Diterbitkan pertama kali oleh Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Makassar bekerjasama dengan
Ujungpandang Heritage Society
First Published by Department of Culture and Tourism of the Republic of Indonesia Office for Preservation of
Archaeological Heritage of Makassar in association with Ujungpandang Heritage Society
Penerbit/ Publisher:
Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Makassar
JI. Ujungpandang No. 1 Komplek Benteng Rotterdam
Makassar Sulawesi Selatan Indonesia
Telp (0411)321701,331117
Faks (0411)321701
email: bppp_mks@yahoo.com
ISBN 978-979-17021-0-2
Hak Cipta dilindungi Undang-Undang.
Dilarang memperbanyak karya tulis ini dalam bentuk dan dengan cara a pa pun, termasuk fotocopy, scan, foto d igital
dan lainnya tanpa izin tertu lis dari penerbit.
All right reserved. Except for the quotation of short passages for the purposes of criticism and review, no part of this
publication may be reproduced, stored in a retrieval system, or transmitted, in any form or by any means, electronic,
mechanical, photocopying, recording or otherwise, without the prior permission of the publisher.
DAFTAR ISi CONTENS
HAL/PAGE
KATA SAM B UTAN KEPALA BP3 MAKASSAR WELCOM E SPEECH BY CHIEF O F BP3 MAKASSAR
1. Melestarikan Budaya Masa Lalu: Sebuah 11 1. Preserve the Culture of the Past: An
-Atraksi -A traction
-Tradisi -Tradition
Tempus mutantur, et nos mutamur in ii/id, Wakt u berubah, dan kita i kut berubah d i dala mnya. Demikian
pepatah latin kuno masih sangat kontekstual dengan kondisi sekarang. Wakt u yang senantiasa berubah dan demi kian
pula cara-cara manusia dalam mengekspresikan d irinya yang pada a k h i rnya kemudian menciptakan kebudayaan.
Dalam rentang waktu sej a ra h manusia, terbentang kebudayaan yang begitu beragam, sej a k masa prasejarah sa mpai
sejara h . Kebudayaan manusia terus mengalami perubahan, dan sebagian perubahan tersebut terekam dalam
tinggalan-tinggalan material budaya yang menjadi o bjek kajian utama para arkeolog dalam u payanya mengungkap
masa l a l u . Sehingga sudah menjadi kesadaran kita bersama unt u k senantiasa melestarikan tinggalan budaya, karena
dengan mengkaji itu kita da pat menel usuri jejak-jejak peradaban manusia.
Bah kan Geertz, dalam bukunya Interpretation of Culture menyatakan bahwa tinggalan b udaya itu merupakan
simbo l bermakna yang mem bawa pesan dari masa l a l u . Dalam kerangka inilah u paya-upaya pelestarian menjadi
sangat d i perlukan agar tinggalan budaya tetap lestari. Salah satu u paya pelestarian warisan budaya bangsa d i lakukan
melalui pembuatan d i rektori peninggalan p u rbakala yang dihara pkan da pat menjadi media pelestarian data dan
informasi tentang tinggalan-tinggalan budaya dari masa lampau, unt u k kemudian menjad i media publi kasi dan
sosial isasi pada masyarakat tentang pentingnya nilai-nilai budaya yang terkandung di dala mnya. Diharapkan dengan
kegiatan ini, terbangun kesadaran masyarakat dalam memahami kebudayaan yang a kan berdampak pada
pemahaman sejara h bangsa kita dan menciptakan integritas negara yang lebih kuat.
Pembuatan d irektori kawasan gua prasejarah Maros-Pangkep yang d i l a kukan oleh Balai Pelestarian
Peninggalan P urbakala Ma kassar bekerjasama dengan Ujungpandang Heritage Society ini menjadi langkah awal bagi
kita bersama unt u k melaku kan u paya-upaya pelestarian lainnya. Termasuk pem buatan d i rektori budaya unt u k
tinggalan p urbakala yang terda pat d i kabupaten l a i n d i Sulawesi Selatan yang sangat kaya dengan keragaman budaya .
