Timur: Gunung Merapi dan Merbabu.
2. Sebelah Utara: Gunung Sindoro dan Sumbing.
3. Sebelah Selatan: Pegunungan Menoreh.
4. Sebelah Barat: Tidak ada gunung hanya bukit kecil (n/a)
Candi Borobudur didirikan di atas bukit yang telah dimodifikasi, dengan ketinggian 265
meter diatas permukaan laut dengan susunan batu-batu Candi Borobudur berasal dari
sungai di sekitar Borobudur.
Dengan volume total batuan sungai tersebut sekitar 55.000 meter kubik atau kira-
kira 2.000.000 potong batu yang dibuat unik dengan motif yang mempesona.
Sehingga menjadikan Borobudur bangunan megah dan wonderful terbaik bagi
umat Budha di seluruh Nusantara dan bahkan dunia, banyak umat Budha yang
besembahyang disana.

D. Tahap Pembangunan Candi Borobudur

Pembangunan Candi Borobudur memekan waktu lama, yakni selama kurang lebih
50 tahunan, dengan melalui beberapa tahap yang dilakukan. Pembangunan candi
borobudur melalui beberapa tahap menyebabkan perubahan terhadap desai candi ini.
Berikut ini 5 tahap pembangunan candi borobudur :
 Tahap Pertama : Pembangunan dimulai pada tahun 780 M, tahap pertama ini
candi masih berupa bangunan kecil yang berbentuk teras bertumpuk berjumlah 3.
Tahap ini mulanya bangunan dirancang berbentuk piramida kecil dan kemudian
dihancurkan.

 Tahap Kedua : Pembangunan pada tahap ke 2, Jumlah teras bangunan yang


semula berjumlah 3 kemudian diperbanyak. Hal ini dilakukan dengan
dilebarkannya pondasi candi borobudur.

 Tahap Ketiga : Tahap ini, perubahan pembangunan dilakukan lebih teliti. Puncak
teras yang sebelumnya berjumlah 1 teras bundar kemudian dipindahkan dan diganti
dengan 3 teras berbentuk budar. Selain itu, di setiap teras yang berada dipuncak
dibangun juga sebuah stupa

 Tahap Keempat & Kelima : Tahap ini terjadi beberapa perubahan, meliputi
menambahkan relief baru, perubahan patung dan tangga di sepanjang Jalan candi.
Dekorasi pada monumen pun dirubah namun simbolnya tetap sama.

6
E. Relief Candi Borobudur

 Relief Candi Borobudur 1


Candi Borobudur tidak saja menunjukan kemegahan arsitekturnya tetapi juga
mempunyai relief (pahatan atau ukiran) yang sangat menarik. Relief cerita yang
dipahatkan pada candi itu sangat lengkap dan panjang yang tidak pernah ditemui di tempat
lain di dunia bahkan di India sekalipun.
Bidang relief seluruhnya ada 1460 panel yang jika diukur memanjang mencapai
2.500 m. Sedangkan jenis reliefnya ada 2 macam, yaitu:
1) relief cerita, yang menggambarkan cerita dari suatu teks dan naskah;
2) relief hiasan, yang hanya merupakan hiasan pengisi bidang.
Agar bisa menyimak cerita dalam relief secara berurutan dianjurkan memasuki candi
melalui pintu sebelah timur dan pada tiap lingkaran berputar ke kiri dan meninggalkan
candi di sebelah kanan.
Relief cerita pada candi Borobudur menggambarkan beberapa cerita, yaitu:
1) Karmawibangga, terdiri dari 160 panel, dipahatkan pada kaki tertutup;
2) Lalitawistara, terdiri dari 120 panel, dipahatkan pada dinding lorong I bagian
atas;
3) Jataka dan Awadana, terdiri dari 720 panel, dipahatkan pada lorong I bagian
bawah, balustrade lorong I atas dan bawah, dan balustrade II;
4) Gandawyuda, terdiri dari 460 panel, dipahatkan pada dinding lorong II dan III,
balustrade III dan IV serta Bhadraceri dinding lorong IV.

