dalam konteks pemahaman berbagai warisan budaya bangsa. Kemudian dari rasa mengerti
diharapkan timbulnya rasa memiliki untuk mengupayakan adanya rasa tanggung jawab
Kegiatan penelitian yang dilakukan di Situs Mampu tidak terlepas dari konteks
sebagai salah satu warisan budaya bangsa yang banyak merekam berbagai aspek
Kami yakin, bahwa upaya tersebut tidak akan berhasil tanpa dukungan dari berbagai
pihak, maka pada kesempatan ini saya ingin mengucapakan rasa terima kasih terhadap
teman-teman yang telah melaksanakan tugasnya dengan baik. Bapak Camat Dua BoccoE,
Kepala Desa Cabbeng dan masyarakat dengan suka cita menerima teman-teman
Kecamatan Dua BoccoE Kabupaten Bone yang telah mengizinkan salah seorang stafnya
Khusus kepada saudara Drs. Muhammad Ramli dan Drs. Albertinus yang telah
menyusun laporan ini saya ucapkan terima kasih. Semoga Tuhan Yang Maha Esa
7. Manjakali Anggota
9. Mappainga Anggota
I. 1. Dasar
I.2 Tujuan
II.1. Lokasi
Situs Gua Mampu terletak di gugusan bulit gamping Mampu yang
memanjang dari arah timur ke barat pada gugusan ini terdapt ceruk. Situs ini berada
pada 100 meter dari permukaan laut masul wilayah administrasi RK II Desa Cabbeng
Kecamatan Dua BoccoE Kabupaten Bone Provinsi Sulawesi Selatan.
Jarak tempuh sekitar 32 kilometer dari Watampone ibu kota Kabupaten
Bone. Dan sekitar 4 kilometer arah selatan ibu kota Kecamatan Dua BoccoE, melalui
jalan daerah yang sudah dikeraskan.
II.2. Lingkungan
Ekskavasi penyelamatan ini dilaksanakan di dalam perut bukit gamping
Mampu yang terletak di RK II Desa Cabbeng Kecamatan Dua BoccoE Kabupaten Bone.
Walaupun demikian penyaringan data lingkungan menjangkau seluruh lahan lahan yang
bagian permukaannya tertutupi oleh satuan alluvium, sedang pada bagian di dalam
lahan ini sebagai pemukiman dan tegalan yang ditanami kelapa, jambu mente,
batuan gampingm sehingga pada bagian perutnya terdapat pintu masuk. Berdasarkan
hasil pengamatan terdapat enam ceruk yang dihubungkan dengan ceruk lainnya. Pada
bagian dalam Gua terdapat travertin yang membentuk stalagmit, stalaktit sehingga
tertentu terdapat tempat-tempat yang cukup gelap, tetapi pada bagian-bagian mulut Gua
terang karena jumlah sinar matahari yang masuk cukup banyak. Suhu udara terutama
yang terdapat pada mulut Gua berkisar 26-29 derajat Celcius dengan kelembaban
sekitar 80 %. Dengan keadaan ini manusia dapat hidup di dalamnya. Sedankan pada
bagian terowongan yang gelap pada langit-langit Gua ditempati kelelawar dan burung
walet dalam jumlah yang sangat besar. Kemudian penduduk setempat kotoran kelelawar
dan burung walaet diproduksi sebagai Guane. Berdasarkan irisan yang ditemukan pada
salah satu lantai Gua disektor II memberikan petunjuk, bahwa pemamfaatan langit-langit
Gua Mampu oleh kelelawar sudah berlangsung cukup lama dalam kurung waktu yang
panjang dengan adanya deposit tulang belulang setebal 7 cm yang berada 28 cm dari
permukaan tanah.