Apresiasi positif tentu saja d ituju kan pada tim d i rektori dan seluruh pihak yang tela h meluangkan waktu,
mencurahkan pikiran dan tenaganya dalam membuat d i rektori ini. Sejak pem bentukan tim, peng u m pu lan data di
lapangan sampai penyusunan naskah d i rektori ini telah banyak pihak yang terli bat. Termasuk dalam hal ini instansi
terkait yaitu Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabu paten Maros dan Pangkep, Taman Nasional Bantimu rung
Bul u'Saraung yang tela h mem bantu dengan m a ksimal da lam menyu kseskan kegiatan ini . Demi kian pula dari institusi
a kade m i k, j u rusan Arkeologi Fa kultas Sastra Universitas Hasanuddin yang j uga terlibat seja k awal dalam kegiatan
pembuatan di rektori ini, seh ingga bobot i l m ia h dari direktori ini tetap dapat dipertahankan.
Akhirul kata, selamat menikmati sajian direktori ini semoga rasa haus dan dahaga kita a kan pemaknaan
budaya warisan bangsa dapat terpenuhi, dan kita menjadi manusia-manusia pelestari warisan budaya bangsa yang
dapat diwariskan kepada generasi mendatang, agar dapat memahami dengan benar sejarah perjalanan bangsa kita.
Terima kasi h .
CHIEF FOREWORD
Tempus mutantur, et nos mutamur in ii/id, the time is changed and we a re also changed within the time. That
is an old Latin aphorism, which is sti l l contextual to the present condition. The time is a lways changed and that is the
way h u man being to express themselves creating a culture. In the h istory of h u man being, there is great culture
d iversity, since prehistoric to h istoric time. The culture is continuously changing and some of the changing is ind icated
by culture evidences, which become the main point to d iscover the past time by archaeologists. The matter is
a bsolutely becomes our consideration to preserve, because by learning culture evidences, hence h u man civi lization is
Geertz, in his book Interpretation of Culture, expla ined that cultu re evidence is a crucial sym bol that brings
messages from the past. By this framework, conservation efforts a re very i m portant to save culture evidences. One of
the efforts is appl ied by making the archaeological rema ins d i rectory which is expected can be a media for data and
information conservation concerning a bout the past evid ences, then hopefu l ly become a media for publ ication and
social ization on the i m portance of cultura l values towards local people, to be more understand a bout the culture, to
raise the awa reness of our nation history, and to create the motherland integrity.
Di rectory of Maros-Pangkep Prehistoric Cave Area, which was d rew up by Office for Preservation of
Archaeological Heritage of M akassar and Ujungpandang Heritage Society, is the first step to do other conservation
efforts, includ ing passing d irectory of culture for a rchaeological evidences in other regencies of South Su lawesi .
Positive a ppreciation goes to d i rectory team and everyone who spend the time to expend ideas and energy for the
d irectory. There were many people involved since com posing of team, gathering of field data, and d rawing up the
document, including related institutions such as Office for Culture and Tou rism of Maros-Pangkep Regency,
Bantimu rung-Bulu'Sa raung N at ional Pa rk, and Depa rtment of Archaeology, Facu lty of Letter, Hasanud d in University
which has been involved taking responsi b i l ity on the scientific q u a l ity of the directory.
Finally, please enjoy the directory, hope our voracious a bout the meaning of cu ltura l heritage could be
accompl ished and we would h ighly appreciate to the cultu ra l heritage preservation that could be inherited to the next
Thank you .
KATA PENGANTAR
U paya pelestarian, pengembangan, dan pemanfaatan peninggalan p u rbakala dan obyek bersejarah menjadi
obyek wisata, pada dasarnya bertujuan untuk memberi manfaat bagi perkem bangan peradaban, pertumbu han
ekonom i masyarakat dan peningkatan pendapatan asli daera h ( PAD). Diharapkan, masyarakat dapat terlibat di dalam
pengelolaan objek wisata yang bersu m ber dari pemanfaatan dan pengelolaan peningga lan p u rbakala.
Di sisi l ain, kegiatan pelestarian, pengembangan, dan pemanfaatan situs Benda Cagar Budaya tersebut,
seringkali mengakibatkan degradasi ( penurunan nilai) l ingkungan, hilangnya identitas lokal (dan atau bangsa), distorsi
atas keterlibatan dan kemanfaatan bagi masyarakat sekitar, sehingga sering terjadi kesala h pa haman di masyarakat.
Unt u k itu d i perlu kan adanya kesatupahaman tentang tinggalan p u rbakala. Untuk mengantisi pasi kond isi tersebut,
Balai Pelestarian Peninggalan Pu rbakala M akassar, beru paya melakukan kegiatan publikasi dalam rangka sosialisasi
tentang tinggalan pu rbakala yang nantinya dapat dijadikan dasar pengelolaan dan pengembangan tinggalan-tinggalan
budaya, termasu k d i Kawasan gua-gua Prasejarah Maros-Pangkep. Kegiatan tersebut, diantaranya berupa pem buatan
d i rektori, greenma p, film dokumenter, dan leafleat tentang gua-gua prasejarah yang terda pat di kawasan karst Ma ros
Pangkep.
