2018/2019
2018/2019
6. RESA MAULANA
i
HALAMAN PENGESAHAN
Laporan ini telah dan disetujui pada tanggal , ................................ 2019 oleh :
Mengetahui,
Kepala Sekolah
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah menganuge-
rahkan rahmat dan karunia-Nya. Dengan kemahakuasaan-Nya pula, kami dapat me-
nyelesaikan penyusunan laporan ini. Shalawat serta salam kami haturkan kepada junjun-
gan Nabi besar Muhammad SAW. Tak lupa kami ucapkan terima kasih kepada :
Buku ini disusun untuk memenuhi nilai ujian praktek Bahasa Indonesia dan IPS,
tahun ajaran 2018/2019. Dan sekaligus sebgai jembatan bagi para siswa untuk mengenal
dan mulai mencintai kembali berbagai tempat-tempat bersejarah di Indonesia.
Laporan ini berisikan hasil kunjungan kami terhadap beberapa objek wisata yang
ada di daerah Yogyakarta yang disusun berdasarkan format laporan yang telah diberikan
dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah.
iii
Kami menyadari bahwa sebagai manusia yang memiliki keterbatasan, tentu hasil
laporan yang kami buat ini tidak mungkin luput dari kekurangan, dengan upaya dan
lapang dada kami senantiasa mengharapkan sumbangan pemikiran anda baik berupa
kritikan maupun saran demi menyempurnakan laporan ini. Semoga karya tulis ini dapat
bermanfaat bagi kita semua.
Penulis
iv
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
v
3. Museum Dirgantara Mandala ..................................................................... 24
4. Candi Borobudur ...................................................................................... 26
5. Candi Prambanan ....................................................................................... 34
D. Benda-Benda Pusaka Peninggalan Situs Sejarah yang dikunjungi
1. Kraton Ngayogyakarta ............................................................................... 45
2. Monumen Jogja Kembali ........................................................................... 53
3. Museum Dirgantara Mandala ..................................................................... 55
4. Candi Borobudur ........................................................................................ 59
5. Candi Prambanan ....................................................................................... 73
E. Fungsi Situs-Situs Sejarah
1. Kraton Ngayogyakarta ............................................................................... 83
2. Monomen Jogja Kembali ........................................................................... 84
3. Museum Dirgantara Mandala ..................................................................... 86
4. Candi Borobudur ........................................................................................ 86
5. Candi Prambanan ....................................................................................... 87
A. Kesimpulan ....................................................................................................... 88
B. Saran-Saran, pesan dan kesan
1. Kesan ............................................................................................................ 88
2. Pesan ............................................................................................................. 89
3. Motto ............................................................................................................ 89
DAFTAR LAMPIRAN
1. Foto Kegiatan ................................................................................................... 92
2. Biodata Penyusun ........................................................................................... 101
vi
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Yogyakarta atau Jogja adalah sebuah kota beserta merangkap sebagai ibukota
provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Kota Jogja terletak dipulau jawa yang berbatasan
langsung dengan provinsi Jawa Tengah dan berbatasan dengan samudra Hindia. Kota
Jogja sering disebut juga sebagai kota budaya dan pelajar.
Yogyakarta adalah kota yang terkenal akan sejarah dan warisan budayanya. Yogya-
karta merupakan pusat kerajaan Mataram (1575-1640), dan sampai sekarang ada Kraton
(Istana) yang masih berfungsi dalam arti yang sesungguhnya. Yogyakarta juga memiliki
banyak candi berusia ribuan tahun yang merupakan peninggalan kerajaan-kerajaan besar
jaman dahulu, di antaranya adalah Candi Borobudur yang dibangun pada abad ke-9 oleh
dinasti Syailendra.Selain warisan budaya, Yogyakarta memiliki panorama alam yang in-
dah dan atmosfir kesenian yang sangat kental didalamnya. Dalam hal kebudayaan pro-
pinsi Yogyakarta masih sangat kental dengan budaya Jawanya. Dalam kehidupan sehari-
hari seni dan budaya seolah tak terpisahkan dan sudah menjadi bagian dari kehidupan
masyarakat setempat
Dalam berkomunikasi, bahasa pengantar sehari-hari umumnya masyarakat Yogya-
karta menggunakan bahasa Jawa. Propinsi Yogyakarta merupakan salah satu pusat bahasa
dari sastra Jawa seperti bahasa parama sastra, ragam sastra, bausastra, dialek, sengkala
serta lisan dalam bentuk dongeng, japamantra, pawukon, dan aksara Jawa.
Tempat-tempat pariwisatanya pun juga sangat mengesankan. Tak ayal turis
mancanegara banyak yang singgah di tengah-tengah pulau jawa yang eksotik ini. Karena
itulah sudah sepantasnya generasi muda khususnya siswa SMPN 3 TANGERANG
berkunjung untuk menimba ilmu ke Yogyakarta. Paling tidak bisa mengetahui sedikit
seluk beluk mengenai Yogyakarta. Karena itulah kita sebagai generasi muda sangat tidak
etis jika kita tidak pernah berkunjung ke Yogyakarta dan tidak mengenal history tentang
jogja,karena jogja mempunyai sejarah yang panjang dalam terbentuknya pemerintahan
NKRI mulai zaman kerajaan sampai sekarang. Jogja tetap istimewa dimata dunia.
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan penulis membuat karya ilmiah tentang Yogyakarta ini adalah : untuk
menambah wawasan dan ilmu pengetahuan yang tidak diajarkan di sekolah,
mengetahui tempat-tempat wisata yang ada di Jogja, mengetahui peninggalan
budaya dimasa lalu, mengenal lebih dekat lagi budaya daerah, dan dapat
mengetahui seluk beluk tempat-tempat wisata yang ada di Jogja. Khususnya
bagi kami, umumnya bagi pembaca.
2. Tujuan Khusus;
Setiap kegiatan pasti memiliki tujuan, adapun tujuan khusus kami dalam
melakukan penelitian objek – objek wisata, di antaranya :
a. Ingin mengetahui sejarah Monumen Jogja Kembali, Museum Dirgan-
tara, Candi Prambanan, Malioboro, Kraton Nyayogyakarta dan Candi
Borobudur.
b. Supaya mengetahui tentang letak atau lokasi Monumen Jogja Kembali,
Museum Dirgantara, Candi Prambanan, Malioboro, Kraton Ngayog-
yakarta dan Candi Borobudur.
c. Mengetahui dan menambah ilmu pengetahuan tentang tata bangunan
Monumen Jogja Kembali, Museum Dirgantara, Candi Prambanan,
Malioboro, Kraton Ngayogyakarta dan Candi Borobudur.
d. Menambah wawasan mengenai objek – objek dan benda – benda pu-
saka yang berada di Monumen Jogja Kembali, Museum Dirgantara,
3. Waktu Kunjungan
Rabu, 12 Desember 2018 Pukul 08.00 – 09.00 : Kunjungan ke Monjali
(Monumen Jogja Kembali)
Rabu, 12 Desember 2018 Pukul 10.30 – 11.30 : Kunjungan ke Museum
Dirgantara
Rabu, 12 Desember 2018 Pukul 14.30 – 16.00 : Kunujungan ke Candi
Prambanan
4. Candi Borobudur
Borobudur adalah sebuah candi Bud-
dha yang terletak di Borobudur, Mage-
lang, Jawa Tengah, Indonesia. Candi ini
terletak kurang lebih 100 km di sebelah
barat daya Semarang, 86 km di sebelah
barat Surakarta, dan 40 km di sebelah
barat laut Yogyakarta. Candi ber-
bentuk stupa ini didirikan oleh para pen-
ganut agama Buddha Mahayana sekitar
tahun 800-an Masehi pada masa
pemerintahan wangsa Syailendra. Borobudur adalah candi atau kuil Buddha
terbesar di dunia, sekaligus salah satu monumen Buddha terbesar di dunia.
Monumen ini merupakan model alam semesta dan dibangun sebagai tempat suci
untuk memuliakan Buddha sekaligus berfungsi sebagai tempat ziarah untuk
menuntun umat manusia beralih dari alam nafsu duniawi menuju pencerahan dan
kebijaksanaan sesuai ajaran Buddha. Para peziarah masuk melalui sisi timur
memulai ritual di dasar candi dengan berjalan melingkari bangunan suci ini searah
jarum jam, sambil terus naik ke undakan berikutnya melalui tiga tingkatan ranah
dalam kosmologi Buddha. Ketiga tingkatan itu adalah Kāmadhātu (ranah hawa
nafsu), Rupadhatu (ranah berwujud), dan Arupadhatu (ranah tak berwujud).
Dalam perjalanannya ini peziarah berjalan melalui serangkaian lorong dan tangga
dengan menyaksikan tak kurang dari 1.460 panel relief indah yang terukir pada
dinding dan pagar langkan. Menurut bukti-bukti sejarah, Borobudur ditinggalkan
pada abad ke-14 seiring melemahnya pengaruh kerajaan Hindu dan Buddha di
Jawa serta mulai masuknya pengaruh Islam.[6] Dunia mulai menyadari keberadaan
bangunan ini sejak ditemukan 1814 oleh Sir Thomas Stamford Raffles, yang saat
itu menjabat sebagai Gubernur Jenderal Inggris atas Jawa. Sejak saat itu
Borobudur telah mengalami serangkaian upaya penyelamatan dan pemugaran.
5. Candi Prambanan
Candi ini adalah termasuk Situs Warisan Dunia UNESCO, candi Hindu terbesar
di Indonesia, sekaligus salah satu candi terindah di Asia Tenggara. Arsitektur
bangunan ini berbentuk tinggi dan ramping sesuai dengan arsitektur Hindu pada
umumnya dengan candi Siwa sebagai candi utama memiliki ketinggian mencapai
47 meter menjulang di tengah kompleks gugusan candi-candi yang lebih kecil. Se-
bagai salah satu candi termegah di Asia Tenggara, candi Prambanan menjadi daya
tarik kunjungan wisatawan dari seluruh dunia.
