Disusun Oleh:
Ahmad
Manarul
Hakim
Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan
rahmat serta karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan laporan kunjungan
ke Museum Kailasa yang dilaksanakan pada Jumat, 26 Februari 2017.
Lewat laporan ini juga kami mengucapkan terima kasih khususnya kepada Bapak
Kepala Sekolah yang telah memberi kesempatan kepada kami untuk melakukan
perjalanan wisata ini, serta kepada orangtua kami yang telah mengizinkan kami
untuk melakukan perjalanan wisata ini, sehingga kegiatan perjalanan wisata ini
dapat berjalan dengan baik.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan laporan ini masih banyak
kekurangan, maka dari itu saran dan kritik yang membangun, sangat kami harapkan
dari pembaca demi menyempurnakan laporan ini.
Harapan kami semoga penyusunan laporan ini dapat diterima dan dimengerti
serta bermanfaat bagi kami khususnya maupun pembaca sekalian.
Penyusun
HALAMAN PENGESAHAN
Karya Tulis Ini Telah Disetujui Oleh Guru Pembimbing dan Disahkan Oleh
Kepala Sekolah
Panitia
Pembimbing Panitia
Kepala
Sekolah
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
HALAMAN PENGESAHAN
DAFTAR PUSTAKA
BAB I. PENDAHULUAN
Latar belakang
Tujuan
1. Museum Kailasa
Kesimpulan
Saran
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
Dipilihnya obyek Museum Kailasa karena disana sebagai wahana pelestarian budaya
Jawa masa lalu yang luhur yang harus di lestarikan. Hal ini juga sangat penting bagi
para pelajar karena selain berlibur para pelajar juga dapat berwisata dan juga bisa
menambah wawasan dan pengetahuan.
I.2 Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN
1. MUSEUM KAILASA
1.1 Sejarah Dieng
Dataran Tinggi Dieng merupakan salah satu yang tertinggi kedua didunia setelah
Tibet / Nepal, dan yang terluas di Pulau Jawa. Dieng terletak pada posisi geografis 7’
12’ Lintang Selatan dan 109 ‘ 54’ Bujur Timur, berada pada ketinggian 6.802 kaki
atau 2.093 m dpl. Secara administratif, Dieng mencakup Desa Dieng Kulon,
Kecamatan Batur, Kabupaten Banjarnegara. Dan Dieng Wetan, Kecamatan Kejajar,
Kabupaten Wonosobo. Letaknya yang juga berada di sebelah barat kompleks
Gunung Sindoro dan Gunung Sumbing.
Dieng adalah wilayah vulkanik aktif dan dapat dikatakan sebagai gunung api raksasa.
Kawah-kawah kepundan banyak dijumpai di sana. Ketinggian rata-rata adalah
sekitar 2.000m di atas permukaan laut. Suhu di Dieng sejuk mendekati dingin,
berkisar 15—20 °C di siang hari dan 10 °C di malam hari. Pada musim kemarau (Juli
dan Agustus), suhu udara dapat mencapai 0 °C di pagi hari dan memunculkan
embun beku yang oleh penduduk setempat disebut bun upas “embun racun” karena
menyebabkan kerusakan pada tanaman pertanian.
Nama Dieng berasal dari gabungan dua kata Bahasa Kawi: “di” yang berarti “tempat”
atau “gunung” dan “Hyang” yang bermakna “Dewa”. Dengan demikian, Dieng berarti
daerah pegunungan tempat para dewa dan dewi bersemayam. Nama Dieng berasal
dari bahasa Sunda karena diperkirakan pada masa pra-Medang sekitar tahun 600
Masehi, daerah itu berada dalam pengaruh politik Kerajaan Galuh. ‘Surga Dieng’
yang pada masa kerajaan Chandra Gupta Sidhapala, oleh umat Hindu, diyakini
sebagai poros dunia. Ketika itu, Sang Hyang Jagadnata memindahkan ‘gunung
kosmik’ Meru dari India ke Gunung Dieng. Sebagai ibukota kerajaan, ketika itu,
Dieng (surga para hyang) tidak hanya menjadi pusat pemerintahan, tapi juga pusat
spiritualitas dan peradaban.