Hasil d a ri kegiatan ini dihara p kan dapat menjadi sarana dan media sosialisasi yang efektif tentang tinggalan
p u rbakala yang d i h a rapkan da pat menu m b u h kan kesadaran masyarakat luas-termasu k stakeholder ( pemangku
kepentingan) lainnya tentu saja-akan pentingnya melesta ri kan peningga lan purbakala sebagai warisan bangsa. Hasil
kegiatan ini juga seka l igus d i h a ra pkan menjadi bahan koordinasi dalam penanganan kawasan diantara berbaga i
stakeholder yang berkepentingan itu. Dengan selesainya d i rektori ini, ka m i mengucapkan terima kasi h kepada semua
pihak yang telah terlibat dalam pela ksanaan kegiatan ini. Semoga apa yang telah d i l a kukan dapat menciptakan
kesadaran kolektif a kan pentingnya pelestarian a lam dan budaya demi masa depan yang lebih baik lagi.
Tim
PREFACE
Preservation, development, and utilization effort of a rchaeological evidences and h istorical objects as tou rism
object, have function to give benefit for civilization development, l ocals and government income rising. Besides that,
conservation and preservation are expected to support local's involvement in preservation and utilization of another
In other hand, preservation, development, and utilization effort of archeological sites, often caused
degradation of environment, loss of local (or nation) identity, d istortion of locals involvement, and misunderstanding
between the locals. In order to give understanding of a rchaeological evidences, Depa rtment of Culture and Tourism
through the Office for Preservation of Archaeological H eritage of M a kassar has been carried out socialization and
publication of archaeological evidences as a part of the preservation effort, including for Maros-Pangkep Prehistoric
Caves Area. The activity is, such as making of Directory, G reen map, Documenter Film, and Leaflet of Maros-Pangkep
Prehistoric Caves.
The result of the activity is expected could becom e an effective media of socialization of the archaeological
evidences in order to raise loca ls' awareness of prehistoric evidence preservation's i m portance as the nation heritage.
Moreover, the result of the activity is a lso expected as a coordination materia l in area hand ling, especially for related
stakeholders.
After finishing this d i rectory, we would like to say thank you and give appreciation for everybody who had
been involved. In hope, every effort we had been carried out could create public awa reness toward the i m portance of
Tim
Tim Pengelola Penerbitan Directory, Green Map dan Leaflet Situs-Situs Purbakala di Kawasan Maras dan
Pangkep Prov. Sulsel, sesuai SK Kepala Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Makassar No.
HK.501/1156/BPPP.MKS/DKP/2007 Tanggal, 03 September 2007 :
Penanggung Jawab
Andi Muhammad Said, M.Hum
Editor
Andi Muhammad Said, M.Hum, Drs. Muhammad Ramli, lwan Sumantri, M.A
Fotografer
Ahmad Abdul
Translator
Anggi Purnamasari, Ratna Yunnarsih
1
Buku ini merupakan direktori yang memuat informasi tentang tinggalan purbakala dan budaya gua-gua
prasejarah di kawasan karst Maros-Pangkep, provinsi Sulawesi Selatan. Direktori ini terdiri dari 5 bagian
yaitu, pertama; Melestarikan Budaya Maso Lalu: Pengantar tentang Budaya Maso Prasejarah di Kawasan
Karst Maros-Pangkep. Bagian ini mengulas ruang lingkup budaya masa prasejarah dan deskripsi tentang
kawasan karst Maros-Pangkep. Kedua, Tinggalan Purbakala, memuat informasi sebaran gua prasejarah,
nama-nama gua, deskripsi singkat tentang setiap gua prasejarah dan artefak yang ditemukan di wilayah
tersebut. Ketiga, Alam dan Budaya, mengurai informasi tentang budaya dan seni tradisional yang meliputi
atraksi, tradisi, tarian, dan makanan tradisional di Maros maupun Pangkep. Selain itu diuraikan pula
deskripsi singkat tentang jenis-jenis flora dan fauna yang terdapat di kawasan karst Maros-Pangkep.