Menurut prasasti Siwagrha, candi ini mulai dibangun pada sekitar ta-
hun 850 masehi oleh Rakai Pikatan, dan terus dikembangkan dan diperluas
oleh Balitung Maha Sambu, pada masa kerajaan Medang Mataram.
6. Marlioboro
Jalan Malioboro adalah nama salah satu kawasan jalan dari tiga jalan di Kota
Yogyakarta yang membentang dari Tugu Yogyakarta hingga ke perempatan Kan-
tor Pos Yogyakarta. Secara keseluruhan terdiri dari Jalan Margo Utomo, Jalan
Malioboro, dan Jalan Margo Mulyo. Jalan ini merupakan poros Garis Imajiner
Kraton Yogyakarta.
Saat ini, Jalan Malioboro tampak lebih lebar karena tempat parkir yang ada di
pinggir jalan sudah dipindahkan ke kawasan parkir Abu Bakar Ali. Karena
Kedepanya Malioboro Akan Menjadi Semi Pedestrian
Secara fisik istana para Sultan Yogyakarta memiliki tujuh kompleks inti yaitu Siti
Hinggil Ler (Balairung Utara), Kamandhungan Ler (Kamandhungan Utara), Sri
Manganti, Kedhaton, Kamagangan, Kamandhungan Kidul (Kamandhungan Se-
latan), dan Siti Hinggil Kidul (Balairung Selatan). Selain itu Keraton Yogyakarta
memiliki berbagai warisan budaya baik yang berbentuk upacara maupun benda-
benda kuno dan bersejarah. Di sisi lain, Keraton Yogyakarta juga merupakan
suatu lembaga adat lengkap dengan pemangku adatnya. Oleh karenanya tidaklah
mengherankan jika nilai-nilai filosofi begitu pula mitologi menyelubungi Keraton
Yogyakarta. Dan untuk itulah pada tahun 1995 Komplek Keraton Ngayogyakarta
Hadiningrat dicalonkan untuk menjadi salah satu Situs Warisan Dunia UNESCO.
Monumen Jogja Kembali dibangun pada tanggal 29 Juni 1985 dengan upacara
tradisional penanaman kepala kerbau dan peletakan batu pertama oleh Sri Sul-
tan Hamengkubuwono IX dan Sri Paduka Paku Alam VIII. Gagasan untuk mendi-
rikan monumen ini dilontarkan oleh kolonel Soegiarto, selaku walikotamadya
Yogyakarta pada tahun 1983. Nama Yogya Kembali dipilih dengan maksud se-
bagai tetenger (peringatan) dari peristiwa sejarah ditariknya tentara pendudukan
Belanda dari ibukota RI Yogyakarta pada waktu itu, tanggal 29 Juni 1949. Hal ini
merupakan tanda awal bebasnya bangsa Indonesia dari kekuasaan pemerinta-
han Belanda.
a. Perjuangan Fisik
2) Pertempuran Surabaya
7) Puputan Mangarana
Sejak Maret 1946, Belanda berhasil menduduki beberapa daerah di Bali. Per-
lawanan muncul dibawah pimpinan I Gusti Ngurah Rai dibantu oleh TRI-
Laut Kapten Markadi. Pada masa itu, Indonesia telah menyepakati perjan-
jian Linggarjati dimana secara de facto wilayah Indonesia hanya terdiri dari
Sumatera, Jawa dan Madura. Ngurah Rai tetap berusaha mengusir Belanda
dari Bali dengan melakukan long march dan bergerilya melawan musuh.
b. Perjuangan Diplomasi
1) Perundingan Linggarjati
2) Agresi Militer I
3) Perundingan Renville
Atas usul KTN maka pada tanggal 8 Desember 1947 dilaksanakan Perjanjian
antara Indonesia dan Belanda di atas kapal Renville milik AS yang sedang
berlabuh di Jakarta.
1) Delegasi Indonesia dipimpin oleh Mr. Amir Syarifuddin.
2) Delegasi Belanda dipimpin oleh R. Abdul Kadir Wijoyoatmojo.
3) Delegasi Australia dipimpin oleh Richard C. Kirby.
4) Delegasi Belgia dipimpin oleh Paul van Zeeland.
5) Delegasi Amerika Serikat dipimpin oleh Frank Porter Graham.
Setelah melalui perdebatan dan per-
musyawaratan dari tanggal 8 Desem-
ber 1947 sampai 17 Juni 1948 maka di-
peroleh persetujuan Renville. Isi per-
janjian Renville, antara lain sebagai
berikut.
1. Belanda tetap berdaulat atas seluruh wilayah Indonesia sampai denganter-
bentuknya Republik Indonesia Serikat (RIS).
2. Sebelum RIS dibentuk, Belanda dapat menyerahkan sebagi-
ankekuasaannya kepada pemerintah federal.
3. RIS mempunyai kedudukan sejajar dengan Negara Belanda dalam Uni-
Indonesia-Belanda.
4. Republik Indonesia merupakan bagian dari RIS.
5) Perundingan Roem-Royen
Museum Perjuangan TNI AU adalah cikal bakal dari Museum Dirgantara Man-
dala yang pertama kalinya diresmikan oleh Panglima Angkatan Udara Laksamana
Roesmin Noerjadin, pada tanggal 4 April 1969 di Markas Komando Udara V
Tanah Abang Bukit Jakarta. Perpindahan museum dari Jakarta menuju Yogya-
karta didasarkan pada faktor sejarah perjuangan kota Yogyakarta pada periode
1945-1949 sebagai pusat latihan bagi Taruna Akademi Udara. Museum Dirgan-
tara Mandala adalah gabungan dari Museum Perjuangan TNI AU dengan Musem
Ksatrian yang sudah ada di Yogyakarta. Peresmian kedua museum ini dilakukan
oleh Marsekal TNI Ashadi Tjahjadi menjadi Museum Pusat TNI AU Dirgantara
Mandala pada tanggal 29 Juli 1978 yang bertepatan dengan peringatan Hari
Bhakti TNI AU. Perpindahan museum dari Jakarta ke Yogyakarta masih menyi-
sakan permasalahan tempat untuk menyimpan koleksi Alutsista yang ada, maka
Museum Dirgantara Mandala berpindah untuk ketiga kalinya yaitu di gudang
bekas pabrik gula di Wonocatur di kawasan Landasan Udara Adisutjipto. Gedung
museum baru itu kemudian diresmikan pada tanggal 29 Juli 1984 oleh oleh Kepala
Staf TNI AU, Marsekal TNI Sukardi.
berdirinya TRI Angkatan Udara pada 9 April 1946. Masih dalam satu ruangan
yang sama juga dipamerkan berbagai peralatan radio dan foto penumpasan
berbagai pemberontakan di tanah air, seperti pemberontakan DI/TII, Penumpasan
G 30 S/PKI, serta Operasi Seroja. Pada ruangan selanjutnya, dipajang berbagai
jenis pakaian dinas yang biasa digunakan oleh para personel TNI-AU, meliputi
pakaian tempur, pakaian dinas sehari-hari, hingga pakaian untuk tugas pen-
erbangan.
Salah satu koleksi yang sangat penting dalam sejarah cikal bakal TNI AU adalah
replika pesawat Dakota C-47 dengan nomor seri VT-CLA yang ditembak jatuh
oleh Belanda di daerah Ngoto, Bangunharjo, Sewon Bantul pada tanggal 29 Juli
1947. Jatuhnya pesawat tersebut menewaskan para pionir Angkatan Udara, antara
lain Komodor Muda Udara Adisutjipto, Komodor Muda Udara Prof. Dr. Ab-
dulrahman Saleh, serta Opsir Muda Udara I Adisumarmo Wirjokoesoemo.
4. Candi Borobudur
Terdapat sejarah panjang dalam berdirinya candi Borobudur. Sampai saat ini tidak
ditemukan bukti tertulis yang menjelaskan siapa yang membangun Borobudur dan
apa tujuan membangun candi ini. Diperkirakan candi Borobudur dibangun pada
tahun 800 Masehi.
Siapa yang membangun candi Borobudur? Sampai saat ini masih belum diketahui
siapa yang membangun candi Borobudur. Yang jelas candi Borobudur dibangun
saat kejayaan dinasti Syailendra. Selain itu juga sempat ada ketidakjelasan candi
Borobudur peninggalan agama apa, apakah agama Buddha atau Hindu.
Diketahui bahwa warga dinasti Syailendra adalah penganut agama Buddha aliran
Mahayana yang taat. Namun berdasarkan temuan prasasti Sojomerto menunjuk-
kan bahwa awalnya mereka mungkin beragama Hindu Siwa. Di era itu memang
banyak dibangun berbagai candi Hindu dan Buddha di dataran Kedu. Ada juga
candi suci Shiwalingga di dekat kawasan Borobudur yang merupakan candi
Hindu.
Awal mula candi Borobudur adalah berupa rancangan stupa tunggal yang sangat
besar memahkotai puncaknya. Karena stupa yang terlalu besar dan berat dianggap
bisa membahayakan, maka kemudian stupa tersebut dibongkar dan diganti men-
jadi tiga barisan stupa kecil dan satu stupa induk seperti sekarang
Tahap pertama
Tahap pertama pembangunan candi Borobudur dilakukan dengan meletakkan fon-
dai dasar candi. Masa pembangunan Borobudur tidak diketahui pasti dan di-
perkirakan dimulai pada tahun 750 Masehi. Borobudur dibangun di atas bukit
Bagian bukit tanah dipadatkan dan ditutup struktur batu sehingga menyerupai
cangkang yang membungkus bukit tanah. Sisa bagian bukit ditutup struktur batu
lapis demi lapis. Awalnya Borobudur dibangun dengan tingkatan bersusun seperti
rancangan piramida. Namun susunan tersebut diubah dan sebagai gantinya
dibangun tiga undakan pertama yang menutup struktur asli piramida yang diubah.
