Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN LITERASI BUDAYA

MUSEUM SANGIRAN & NDAYU PARK

disusun oleh:

Nama : Nova Zendi Martha


Kelas : IX B
No : 13

TAHUN PELAJARAN 2022/2023


MTS NEGRI 1 KLATEN
FILLIAL WONOSARI
LEMBAR PENGESAHAN

            Karya tulis ilmiah yang berjudul Laporan Perjalanan Study Tour/ Literasi


Budaya  ke  Sangiran dan Ndayu Park ini telah disetujui dan disahkan pada hari Minggu
tanggal 15 bulan Januari Tahun 2022 untuk memenuhi tugas semester genap Bahasa
Indonesia.

Wali Kelas,                                                Guru Pembimbing,

Sih Ngaini, S.Pd               Juni Tri Kuswaya, S.Pd

Kepala Sekolah,

Muhammad Syakur

ii
KATA PENGANTAR

Pertama-tama mari kita panjatkan puji syukur atas kehadirat Allah SWT,yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan karya tulis yang
berjudul "Laporan Literasi Budaya" ini dengan baik tanpa ada halangan. Laporan literasi
budaya ini berisi kegiatan literasi budaya yang di laksanakan oleh siswa/siswi kelas 9 MTs
Negri 1 Klaten Filial Wonosari.

Terselesaikannya laporan ini tentu tidak lepas dari bpk pembimbing saya yaitu bpk
Juni Tri kuswaya S.Pd, Maka dari itu saya ucapkan banyak terimakasih kepada bpk Juni Tri
Kuswaya S.Pd karena telah membantu saya dalam mebuat laporan ini.

Laporan ini di susun untuk melengkapi tugas bahasa Indonesia. Selain itu,
kami berharap semoga laporan karya wisata ini dapat bermanfaat bagi semua pihak dan
menjadi referensi untuk menambah wawasan dan ilmu pengetahuan.
Oleh karna itu, saya mengharap banyak kritik dan saran, dari bpk ibu guru dan
temen-temen agar dapat menjadikan laporan ini menjadi lebih baik lagi. Saya mohon maaf
bila banyak kesalahan maupun kekurangan dalam penyusunan laporan ini.

Semoga dengan saya membuat karya ilmiah ini dapat bermanfaat dan memberikan
motivasi bagi para pembacanya, khusus-Nya bagi saya dan para generasi yang akan datang.

Penulis

iii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN..................................................................................ii

KATA PENGANTAR.........................................................................................iii

DAFTAR ISI.......................................................................................................iv

BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................1

A. LATAR BELAKANG.................................................................................1

B. TUJUAN......................................................................................................2

BAB II ISI.............................................................................................................3

1. Museum Sangiran.........................................................................................3

A. Sejarah Singkat Museum Sangiran..........................................................3

B. Singkapan Tanah Sangiran.......................................................................4

C. Proses Pembangunan Kubah....................................................................4

D. Gajah purba..............................................................................................5

E. Buaya Sangiran........................................................................................5

F. Kura-kura sangiran...................................................................................6

G. Kudanil purba..........................................................................................6

H. Tengkorak sangiran 17.............................................................................6

2. Ndayu Park...................................................................................................8

BAB III KESIMPULAN....................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................12