Keempat, Pariwisata, memuat informasi obyek-obyek wisata di kawasan karst Maros-Pangkep yang bisa
menjadi alternatif wisata di Sulawesi Selatan. Terakhir adalah Konservasi Alam dan Budaya yang mengulas
konservasi benda cagar budaya dan alam, agar pembaca memahami pentingnya upaya konservasi dan
pelestarian budaya maupun alam, bukan hanya gua-gua prasejarah di kawasan karst Maros-Pangkep saja,
This book is a directory of prehistoric evidences and caves information in Maros-Pangkep Karst Area, South
Sulawesi Province. The directory is divided into 5 main sections, first; Preserve the Prehistoric Culture: An
Introduction of the Prehistoric Culture in Maros-Pangkep Karst Area. This section describes about prehistoric
11
culture and Maros-Pangkep karst area. Second; Archaeological Evidences, informs about prehistoric caves
diffusion, name of the caves and brief description, and artifacts spread out in Maros-Pangkep karst area.
Third; Culture and Nature, explains about culture and art traditional, including attraction, tradition,
traditional dances and food, geological terminology, fauna and flora in Moros Pangkep. Fourth; Tourism,
describes alternative tourism objects in South Sulawesi. The last section is Natural and Cultural
Conservation, which analyzes about the importance of natural and cultural preservation and conservation,
not only for Maros-Pangkep caves area but also for all of the prehistoric evidences in Indonesia.
Jika zaman prasejarah tidak sempat berlangsung di bumi ini, apakah manusia akan kehilangan sejarahnya?
Tidak mudah untuk menjawab pertanyaan ini. Namun terlepas dari jawaban yang tepat, yang pasti selama
manusia ada di muka bumi, mereka telah mengawali sejarah keberadaannya dari zaman prasejarah yang
jejak-jejaknya tersebar di seluruh dunia. Di Indonesia, jejak peradaban masa prasejarah tersebar hampir di
seluruh wilayah nusantara, termasuk di wilayah Sulawesi Selatan, seperti yang ditemukan di gua-gua
What if the prehistoric period had never existed in the earth, does human being will be lost their history? It
is not easy to answer. Nevertheless, undone of every accurate answer, certainly, since human being has
been living in the earth, the history of living has begun. The prehistoric civilization is almost spread out in
every part of Indonesia, including in South Sulawesi, as shown in Maros-Pangkep prehistoric caves area.
Lalu apa itu prasejarah? Pertanyaan ini akan terjawab dimulai dengan membahas konsep tentang waktu.
Waktu adalah seluruh rangkaian saat ketika proses perbuatan atau keadaan berlangsung atau berada
(Kamus Umum Bahasa Indonesia). Membahas waktu sebagai suatu rangkaian ketika proses berlangsung,
12
berarti membahas juga peristiwa atau kejadian yang lalu dan yang akan datang. Peristiwa masa lalu
sangatlah luas, peristiwa masa lalu yang tidak menyangkut manusia tidak dapat dikatakan sejarah, karena
sejarah mengkaji tentang peristiwa masa lalu manusia meskipun tidak secara keseluruhan. Oleh karenanya
sejarah disebut juga sebagai ilmu tentang manusia sebagai komponen penyusun masyarakat. Demikianlah,
masyarakat yang dikaji dalam ilmu sejarah adalah masyarakat dari segi waktu. Untuk itu sejarah kemudian
So, what is prehistoric? It will be answered starting from analyze time concept. Time is a connecting structure when an
action or a condition happens or exists {Kamus Besar Bahasa Indonesia). To discuss time as a connecting structure
when something occurred also means discussing the past and the next condition. It is very complex and closely related
to human being, because history is study of the human being in the past although not in the whole event. Therefore,
history is also coiled as human science-human as the component of society. Thus, the society in history is a society by
Ditinjau da ri aspek waktu, setiap peristiwa yang berlangsung dalam masyarakat menggam barkan 4 hal, yaitu: a )
perkembangan; b) kesina mbungan; c) pengulangan; dan d ) pergeseran. Agar setiap waktu dalam setiap peristiwa atau
kejadian dapat dipahami, m a ka i l m u sejara h membuat pembabakan waktu atau periodisasi. M a ksud periodisasi ini
ada lah agar babak waktu itu menjadi jelas ciri-cirinya. Sebagai contoh, pembagian sejarah Eropa ke da lam 3 periode
yaitu zaman klasik/kuno, zaman pertengahan dan zaman modern. Pembaba kan waktu atau periodesasi sejarah di
Indonesia menu rut Dr. Kuntowijoyo dalam bukunya yang berj udul Pengantar l l m u Sejarah, dibagi menjadi 4 periode,
yaitu: zaman prasejarah, zaman kuno, zaman Islam dan zaman modern. Namun secara garis besar periodisasi sej a ra h
Based on time aspect, every event within society describes 4 points: a) development; b) continuity; c) repeating; and d)
displacement. History has made division into periods in order to make every time period become clear with its
characteristics. For example, 3 periods in European history division, are; classic/ancient period, middle period, and
modern period. In Indonesia, according to Dr. Kuntowijoyo in his book, Pengantar //mu Sejarah, human history is
13
divided into 4 periods; prehistoric, ancient, Islamic, and modern period. However, history division is generally divided
Zaman Sejarah
�
Zaman Prasejarah
'--
�������������
?