Tahap kedua
Pada tahap kedua pembangunan tidak banyak proses pembangunan dilakukan.
Yang ada hanya dilakukan penambahan dua undakan persegi, pagar langkan dan
satu undak melingkar. Di atasnya langsung dibangun sebuah stupa tunggal yang
sangat besar.
Tahap ketiga
Pada tahap ketiga pembangunan terjadi perubahan rancangan bangunan. Undak
atas lingkaran dengan stupa tunggal induk besar dibongkar dan diganti tiga undak
lingkaran. Stupa-stupa yang lebih kecil dibangun berbaris melingkar pada pelata-
ran undak-undak ini dengan satu stupa induk yang besar berada di bagian ten-
gahnya.
Fondasi candi juga agak diperlebar dan kemudian dibangun kaki tambahan yang
membungkus kaki asli sekaligus menutup relief Karmawibhangga. Perubahan
stupa besar dikarenakan stupa tersebut terlalu besar dan berat sehingga diganti
tiga stupa kecil dan satu stupa induk.
Tahap keempat
Pada tahap keempat atau tahap terakhir pembangunan dilakukan sedikit peru-
bahan kecil dan finishing. Perubahan kecil yang meliputi penyempurnaan relief,
penambahan pagar langkan terluar, perubahan tangga dan pelengkung atas
gawang pintu serta pelebaran ujung kaki.
Baru pada tahun 1814 Masehi, candi Borobudur kembali ditemukan lagi. Saat itu
pulau Jawa ada di bawah pemerintahan Inggris yang dipimpin oleh Thomas Stam-
ford Raffles selaku gubernur jenderal. Raffles memiliki ketertarikan pada sejarah
dan kebudayaan Jawa.
Dalam 2 bulan, Cornelius beserta 200 bawahannya menebang pepohonan dan se-
mak belukar yang tumbuh di bukit Borobudur dan membersihkan lapisan tanah
yang mengubur candi ini. Ia melaporkan temuan ini dan memberi sketsa candi
Borobudur pada Raffles. Raffles pun dianggap berjasa atas penemuan kembali
Candi Borobudur dan mulai menarik perhatian dunia atas keberadaan monumen
yang pernah hilang ini.
Setelah itu terus dilakukan penelitian terkait candi Borobudur oleh Pemerintah
Hindia Belanda. Borobudur pun kian terkenal hingga mengundang kolektor candi
untuk berkunjung. Borobudur juga sempat menjadi target pencuri artefak candi
untuk kemudian dijual mahal.
Pemugaran candi dilakukan dengan memperhatikan banyak hal. Hal-hal yang dil-
akukan antara lain adalah perbaikan sistem drainase, pengaturan sudut bangunan,
pemindahan batu yang membahayakan, penguatan pagar langkan pertama dan
pemugaran beberapa relung, gerbang, stupa dan stupa utama.
Hal lain yang harus ditambahkan adalah pembuatan pagar halaman candi dan
pembersihan kawasan. Proses pemugaran candi Borobudur dilakukan pada kurun
5. Candi Prambanan
Prambanan adalah candi Hindu terbesar dan termegah yang pernah dibangun di
Jawa kuno, pembangunan candi Hindu kerajaan ini dimulai oleh Rakai Pikatan
sebagai tandingan candi Buddha Borobudur dan juga candi Sewu yang terletak
tak jauh dari Prambanan. Beberapa sejarawan lama menduga bahwa pem-
bangunan candi agung Hindu ini untuk menandai kembali berkuasanya keluarga
Bangunan ini pertama kali dibangun sekitar tahun 850 Masehi oleh Rakai Pikatan
dan secara berkelanjutan disempurnakan dan diperluas oleh Raja Lokapala dan
raja Balitung Maha Sambu. Berdasarkan prasasti Siwagrha berangka tahun 856
M, bangunan suci ini dibangun untuk memuliakan dewa Siwa, dan nama asli
bangunan ini dalam bahasa Sanskerta adalah Siwagrha (Sanskerta:Shiva-grha
yang berarti: ‘Rumah Siwa’) atau Siwalaya (Sanskerta:Shiva-laya yang berarti:
‘Ranah Siwa’ atau ‘Alam Siwa’). Dalam prasasti ini disebutkan bahwa saat pem-
bangunan candi Siwagrha tengah berlangsung, dilakukan juga pekerjaan umum
perubahan tata air untuk memindahkan aliran sungai di dekat candi ini. Sungai
yang dimaksud adalah sungai Opak yang mengalir dari utara ke selatan sepanjang
sisi barat kompleks candi Prambanan. Sejarawan menduga bahwa aslinya aliran
sungai ini berbelok melengkung ke arah timur, dan dianggap terlalu dekat dengan
candi sehingga erosi sungai dapat membahayakan konstruksi candi. Proyek tata
air ini dilakukan dengan membuat sodetan sungai baru yang memotong lengkung
sungai dengan poros utara-selatan sepanjang dinding barat di luar kompleks candi.
Bekas aliran sungai asli kemudian ditimbun untuk memberikan lahan yang lebih
luas bagi pembangunan deretan candi perwara (candi pengawal atau candi pen-
damping).
Mitos Rakyat
Awal mula sejarah candi prambanan adalah adanya dua kerajaan Hindu yang
cukup besar di Pulau Jawa. Yakni Kerajaan Pengging yang di pimpin Prabu Da-
mar Moyo, sedangkan Kerajaan satunya lagi adalah Kerajaan Pengging dengan
rajanya Prabu Boko. diceritakan bahwasannya Kerajaan Pengging merupakan se-
buah kerajaan Hindu di Jawa yang maju dan sejahtera. Prabu Damar Moyo meru-
pakan raja yang sangat baik hati dan arif bijaksana serta adil.
Karena hal inilah yang menjadikan Kerajaan Pengging damai dan sangat makmur.
Raja Damar Moyo mempunyai seorang putra bernama Bandung Bondowoso yang
tangguh dan gagah berani.
Selain kerajaan pengging yang di pimpin damar moyo terdapat pula satu kerajaan
lagi yakni Kerajaan yang di pimpin oleh prabu Boko. Kerajaan boko merupakan
sebuah keraton yang berada di dalam kawasan kerajaan Pengging.
Boko merupakan raja kejam berwajah menyeramkan, serta gemar memangsa dag-
ing manusia. Dan juga Prabu Boko sangat dikenal sebagai raja yang lalim, dan
sewenang-wenang dalam memerintah.
Sebuah pertempuran sengit pun terjadi yaitu, Pertempuran antara prabu damar
moyo dan prabu boko. Peperangan ini berlangsung sangat sengit dan banyak
prajurit yang gugur yang di akibatkan dari peperangan ke dua kerajaan tersebut.
Tidak sedikit prajurit yang berjatuhan, rakyat jelata pun juga ikut menderita dan
banyak pula yang menjadi korban. Tidak hanya itu, ternyata perekonomian kera-
jaan pun juga ikut terpaut juga, banyak rakyat yang kelaparan, terserang penyakit,
dan lain sebagainya
Melihat situasi itu yang semakin memburuk lalu Prabu Damar Moyo mengirim
anaknya yang bernama Pangeran Bandung Bondowoso untuk melawan Prabu
Boko dan membunuhnya.
Mengetahui rajanya gugur sang Patih dwarapala pun bergegas melarikan diri kem-
bali menuju keraton Boko. mengetahui hal itu Bandung Bondowoso tidak tinggal
diam, Bandung Bondowoso merasa harus membinasakan pemberontakan ini dia
pun bergegas mengejar Patih Dwarapala menuju Keraton Boko.
Sesampai di sana, sang Patih Dwarapala pun menceritakan apa yang terjadi
kepada Puteri Roro Jonggrang. Mendapat berita bahwa ayahnya telah gugur di
medan perang oleh Bandung Bondowoso. Roro Jonggrang merasa sangat sedih
dan sangat murka terhadap orang yang telah membunuh ayahnya.
Ternyata usaha Roro Jonggrang sia-sia, Bandung Bodowoso dengan ilmu kesak-
tiannya telah berhasil lolos dari kematian itu. mendengar bahwa ia di jebak Ban-
dung Bondowoso merasa sangat marah kepada Roro Jonggrang.
Saat mendengar suara lesung itu maka ayam-ayam jantan pun terbangun dan
berkokok semua karena menganngap bahwa pagi telah tiba. Sementara para jin
yang sedang bekerja karena melihat langit mulai terang. dan ayam-ayam jantan
mulai berkokok menduga bahwa hari telah pagi. melihat pagi telah tiba para jin
pun menghentikan pekerjaan dan bergegas meninggalkan tempat tersebut.
Bukan hanya itu saja Bandung Bondowoso juga mengutuk dayang-dayang dari
Roro Jonggrang menjadi perawan tua.
Semenjak peristiwa itulah candi prambanan mulai dikenal masyarakat, dan 100
candi yang terletak di di sekelilingnya. Selain itu Candi Prambanan juga di juluki
dengan Candi Sewu.
Sekitar tahun 930-an, ibu kota kerajaan berpindah ke Jawa Timur oleh Mpu Sin-
dok, yang mendirikan Wangsa Isyana. Penyebab kepindahan pusat kekuasaan ini
tidak diketahui secara pasti. Akan tetapi sangat mungkin disebabkan oleh letusan
hebat Gunung Merapi yang menjulang sekitar 20 kilometer di utara candi Pram-
banan. Kemungkinan penyebab lainnya adalah peperangan dan perebutan
kekuasaan. Setelah perpindahan ibu kota, candi Prambanan mulai terlantar dan
tidak terawat, sehingga pelan-pelan candi ini mulai rusak dan runtuh.