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
1. Museum Sangiran
Museum Sangiran atau Museum Prasejarah Sangiran adalah museum arkeologi
terletak di Kalijambe, Kabupaten Sragen, Provinsi Jawa Tengah.Lokasi Museum
Sangiran terletak di dekat situs fosil purbakala Sangiran.Selain fosil, kita juga bisa
melihat perlengkapan berburu seperti kapak batu yang dulu digunakan oleh manusia
purba untuk bertahan hidup. Buku-buku tua juga akan kamu temukan di museum ini.
Museum Sangiran berdiri pada tahun 1977.Pembangunan Museum Sangiran
dilakukan dengan banyaknya penemuana benda-benda purbakala yang ditemukan di
daerah situs manusia purba Sangiran ini
Daerah situs Sangiran merupakan pusat kehidupan manusia purba pada zaman
pra sejarah.Area situs merupakan jejak tinggalan berumur dua juta hingga 200.000
tahun yang lalu masih dapat ditemukan hingga saat ini.
2. Ndayu park
Ndayu Park adalah taman rekreasi dengan wahana lengkap untuk bersantai
maupun pertemuan resmi. Wisata ini memiliki kebun binatang, kolam renang dan
waterboom, dan wahana lainnya.
Wahana untuk Outbond Traning, Fun Game, Agrowisata, Villa & Cottage,
restoran juga tersedia.Lokasi Ndayu park terletak di Gembong RT 08 / IV
Saradan, Karangmalang, Sragen.

1
B. TUJUAN
Kegiatan literasi budaya yang di laksanakan oleh MTs negri 1 Klaten Fillial
Wonosari pada tanggal 25 Januari 2023 mempunyai tujuan sebagai berikut:
1. Untuk meningkatkan wawasan bagi siswa/siswi MTs Negri 1 Klaten Fillial Wonosari
tentang peradaban manusia purba.
2. Melaksanakan study lapangan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan
bidang study ilmu pengetahuan (IPS).
3. Siswa/siswi dapat membuat karya tulis ( laporan literasi budaya) untuk memenuhi
tugas bahasa Indonesia.
4. Mengetahui koleksi-koleksi situs Sangiran
5. Mengetahui lebih jelas manusia-manusia purba

2
BAB II
ISI

1. Museum Sangiran
A. Sejarah Singkat Museum Sangiran

Museum Sangiran atau Museum Prasejarah Sangiran adalah museum arkeologi


terletak di Kalijambe, Kabupaten Sragen, Provinsi Jawa Tengah.Lokasi Museum
Sangiran terletak di dekat situs fosil purbakala Sangiran.
Pada tahun 1997, Museum Sangiran ditetapkan oleh Menteri Pendidikandan
Kebudayaan Indonesia sebagai cagar budaya. Oleh karena itu dalam sidang Komisi
Warisan Budaya Dunia Ke-20 di Kota Marida, Mexico tanggal 5 Desember1996,
menetapkan Situs Sangiran sebagai salah satu
Warisan Budaya Dunia
“World Heritage List” Nomor : 593.
Dengan demikian pada tahun tersebut Situs Sangiran terdaftar dalam Situs
Warisan Dunia UNESCO (Situs Sangiran).Pada awalnya Sangiran adalah sebuah
kubah yang dinamakan Kubah Sangiran. Puncak kubah ini kemudian melalui proses
erosi sehingga membentuk depresi. Pada depresi itulah dapat ditemukan lapisan tanah
yang mengandunginformasi tentang kehidupan di masa lampau.
Di area Situs Sangiran ini pula jejak peninggalan yang berumur ±
2.000.000tahun hingga 200.000 tahun masih dapat ditemukan hingga kini. Sehingga
para ahli dapat merangkai sebuah sejarah yang pernah terjadi di Sangiran secara
berurutan.
Bentang lahan Situs Sangiran tersebut meliputi area seluas ± 48 km² yang
berbentuk seolah seperti kubah
3
(dome) sehingga situs tersebut dinamakan dengan Sangiran Dome.
Berdasarkan penelitian geologis, situs Sangiran merupakan kawasan
yangtersingkap lapisan tanahnya akibat proses orogenesa (pengangkatan dan
penurunan permukaan tanah) dan kekuatan getaran di bawah permukaan bumi
(endogen)maupun di atas permukaan bumi
(eksogen).
B. Singkapan Tanah Sangiran