�� ���
Mu
l i d t l_i
-
�
-
a a a u sa n
_____ __
��
�__
Se
_,�
Zaman Sejarah
Gambar 1
Gambar di atas menjelaskan h u bungan antara zaman prasejarah dan zaman sejarah. Prasej a ra h adalah suatu zaman
yang berlangsung sebel u m zaman sejarah karena sesuai dengan arti kata prasejarah ( pra: sebelum), sehingga
prasejarah berarti sebel u m zaman sejara h . Sebena rnya ada isti lah lain unt u k menamakan zaman prasejarah yaitu
zaman Nirleka (nir: tidak ada, leka: tul isan), jadi zaman nirleka berarti zaman tidak a danya tulisan, atau zaman
sebe l u m a danya tulisan. Batas antara zaman prasejarah dengan zaman sejarah adalah mulai adanya tul isan. Hal ini
meni m b u l kan pengertian ba hwa prasejarah adalah zaman sebe l u m ditemu kannya tul isan, sedangkan sejarah adalah
zaman setel a h adanya tulisan. Berakhirnya zaman prasejarah atau d i m u lainya zaman sejarah untuk seti a p bangsa,
suku bangsa, bahkan anak suku bangsa di d unia tidak sama, tergantung d a ri kecepatan peruba han perada ban bangsa,
The picture above explains a connecting between prehistoric and historic period. Prehistoric is the span of time before
historic period. This is significantly right according to the meaning of prehistory (pre: before), so prehistoric means
period before historic. Actually, there is another terminology of prehistoric, Nirleka time (nir: no, leka: handwriting), so
nirleka means a period before handwriting was known. Time limit between prehistoric and historic is when
handwriting was recognized. The end of prehistoric period or the beginning of historic period is different for every
14
Pada zaman prasejarah itulah peradaban manusia d i m u l a i dengan menghasilkan beragam kebudayaan yang kemudian
d isebut budaya prasejara h . Dalam keh i d upan seh a ri-hari isti lah budaya atau kebudayaan selalu diart ikan dengan hal
hal yang menyangkut kesenian dan adat istiadat. Bahkan tidak jarang media massa pun ikut mempopulerkan isti lah
kebudayaan hanya terbatas pada hal-hal yang berh u b ungan dengan unsur seni, sehingga terjadi penyempitan makna
kebudayaan. Demikianlah, pengertian kebudayaan tidak sekedar berkenaan dan berka itan dengan seni tapi lebih luas
dari itu . Sebetulnya, kata kebudayaan berasal dari ba hasa Sansekerta; buddhayah, yaitu bent u k jamak d a ri kata budhi
yang berarti akal. Dengan demikian kebudayaan da pat diart i kan sebagai : semua hal yang berhubungan dengan akal. Di
samping itu, para a h l i j uga mengupas kata kebudayaan sebagai perkem bangan dari kata majemuk budi dan daya, yang
berarti daya dari b u d i ( kemam puan dari akal) yang berupa cipta, rasa dan karsa, seh ingga kebudayaan diarti kan
sebagai hasil dari cipta, rasa dan karsa manusia dalam memenu h i kebutuhan hidupnya.
In prehistoric period, the civilization was began by created various cultures then called prehistoric culture. In
Indonesian, culture called 'budaya', from Sansekerta language; buddhayah (plural form of budhi) means intelligence.
Therefore, culture means something which is related to intelligence. Some researchers analyzed that budaya is an
elaborate from compound words budi (intelligence) and daya (ability), which means an ability of intelligence, such as
creativity, sense, and intention. By those examinations, culture means result of creation, sense, and intention of human
Kebudayaan dapat d i beda kan menjadi dua macam yaitu kebudayaan material dan kebudayaan i m material .