Bangunan candi ini diduga benar-benar runtuh akibat gempa bumi hebat pada
abad ke-16. Meskipun tidak lagi menjadi pusat keagamaan dan ibadah umat
Hindu, candi ini masih dikenali dan diketahui keberadaannya oleh warga Jawa
yang menghuni desa sekitar. Candi-candi serta arca Durga dalam bangunan utama
candi ini mengilhami dongeng rakyat Jawa yaitu legenda Rara Jonggrang. Setelah
perpecahan Kesultanan Mataram pada tahun 1755, reruntuhan candi dan sungai
Opak di dekatnya menjadi tanda pembatas antara wilayah Kesultanan Yogyakarta
dan Kasunanan Surakarta (Solo).
Penduduk lokal warga Jawa di sekitar candi sudah mengetahui keberadaan candi
ini. Akan tetapi mereka tidak tahu latar belakang sejarah sesungguhnya, siapakah
raja dan kerajaan apa yang telah membangun monumen ini. Sebagai hasil
imajinasi, rakyat setempat menciptakan dongeng lokal untuk menjelaskan asal-
mula keberadaan candi-candi ini; diwarnai dengan kisah fantastis mengenai raja
raksasa, ribuan candi yang dibangun oleh makhluk halus jin dan dedemit hanya
dalam tempo satu malam, serta putri cantik yang dikutuk menjadi arca. Legenda
Upaya renovasi terus menerus dilakukan bahkan hingga kini. Pemugaran candi
Siwa yaitu candi utama kompleks ini dirampungkan pada tahun 1953 dan diresmi-
kan oleh Presiden pertama Republik Indonesia Sukarno. Banyak bagian candi
yang direnovasi, menggunakan batu baru, karena batu-batu asli banyak yang
dicuri atau dipakai ulang di tempat lain. Sebuah candi hanya akan direnovasi apa-
bila minimal 75% batu asli masih ada. Oleh karena itu, banyak candi-candi kecil
yang tak dibangun ulang dan hanya tampak fondasinya saja.
Kini, candi ini termasuk dalam Situs Warisan Dunia yang dilindungi oleh
UNESCO, status ini diberikan UNESCO pada tahun 1991. Kini, beberapa bagian
candi Prambanan tengah direnovasi untuk memperbaiki kerusakan akibat gempa
Yogyakarta 2006. Gempa ini telah merusak sejumlah bangunan dan patung.
Pada awal tahun 1990-an pemerintah memindahkan pasar dan kampung yang
merebak secara liar di sekitar candi, menggusur kawasan perkampungan dan
sawah di sekitar candi, dan memugarnya menjadi taman purbakala. Taman pur-
bakala ini meliputi wilayah yang luas di tepi jalan raya Yogyakarta-Solo di sisi
selatannya, meliputi seluruh kompleks candi Prambanan, termasuk Candi Lum-
bung, Candi Bubrah, dan Candi Sewu di sebelah utaranya. Pada tahun 1992
Pemerintah Indonesia Perusahaan milik negara, Persero PT Taman Wisata Candi
Tepat di seberang sungai Opak dibangun kompleks panggung dan gedung pertun-
jukan Trimurti yang secara rutin menggelar pertunjukan Sendratari Ramayana.
Panggung terbuka Trimurti tepat terletak di seberang candi di tepi Barat sungai
Opak dengan latar belakang Candi Prambanan yang disoroti cahaya lampu.
Panggung terbuka ini hanya digunakan pada musim kemarau, sedangkan pada
musim penghujan, pertunjukan dipindahkan di panggung tertutup. Tari Jawa
Wayang orang Ramayana ini adalah tradisi adiluhung keraton Jawa yang telah
berusia ratusan tahun, biasanya dipertunjukkan di keraton dan mulai dipertunjuk-
kan di Prambanan pada saat bulan purnama sejak tahun 1960-an. Sejak saat itu
Prambanan telah menjadi daya tarik wisata budaya dan purbakala utama di Indo-
nesia.
Pada 27 Mei 2006 gempa bumi dengan kekuatan 5,9 pada skala Richter (semen-
tara United States Geological Survey melaporkan kekuatan gempa 6,2 pada skala
Richter) menghantam daerah Bantul dan sekitarnya. Gempa ini menyebabkan ke-
rusakan hebat terhadap banyak bangunan dan kematian pada penduduk sekitar.
1. Kraton Ngayogyakarta
Di lingkungan Keraton Yogyakarta
dikenal adanya beberapa jenis pusaka, di-
antaranya seperti tombak, keris, regalia,
ampilan, panji-panji, gamelan, dan juga
kereta. Pusaka-pusaka yang disebut se-
bagai Kagungan Dalem itu biasanya
memiliki nama, dan memiliki gelar ke-
Pusaka keraton dipercaya bersifat sakral, dan juga memiliki kekuatan supranatu-
ral. Sebagian dari pusaka keraton diwariskan secara turun temurun, bahkan ada
juga yang berasal dari Keraton Demak. Pusaka juga bisa berfungsi sebagai sarana
pendukung dalam upacara tradisi kerajaan atau penguasa.
Benda-benda pusaka tersebut biasanya akan dibersihkan secara intensif sekali da-
lam setahun, yakni pada bulan Sura didalam kalender Jawa.
Terdapat pusaka yang dibersihkan hanya oleh sultan sendiri dengan cara mengam-
bil tempat di keraton pada bagian dalam.
Pusaka yang masuk dalam kategori ini antaranya adalah Kanjeng Kiai Ageng
Plered. Ada yang dibersihkan oleh saudara-saudara sultan, dan juga ada pula yang
dibersihkan oleh para abdi dalem. Ada juga pusaka yang dibersihkan hanya ditem-
pat yang terjaga privasinya, namun ada pula yang dibersihkan di tempat terbuka
yang dapat dikunjungi oleh banyak orang, misalnya kereta-kereta kerajaan. Me-
mang, terdapat sebagian khalayak yang berusaha untuk memperoleh air pencuci
kereta tersebut, dengan harapan mendapatkan berkah dari air atau bunga bekas
dari pencucian benda-benda pusaka keraton yang dipandang sakral itu.
1. Keris
Menurut tradisi, keris ini dibuat dimasa Kerajaan Demak, dan pernah dimiliki
oleh Sunan Kalijaga. Selain itu juga, ada keris Kanjeng Kiai Joko Piturun yang
hanya boleh dipakai oleh putra mahkota, sedang pada Kanjeng Kiai Toyatinaban
adalah keris yang dipakai oleh Gusti Pangeran Harya Hangabehi, yaitu putra
lelak tertua sultan. Keris Kanjeng Kiai Purboniat hanya boleh dipakai oleh Patih
Danureja.
2. Tombak
Di Keraton Yogyakarta diketahui terdapat banyak tombak yang bentuk dari mata
tombaknya bervariasi. Ada yang bercabang 3 (tiga), ada yang seperti kudi, ada
yang seperti cakra, dan ada juga yang berbentuk konvensional. Diantara tombak-
tombak pusaka kagungan dalem yang dipandang istimewa ialah Kanjeng Kiai
Ageng Plered. Tombak tersebut telah ada di lingkungan Keraton Mataram-Islam
sejak pada pemerintahan Panembahan Senopati.
3. Ampilan
4. Regalia
Regalia Naga
Istilah ini dipakai dalam menyebut benda-benda pusaka yang melambangkan si-
fat-sifat yang harus dimiliki oleh sultan didalam memimpin negara dan rakyatnya.
Sebagai satu kesatuan ini regalia disebut dengan kanjeng kiai upacara yang terdiri
atas banyak (angsa) melambangkan sebuah kejujuran dan kewaspadaan, dhalang
(kijang) melambangkan sebuah kecerdasan dan ketangkasan, sawung (ayam
jantan) melambangkan sebuah kejantanan dan tanggung jawab, galing (merak)
5. Panji-panji
Dahulu jika terjadi wabah penyakit, maka Kanjeng Kiai Tunggul Wulung ini
dikeluarkan dari keraton dan kemudian dibawa dalam suatu prosesi berkeliling
kota dengan diiringi doa, serta di perempatan-perempatan tertentu akan diserukan
adzan. Maksudnya adalah untuk memohon kesembuhan bagi seluruh rakyat yang
sedang terkena wabah tersebut.
Gamelan
Sedangkan Kanjeng Kiai Gunturmadu adalah satu dari dua perangkat gamelan
sekati. Satu perangkat lainnya yakni Kanjeng Kiai Nagawilaga dibuat dimasa
pemerintahan Sultan Hamengku Buwana I. Gamelan sekati inilah yang pada saat
upacara Sekaten dibawa keluar dari keraton, lalu ditempatkan di Pagongan di ba-
gian halaman Masjid Agung, dan dibunyikan mulai tanggal 6 hingga tanggal 11
bulan Maulud, atau hingga berakhirnya upacara Sekaten. Gamelan pusaka lain
diantaranya adalah Kanjeng Kiai Gunturlaut, Kanjeng Kiai Surak, Kanjeng Kiai
Kancil Belik, Kanjeng Kiai Guntursari, Kanjeng Kiai Keboganggang, dan Kan-
jeng Kiai Bremara.
Di lingkungan Keraton Yogyakarta terdapat pusaka berupa pelana kuda yang ber-
nama Kanjeng Kiai Cekathak. Jika disertakan dalam prosesi, Kanjeng Kiai Ceka-
thak ini akan dipasang di punggung kuda, tetapi tidak ada penunggangnya.