II.3. Geologi
Batuan pembentuk situs Gua Mampu adalah batuan gamping, tetapi pada
beberapa bagian pada permukaan batuan ini sudah tertutupi oleh lapisan lanau dan
memmanjang dari arah timur ke barat meliputi batuan karst yang tersingkap di Sumpang
Labbu di bagian barat Watampone. Batuan ini juga tersingkap di kawasan karst
Barrubatuan ini juga tersingkap di Daerah Bulu Dua, oleh karsnya singkapan gamping
perbukitan yang terletak pada bagain selatan situs. Daerah ini yang landai sehingga
setelah keturunan Dewata sudah tiada, keadaan dimana-mana menjadi kacau balau
termasuk mampu. Waktu itu Mampu terbagi dua, yaitu daerah Malaturu dan daerah
lama di Mampu, maka suatu hari setelah didahului oleh peristiwa alam yang menakutkan
dan menimbulkan kekacauan selama tujuh hari tujuh malam, tiba-tiba muncul dua orang
bersaudara di ujung sebelah barat gunung yang tidak diketahui asal-usulnya. Kedua
orang ini bernama Guttu Tallemma, dan yang wanita bernama We Sinra Langi. Tidak
lama setelah kehadiran kedua orang ini, di sebelah timur muncul lagi dua orang
bersaudara seorang pria dan seorang wanita. Kehadiran keempat orang tersebut yang
perkawinan kedua pasang ”To-Manurung” hidup makmur dan damai dan pasangan
pertama, yaitu Guttu Tallemma dengan We Sengeng Telaga, melahirkan seorang anak
dewasa La Oddang Patara dengan We Lale Uleng sekaligus mengangkat menjadi raja
mengadakan musyawarah untuk menetapkan siapa siapa yang akan menghadap To-
Manurung. Setelah tiba waktu yang ditetapkan, maka berangkatlah utusan tersebut
kata sepakat La Oddang Patara Sebagai Raja Mampu. Keberadaan Raja Mampu ini
menjadikan Kampung Mampu menjadi kawasan yang disegani karena kemakmuran dan
pemerintahannya adil dan bijaksana serta sangat merakyat. Akibatnya rakyat yang
merasa terangkat atas kehadirannya dan sebagai ungkapan bakti dan rasa terima kasih
rakyatnya.Hal ini dimungkinkan karena Raja Mampu I adalah seorang ahli di bidang
pertanian.
gagah perkasa dan rupawan , keadaan tersebut menarik minat putra-putri raja La Urek
Ruk, LaturungpangE, We Lette Papi untuk turun menuai padi. Ketika ketiga putra putri
raja berada di sawah, maka raja Mampu beserta isterinya dan putri bungsunya yang
bernama We Apung Mangenre, serta sebagian besar harta bendanya menjadi batu
beserta keluarganya yang dikutuk oleh dewata sehingga menjadi batu ialah Gua Mampu
di Desa Cabbeng.
Terdapat pula cerita rakyat, bahwa dikerajaan Mampu dahulu kala ada
sepasang pengantin baru yang belum saling mengenal. Pengantin baru perempuan
memiliki kelebihan pandai menenun kain (Mattennung). Pada suatu ketika salah satu
alat tenunnya (anak caropong) jatuh di bawah rumahnya. Maka dengan demikian
pengantin baru perempuan tersebut harus melewati tangga untuk turun mengambil anak
caropongnya yang ada di bawah rumah. Akan tetapi mereka malu untuk turun ke tanah
karena ada suaminya (pengantin baru laki-laki) duduk di tangga, maklumlah keduanya
untuk turun ke tanah. Setelah itu mereka kembali kedalam rumah. Pada saat itu pula
ada seekor anjing (asu) lewat di bawah rumah. Dan selanjutnya mereka meminta tolong
kepada anjing tersebut agar dapat diambilkan alat tenunnya yang jatuh di bawah rumah.
Lalu mengatakan ” Anjing ! Ambilkan anak Caropongku ” dan sampai ketiga kalinya
anjing tersebut langsung menggigit anak caropong tersebut, dan seketika itu anjing dan
seluruh isi kerajaan Mampu termasuk Raja Mampu sendiri berubah menjadi batu
III.1. Ekskavasi
Berdasarkan hasil pemetaan yang dilakukan pada ruang-ruang situs dibagi atas tiga
lingkungan alamnya, yaitu jumlah cahaya yang masuk menyinari suatu ruangan dan
Selanjutnya sektor I terletak pada rongga kedua gua, berjarak 100 meter dari mulut
utama (pintu masuk/keluar gua). Sektor II terletak pada rongga ke tiga gua berjarak
225 meter arah selatan mulut utama gua, Sedangkan sektor III terletak pada rongga
pertama gua berjaraj 70 meter arah barat laut dari mulut gua utama.
