Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN TUGAS SENI BUDAYA

OUTING CLASS DI MUSEUM KARS INDONESIA


PRACIMANTORO, WONOGIri

Disusun Oleh:
Nama : Rusdiah Nita Sari
No : 30
Kelas : 2 AP 1

SMK BATIK 1 SURAKARTA

TAHUN 2010/2011
Daftar Isi

Halaman Judul

Kata Pengantar

Daftar Isi

BAB 1 PENDAHULUAN

A.

B.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyalesaikan laporan ini dengan
baik.

Dalam penyusunan laporan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Drs.Sri Sediyatentrem,M.Si selaku kepala seolah SMK Batik 1 Surakarta.


2. Dra. Sri Sulastri selaku guru Seni Budaya.
3. Drs. Tugirananto selaku wali kelas 2 AP 1.
4. Museum Kars Indonesia di desa Gebang Harjo kecamatan Pracimantoro
yang telah member izin untuk mengadakan kunjungan dan penelitian.

Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan laporan ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis meminta maaf yang sebesar-besarnya
bila ada kekurangan dalam penyusunan laporan outing class ini.

Hormat saya,

Penulis
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Tujuan Outing Class

Kami mengunjungi suatu tempat untuk diadakan penelitian, dengan bertujuan menambah wawasan
dan untuk tugas seni budaya. Agar mendapatkan informasi-informasi yang benar dan lengkap,
karena itulah kami mengadakan Outing Class.

B. Kerangka Penyusunan
Bab 1 Pendahuluan
a. Tujuan Outing Class
b. Kerangka Penyusunan
c. Pelaksanaan outing Class

Bab 2 1. Isi :

a. Sejarah Museum Kars Indonesia.


b. Letak Museum Kars Indonesia.
c. Macam-macam gua dan luweng.
d. Konsep pembangunan Museum Kars Indonesia.
e. Desain dan isi Museum Kars Indonesia.
C. Pelaksanaan Outing Class
Hari/ tanggal : Rabu, 23 Februari 2011
Waktu : Pukul 08.30 WIB – selesai.
Tempat/tugas : Museum Kars Indonesia dan Gua Tembus
BAB 2
1. Isi
a.Sejarah Museum Kars Indonesia
Di Indonesia perhatian terhadap kawasan Kars telah berlangsung sejak lama namun
perhatian terhadap kawasan Kars ini terasa lebih menonjol sejak dilaksanakannya Lokakarya
Nasional Pengelolaan Kawasan Kars, pada tanggal 4-5 Agustus 2004, di kabupaten Wonogiri
yang diprakarsai oleh Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral dan pada acara
tersebut muncul gagasan tentang perlunya Indonesia untuk memiliki museum Kars.
Pada tanggal 6 Desember 2004 di Gunung Kidul Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta,
Bapak Presiden Republik Indonesia telah memetapkan untuk Kawasan Kars Gunung Sewu
dan Gombong Selatan sebagai Kawasan Eco Kars. Selanjutnya pada akhir tahun 2005 Bapak
Presiden Republik Indonesia mengeluarkan Intruksi Presiden Nomer 16 tentang Kebijakan
Pembangunan Kebudayaan dan Pariwisata, diantaranya mengintruksikan kepada Menteri
Energi dan Sumber Daya Mineral untuk mengembangkan kawasan kars sebagai daya tarik
wisata.Berdasarkan hal tersebut diatas pada tahun 2008 Departemen Energi dan Sumber
Daya Mineral cq Badan Geologi bersama-sama dengan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah
dan Pemerintah Kabupaten Wonogiri telah membuat kesepakatan bersam yang pada
prinsipnya bersepakat untuk secara bersama-sama mewujutkan terbangunnya Museum
Kars Indonesia dan pada tanggal 30 Juni 2009 telah diresmikan oleh Presiden Republik
Indonesia dengan ditanda tanganinya Prasati Museum Kars Indonesia di Kabupaten Sragen
Jawa Tengah.

b. Letak Museum Kars Indonesia

Terletak di desa Gebangharjo, Kecamatan Pracimantoro, Kabupaten Wonogiri sekitar 30


km timur Kota Wonosari , atau 40 km selatan Wonogiri dan 60 km barat Pacitan. Lokasi
tersebut mudah dicapai baik dari Yogyakarta Jawa Tengah maupun dari Jawa Timur.