 Relief Candi Borobudur 2


Di setiap tingkatan dipahat relief pada dinding candi. Relief- relief ini dibaca sesuai
arah jarum jam atau disebut mapradaksina dalam bahasa Jawa Kuno yang berasal dari
bahasa sansekerta daksina yang artinya ialah timur. Relief-relief ini bermacam-macam isi
ceritanya, antara lain ada relief tentang wiracarita Ramayana. Ada pula relief- relief cerita
Jataka.
Pembacaan cerita-cerita relief ini senantiasa dimulai dan berakhir pada pintu
gerbang sisi timur di setiap tingkatnya, mulainya di sebelah kiri dan berakhir di sebelah
kanan pintu gerbang itu. Maka secara nyata bahwa sebelah timur adalah tangga naik yang

7
sesungguhnya (utama) dan menuju puncak candi, artinya bahwa candi menghadap ke
timur meskipun sisi-sisi lainya serupa benar.
Secara runtutan, maka cerita pada relief candi secara tingkat bermakna sebagai berikut.
1) Karmawibhangga
Salah satu ukiran karmawibhangga di dinding candi Borobudur (lantai 0 sudut
tenggara). Sesuai dengan makna simbolis pada kaki candi, relief yang menghias dinding
batu yang terselubung tersebut, menggambarkan hukum karma. Deretan relief tersebut
bukan merupakan cerita seri tetapi pada setiap pigura menggambarkan suatu cerita yang
mempunyai kolerasi sebab akibat. Relief tersebut tidak saja memberi gambaran terhadap
perbuatan tercela manusia disertai dengan hukuman yang akan diperolehnya, tetapi juga
perbuatan baik manusia dan pahala. Secara keseluruhan merupakan penggambaran
kehidupan manusia dalam lingkaran lahir – hidup – mati (samsara) yang tidak pernah
berakhir, dan oleh agama Budha rantai itulah yang akan diakhiri untuk menuju
kesempurnaan.
2) Lalitawistara
Merupakan penggambaran riwayat Sang Budha dalam deretan relief-relief (tetapi
bukan merupakan riwayat yang lengkap) yang dimulai dari turunya Sang Budha dari Sorga
Tusita, dan berakhir dengan wejangan pertama di Taman Rusa dekat kota Banaras. Relief
ini berderet dari tangga pada sisi sebelah selatan, setelah melampaui deretan relief
sebanyak 27 pigura yang dimulai dari tangga sisi timur, ke-27 pigura tersebut
menggambarkan kesibukan, baik di sorga maupun di dunia, sebagai persiapan untuk
menyambut hadirnya penjelmaan terakhir Sang Budhaattwa selaku calon Budha. Relief
tersebut menggambarkan lahirnya Sang Budha, di arca pada ini sebagai Pangeran
Siddhartha, putra Raja Suddhodana dan Permaisuri Maya dari negeri Kapilawastu. Relief
tersebut berjumlah 120 pigura yang berakhir dengan wejangan pertama yang secara
simbolis dinyatakan sebagai pemutaran Roda Dharma, ajaran Sang Budha disebut Dharma
yang juga berarti hukum, sedangkan Dharma dilambangkan sebagai roda.
3) Jataka dan Awadana
Jataka adalah cerita tentang Sang Budha sebelum dilahirkan sebagai Pangeran
Sidharta. Isinya merupakan pokok penonjolan perbuatan baik, yang membedakan Sang
Bodhisattwa dari makhluk lain manapun juga. Sesungguhnya pengumpulan jasa atau
perbuatan baik merupakan tahapan dalam usaha menuju keringat ke-Budhaan.
Sedangkan Awadana pada dasarnya hampir sama dengan Jataka akan tetapi pelakunya
bukan Sang Bodhisattwa, melainkan orang lain dan ceritanya dihimpun dalam kitab
8
Diwyawadana yang berarti perbuatan mulia kedewaan dan kitab Awadasanataka atau
seratus cerita Awadana. Pada relief candi Borobudur Jataka dan Awadana diperlakukan
sama artinya keduanya terdapat dalam deretan yang sama tanpa dibedakan. Himpunan
yang paling tekenal dari kehidupan Sang Bodhisattwa adalah Jatakamala atau untaian
cerita Jataka, karya penyair Aryasura yang hidup dalam abad ke-4 Masehi.
4) Gandawyuha
Merupakan deretan relief menghiasi dinding lorong kedua adalah cerita Sudhana yang
berkelana tanpa mengenal lelah dalam usahanya dalam mencari pengetahuan tertinggi
tentang kebenaran sejati oleh Sudhana. Penggambaranya dalam 460 pigura didasarkan
pada kitab suci Budha Mahayana yang berjudul Gandawyuha dan untuk bagian
penutupnya berdasarkan cerita kitab lainya yaitu Bhadracari.