8. Naskah
Naskah Pusaka
Enceh atau kong adalah sebuah tempayan stoneware yang berukuran besar dan
ditempatkan di halaman makam Sultan Agung di Imagiri. Terdapat 4 (empat)
enceh di tempat tersebut, masing-masing diberi nama: Nyai Siyem, Kiai
Danumaya, Kiai Mendhung, dan Nyai Danumurti. Sekali dalam setahun, yakni
pada bulan Sura, air di ke-4 (keempat) tempayan ini dikuras dan diganti dengan
air yang baru.
Pusaka Kereta
Museum Ratawijayan dahulu adalah sebuah garasi dan bengkel kereta keraton,
sedangkan bangunan di sekeliling Museum Ratawijayan ini dahulu adalah
gedhogan atau istal. Di Museum Ratawijayan saat ini terdapat sekitar 20 buah
kereta. Sedangkan di Museum Paku Alaman terdapat 4 (empat) buah kereta yang
berasal dari masa pemerintahan Paku Alam I disekitar tahun 1812-1829.
Monumen Jogja Kembali Bangunan monumen yang terdiri dari tiga lantai terbagi
dalam beberapa bagian. Seluruh bangunan dikelilingi oleh kolam air. Di lantai
satu adalah museum dimana terdapat empat ruang museum yang menyajikan
benda-benda koleksi berupa: realia, replika, foto, dokumen, heraldika, berbagai
jenis senjata, bentuk evokatif dapur umum yang kesemuanya menggambarkan
suasana perang kemerdekaan 1945-1949.
Memasuki area monumen yang berada di ring road Utara Yogyakarta ini, para
pengunjung akan disambut dengan replika Pesawat Cureng di dekat pintu timur
serta replika Pesawat Guntai di dekat pintu barat. Menaiki podium di barat dan
timur pengunjung bisa melihat dua senjata mesin beroda lengkap dengan tempat
duduknya, sebelum turun menuju pelataran depan kaki gunung Monumen.
Di ujung selatan pelataran berdiri tegak sebuah dinding yang memuat 420 nama
pejuang yang gugur antara 19 Desember 1948 hingga 29 Juni 1949 serta puisi
Karawang Bekasi-nya Chairil Anwar untuk pahlawan yang tidak diketahui na-
manya.
Sementara itu jalan utara dan selatan terhubung dengan tangga menuju lantai dua
pada dinding luar yang melingkari bangunan terukir 40 relief yang menggam-
barkan peristiwa perjuangan bangsa mulai dari 17 Agustus 1945 hingga 28
Desember 1949. sejumlah peristiwa sejarah seperti perjuangan fisik dan diplomasi
sejak masa Proklamasi Kemerdekaan, kembalinya Presiden dan Wakil Persiden
Museum ini menyimpan sejumlah foto tokoh-tokoh sejarah serta diorama peri-
stiwa sejarah Angkatan Udara Indonesia. Sejumlah pesawat tempur dan rep-
likanya juga terdapat di museum ini yang kebanyakan berasal dari masa Perang
Dunia II dan perjuangan kemerdekaan, diantaranya:
· Pesawat Ki-43 buatan Jepang
· Pesawat PBY-5A (Catalina).
· Replika pesawat WEL-I RI-X (pesawat pertama hasil produksi Indonesia)
· Pesawat A6M5 Zero Sen buatan Jepang.
· Pesawat pembom B-25 Mitchell, B-26 Invader, TU-16 Badger.
· Helikopter 360 buatan AS.
· Pesawat P-51 Mustang buatan AS.
· Pesawat KY51 Cureng buatan Jepang.
· Replika pesawat Glider Kampret buatan Indonesia.
· Pesawat TS-8 Dies buatan AS.
· Pesawat Mig-15,17 dan 21 buatan Russia.
· Rudal SA-75
1. Sebelum sejumlah
Koleksi museum dirgantara memamerkan benda-benda koleksi sejarah anatara
lain : koleksi peninggalan koleksi para pahlawan udara, diaroma, pesawat minia-
ture, pesawat terbang dari Negara – Negara Nlok Barat dan Timur, senjata api,
senjata tajam, mesin pesawat, radar bom dan roket, parasut dan patung-patung
tokoh TNI angkatan udara. Saat ini museum ini memiliki koleksi sejumlah 10.000
buah, 36 pesawat terbang, 1000 foto, 28 diaroma, lukisan-lukisan, tanda kehorma-
tan, pakaian dinas, dan sejumlah koleksi buku yang disimpan diperpustakaan.
Koleksi masterpic adalah replica pesawat Dakota VT-CLA milik perusahaan pen-
erbangan India yang ditembak di daerah ngoto, bantul oleh belanda ketika hendak
mendarat di mguo Yogyakarta.
Koleksi museum ini dikelompokan dalam tujuh ruangan yang berbeda, yakni ru-
angan utama, ruang kronologi, ruang kronologi 2, ruang alutsista, ruang paskhas,
ruang diorama, dan ruang minat dirgantara.
Di ruang ini di pajang Beberapa foto Mantan Pimpinan TNI – AU , Antara lain:
Laksamana Udara suryadi Pimpinan TNI – AU (Kepala stafmTRI AU tahun1946
– 1962), Laksamana Udara Omar Dani (Mentri Panglima Angkatan Udarta tahun
1962 – 1965), Laksamana Muda Udara Sri Muljono Herlambang (Menteri
Panglima Angkatan Udara 1965 – 1966), Laksamana Muda Udara Roesmin Nur-
jadin ( Menteri Panglima angkatan udara tahun 1966 – 1969, Marsekal TNI
Suwoto Sukendar (Kepala Staf TNI Angkatan Udara tahun 1969 – 1973, Marsekal
TNI Saleh Baasarah (Kepala Staf TNI Angkatan Udara Tahun 1973 – 1976).
Selain foto-foto tersebut, diruang ini juga di pamerkan Lambang – Lambang dan
Motto dari korps TNI-AU antara lain: Swa Bhuwana adalah lambang TNI
angkatan Udara, yang artinya sayap Tanah Air, Pataka Komando Opearesi TNI
AU (Koopsau), Dengan Motto: Abhibuti Antarikhse Artinya : keunggulan di
udara adalah tujuan utama, Pataka Komando Panduan tempur Udara (Kopatdara)
Dengan Motto : Nitya Smakta Maarwati SarwabayaArtinya : senantias siaga ber-
tindak terhadap segala ancaman bahaya, Pataka komando pertahanan Udara (Ko-
hadud) Dengan Motto nya Surakhsita Nabhastata Artinya : Udara yang di per-
tahankan dengan baik.
c. Ruang Alutsista
di ruang ini kita dapat melihat peralatan tempur TNI-AU, antara lain : rudal anti-
pesawat, senjata PSU (penangkis serangan udara) dan beberapa senapan yang
d. Ruang Diorama
4. Candi Borobudur
Arsitektur
Pada tahun 1885, secara tidak disengaja ditemukan struktur tersembunyi di kaki
Borobudur. Kaki tersembunyi ini terdapat relief yang 160 di antaranya adalah
Arupadhatu Berbeda dengan lorong-lorong Rupadhatu yang kaya akan relief, mu-
lai lantai kelima hingga ketujuh dindingnya tidak berelief. Tingkatan ini di-
namakan Arupadhatu (yang berarti tidak berupa atau tidak berwujud). Denah lan-
tai berbentuk lingkaran. Tingkatan ini melambangkan alam atas, di mana manusia
sudah bebas dari segala keinginan dan ikatan bentuk dan rupa, namun belum men-
capai nirwana. Pada pelataran lingkaran terdapat 72 dua stupa kecil berterawang
yang tersusun dalam tiga barisan yang mengelilingi satu stupa besar sebagai stupa
induk. Stupa kecil berbentuk lonceng ini disusun dalam 3 teras lingkaran yang
masing-masing berjumlah 32, 24, dan 16 (total 72 stupa). Dua teras terbawah stu-
panya lebih besar dengan lubang berbentuk belah ketupat, satu teras teratas stu-
panya sedikit lebih kecil dan lubangnya berbentuk kotak bujur sangkar. Patung-
patung Buddha ditempatkan di dalam stupa yang ditutup berlubang-lubang seperti
dalam kurungan. Dari luar patung-patung itu masih tampak samar-samar.
Rancang bangun ini dengan cerdas menjelaskan konsep peralihan menuju keadaan
tanpa wujud, yakni arca Buddha itu ada tetapi tak terlihat.
Struktur bangunan
Sekitar 55.000 meter kubik batu andesit diangkut dari tambang batu dan tempat
penatahan untuk membangun monumen ini. Batu ini dipotong dalam ukuran ter-
tentu, diangkut menuju situs dan disatukan tanpa menggunakan semen. Struktur
Borobudur tidak memakai semen sama sekali, melainkan sistem interlock (saling
kunci) yaitu seperti balok-balok lego yang bisa menempel
tanpa perekat. Batu-batu ini disatukan dengan tonjolan dan
lubang yang tepat dan muat satu sama lain, serta bentuk
"ekor merpati" yang mengunci dua blok batu. Relief dibuat
di lokasi setelah struktur bangunan dan dinding rampung.