Dulu diperkirakan terdapat 200 candi di seputar Dieng. Tapi karena bencana alam
tinggal 8 yang tersisa. Candi-candi ini didirikan oleh Kerajaan Kalingga dari dinasti
Sanjaya. Dalam kitab Raja Sanjaya ada disebut-sebut kata ‘Dieng’ yang dikatakan
merupakan tempat paling baik untuk memuja Dewa Siwa. Jadi candi-candi itu
dibuat untuk memuja Dewa Siwa. Siwa adalah dewa perusak. Dipuja agar ia tidak
merusak kehidupan manusia. Ditengah-tengah dataran tinggi Dieng dahulu terdapat
tempat pemujaan dan asrama pendidikan Hindu tertua di Indonesia. Sebagai
bangunan suci tersebut sampai sekarang dapat kita saksikan dengan adanya candi
beserta puing-puing bekas Vihara.
Dataran Tinggi Dieng merupakan sebuah plateu yang terjadi karena letusan dasyat
sebuah gunung berapi. Dengan demikian kondisi geologisnya sampai sekarang
masih relative labil bahkan sering terjadi gerakan-geraka tanah. Beberapa bukti
menunjukan hal tersebut adalah, peristiwa hilangnya Desa Legetang, terpotongnya
jalan antara Banjarnegara Karangkobar dan Sukoharjo Ngadirejo maupun retakan-
retakan tanah yang mengeluarkan gas beracun seperti peristiwa Sinila.
Dataran tinggi Dieng (DTD) adalah dataran dengan aktivitas vulkanik di bawah
permukaannya, seperti Yellowstone ataupun Dataran Tinggi Tengger. Sesungguhnya
ia adalah kaldera dengan gunung-gunung di sekitarnya sebagai tepinya. Terdapat
banyak kawah sebagai tempat keluarnya gas, uap air dan berbagai material vulkanik
lainnya. Keadaan ini sangat berbahaya bagi penduduk yang menghuni wilayah itu,
terbukti dengan adanya bencana letusan gas Kawah Sinila 1979. Tidak hanya gas
beracun, tetapi juga dapat dimungkinkan terjadi gempa bumi, letusan lumpur, tanah
longsor dan banjir. Selain kawah, terdapat pula danau-danau vulkanik yang berisi air
bercampur belerang sehingga memiliki warna khas kuning kehijauan seperti Telaga
Warna.
Dieng juga memiliki banyak kawah dan salah satunya ada yang digunakan sebagai
pembangkit listrik tenaga uap. Kerena Dieng memiliki suhu yang dingin, mayoritas
masyarakatnya menggunakan pakaian yang tebal-tebal seperti orang eropa. Dahulu
Dieng adalah tempat ziarah dan pemujaan dewa Shiwa yang paling utama di pulau
Jawa bagi umat Hindu, tapi sekarang masyarakatnya banyak yang memeluk agama
Islam. Walaupun begitu masih ada beberapa budaya peniggalan yang masih hidup
ditengah masyarakat Dieng, seperti Tari Topeng Lengger yang masih dilestarikan
sampai sekarang.
Macam peninggalan Arca: Arca Dewa, Arca Nandi, Arca Siva, Arca Ganesa, Arca
Singa, Arca Kinara-kinari, dll.
Artefak
Panil
Geologi
Tumbuhan
Binatang
Foto-foto sejarah
Kesenian
Budaya
Topeng
Film dokumenter Dieng
BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
1. Dengan adanya kegiatan kunjungan ini siswa dapat menambah ilmu pengetahuan.
2. Kegiatan kunjungan Menambah pengalaman.
3. Dapat mengembangkan potensi,etika,estetika, dan pratika.
4. Menumpukkan rasa cinta terhadap tanah air dan bangsa.
3.2 Saran
Dengan terselesainya karya tulis ingin mengemukakan beberapa saran yang kiranya
berguna bagi siswa siswi kelas XI. Adapun sarannya yaitu:
1. Pada waktu melaksanakan kunjungan hendaknya mencatat hal penting yang ada di
objek.
2. Berhati-hati dalam kunjungan karena lokasi kunjungan adalah museum, jangan
sampai merusak barang.
3. mengikuti tata tertib museum.
LAMPIRAN
Demikian contoh laporan kunjungan Museum semoga dapat bermanfaat bagi kita
semua.