F. PEMUGARAN CANDI BOROBUDUR


Pemugaran candi Borobudur dimulai tanggal 10 Agustus 1973 prasasti dimulainya
pekerjaan pemugaran candi Borobudur terletak di sebelah Barat Laut menghadap ke
Timur, karyawan pemugaran tidak kurang dari 600 orang diantaranya ada tenaga-tenaga
muda lulusan SMA dan SIM bangunan yang memang diberikan pendidikan khususnya
mengenai teori dan praktek dalam bidang Chemika Arkeologi (CA) dan Teknologi
Arkeologi (TA).
Teknologi Arkeologi bertugas membongkar dan memasang batu-batu candi
Borobudur sedangkan Chemika Arkeologi bertugas membersihkan serta memperbaiki
batu-batu yang sudah retak dan pecah, pekerjaan-pekerjaan di atas bersifat arkeologi
semua ditangani oleh badan pemugaran candi Borobudur, sedangkan pekerjaan yang
bersifat teknis seperti penyediaan transportasi pengadaan bahan-bahan bangunan ditangani
oleh kontraktor (PT. NIDYA KARYA dan THE CONTRUCTION and DEVELOVMENT
CORPORATION OF THE FILIPINE). Bagian-bagian candi Borobudur yang dipugar ialah
bagian Rupadhatu yaitu tempat tingkat dari bawah yang berbentuk bujur sangkar,
sedangkan kaki candi Borobudur serta teras I, II, III dan stupa induk ikut dipugar,
pemugaran selesai pada tanggal 23 Februari 1983 M di bawah pimpinan Dr. Soekmono
dengan ditandai sebuah batu prasasti peresmian selesainya pemugaran berada di halaman
barat dengan batu yang sangat besar dibuatkan dengan dua bagian satu menghadap ke
Utara satu lagi menghadap ke Timur penulisan dalam prasasti tersebut ditangani langsung
oleh tenaga yang ahli dan terampil dari Yogyakarata yang bekerja pada proyek pemugaran
candi Borobudur.
9
a) Pemugaran Pertama Candi Borobudur
Karena keadaan Candi Borobudur kian memburuk maka pada tahun 1900 dibentuk
suatu panitia khusus, diketuai Dr. J.L.A. Brandes. Sangat disayangkan bahwa Dr. J.L.A.
Brandes meniggal tahun 1905 namun laporan bersama yang disusun tahun 1902
membuahkan rancangan pemugaran. Tahun 1907 dimulai pemugaran besar-besaran yang
pertama kali dan dipimpin oleh Van Erp. Pekerjaan ini berlangsung selama empat tahun
sampai tahun 1911 dengan biaya sekitar 100.000 Gulden dan sepersepuluhnya digunakan
untuk pemotretan.
Kegiatan Van Erp antara lain memperbaiki system drainase, saluran-saluran pada
bukit diperbaiki dan pembuatan canggal untuk mengarahkan aliran air hujan. Pada tingkat
rupadhatu, lantai yang melesak diratakan dengan menutup bagian yang melesak dengan
campuran pasir dan tras atau semen sehingga air hujan mengalir melalui dwarajala atau
gorgoyie. Batu-batu yang runtuh dikembalikan dan beberapa bagian yang miring atau
membahayakan diberi penguat. Pada tingkat rupadhatu, 72 buah stupa terus dibongkar dan
disusun kembali setelah dasarnya di ratakan, demikian juga pada stupa induknya.
Pada tahun 1926 diadakan pengamatan, diketahui adanya pengrusakan sengaja yang
dilakukan oleh wisatawan asing yang rupanya ingin memiliki tanda mata dari Borobudur.
Kemudian pada tahun 1926 dibentuklah panitia khusus untuk mengadakan penelitian
terhadap batu dan relief-reliefnya. Penelitian panitia menyimpulkan ada tiga macam
kerusakan yang masing-masing di sebabkan oleh:
1) korosi, yang disebabkan oleh pengaruh iklim;
2) kerja mekanis, yang disebabkan tangan manusia atau kekuatan lain yang datang
dari luar;
3) kekuatan tekanan, kerusakan karena tertekan atau tekanan batu-batunya berupa
retak-retak, bahkan pecah.