Borobudur amat berbeda dengan rancangan candi lainnya, candi ini tidak
dibangun di atas permukaan datar, tetapi di atas
bukit alami. Akan tetapi teknik pem-
bangunannya serupa dengan candi-candi lain di
Jawa. Borobudur tidak memiliki ruang-ruang
pemujaan seperti candi-candi lain. Yang ada
ialah lorong-lorong panjang yang merupakan
jalan sempit. Lorong-lorong dibatasi dinding mengelilingi candi tingkat demi
Struktur bangunan dapat dibagi atas tiga bagian: dasar (kaki), tubuh, dan pun-
cak. Dasar berukuran 123×123 m (403.5 × 403.5 ft) dengan tinggi 4 meter
(13 ft). Tubuh candi terdiri atas lima batur teras bujur sangkar yang makin men-
gecil di atasnya. Teras pertama mundur 7 meter (23 ft) dari ujung dasar teras. Tiap
teras berikutnya mundur 2 meter (6,6 ft), menyisakan lorong sempit pada tiap ting-
katan. Bagian atas terdiri atas tiga teras melingkar, tiap tingkatan menopang
barisan stupa berterawang yang disusun secara konsentris. Terdapat stupa utama
yang terbesar di tengah; dengan pucuk mencapai ketinggian 35 meter (115 ft) dari
permukaan tanah. Tinggi asli Borobudur termasuk chattra (payung susun tiga)
yang kini dilepas adalah 42 meter (138 ft) . Tangga terletak pada bagian tengah
keempat sisi mata angin yang membawa pengunjung menuju bagian puncak mon-
umen melalui serangkaian gerbang pelengkung yang dijaga 32 arca singa.
Gawang pintu gerbang dihiasi ukiran Kala pada puncak tengah lowong pintu dan
ukiran makara yang menonjol di kedua sisinya. Motif Kala-Makara lazim ditemui
dalam arsitektur pintu candi di Jawa. Pintu utama terletak di sisi timur, sekaligus
titik awal untuk membaca kisah relief. Tangga ini lurus terus tersambung dengan
tangga pada lereng bukit yang menghubungkan candi dengan dataran di seki-
tarnya.
Relief
Relief Borobudur menampilkan banyak gambar; seperti sosok manusia baik bang-
sawan, rakyat jelata, atau pertapa, aneka tumbuhan dan hewan, serta menampilkan
bentuk bangunan vernakular tradisional Nusantara. Borobudur tak ubahnya
bagaikan kitab yang merekam berbagai aspek kehidupan masyarakat Jawa kuno.
Banyak arkeolog meneliti kehidupan masa lampau di Jawa kuno dan Nusantara
abad ke-8 dan ke-9 dengan mencermati dan merujuk ukiran relief Borobudur.
Bentuk rumah panggung, lumbung, istana dan candi, bentuk perhiasan, busana
serta persenjataan, aneka tumbuhan dan margasatwa, serta alat transportasi, dic-
ermati oleh para peneliti. Salah satunya adalah relief terkenal yang menggam-
barkan Kapal Borobudur. Kapal kayu bercadik khas Nusantara ini menunjukkan
kebudayaan bahari purbakala. Replika bahtera yang dibuat berdasarkan relief
Borobudur tersimpan di Museum Samudra Raksa yang terletak di sebelah utara
Borobudur.
Relief-relief ini dibaca sesuai arah jarum jam atau disebut mapradaksina dalam
bahasa Jawa Kuna yang berasal dari bahasa Sanskertadaksina yang artinya
ialah timur. Relief-relief ini bermacam-macam isi ceritanya, antara lain relief-re-
lief cerita jātaka. Pembacaan cerita-cerita relief ini senantiasa dimulai, dan be-
rakhir pada pintu gerbang sisi timur di setiap tingkatnya, mulainya di sebelah kiri
dan berakhir di sebelah kanan pintu gerbang itu. Maka secara nyata bahwa sebelah
timur adalah tangga naik yang sesungguhnya (utama) dan menuju puncak candi,
artinya bahwa candi menghadap ke timur meskipun sisi-sisi lainnya serupa benar.
Bagan Relief
a. Lalitawistara 120
dinding
b. jataka/awadana 120
Tingkat I
a. jataka/awadana 372
langkan
b. jataka/awadana 128
dinding Gandawyuha 88
Tingkat III
langkan Gandawyuha 88
dinding Gandawyuha 84
Tingkat IV
langkan Gandawyuha 72
Jumlah 1460
Secara runtutan, maka cerita pada relief candi secara singkat bermakna sebagai
berikut :
Sesuai dengan makna simbolis pada kaki candi, relief yang menghiasi dinding
batur yang terselubung tersebut menggambarkan hukum karma. Karmawibhangga
adalah naskah yang menggambarkan ajaran mengenai karma, yakni sebab-akibat
perbuatan baik dan jahat. Deretan relief tersebut bukan merupakan cerita seri (se-
rial), tetapi pada setiap pigura menggambarkan suatu cerita yang mempunyai hub-
ungan sebab akibat. Relief tersebut tidak saja memberi gambaran terhadap per-
buatan tercela manusia disertai dengan hukuman yang akan diperolehnya, tetapi
juga perbuatan baik manusia dan pahala. Secara keseluruhan merupakan peng-
gambaran kehidupan manusia dalam lingkaran lahir - hidup - mati (samsara) yang
tidak pernah berakhir, dan oleh agama Buddha rantai tersebutlah yang akan di-
akhiri untuk menuju kesempurnaan. Kini hanya bagian tenggara yang terbuka dan
dapat dilihat oleh pengujung. Foto lengkap relief Karmawibhangga dapat disaksi-
kan di Museum Karmawibhangga di sisi utara candi Borobudur.
Lalitawistara
Jataka adalah berbagai cerita tentang Sang Buddha sebelum dilahirkan sebagai
Pangeran Siddharta. Isinya merupakan pokok penonjolan perbuatan-perbuatan
baik, seperti sikap rela berkorban dan suka menolong yang membedakan Sang
Bodhisattwa dari makhluk lain manapun juga. Beberapa kisah Jataka menampil-
kan kisah fabel yakni kisah yang melibatkan tokoh satwa yang bersikap dan ber-
pikir seperti manusia. Sesungguhnya, pengumpulan jasa atau perbuatan baik
merupakan tahapan persiapan dalam usaha menuju ketingkat ke-Buddha-an.
Sedangkan Awadana, pada dasarnya hampir sama dengan Jataka akan tetapi
pelakunya bukan Sang Bodhisattwa, melainkan orang lain dan ceritanya dihimpun
dalam kitab Diwyawadana yang berarti perbuatan mulia kedewaan, dan kitab
Awadanasataka atau seratus cerita Awadana. Pada relief candi Borobudur Jataka
dan Awadana, diperlakukan sama, artinya keduanya terdapat dalam deretan yang
sama tanpa dibedakan. Himpunan yang paling terkenal dari kehidupan Sang Bo-
dhisattwa adalah Jatakamala atau untaian cerita Jataka, karya penyair Aryasura
yang hidup dalam abad ke-4 Masehi.
Gandawyuha
Arca Buddha
Secara sepintas semua arca buddha ini terlihat serupa, akan tetapi terdapat perbe-
daan halus di antaranya, yaitu pada mudra atau posisi sikap tangan. Terdapat lima
golongan mudra: Utara, Timur, Selatan, Barat, dan Tengah, kesemuanya ber-
dasarkan lima arah utama kompas menurut ajaran Mahayana. Keempat pagar
langkan memiliki empat mudra: Utara, Timur, Selatan, dan Barat, di mana mas-
ing-masing arca buddha yang menghadap arah tersebut menampilkan mudra yang
khas. Arca Buddha pada pagar langkan kelima dan arca buddha di dalam 72 stupa
berterawang di pelataran atas menampilkan mudra: Tengah atau Pusat. Masing-
masing mudra melambangkan lima Dhyani Buddha; masing-masing dengan
makna simbolisnya tersendiri.
Mengikuti urutan Pradakshina yaitu gerakan mengelilingi searah jarum jam dim-
ulai dari sisi Timur, maka mudra arca-arca buddha di Borobudur adalah:
Relung di
pagar
Memanggil langkan 4
Bhumisparsa
bumi sebagai Aksobhya Timur baris per-
mudra
saksi tama Rupa-
dhatu sisi ti-
mur
Relung di
pagar
langkan 4
Kederma- Ratnasam-
Wara mudra Selatan baris per-
wanan bhawa
tama Rupa-
dhatu sisi
selatan
Relung di
pagar
langkan 4
Dhyana mu- Semadi atau
Amitabha Barat baris per-
dra meditasi
tama Rupa-
dhatu sisi
barat
Relung di
Abhaya mu- Ketidakgen- Amo-
Utara pagar
dra taran ghasiddhi
langkan 4
baris per-
tama Rupa-
dhatu sisi
utara
Relung di
pagar
langkan ba-
Witarka mu- Ten- ris kelima
Akal budi Wairocana
dra gah (teratas) Ru-
pa-
dhatu semua
sisi
Di dalam 72
stupa di 3
Dharma-
Pemutaran Ten- teras mel-
chakra mu- Wairocana
roda dharma gah ing-
dra
kar Arupa-
dhatu
Warisan
5. Candi Prambanan
Kompleks candi
Pintu masuk ke kompleks bangunan ini ter-
dapat di keempat arah penjuru mata angin,
akan tetapi arah hadap bangunan ini adalah
ke arah timur, maka pintu masuk utama candi
ini adalah gerbang timur. Kompleks candi
Prambanan terdiri dari:
3 Candi Trimurti: candi Siwa, Wisnu, dan Brahma
3 Candi Wahana: candi Nandi, Garuda, dan Angsa
2 Candi Apit: terletak antara barisan candi-candi Trimurti dan candi-candi Wa-
hana di sisi utara dan selatan
4 Candi Kelir: terletak di 4 penjuru mata angin tepat di balik pintu masuk halaman
dalam atau zona inti
4 Candi Patok: terletak di 4 sudut halaman dalam atau zona inti
224 Candi Perwara: tersusun dalam 4 barisan konsentris dengan jumlah candi dari
barisan terdalam hingga terluar: 44, 52, 60, dan 68
Aslinya terdapat 240 candi besar dan kecil di kompleks Candi Prambanan. Tetapi
kini hanya tersisa 18 candi; yaitu 8 candi utama dan 8 candi kecil di zona inti serta
2 candi perwara. Banyak candi perwara yang belum dipugar, dari 224 candi per-
wara hanya 2 yang sudah dipugar, yang tersisa hanya tumpukan batu yang ber-
serakan. Kompleks candi Prambanan terdiri atas tiga zona; pertama adalah zona
luar, kedua adalah zona tengah yang terdiri atas ratusan candi, ketiga adalah zona
dalam yang merupakan zona tersuci tempat delapan candi utama dan delapan kuil
kecil.