Datum Point (DP) sendiri-sendiri. DP Sektor I ditetapkan pada sebuah batu rebah yang
sebanyak satu buah seluas 150 cm x 150 cm dalam posisi tegak pada arah mata
angin. Berdasrkan hasil pengukuran, letak kotak ekskavasi di sektor I ini berada pada
ketinggian 2,25 meter dan berjarak 8,53 meter dengan azimuth 80 derajat N-E dari DP.
berda di tengah jalan menuju pada sebuah batu rebah yang dikelilingi pagar besi.
dalam posisi tegak pada arah mata angin. Berdasarkan hasil pengukuran, letak kotak
galian berada pada ketinggian 1,48 meter dan berjarak 9,45 meter dengan azimuth 62
derajat N-E dari DP. Demikian pula pada sektor III, DP ditetapkan pada sebuah pilar
batu yang berada tepat d itengah sektor III. Setelah DP ditetapkan selanjutnya dibuka
kotak galian satu buah berukuran 150 cm x 150 cm dalam posisi tegak pada arah mata
angin. Berdasarkan hasil pengukuran kotak galian berada pada ketinggian 76 meter
dan berjarak 7,50 meter dengan azimuth 21 derajat N-E dari DP.
1. Sektor I
Kotak 1 (BNM/I/1)
Permukaan :
Permukaan tanah kotak galian BNM/I/1 miring dari arah barat ke arah timur,
pengukuran menunjukkan titik 0 (nol) cm berada timur laut., sudut tenggara 60 cm. Keadaan
- Spit (1)
secara horizontal dari sudut tertinggi kotak gali. Keadaan tanahnya terutama pada bagian
topsoil sedikit gembur berwarna coklat kehitaman, bercampur dengan kulit kerang air
payaudan sedikit potongan arang, gigi taring dan cakar kelelawar. Sedang temuan lainnya
-Spit (2)
cm. Keadaan tanahnya sedikit gembur berwarna coklat dari endapan lanau. Tanah ini
kerang air tawar serta kulit kerang laut. Dalam penggalian ini ditemukan lapisan konsentrasi
arang dan abu sisa hasil pembakaran seluas 12 x 30 cm setebal 1,7 cm membujur dari
utara ketenggara di bagian utara kotak gali. Disini juga ditemukan tulang taring dan cakar
kelelawar, temuan lainnya adalah tembikar kasar polos dari bagian bentuk badan.
- Spit (3)
Tekstur tanahnya halus berasal dari endapan lanau sehingga tampak gembur berwarna
coklat kekuningan tetapi di bawah konsentrasi arang dan abu tersingkap pada split
sebelumnya ditemukan lapisan tanah berwarna merah yang mungkin terjadi akibat
oksidasi panas yang terjadi di atasnya dalam waktu relatif lama. Lapisan tanah pada
split ini bercampur dengan kulit kerang air tawar dan laut jenis gastrapodae polipodai.
Dari lapisan ini juga ditemukan beberapa tulang gigi dan cakar kelelawar. Sedang
temuan lainnya beberapa tembikar polos bagian tepian dan badan serta sebuah
pragmen tembika halus bagian badan yang mempunyai hiasan gores melingkar.
-Spit (4)
sampai dengan 45cm, tanahnya tanahnya merupakan tanah endapan Lanau dengan
tekstur gembur berwarna coklat kekuningan bercampur dengan pecahan kulit kerang air
tawar dan laut yang tersebar di lapisan tanah spit ini. Di dalam lapisan tanah ini juga
ditemukan potong arang serta konsuntrasi temuan tulang, gigi taring dan cakar burung
kelelawar yang berassosiasi dengan pecahan – pecahan kulit kerang laut dan air tawar
jenis gastrapodae dan pelicypodae, temian lainnya berupa fragmen tembikar kasar dan
-Spit (5)
sampai dengan 55 cm. Keadaan tanahnya gembur berwarna coklat bercampur dengan
pecahan kulit kerang laut dan payau dari jenis gastrapodae dan pelicypodae. Pada
bagian lapisan ini juga ditemukan tulang, gigi taring, dan cakar burung kelelawar dalam
jumlah yang cukup besar. Selain itu juga ditemukan beberapa tembikar kasar bagian
badan. Temuan ini yang menarik beberapa keping batu lime atone yang mempunyai
kekerasan tinggi yang diduga sebagai alat. Demikian juga temuan sepotong tulang yang
telah mengalami proses pengerjaan yang lebih lanjut untuk difungsikan sebagai alat
penusuk ” Bone Poin”. Juga kulit kerang jenis gastrapodae dan pelicypodae yang
-Spit (6)