Lokasi Museum Kars ini berada pada kawasan Kars yang dikonservasikan,hal ini sesuai
dengan fungsi museum sebagai salah satu sarana untuk mengkonservasi keberadaan kars
yang ada di Indonesia.

c. Macam-macam Gua dan Luweng

Kawasan Museum Kars Indonesia mempunyai luas 24,6 HA yang membentuk lembah di
antara bukit-bukit Kars yang dikelilingi oleh beberapa situs gua dan luweng:

 Gua Tembus mempunyai panjang lorong 50 m serta mempunyai dua mulut gua.
 Gua Sodong dengan loprong yang panjang serta mempunyai bentukan stalaktit
dan stalakmit yang masih hidup serta mempunyai sungai bawah tanah dan
sumber air yang telah dimanfaatkan oleh Dusun Mudal.
 Gua Potro Bunder mempunyai bentukan stalaktit dan stalakmit dengan Kristal
kalsit yang khas.
 Luweng Sapen merupankan gua vertical dengan sungai bawah tanah didasarnya
yang telah diturap untuk memenuhi tiga dusun di Desa Gebangharjo.
 Gua Gilap merupakan bentukan-bentukan dolina dengan tebing vertical serta
mempunyai bentukan stalaktit yang unik dan mempunyai gua didasar dolina
yang belum tereksplorasi.
 Disampang itu ada 2 gua kecil (Ceruk) disekitarnya, yaitu Gua Mrica dan Gua
Sonya Ruri.
Sebagai system perguaan mendatar yang kering, Gua Tembus, Gua Mrica dan
Gua Potro Bunder terindentifikasi memenuhi fungsi pariwisata. Gua Potro
Bunder merupakan pengabungan dari2 sistem perguaan karena kegiatan
penggalian kalsit beberapa waktu lalu. Sementara itu, Gua Sodong dan Luweng
Sapen yang mempunyai sungai bawah tanah didalamnya memiliki arti
hidrogeologi, sekaligus sebagai objek wisata petualangan (minat khusus).
d. Kosep Pembangunan Museum Kars Indonesia

Konsep pembangunan Museum yang memadukan antara bangunan Gresik dan


lingkungan alam disekitarnya merupakan proyeksi dari kegiatan in-door dan out-door.
Keragaman unsure Kars di luar bangunan mendukung arti dan fungsi museum, sehingga
konsep back to nature tercapai. Kawasan diluar museum sebagai museum alam
mencakup seluruh system Kars Gunung Sewu. Seluruh kawasan, baik yang terletak di
kawasan Kabupaten Gunung Kidul (DIY), Kabupaten Wonogiri (Jawa Tengah) maupun
Kabupaten Pacitan (Jawa Timur), tersatukan dalam satu kesatuan ekosistem.

e. Desain dan Isi Museum Kars Indonesia.

Museum Kars Indosia memiliki 3 lantai utama,begitu masuk ke Loby museum


pengunjung akan langsung melihat poster yang menggambarkan filosofi dari Hasta brata
yang berupa 8 wejangan yang harus dilaksanakan oleh seseorang yang nhidup di dunia
agar memperoleh kesempurnaan budi yang terkandung dalam cerita pewayangan, hal
merupakan filosofi yang berkembang di Masyarakat Jawa khususnya merupakan
muatan lokal dari Kabupaten Wonogiri. Setelah melewati loby akan diinformasikan
denah isi museum pada kiri kanan tangga serta disuguhkan ornament bentukan replica
stalaktit dan stalakmit.

Pada lantai 1 divisualisasikan panel poster dan koleksi dengan tema Kars Untuk Ilmu
Pengetahuan yang didahului dengan panel poster mengenai kronologi pembangunan
Museum Kars.

Pada lantai dasar ditampilkan kondisi sosil budaya di kawasan kars dengan tema
Kars Untuk Kehidupan,disini akan dapat dilihat diorama kars, market-market kawasan
kars,serta kehidupan social budaya masalalu dan masa kini.
Pada lantai atas merupakan ruangan serba guna dan dapat digunakan sebagai
ruangan rapat,presentasi dan pemutaran film yang telah dilengkapi dengan tata
sura,proyektor dan layar.

f. Panel Kars Dunia

Pada Panel tentang Kars antara lain disebutkan bahwa Kars merupakan bentang
alam (dipermukaan dan di bawah permukaan) yang berkembang pada batuan korbonat
akibat proses karstifikasi(pelarutan) selama ruang dan waktu geologi. Pada bagian ini
pengunjung bisa melihat panel prolog Proses Kartifikasi, panel Prolog Genesa Kars ‘Dari
dasar laut menjadi pegunungan’ serta Monitor dan Display tentang Kars.