Candi Siwa sebagai candi utama adalah bangunan terbesar sekaligus tetinggi di
kompleks candi Rara Jonggrang, berukuran tinggi 47 meter dan lebar 34 meter.
Puncak mastaka atau kemuncak candi ini dimahkotai modifikasi ben-
tuk wajra yang melambangkan intan atau halilintar. Bentuk wajra ini merupakan
versi Hindu sandingan dari stupa yang ditemukan pada kemuncak candi Buddha.
Candi Siwa dikelilingi lorong galeri yang dihiasi reliefyang menceritakan
kisah Ramayana; terukir di dinding dalam pada pagar langkan. Di atas pagar
langkan ini dipagari jajaran kemuncak yang juga berbentuk wajra. Untuk mengi-
kuti kisah sesuai urutannya, pengunjung harus masuk dari sisi timur, lalu
melakukan pradakshina yakni berputar mengelilingi candi sesuai arah jarum jam.
Kisah Ramayana ini dilanjutkan ke Candi Brahma.
Tiga ruang yang lebih kecil lainnya menyimpan arca-arca yang ukuran lebih kecil
yang berkaitan dengan Siwa. Di dalam ruang selatan terdapat Resi Agastya, Gane-
sha putra Siwa di ruang barat, dan di ruang utara ter-
dapat arca sakti atau istri Siwa, Durga Mahisasura-
mardini, menggambarkan Durga sebagai pembasmi
Mahisasura, raksasa Lembu yang me-
nyerang swargaloka. Arca Durga ini juga disebut se-
bagai Rara Jonggrang (dara langsing) oleh penduduk setempat. Arca ini dikaitkan
dengan tokoh putri legendaris Rara Jonggrang.
Di dalam buku terkenal Thomas Raffles, The History of Java (1817) terdapat
gambar Candi Induk Prambanan dengan keterangan "candi induk di
Jongrangan". Dalam nama jongrangan ini dikenal nama lokal lainnya yang
populer untuk kompleks percandian ini, yaitu Loro Jonggrang, yang berarti "Gadis
Semampai". Loro Jonggarang adalah tokoh utama dalam sebuah cerita rakyat
Jawa.
Dua candi lainnya dipersembahkan kepada Dewa Wisnu, yang terletak di sisi
utara dan satunya dipersembahkan kepada Brahma, yang terletak di sisi selatan.
Kedua candi ini menghadap ke timur dan hanya terdapat satu ruang, yang di-
persembahkan untuk dewa-dewa ini. Candi Brahma menyimpan arca Brahma dan
Candi Wahana
Di antara baris keenam candi-candi utama ini terdapat Candi Apit. Ukuran Candi
Apit hampir sama dengan ukuran candi perwara, yaitu tinggi 14 meter dengan
tapak denah 6 x 6 meter. Disamping 8 candi utama ini terdapat candi kecil berupa
kuil kecil yang mungkin fungsinya menyerupai pelinggihan dalam Pura Hindu
Bali tempat meletakan canang atau sesaji, sekaligus sebagai aling-aling di depan
pintu masuk. Candi-candi kecil ini yaitu; 4 Candi Kelir pada empat penjuru mata
Candi Perwara
Dua dinding berdenah bujur sangkar yang mengurung dua halaman dalam, ter-
susun dengan orientasi sesuai empat penjuru mata angin. Dinding kedua beruku-
ran panjang 225 meter di tiap sisinya. Di antara dua dinding ini adalah halaman
kedua atau zona kedua. Zona kedua terdiri atas 224 candi perwara yang disusun
dalam empat baris konsentris. Candi-candi ini dibangun di atas empat undakan
teras-teras yang makin ke tengah sedikit makin tinggi. Empat baris candi-candi ini
berukuran lebih kecil daripada candi utama. Candi-candi ini disebut "Candi Per-
wara" yaitu candi pengawal atau candi pelengkap. Candi-candi perwara disusun
dalam empat baris konsentris baris terdalam terdiri atas 44 candi, baris kedua 52
candi, baris ketiga 60 candi, dan baris keempat sekaligus baris terluar terdiri atas
68 candi.
Masing-masing candi perwara ini berukuran tinggi 14 meter dengan tapak denah
6 x 6 meter, dan jumlah keseluruhan candi perwara di halaman ini adalah 224
candi. Kesemua candi perwara ini memiliki satu tangga dan pintu masuk sesuai
arah hadap utamanya, kecuali 16 candi di sudut yang memiliki dua tangga dan
pintu masuk menghadap ke dua arah luar.[17] Jika kebanyakan atap candi di hal-
aman dalam zona inti berbentuk wajra, maka atap candi perwara berbentuk ratna
yang melambangkan permata.
Aslinya ada banyak candi yang ada di halaman ini, akan tetapi hanya sedikit yang
telah dipugar. Bentuk candi perwara ini dirancang seragam. Sejarawan menduga
bahwa candi-candi ini dibiayai dan dibangun oleh penguasa daerah sebagai tanda
bakti dan persembahan bagi raja. Sementara ada pendapat yang mengaitkan empat
baris candi perwara melambangkan empat kasta, dan hanya orang-orang anggota
kasta itu yang boleh memasuki dan beribadah di dalamnya; baris paling dalam
hanya oleh dimasuki kasta Brahmana, berikutnya hingga baris terluar adalah
Arsitektur
Seperti Borobudur, Prambanan juga memiliki tingkatan zona candi, mulai dari
yang kurang suci hingga ke zona yang paling suci. Meskipun berbeda nama, tiap
konsep Hindu ini memiliki sandingannya dalam konsep Buddha yang pada
hakikatnya hampir sama. Baik lahan denah secara horisontal maupun vertikal
terbagi atas tiga zona:
Pada saat pemugaran, tepat di bawah arca Siwa di bawah ruang utama candi Siwa
terdapat sumur yang didasarnya terdapat pripih (kotak batu). Sumur ini sedalam
5,75 meter dan peti batu pripih ini ditemukan di atas timbunan arang kayu, tanah,
dan tulang belulang hewan korban. Di dalam pripih ini terdapat benda-benda suci
seperti lembaran emas dengan aksara bertuliskan Baruna (dewa laut) dan Par-
wata (dewa gunung). Dalam peti batu ini terdapat lembaran tembaga bercampur
arang, abu, dan tanah, 20 keping uang kuno, beberapa butir permata, kaca,
potongan emas, dan lembaran perak, cangkang kerang, dan 12 lembaran emas (5
diantaranya berbentuk kura-kura, ular naga (kobra), padma, altar, dan telur).[19]
Relief
Candi ini dihiasi relief naratif yang menceritakan epos Hindu; Rama-
yana dan Krishnayana. Relif berkisah ini diukirkan pada dinding sebelah dalam
pagar langkan sepanjang lorong galeri yang mengelilingi tiga candi utama. Relief
ini dibaca dari kanan ke kiri dengan gerakan searah jarum jam mengitari candi.
Hal ini sesuai dengan ritual pradaksina, yaitu ritual mengelilingi bangunan suci
searah jarum jam oleh peziarah. Kisah Ramayana bermula di sisi timur candi Siwa
Di dinding luar sebelah bawah candi dihiasi oleh barisan relung (ceruk) yang me-
nyimpan arca singa diapit oleh dua panil yang menggambarkan pohon hayat kal-
pataru. Pohon suci ini dalam mitologi Hindu-Buddha dianggap pohon yang dapat
memenuhi harapan dan kebutuhan manusia. Di kaki pohon Kalpataru ini diapit
oleh pasangan kinnara-kinnari (hewan ajaib bertubuh burung berkepala manusia),
atau pasangan hewan lainnya, seperti burung, kijang, domba, monyet, kuda, gajah,
Museum Prambanan
Replika harta karun emas temuan Wonoboyo yang terkenal itu, berupa mangkuk
berukir Ramayana, gayung, tas, uang, dan perhiasan emas, juga dipamekan di mu-
seum ini. Temuan Wonoboyo yang asli kini disimpan di Museum Nasional Indo-
nesia di Jakarta. Replika model arsitektur beberapa candi seperti Prambanan,
Borobudur, dan Plaosan juga dipamerkan di museum ini. Museum ini dapat di-
masuki secara gratis oleh pengunjung taman purbakala Prambanan karena tiket
masuk taman wisata sudah termasuk museum ini. Pertunjukan audio visual
mengenai candi Prambanan juga ditampilkan disini.
Dataran Kewu atau dataran Prambanan adalah dataran subur yang membentang
antara lereng selatan kaki gunung Merapi di utara dan jajaran pegunungan ka-
pur Sewu di selatan, dekat perbatasan Yogyakarta dan Klaten, Jawa Tengah.