Kebudayaan materia l/jasmaniah adalah kebudayaan yang dapat d i ra ba d a n d i l ihat secara konkrit/nyata atau yang
bersifat kebendaan, contohnya meja, buku, gedung, pakaian, alat batu prasejarah, lu kisan gua prasejarah, bangunan
dan sebagainya. Sedangkan kebudayaan i m materia l/rohania h/spi ritual adalah kebudayaan yang tidak da pat d i l i hat
dan d i raba tetapi dapat d i rasakan dan d ini kmati, seperti kesenian, ideologi, filsafat, trad isi, norma dan dan sistim
kepercayaan.
Culture is classified into material and immaterial culture. Material culture is a concrete culture which is related to
substantive things, such as table, book, building, clothes, prehistoric stone tools, rock art painting, etc.
15
Immaterial/spiritual culture is an abstract culture that cannot be touched, such as art, ideology, philosophy, and
religion.
Dalam mengkaji budaya prasejarah-masa sebe l u m dite m u kan bukti-bukti tertulis-, para a hli melaku kan penelitian
arkeologis melalu i : a ) survey dan observasi lapangan; b). ekskavasi, yaitu pengga lian unt u k menemu kan peninggalan
budaya yang kebanyakan tertanam d i dalam tanah dan menentukan kronologi berdasa rkan stratigrafi tana h; c).
mem pelajari keh i d u pan suku-suku terasing yang masih h i d u p seperti yang tinggal di daera h-daera h peda laman
( penel itian ini lebih d i kenal dengan nama penel itian etnoarkeolog i ) . Secara komprehensif, kajian prasejarah seringka li
meli batkan beberapa disiplin ilmu penunjang lain d iantaranya: a ) Arkeologi, yaitu i l m u yang mem pelajari keh i d u pan
zaman lampau melalui artefak atau tinggalan budaya materialnya; b). Geologi, ilmu yang mem pelajari bumi secara
kese l u ruhan; c). Paleontol ogi, adalah i l m u yang mempelajari tentang fosil m a h l u k h i d u p zaman purba.
Studying prehistoric culture which has no handwriting evidences, some researchers did archaeological researches by ;
Field survey and observation, Excavation-digging to find culture evidences which are mostly buried, Studying secluded
tribal groups who live in isolated areas (the research is known as etno-archaeology research). Comprehensively,
prehistoric study is mixing some sciences, such as: a) Archaeology, science learning about living in the past through
artifacts or material evidences; b) Geology, science learning about earth; c) Paleontology, science learning about fossil.
Melalui hasil penel itian penelitian a rkeologis, maka setah a p demi seta hap dari tabir kehidupan masyarakat dan
budaya prasejarah lndonesiapun m u la i terbuka. Secara garis besa r penelitian a rkeologi unt u k masa prasejarah dapat
Through the archaeological researches, the existence of Indonesian prehistoric living has been discovered and
a. Zaman Batu
Zaman batu menunj u k pada suatu periode d i mana alat-alat kehidupan manusia pada u m u mnyaa terbuat dari batu,
wa l a u pun ada j uga alat-a lat tertentu yang terbuat dari kayu dan tulang. Dari berbagai alat peninggalan zaman batu
16
tersebut, m e l a l u i metode tipologi-yaitu cara menentukan u m u r berdasarkan bentuk atau tipe benda peni nggala n-,
a. Stone Period
Stone period is signed by human tools which were mostly made from stone, although there were some wooden and
bone tools. According to the typology method-determine tools' age based on its shape and type-stone period is
Merupakan suatu zaman di mana hasil buatan a lat-alat dari batu masih kasar dan belum d iasah/d i upam
sehi ngga bentuknya masih sederha n a . Pada zaman i n i secara fis i k man usia masih terbatas usahanya
dalam menghadapi kondisi alam. Ti ngkat berp i k i r manusia yang masih rendah menyebabkan
h i d u pnya berpindah-pindah tem pat (nomaden) dan mengga ntu ngkan hidu pnya kepada
l} Paleolithic
In this period, the stone tools were still rough, non-grinded, and very simple. Prehistoric
man had limited efforts to exploit the nature. They lived no madden and depended on
the nature by hunted and gathered foods {called food gathering). The artifacts from
this period are kapok genggam, kapok perimbas, hammer stone, etc.