Di Indonesia, batu gampaing (dan dolomite) tersebar hamper di semua pulau,


dari Aceh hingga Papua. Luasnya mencapai sekitar 154.000 km2, dengan ketebalan
lapisan yang beragam, dari singkapan batu gamping seluas itu, sekitar70%nya
mempunyai bentang alam kars. Setiap segmen kawasan mempunyai cirri sendiri,
sehingga menambah nilai keragaman lingkungan fisik dan biofisiknya.

Bentang alam Kars tersebar hampir di semua pulau di Indonesia. Di dalam


bentang kars terdapat artefak kehidupan masa lampau dengan sosio-budaya yang khas
sesuai dengan ekosistem Kawasan Kars. Kawasan kars merupakan fenomena alam yang
memiliki keaneka-ragaman hayati dan nir hayati. Keberadaan Museum Kars diharapkan
menjadi medium yang memadai untuk memberikan informasitentang kars kepada
masyarakat luas.

g. Proses Pembentukan Topografi Kars


Kondisi batuan yang menunjang terbentuknya topografi karst ada 4, yaitu:

a. Mudah larut dan berada di atau dekat permukaan.


b. Masif, tebal dan terkekarkan.
c. Berada pada daerah dengan curah hujan yang tinggi.
d. Dikelilingi lembah

Proses pelarutan pada batugamping, meninggalkan morfologi sisa


pelarutan, perkembangan morfologi sisa ini dapat dibagi menjadi 4 fase,
yaitu :

a. Terjadi pelarutan pada batuan terkekarkan sehingga membentuk lembah


yang kemudian merupakan zona yang lebih cepat mengalami pelarutan
(zona A) dibandingkan dengan zona B yang tidak mengalami pengkekara.
b. Karena zona A lebih cepat mengalami pelarutan, maka zona ini segera
terbentuk lembah yang dalam, sementara pada zona B masih berupa
dataran tinggi dengan gejala pelarutan di beberapa tempat.

c. Pelarutan pada kedua zona terus berjalan sehingga pada fase ini mulai
terbentuk kerucut-kerucut karst pada zona B. Pada kerucut karst ini tingkat
pelarutan/erosi vertikalnya lebih kecil dibandingkan lembah di sekitarnya.

d. Karena adanya erosi lateral oleh sungai maka zone A berada pada batas
permukaan erosi dan pada zona B erosi vertikal telah berjalan lebih lanjut
sehingga hanya tinggal beberapa morfologi sisa saja, morfologi sisa ini
disebut menara karst.

Bentang Alam Hasil Proses Karstifikasi

Bentuk morfologi yang menyusun suatu bentang alam karst dapat


dibedakan menjadi 2, yaitu bentuk-bentuk konstruksional dan bentuk-
bentuk sisa pelarutan

1. Bentuk Konstruksional
Bentuk-bentuk konstriksional adalah topografi yang dibentuk oleh proses
pelarutan batugamping atau pengendapan mineral karbonat yang dibawa
oleh air.

Berdasarkan ukurannya dapat dibedakan menjadi 2, yaitu :


• Bentuk-bentuk minor
Bentang alam karst minor adalah bentang alam yang tidak dapat diamati
pada peta topografi atau foto udara.
• Bentuk-bentuk mayor
Bentang alam mayor adalah yang dapat diamati dari peta topografi atau
foto udara.

Bentuk-bentuk bentang alam minor antara :