Selama kurang lebih 2,4 juta tahun, telah terbentuk lima formasi tanah di Sangiran,
yaitu Formasi Kalibeng (2,4 juta tahun silam), Formasi Pucungan (1,8 juta tahun
silam), Grenzbank (900.000 tahun silam), Formasi Kabuh (700.000 tahun silam) dan
Formasi Notopuro (250.000 tahun silam).
Proses giologi pun terus bekerja di Sangiran. Sekitar 100 ribu tahun silam terjadi
deformasi lapisan tanah akibat pergerakan endogen maupun eksogen sehingga
menjadi kubah raksasa.
Lapisan-lapisan tanah yang sudah terbentuk sebelumnya mengikuti bentuk kubah.
Erosi yang terjadi di puncak kubah pada tahab selanjutnya telah memberikan
singkapan-singkapan tanah, sehingga lapisan-lapisan tanah purbanya dapat di
temukan di permukaan tanah sekarang.
Sisa-sisa kehidupan masa lalu berupa fosil manusia dan binatang, serta alat-alat
batu sebagai aspek budaya mereka kemudian bermunculan di permukaan tanah.
C. Proses Pembangunan Kubah
1. Pada awalnya, Sangiran merupakan daerah datar. Endapan-endapan dari bermacam-
macam material membentuk lapisan tanah berusia juta-an tahun. Di setiap lapisan
tersebut terdapat berbagai kehidupan, baik manusia, hewan, maupun tumbuhan.
2. kemudian terjadi aktivitas giologi sehingga terbentuk kubah di Sangiran.

4
3. Pada akhirnya, puncak kubah tersebut mengalami erosi dan terjadilah bentuk seperti
sekarang ini. Sisa-sisa kehidupan masa lalu kemudian di temukan di permukaan tanah.
D. Gajah purba

Terdapat 3 jenis gajah di Sangiran, Mastodon, Stegodon, dan Elephes.


Mastodon adalah jenis gajah paling primitif di Sangiran memiliki empat gading,
dua berukuran besar tumbuh di rahang atas, dan dua lainnya berukuran mungil di
rahang bawah. Gigi geraham Mastodon bertipe bunodont.
Stegodon merupakan jenis gajah purba yang paling banyak ditemukan di
Sangiran. Spesies yang beratap tengkorak menonjol membentuk segitiga. Ukuran
tubuhnya lebih besar dibandingkan dengan gajah sekarang. memiliki gading
berbentuk membulat dan agak melengkung. Gigi Stegodon bertipe brachyodont yaitu
jenis gigi yang sesuai untuk melumat dedaunan yang lembut.
Elephas merupakan jenis gajah yang paling modern, merupakan generasi ketiga
gajah purba. Fosil-fosilnya banyak ditemukan di lapisan Kabuh. Bentuknya relatif
sama dengan gajah sekarang. Bentuk gading Elephas relatif lurus dan digunakan
untuk menumbangkan pepohonan yang akar dan cabangnya menjadi makanan. Gigi
Elephas bertipe hypsodont yang digunakan untuk mengunyah makanan yang keras
seperti rumput kering dan biji-bijian.

5
E. Buaya Sangiran

Buaya yang pernah hidup di Sangiran adalah buaya dari famili Crocodylus dan
Gavialus. Contoh spesies buaya dari famili tersebut yang pernah mendiami Sangiran
adalah Gavialis bengawenensis.
F. Kura-kura sangiran

Kura-kura diatas adalah jenis kura-kura darat, yang hidup pada tahun 300.000 -
700.000.Kura-kura tersebut di temuka oleh Suprapto, di desa ngebung kecamatan
kalijembe, kabupaten Sragen
G. Kudanil purba

Kudanil purba (Hippopotamus sp,dan Hexaprotodon) ini hidup sekitar 1,2 juta
tahun yang lalu di Sangiran.