Za man i n i merupakan zaman pera l i h a n di mana cara pem buatan a lat-a lat kehidupannya lebih b a i k dan lebih h a l us dari
zaman batu tua . Selain itu, pada zaman i n i man usia mulai hidup menetap dalam gua-gua atau ceru k-ceruk alam d a n
m u l a i bercocok tana m-tentu saja d e n g a n sederhana-dan m e l a k u k a n penji nakan binatang atau domestikasi,
sehi ngga d i sebut zaman bercocok ta nam ti ngkat sederhana (food producing). Selain menghasilkan budaya berupa
17
a lat-a lat batu yang telah d i upam seperti pebble kapak Su matera, maros point atau mata panah bergerigi
dari M a ras d a n a lat serpih, j uga d ite mu kan l u kisan tangan sebaga i m a n a yang ditemukan di gua-gua
2} Mesolithic •
Mesolithic called as change of the time where tools were better and smoother. Prehistoric man
started to live permanently in caves or rock shelters. They did domestication and planting, so this
period is called food producing period. Besides producing some cultural evidences, such as feeble and maros point,
there were also rock art painting found in some caves in Maros-Pangkep, South Sulawesi.
Merupakan suatu zaman d i m a n a a l at-alat kehidupan man usia dari batu yang sudah
d i h a l uskan, serta bentuknya lebih sempurna dari zaman sebelu m nya. Tinggalan
budayanya berupa kapak persegi, kapak lonjong dan l a i n nya . Pada zaman i n i manusia sudah
tergantung pada alam, sehi ngga d isebut j uga zaman bercocok ta nam tingkat lanjut.
Pada zaman Neolith i k selain berke mbang kapak persegi d a n kapa k Ion jong juga
terdapat barang-barang yang l a i n seperti perh i asan, gerabah d a n pakaian. Perhiasan yang
banyak d itemukan u m u m nya terbuat d a r i batu, b a i k batu b i a s a maupun batu berwa rna/batu permata dan
k u l it kerang. Sela i n perhiasan, gera bah juga baru d i kenal pada zaman Neolithik. Salah satu situs prasejarah yang
tem u a n nya berupa gera bah adalah situs M i n a nga Sipa kko d i Sulawesi Ba rat.
3) Neolithic
Human tools were made from smoothing stones and had more perfect shape than the
earlier period. The cultural evidences are kapok persegi, kapok lonjong, etc. In this
period, prehistoric man lived permanen tly. They developed earlier farming and did
not exceedingly depend on the nature, so Neolithic is also named advance planting period.
In the Neolithic period, except kapok persegi and kapok lonjong, there were other evidences,
18
such as jewelries, gerabah, and clothes. Most of the jewelries were made from stone-both plain stone or
colored/precious stone or shells. Gerabah was known in very simple shape because it was handmade without
supported tool roda pemutar. Gerobah is found in Minanga Sipakko site, West Sulawesi.
b. Zaman Logam
Dengan dim u l a i nya zaman loga m bukan berarti berakhirnya zaman batu, karena pada zaman logam pun alat-a lat dari
batu terus berkembang bahkan sampai sekarang. Sesungg u h nya nama zaman logam h a nya lah u ntuk menyatakan
bahwa pada za man tersebut a lat-alat dari loga m telah dikenal dan dipergunakan
karena zaman loga m di Eropa menga l a m i tiga fase, yaitu zaman tembaga, zaman
peru nggu dan zaman bes i . Di I ndonesia khususnya dan Asia Tenggara pada
peru nggu dan besi secara bersa maan. Hasil temuan yang lebih dom i n a n ada lah
a l at-a lat dari peru nggu sehi ngga zaman logam disebut juga dengan zaman
perunggu.
a. Metal Period
It needs to be clarified that when metal period was began, stone period was not
got over because stone tools have been continually developed, even until today.
Actually, in the metal period, tools from metal were used dominantly. Metal period
European metal period. There was three phases in Europe; cooper, bronze, and
iron period. In Southeast Asian, including Indonesia, there was no cooper period but there were bronze and iron period
in the same time. Bronze tools were majority found than metal tools. So metal period is also called bronze period.
19
Hasil dari budaya dari zaman logam i n i berupa kapa k corong, nekara, a rea peru nggu, bejana peru nggu, perhiasan
peru nggu dan man ik-manik. Sebaran a rtefak peru nggu d item u kan hampir d i seluruh wilayah I ndonesia, seperti terlihat
The evidences from metal period are kapak corong, nekara, area perunggu, bejana perunggu, bronze jewelries, and
beads. The bronze artifacts spread out almost in every part of Indonesia, which can be seen in the table as below:
Sel a i n ketiga zaman batu tersebut d iatas, dalam periodisasi d i I ndonesia j uga d i kenal zaman batu besar atau Megalitik.