a. Lapies, yaitu bentuk yang tidak rata pada batugamping akibat adanya
proses pelarutan dan penggerusan.
b. Karst split, adalah celah pelarutan yang terbentuk di permukaan.
c. Parit karst, yaitu alur pada permukaan yang memanjang membentuk
parit, yang juga sering dianggap karst split yang memanjang sehingga
membentuk parit.
d. Palung karst, adalah alur pada permukaan batuan yang besar dan lebar,
terbentuk karena proses pelarutan, kedalaman lebih dari 50 cm. biasanya
pada permukaan batuan yang datar atau miring rendah dan dikontrol oleh
struktur yang memanjang.
e. Speleotherms, adalah hiasan pada gua yang merupakan endapan CaCO3
yang mengalami presipitasi pada air tanah yang membawanya masuk ke
dalam gua. (Stalaktit, stalakmit)
f. Fitokarst, adalah permukaan yang berlekuk-lekuk dengan lubang-lubang
yang saling berhubungan, terbentuk karena adanya pengaruh aktivitas
biologis yaitu algae yang tumbuh di dalam batugamping. Algae menutup
di permukaan dan masuk sedalam 0,1 – 0,2 mm dan menghasilkan larutan
asam sehingga melarutkan batugamping.
Bentuk-bentuk topografi karst mayor antara lain :
a. Surupan (doline), yaitu depresi tertutup hasil pelarutan dengan diameter
mulai dari beberapa meter sampai beberapa kilometer, kedalaman bisa
sampai ratusan meter dan mempunyai bentuk bundar atau lonjong.
b. Uvala, adalah gabungan dari beberapa doline.
c. Polje, adalah depresisi tertutup yang besar dengan lantai datar dan
dinding curam, bentuknya tidak teratur dan biasanya memanjang searah
jurus perlapisan, pembentukannya dikontrol oleh litologi dan struktur, dan
mengalami pelebaran saat terisi oleh air.
d. Jendela karst, adalah lubang pada atap gua yang menghubungkan
dengan udara luar, terbentuk karena atap gua runtuh.
e. Lembah karst, adalah lembah atau alur yang besar, terbentuk oleh aliran
permukaan yang mengerosi batuan yang dilaluinya.
h. Macam-macam lembah Kars
Ada 4 macam lembah karst, yaitu :
• Allogenic valley, lembah karst dengan hulu pada batuan kedap air (bukan
batugamping) yang kemudian masuk ke dalam daerah karst.
• Blind valley, lembah karst yang alirannya tiba-tiba hilang karena masuk ke
dalam batuan.
• Pocket valley, yaitu lembah yang berasosiasi dengan mata air yang besar dan
keluar dari batuan kedap air (bukan batugamping) yang berada di bawah
lapisan batugamping.
• Dry valley, lembah yang mirip dengan lembah fluviatil tetapi bukan sebagai
penyaluran air permukaan karena air yang masuk langsung meresap ke batuan
dasarnya (karena banyak rekahan)
f. Gua, adalah ruang bawah tanah yang dapat dicapai dari permukaan dan
cukup besar bila dilalui oleh manusia.
g. Terowongan dan jembatan alam, adalah lorong di bawah permukaan yang
terbentuk oleh pelarutan dan penggerusan air tanah.
2. Bentuk sisa pelarutan
Sisa pelarutan adalah morfologi yang terbentuk karena pelarutan dan erosi
sudah berjalan sangat lanjut sehingga meninggalkan sisa erosi yang khas pada
daerah karst.
Macam-macam morfologi sisa antara lain :
a. Kerucut karst, adalah bukit karst yang berbentuk kerucut, berlereng terjal
dan dikelilingi oleh depresi.
b. Menara karst, adalah bukit sisa pelarutan dan erosi yang berbentuk menara
dengan lereng yang terjal tegak atau menggantung, terpisah satu dengan yang
lainnya dan dikelilingi dataran aluvial.
i. Macam-macam Kars:
Diantara kawasan kars tersebut, terdapat dua kawasan kars yang paling baik dan
dianggap sebagai prototipe dari kars daerah tropis, yaitu kars Maros dan

Gunung Sewu.

Hampir semua daerah yang memiliki bentang alam kars mempunyai bentukan-
bentukan yang khas di setiap daerah. Perbedaan-perbedaan tersebut menjadi dasar
pengelompokan kawasan kars di Indonesia, yang antara lain adalah :

a. Tipe Gunung Sewu


Tipe ini hadir berupa kawasan kars yang luas dan dicirikan bukit gamping berbentuk
kerucut (konical) dan kubah yang jumlahnya ribuan. Selain itu di dapati adanya
lembah dolin dan polje diantara bukit-bukit tersebut. Di dalam dolin didapati adanya
terrarosa yang menahan air sehingga tidak bocor ke dalam tanah. Terrarosa juga
digunakan untuk lahan pertanian. Sungai-sungai yang mengalir masuk kebawah
permukaan tanah melalui mulut-mulut gua maupun dari sink yang ada. Sungai-
sungai yang mengair di bawah tanah akan bergabung membentuk sistem besar.
Arah aliran sungai umumnya dikendalikan oleh struktur geologi. Tipe ini
berkembang di sepanjang jalur pegunungan selatan dari Jawa Timur hingga
Yogyakarta.

b . Tipe Gombong
Bentang alam kars dicirikan oleh pembentukan cockpit, terutama yang dijumpai di
daerah selatan Gombong (daerah Karangbolong). Bentukan depresi yang ada
umumnya dibatasi oleh lereng yang terjal dan kadang dijumpai bentukan seperti
bintang. Karena batugamping berada di atas lapisan batuan yang kedap air maka
batas antara keduanya menjadi tempat keluarnya mata air.