b) Pemugaran Kedua Candi Borobudur


Usaha penyelamatan berikutnya dilakukan pada tahun 1963 oleh pemerintah
Republik Indonesia dengan adanya pemberontakan G-30-S/PKI.
Pada tahun 1968 Pemerintah Republik Indonesia membentuk Panitia Nasional untuk
membantu melaksanakan pemugaran Candi Borobudur. Pada tahun itu juga UNISCO akan
membantu pemugaran. Pada tahun 1969 Presiden membubarkan Panitia Nasional dan
membebankan tugasnya kepada Mentri Perhubungan, bahkan pada tahun 1970 atas
prakarsa UNISCO diadakan diskusi panel di Yogyakarta untuk membahas rencana
10
pemugaran. Kesepakatan yang diperoleh adalah membongkar dan kemudian memasang
kembali batu-batu bagian Rupadhatu.
Kemudian pada tanggal 10 Agustus 1973 Presiden Soeharto meresmikan
dimulainya pemugaran Candi Borobudur. Persiapan pemugaran memakan waktu selama
dua tahun dan kegiatan fisiknya yaitu dimulai pembongkaran batu-batu candi dimulai
tahun 1975.
Dengan menggerakan lebih dari 600 pekerja serta batu sebanyak 1 juta buah.
Bangunan Candi yang di pugar adalah bangunan rupadhatu yaitu empat tingkat dari bawah
yang berbentuk bujur sangkar.
Kegiatan ini memakan waktu 10 tahun. Dan pada tanggal 23 Februari 1983
pemugaran Candi Borobudur dinyatakan selesai dengan diresmikan oleh Presiden Soeharto
dengan ditandai penandatangan prasati.
Usaha-usaha menyelamatkan Candi Borobudur dengan berjuta-juta dollar
mempunyai banyak manfaat bagi bangsa ini. Menurut Prof. Soekmono, sesungguhnya
Candi Borobudur mempunyai nilai lain dari pada sekedar sebagai objek wisata yaitu
sebagai benteng pertahanan budaya kita. Seperti peninggalan purbakala lainnya, Candi
Borobudur menjadi penegak kepribadian bangsa kita dan candi sebagai bukti nyata dari
prasasti nenek moyang kita sehingga menjadi kewajiban dan tanggung jawab bangsa kita
untuk meneruskan keagungan Candi Borobudur kepada anak cucu kita.

G. STRUKTUR CANDI BOROBUDUR


Candi Borobudur memiliki struktur dasar punden berundak, dengan enam pelataran
berbentuk bujur sangkar, tiga pelataran berbentuk bundar melingkar dan sebuah stupa
utama sebagai puncaknya. Selain itu tersebar di semua pelatarannya beberapa stupa.
Sepuluh pelataran yang dimiliki Borobudur menggambarkan secara jelas filsafat
mazhab Mahayana. Bagaikan sebuah kitab, Borobudur menggambarkan sepuluh tingkatan
Bodhisattva yang harus dilalui untuk mencapai kesempurnaan menjadi Buddha.

Denah Borobudur membentuk Mandala, lambang alam semesta dalam kosmologi Buddha.

11
Bagian kaki Borobudur melambangkan Kamadhatu, yaitu dunia yang masih
dikuasai oleh kama atau "nafsu rendah". Bagian ini sebagian besar tertutup oleh tumpukan
batu yang diduga dibuat untuk memperkuat konstruksi candi. Pada bagian yang tertutup
struktur tambahan ini terdapat 120 panel cerita Kammawibhangga. Sebagian kecil struktur
tambahan itu disisihkan sehingga orang masih dapat melihat relief pada bagian ini.

Empat lantai dengan dinding berelief di atasnya oleh para ahli dinamakan
Rupadhatu. Lantainya berbentuk persegi. Rupadhatu adalah dunia yang sudah dapat
membebaskan diri dari nafsu, tetapi masih terikat oleh rupa dan bentuk. Tingkatan ini
melambangkan alam antara yakni, antara alam bawah dan alam atas. Pada bagian
Rupadhatu ini patung-patung Buddha terdapat pada ceruk-ceruk dinding di atas ballustrade
atau selasar.
Mulai lantai kelima hingga ketujuh dindingnya tidak berelief. Tingkatan ini
dinamakan Arupadhatu (yang berarti tidak berupa atau tidak berwujud). Denah lantai
berbentuk lingkaran. Tingkatan ini melambangkan alam atas, di mana manusia sudah
bebas dari segala keinginan dan ikatan bentuk dan rupa, namun belum mencapai nirwana.
Patung-patung Buddha ditempatkan di dalam stupa yang ditutup berlubang-lubang seperti
dalam kurungan. Dari luar patung-patung itu masih tampak samar-samar.