1. Keraton Ngayogyakarta
Fungsi Kraton dibagi menjadi dua yaitu fungsi Kraton pada masa lalu dan fungsi
Kraton pada masa kini. Pertama- tama, kami akan menjelaskan mengenai fungsi
Kraton pada masa lalu. Pada masa lalu keraton berfungsi sebagai tempat tinggal
para raja. Kraton didirikan pada tahun 1756, selain itu di bagian selatan dari Kra-
ton ini, terdapat komplek kesatriaan yang digunakan sebagai sekolah putra-putra
sultan. Sekolah mereka dipisahkan dari sekolah rakyat karena memang sudah
merupakan aturan pada Kraton bahwa putra- putra sultan tidak diperbolehkan ber-
sekolah di sekolah yang sama dengan rakyat. Sementara itu, fungsi Kraton pada
Pada saat kita akan memasuki halaman kedua dari Kraton, terdapat gerbang di-
mana di depannya terdapat dua buah arca. Setiap arca ini memiliki arti yang ber-
lawanan. Arca yang berada di sebelah kanan disebut Cingkorobolo yang mel-
ambangkan kebaikan, sementara itu arca yang terletak di sebelah kiri disebut Bo-
loupotu yang melambangkan kejahatan. Selain itu kami juga mendapatkan sedikit
informasi tentang Sultan Hamengku Buwono IX. Sultan ke IX dari Kraton Yog-
yakarta ini lahir pada tanggal 12 April 1940 dan wafat dalam usianya yang ke 48
yaitu pada tanggal 3 Oktober 1988. Ia memiliki berbagai macam hobi, diantaranya
adalah menari, mendalang, memainkan wayang, dan yang terakhir memotret. Sul-
tan ini memiliki suatu semboyan yang terkenal yaitu, “ Tahta untuk rakyat”.
Sebagai bagian dari pariwisata kota Yogyakarta, Monumen Jogja Kembali atau
yang lebih sering disebut monjali memiliki daya tarik bagi wisatawan lokal mau-
pun interlokal, ini dikarenakan ada sesuatu yang menarik di Monjali, banyak hal
yanag didapat dari monjali, selain tempat rekreasi juga merupakan tempat pem-
belajaran mengenai sejarah bangsa Indonesia dan Yogyakarta. Tentu ini merupa-
kan tempat wisata yang sangan representatif bagi keluarga, karena bisa mengenal-
kan sejarah kepada anak-anaknya.
Dengan fungsi-fungsi tersebut, maka wisata Monumen Jogja Kembali yang ada
di kota yogyakarta sangatlah mendukung dalam pengenalan sejarah dan mem-
bangun karakter warga negara agar lebih baik dan lebih mencintai negara dan
menghargai jasa para pahlawan.
3. Museum Dirgantara
Museum dirgantara Mandala memiliki banyak sekali fungsi dan kegunaan dian-
taranya yaitu:
7. Menambah pengetahuan terhadap kita bahwa pada massa saat itu bangsa Indo-
nesia memiliki banyak sekali pesawat-pesawat yang canggih.
9. Menambah wawasan.
4. Candi Borobudur
Fungsi Candi Borobudur adalah hampir sama dengan fungsi dari candi pada
umumnya yaitu untuk memuliakan raja yang telah mangkat dan untuk mem-
peringati jasa-jasa sang raja semasa hidupnya. Candi Borobudur berfungsi se-
bagai kuil atau tempat sembahyang, walaupun ternyata sulit disesuaikan, karena
tidak ada bilik khusus yang dipergunakan untuk memuja serta tidak
ditemukannya patung dewa khusus yang dipuja. Dari sini kemudian muncul be-
ragam sintesa mengenai borobudur, salah satu sintesa adalah bahwa borobudur
merupakan kitab/buku yang menjelaskan hal ikhwal manusia dalam perjalanan
Arti Candi Borobudur secara simbolis dapat dilihat dari ketiga tingkatan yaitu
Kamadhatu – Rupadhatu – Arupadhatu yang melambangkan dunia manusia bi-
asa, dunia manusia suci dan dunia kedewaan. Ini berarti bahwa candi Borobudur
mencerminkan nilai-nilai tertinggi Agama Budha dan mengandung rasa rendah
hati yang disadari oleh penciptanya sedalam-dalamnya. ( Soekmono, 1981).
Lain dari pada itu, borobudur memiliki makna yang berbeda apabila ditilik dari
segi sejarahnya, borobudur adalah sebagai pertanda zaman keemasan dan ke-
makmuran masyarakat setempat, dengan kata lain borobudur juga mengidentifi-
kasikan kestabilan kehidupan sosial, ekonomi dan politik pada masa itu.
5. Candi Prambanan
Fungsi Candi Prambanan pada masa dahulu adalah tempat peribadatan para warga
yang beragama Hindu untuk memuliakan dewa Brahma, dewa Wishnu dan dewa
Siwa. Candi ini pertama kali di bangun oleh Rakai Pikatan sekitar tahun 850
Masehi. Dan bangunan ini selalu direnovasi untuk disempurnakan secara berkala
oleh raja-raja Medang Mataram setelahnya. Selain itu, bangunan diperluas dengan
menambah Candi-candi di sekitar Candi utama sehingga terlihat megah. Setelah
itu fungsi candi Prambanan sebagai candi agung Kerajaan Mataram dan untuk
tempat digelarnya berbagai upacara kerajaan.
A. Kesimpulan
Maka dapat disimpulkan bahwa tempat-tempat pariwisata yang ada di jogja itu sangat
banyak,dan kita harus senantiasa menjaga serta merawatnya agar tetap asri seperti
aslinya.agar menarik para wisatawan untuk berlibur ke Yogyakarta
Selain itu,kota Yogyakarta yang menawan itu tidak harus kita tambahkan dengan bu-
daya-budaya barat yang kita rasa sangat bagus atau trend.tapi justru itu salah,kita ha-
rus tetap menjaga budaya asli jogja itu sendiri agar mempunyai keaslian yang khas
dimata dunia.
Yogyakarta merupakan salah satu kota favorit para wisatawan untuk berlibur dan
menghabiskan sisa waktu istirahatnya di tempat-tempat wisata yang ada di jogja.wa-
laupun banyak cerita-cerita mistis yang beredar di masyarakat luas,para wisatawan
tetap antusias menikmati tempat-tempat pariwisata yang ada di jogja.
Yogyakarta disebut kota pelajar karena kualitas pendidikan di kota Jogja sudah terja-
min kualitasnya. Kota Jogja disebut kota pelajar karena di daerah Jogja juga terdapat
fasilitas sekolah dan universitas yang megah, berkualitas, terjamin mutunya dan sudah
terakreditasi secara baik didunia pendidikan Indonesia.
Kesan yang kami dapatkan selama kami mengikuti study wisata banyak sekali.
Kami merasa senang karena kami bisa mengikuti study wisata bersama teman –
2. Pesan
Karya Wisata kemarin sebagai sarana pembelajaran siswa di luar sekolah dan un-
tuk Menyegarkan Pikiran saat kebingungan ketika Kegiatan Belajar Mengajar se-
dang berlangsung. Selain itu Kegiatan Karya wisata kemarin juga berguna untuk
menambah wawasan peserta didik . Disana Kami lebih tahu , betapa indahnya
Alam Ciptaan Tuhan Yang Maha Esa . Dari Situlah kami ingin meninggalkan be-
berapa pesan yaitu ,
1) Untuk yang Bertugas Sebagai akomodasi harap menjaga bus kita agar
terhindar dari pencurian.
2) Seharusnya tempat duduk bus sesuai dengan kelasnya masing-masing,se-
hingga bisa berinteraksi dengan teman sekelasnya.
3) Untuk pihak trans studio bandung agar menurunkan harga semua barang
yang dijual , karena harga itu tidak cocok untuk pelajar seperti kita .
4) Guru pendamping lebih mengawasi siswa-siswanya agar tidak terjadi hal-
hal yang tidak di inginkan.
5) Waktu yang diberikan pada tiap tempat harap lebih diperlama agar siswa
dapat lebih puas berkeliling objek.
3. Motto
1) Setiap pemikiran manusia adalah sebuah perca kain yang berserakan, dan
kita berpeluang menyajikannya menjadi sebuah permadani yang indah dan
menawan.
2) Pendidikan merupakan perlengkapan paling baik untuk hari tua.
3) Sabar dalam mengatasi kesulitan dan bertindak bijaksana dalam mengatasi
adanya masalah adalah sesuatu yang utama.
4) Menunggu kesuksesan adalah tindakan sia-sia yang bodoh.
5) Kegagalan hanya terjadi apabila kita menyerah.
6) Kebijakan dan kebajikan adalah perisai terbaik.
7) Man jadda wajada, man shabara zhafira.
https://id.wikipedia.org/wiki/Keraton_Ngayogyakarta_Hadiningrat
https://www.google.com/url?q=https://id.wikipedia.org/wiki/Museum_Mon-
umen_Yogya_Kembali&usg=AFQjCNF_85Hpg8xF4_U49oOzW-1nzfT-Yw
https://id.wikipedia.org/wiki/Museum_Pusat_TNI_AU_Dirgantara_Mandala
https://id.wikipedia.org/wiki/Borobudur
https://id.wikipedia.org/wiki/Candi_Prambanan
https://shufairohenjang96.wordpress.com/tugas-tugas/materi-ips/sejarah/se-
jarah-kraton-yogyakarta/
https://petitabei.wordpress.com/2010/02/19/monumen-jogja-kembali-mon-
jali/
https://visitingjogja.com/8246/museum-dirgantara-mandala-pusat-sejarah-
tni-au/
https://blog.ruangguru.com/mengenal-macam-macam-perjuangan-bersen-
jata-untuk-mempertahankan-kemerdekaan-ri
https://riyatipendidikanips.wordpress.com/2016/04/04/perjuangan-diplo-
masi-perundingan/
https://moondoggiesmusic.com/sejarah-candi-borobudur/
https://pintasilmu.com/sejarah-candi-prambanan/
https://www.kamerabudaya.com/2016/12/inilah-10-pusaka-keraton-yogya-
karta-dan-pura-paku-alaman.html
http://banggawisatalokal.blogspot.com/2011/11/monumen-jogja-kem-
bali.html
http://banggawisatalokal.blogspot.com/2011/11/museum-dirgantara-man-
dala.html
http://banyugroup.blogspot.com/2016/03/sejarah-dan-fungsi-keraton-yogya-
karta.html
http://renyyulianasari.blogspot.com/2012/12/peranan-monumen-jogja-kem-
bali-sebagai.html
1. Foto Kegiatan