6
H. Tengkorak sangiran 17

Sangiran 17 merupakan tengkorak lengkap manusia purba berjenis Homo


erectus dan menjadi temuan penting dari Situs Sangiran. Sangiran 17 biasa disingkat
S17 atau dikenal juga dengan nama Pithecanthropus VIII ditemukan pada tahun 1969
oleh pemuda setempat.
Tengkorak S17 ditemukan di Dusun Pucung, Dayu, Gondangrejo, Jawa Tengah
oleh 2 orang pemuda bernama Tukimin bersama Towikromo. Mereka adalah dua
orang yang menggantungkan hidup mereka dilahan pertanian yang mereka miliki.
S17 ditemukan di sebelah selatan Sungai Cemoro di Dukuh Pucung, Desa
Dayu, Kecamatan Gondangrejo, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah. Replika S17
banyak dikoleksi dan dipajang di museum paleoanthropologi terkemuka di seluruh
dunia dan dijadikan referensi penting untuk merekonstruksi wajah Homo erectus.
Ditemukan pada endapan tanah Formasi Kabuh berusia 800.000 – 700.000 tahun
silam.
Sangiran 17 atau terkenal dengan sebutan S17 hadir dalam wujud tengkorak
serta bagian wajah sehingga disebut sebagai temuan Homo erectus terlengkap di Asia
Tenggara. Fosil tengkorak ini adalah satu-satunya fosil Homo erectus di Asia yang
memiliki “wajah” saat ditemukan.
Temuan ini adalah temuan terbaik dari Sangiran, karena terdiri atas atap
tengkorak, dasar tengkorak, dan muka yang masih terkonservasi secara baik. Fosil
tengkorak ini merupakan satu-satunya fosil Homo erectus di Asia yang masih
memiliki muka pada saat ditemukan. Menurut Meilinda dkk dalam buku berjudul
“Katalog Homo erectus Sangiran”, “Nilai penting temuan ini sangat besar karena S17
dijadikan acuan dalam merekontruksi wajah Homo erectus”.
Penamaan S17 sesuai nomor seri penemuan yang diberikan, temuan fosil
tengkorak Homo erectus yang ke-17. S17 di temukan pada posisi di endapan pasir
fluvio volkanik di Pucung dan merupakan masterpiece Homo erectus Sangiran.
Replika S17 banyak dikoleksi dan dipajang di museum paleoanthropologi terkemuka
7
di seluruh dunia dan dijadikan referensi penting untuk merekonstruksi wajah Homo
erectus.
Sebuah temuan dari Sangiran, situs manusia purba yang mendunia paska
diperkenalkan oleh von Koenigswald pada tahun 1930-an. Temuan oleh pemuda lokal
yang tidak menyadari temuannya akan menjadi acuan bagi kemajuan pengetahuan
tentang manusia purba.
2. Ndayu Park

Dikota, Sragen terdapat sebuah tempat wisata yaitu Taman Edukasi “Ndayu Park”
yang
merupakan wahana refresing dan edukasi. Ndayu Park Sragen Jawa Tengah
merupakan suatu tempat wisata yang berupa resort,
berlokasi di Gembong RT 08 / IV
Saradan, Karangmalang, Sragen. “Ndayu Park” tak sekedar tempat wisata, namun
sekaligus wahana untuk belajar. Dimana menempatkan alam sebagai sumber
pembelajaran. Di sana juga terdapat banyak wisata, di antaranya:

Perahu gayuh

8
Sepeda gantung

Membuat gerabah
Membatik, selain itu di sana juga ada beberapa kolam renang.