c. Tipe Maros
Tipe ini dicirikan oleh bukit-bukit yang berbentuk menara (tower karst/mogote).
Pembentukan bentan alam ini berkaitan dengan bidang retakan (kekar dan sesar)
yang arahnya berkedudukan tegak atau hanpir tegak. Tinggi menara antara 50-200
meter, berlereng terjal dan datar pada bagian puncaknya. Diantara bukit-bukit
tersebut terdapat lembah-lembah sempit, berdasar rata, berbentuk memanjang.
Bentukan yang khas ini
dijumpai di daerah Maros, Sulawesi Selatan.

d. Tipe Wawolesea
Tipe ini dicirikan adanya lorong-lorong yang terisi oleh air panas dan di beberapa
tempat terdapat jembatan alam (natural bridge). Tipe ini dicirikan terutama oleh
kontrol hidrologi air panas sehingga terjadi proses pengendapan ulang larutan kalsit
yang membentuk undak travertin yang beraneka ragam serta jarang dijumpai di
tempat lain.

e. Tipe Semau
Tipe ini merupakan tipe kawasan kars yang melibatkan batugamping yang berumur
muda (Kala Kwarter). Bentang alam yang dijumpai berupa surupan (sink) dan lorong-
lorong gua yang pendek. Undak-undak pantai yang disusun oleh koral dapat
mencapai tebal 25-100 meter dan mengalami pengangkatan 2,5 cm/tahun. Tipe
Semau dijumpai pada
P. Semau sebelah barat Kupang, NTT.

f. Tipe Nusa Penida


Pulau Nusa Penida yang terletak di sebelah selatan P. Bali memiliki kawasan karst
yang tersusun atas batugamping klastik dan non klastik. Pada batugamping klastik
terdapat sisipan batuan berukuran halus dan kedap air. Adanya perulangan jenis
batuan menyebakan terjadi keluaran air tanah yang bertingkat. Bentang alam dolin
dan bukit kerucut tidak berkembang dengan baik. Gua-gua juga tidak berkembang
dengan baik.

g. Tipe Irian
Berdasar informasi yang ada, tipe kars di Irian dicirikan oleh adanya gua-gua yang
panjang. Kars disusun oleh batugamping klastik dan bioklastik, sebagian bahkan
telah terubah menjadi metasedimen akibat kontak dengan intrusi batuan beku.
j. Fauna dan flora di Kawasan Kars
Fauna di antaranya adalah:

 Ikan gua buta bertubuh transparan (Bostrycus sp.) dari Gua Saripa di
Maros.
 Kalajengking gua yang buta dan satu-satunya di Asia tenggara
 Udang gua yang buta dan bertubuh transparan (Cirolana marosina)
 Kelelawar berhidung cabang (Nyctmene cephalotes)
 Kelelawar Hipposideros dinops yang hanya hidup di Sulawesi
 Kepiting laba-laba (Cancrocaeca xenomorph)
 Kumbang buta dari jenis Coleoptera sp.
 Beberapa jenis jangkrik gua (Rhaphidophora sp.) yang belum
teridentifikasi
 Laba-laba gua jenis baru sebesar telapak tangan (Heteropoda beroni).
BAB 3

PENUTUP

1. Kesimpulan
Demikian laporan penulis selama kunjungan di Pracimantoro tepatnya di Museum Kars
Indonesia. Meskipun waktu dan kesempatan terbatas, namun besar sekali manfaatnya.
Berdasarkan pengamatan yang penulis peroleh maka penulis dapat menyimpulkan bahwa:
a. Dari pengamatan, penulis dapat memperoleh ilmu pengetahuan tentang ragam Kars di
Indonesia dan beberapa gua yang ada di daerah tersebut.
b. Dari pemandu wisata di museum kars tersebut penulis dapat memperolah penjelasan
tentang gua, kars, proses terjadinya gua, manusia purba, kebudayaan masyarakat setempat,
dan lain sebagainya.
c. Dari pengamatan, penulis dapat mengerti betapa pentingnya dan mendalami pelajaran
tentang proses alam yang beragam.
2. Saran
Saran-saran yang dapat penulis sampaikan demi kemajuan Museum Kars yang ada di daerah
tersebut:
a. Untuk Museum Kars tersebut sudah baik, tetapi agar lebih jelas dalam penjelasan dari
informasi kars-kars dan gua-gua sebaiknya pemandunya lebih banyak dan tidak terlalu cpat
dalam proses penjelasan.
b. Supaya lebih terjaga kebersihan pada museum kars tersebut lebih baik ada petugas
kebersihan.
Dengan demikian yang dapat penulis sampaikan, penulis menyadari bahwa laporan ini banyak
kekurangannya maka kritik dan saran yang membangun akan diterima dengan senang hati demi
kesempurnaan laporan ini. Semoga ini dapat bermanfaat bagi teman-teman dan semua orang.

Anda mungkin juga menyukai