Struktur dasar candi borobudur


Tingkatan tertinggi yang menggambarkan ketiadaan wujud dilambangkan berupa
stupa yang terbesar dan tertinggi. Stupa digambarkan polos tanpa lubang-lubang. Di dalam
stupa terbesar ini pernah ditemukan patung Buddha yang tidak sempurna atau disebut juga
unfinished Buddha, yang disalahsangkakan sebagai patung Adibuddha, padahal melalui
penelitian lebih lanjut tidak pernah ada patung pada stupa utama, patung yang tidak selesai
itu merupakan kesalahan pemahatnya pada zaman dahulu. menurut kepercayaan patung

12
yang salah dalam proses pembuatannya memang tidak boleh dirusak. Penggalian arkeologi
yang dilakukan di halaman candi ini menemukan banyak patung seperti ini.
Di masa lalu, beberapa patung Buddha bersama dengan 30 batu dengan relief, dua
patung singa, beberapa batu berbentuk kala, tangga dan gerbang dikirimkan kepada Raja
Thailand, Chulalongkorn yang mengunjungi Hindia Belanda (kini Indonesia) pada tahun
1896 sebagai hadiah dari pemerintah Hindia Belanda ketika itu.
Borobudur tidak memiliki ruang-ruang pemujaan seperti candi-candi lain. Yang
ada ialah lorong-lorong panjang yang merupakan jalan sempit. Lorong-lorong dibatasi
dinding mengelilingi candi tingkat demi tingkat. Di lorong-lorong inilah umat Buddha
diperkirakan melakukan upacara berjalan kaki mengelilingi candi ke arah kanan. Bentuk
bangunan tanpa ruangan dan struktur bertingkat-tingkat ini diduga merupakan
perkembangan dari bentuk punden berundak, yang merupakan bentuk arsitektur asli dari
masa prasejarah Indonesia.
Struktur Borobudur bila dilihat dari atas membentuk struktur Mandala.
Struktur Borobudur tidak memakai semen sama sekali, melainkan sistem interlock
yaitu seperti balok-balok Lego yang bisa menempel tanpa lem.

13
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Borobudur harus dirawat, dan dilesrarikan. Supaya generasi generasi yang akan
datang dapat mengetagui dan mengenal apa itu Candi Borobudur.
B. Saran
1) Kita sebagai generasi muda harus menjadi generasi penerus bangsa, dengan cara
giat belajar dan berlatih supaya menjadi siswa – siswi yang terampil dan bertaqwa
2) Kita sebagai warga negara harus menjaga dan melestarikan budaya bangsa dengan
memelihara tempat – tempat bersejarah sebagai peninggalan nenek moyang kita.
3) Kami para penulis makalah ini berharap dengan berkembangnya kebudayaan barat
di harapkan pada rekan – rekan generasi muda mampu memilih dan meniliai
budaya yang masuk dan berusaha mempertahankan kebudayaan bangsa sendiri.
4) Sebaiknya kita sebagai warga negara yang baik turut berperan serta dalam merawat
candi Borobudur. Langkah awal adalah dengan tidak meusak bagian-bagian candi
Borobudur. Langkah selanjutnya adalah dengan memperkenalkan candi Borobudur
kepada masyarakat luas agar candi Borobudur dikenal luas, di Indonesia maupun di
Dunia

14
DAFTAR PUSTAKA

Madhori. 2008. Borobudur Sepanjang Masa. Yogyakarta: Media Cipta Pustaka.


Samidi. 1975. Penelitian Pendahuluan Pemberantasan Lumut Pada Batuan Candi
Borobudur. Jakarta: Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan.
MoerTjipto, Drs Borobudur, Pawon Dan Mendut, Kanisus Yogyakarta 1993
Soediman, Drs Borobudur Salah Satu Keajaiban Dunia Gramedia Yogyakarta, 1980
https://canacantya.wordpress.com/sejarah/sejarah-berdirinya-candi-borobudur/
Sumber : http://sumbersejarah1.blogspot.co.id/2017/05/candi-borobudur.html#ixzz53IwDWcQz
Sumber narasi: Balai Konservasi Borobudur/Indonesia Travel
Sumber foto: repro koleksi Museum van Volkenkunde
https://gugunborobudur.wordpress.com/2008/03/31/pemugaran-candi-borobudur/
1. Drs. R. Soekmono, (1973, 5th reprint edition in 1988). Pengantar Sejarah
Kebudayaan Indonesia 2, 2nd ed.. Yogyakarta: Penerbit Kanisius. hlm. 46.
2. Walubi. "Borobudur : Candi Berbukit Kebajikan".
http://www.walubi.or.id/waisak2004/Borobudur%20-
%20Candi%20Berbukit%20Kebajikan.shtml.
3. Soekmono (1976), page 35–36.
4. Hiram W. Woodward Jr. (1979). "Acquisition". Critical Inquiry 6 (2): 291–303.
doi:10.1086/448048.
5. Roderick S. Bucknell and Martin Stuart-Fox (1995). The Twilight Language:
Explorations in Buddhist Meditation and Symbolism. UK: Routledge. ISBN
0700702342.

15
LAMPIRAN – LAMPIRAN

16
17

Anda mungkin juga menyukai