9
BAB III
KESIMPULAN

Museum adalah sarana yang efektif dalam membantu proses penelitian atau pembelajaran
karena museum memberikan bukti nyata yang dapat disaksikan secara langsung oleh kita
sehingga mempermudah pemahaman kita dalam menyimpulkan suatu pemikiran tentang
suatu bentuk gambaran masa purbakala. Pada saat sekarang ini kesadaran masyarakat akan
perlunya perhatian terhadap kelestarian sebuah peninggalan sejarah masih sangat kurang,
berkurangnya perhatian masyarakat tentang peninggalan situs bersejarah dan peninggalan
purbakala dapat menjadikan masyarakat bersifat tidak menjaga atau melindungi sebuah
peninggalan benda-benda atau barang-barang dari masa lampau.
Kenyamanan sebuah bangunan museum atau standar bangunan harus diterapkan di
sebuah bangunan publik seperti museum karena sebuah standar bangunan sangat penting
untuk diperhatikan seperti halnya skala manusia dan bangunannya. Karena sebuah bangunan
museum seharusnya sangat memperhatikan sirkulasi pengunjung, pengelola dan letak cerita
pameran museumnya untuk membuat rasa nyaman dan aman kepada wisatawan dewasa,
anak-anak, maupun penyandang disabilitas yang berhak untuk menikmati keindahan tentang
kehidupan prasejarah atau benda-benda prasejarah atau berkunjung dan rekreasi ke sebuah
museum. Sedangkan untuk strategi Redesain Kawasan Pariwisata dalam Rencana Tata Ruang
(RTRW) Kabupaten Karanganyar Tahun 2013-2032 yang salah satunya meliputi Redesain
dan melestarikan peninggalan budaya dan sejarah sebagai daya tarik wisata.
Peraturan bangunan setempat yang berkaitan dengan bangunan publik adalah sebagai
berikut :
1. KDB 60%
2. KLB sebesar 1,2;
3. GSB 20 meter
Setelah mengetahui kondisi eksisting site, kemudian dilakukan
analisa mengenai aspek perencanaan dan perancangan arsitektur. Aspek perancangan tersebut
yaitu aspek fungsional, aspek kontekstual, aspek teknis, aspek kinerja, dan aspek arsitektural
yang telah diuraikan pada bab sebelumnya.
Berdasarkan kesimpulan di atas, dapat penulis sarankan dalam merencanakan dan
merancangan sebuah Museum Purbakala Sangiran Klaster Dayu di Kabupaten Karanganyar
nantinya berpedoman terhadap kelima aspek perencanaan dan perancangan arsitektur. Aspek
tersebut, yaitu aspek fungsional, aspek kontekstual, aspek teknis, aspek kinerja, dan aspek
10
arsitektural. Selama berpedoman terhadap aspek tersebut proses desain berjalan sesuai
harapan.
Ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan di dalam aspek tersebut, diantaranya yaitu:
1. Standarisasi dan persyaratan ruang yang digunakan.
2. Pendekatan dan asumsi yang dilakukan harus jelas.
3. Pengguna Museum Purbakala Sangiran Klaster Dayu
yang
perlu diperhatikan.
4. Sirkulasi pengunjung dan pengelola museum harus lebih
jelas.
5. Lebih memperhatikan persyaratan ruang dan hubungan ruang.

11
DAFTAR PUSTAKA

Hidayah, Nur, Joko Sutarso, and Ellen Meianzi. Implementasi Kampanye Pariwisata


Museum Sangiran di Kabupaten Sragen. Diss. Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2012.
Fahmi, R. M. (2014). Komunikasi Pemasaran Wisata Sangiran (Studi Deskriptif Kualitatif
Aktifitas Komunikasi Pemasaran Wisata Museum Purbakala Sangiran Oleh Dinas Pariwisata,
Kebudayaan, Pemuda Dan Olahraga Kabupaten Sragen, Jawa Tengah, Tahun 2012).
RISMAWATI, Etik. Pengembangan Pariwisata Situs Manusia Purba Sangiran Kabupaten
Sragen. 2013.
UTAMI, Niken Mega. Analisis Peran Stakeholder Dalam Pengembangan Pariwisata Situs
Manusia Purba Sangiran. 2022.
Afandi, Rois Lukman, and Mohammad Mukti Alie. "Kajian Pengaruh Keberadaan Kawasan
Wisata Sangiran Terhadap Aspek Fisik, Aspek Ekonomi, Dan Aspek Sosial
Masyarakat." Teknik PWK (Perencanaan Wilayah Kota) 4.2 (2015): 282-292.

12

Anda mungkin juga menyukai