Kebudayaan mega l itik bukanlah suatu zaman yang berkembang terse n d i ri, melainkan suatu hasil budaya yang timbul
pada zaman neol itik d a n berkembang pesat pada zaman logam dan menghasilkan ti ngga lan b udaya yang relatif atau
didomi nasi dengan t i ngga lan budaya beru kuran besar serta berkaitan erat dengan a ktifitas religi, seperti punden
Besides stone and metal period, in Indonesia, there was also megalithic period, which had started in Neolithic period,
then developed in metal period, and produced lot of cultural evidences in big size. Some of the evidences are related to
religious matters, such as punden berundak, dolmen, menhir, sarkofagus, kubur batu, etc.
Dari pemaparan di atas, terlihat betapa kayanya ba ngsa kita dengan warisan budayanya. Sebetul nya, pen inggalan
a rkeologi atau seri ngka l i d isebut j uga sebagai peningga lan p u rba kala dari zaman prasejarah memiliki makna dan n i lai
20
penting sebagai penanda sejarah ba ngsa kita . N i l a i adalah sesuatu yang d i pandang baik, benar atau berharga bagi
seseora ng. Setiap masyara kat atau setia p budaya m e m i l i ki n i lai-nilai tertentu mengenai sesuatu. Oleh karena itu,
seri ngka l i budaya dalam sebuah masyara kat d i pa n d a ng sebaga i n i l a i yang ta k terhi ngga bagi orang atau masyarakat
yang menganut dan memil i ki nya. Bagi man usia n i l a i d ij a d i k a n landasan, alasan dan motivasi dalam sega l a perbuatan
karena nilai menga n d u ng kekuatan yang mendorong m a n us i a meya kini untuk berbuat dan bertindak. Seda ngkan yang
dimaksud dengan n i l a i peni nggalan budaya adalah peningga lan budaya yang diya k i n i baik, benar dan berguna bagi
masyarakat.
The explanation above shows that our nation is incredibly enriched with cultural evidences. Archaeological evidences
as known as prehistoric evidences have a great significant and essential value as the nation historical indicator. Every
society or culture has certain value which is considered good, right, and valuable. Culture is the precious thing in a
society as a basic, reason, and motivation for every action or activity. Furthermore, the cultural evidence value means
cultural evidence which is appraised being good, right, and useful for society.
Bila masyara kat atau ba ngsa I ndonesia di masa k i n i meya k i n i kebenaran n i lai-nilai peni ngga lan budaya zaman
prasej a ra h , m a ka akan d a pat menumbu h ka n kesadaran untuk i kut berperan serta melesta rikan warisan budaya
bangsa. N i lai-nilai yang terka n d u ng dan d iwariskan dari peni nggalan budaya zaman prasejara h diantaranya :
Nowadays, if Indonesians realize the existence of prehistoric cultural evidences value, there must be an awareness to
conserve the nation cultural heritage. There are some values bequeathed in the prehistoric cultural evidences, are:
1. Nilai Spiritual
N i l a i i n i mencerm inkan ada nya kepercayaa n terhadap sesuatu yang berkuasa atas mereka, dan oleh karena nya
mereka berusaha mem batasi peri lakunya. Berkenaan dengan itu, sikap yang perlu d iwarisi adalah sikap penghormatan
kepada yang lain yang akan mengatur peri l a k u agar tidak semau nya dan penghormatan, serta pemujaan sebagai dasar
keaga m a a n .
21
1. Religious Value
Religious value reflects the belief to something holds the power towards human being, so human being will control
their behavior. There are bequeathed values; respect to others and veneration as religious basic.
Masyara kat prasejarah hidup secara berkelompok, bekerja bersa ma untuk kepentingan kelom pok, bahkan
membangun ru mah-sebagai salah satu contoh kecil-juga d i la k u kan secara bersama-sa ma. Hal ini dapat d i b u ktikan
dari ada nya bangu nan-bangunan Megalith yang da pat d i pasti kan d i bangun secara gotong royong/ bersama-sa ma.
Dengan demikian patutlah d itiru bahwa hal-hal yang me nyangkut kepentingan bersama hendaklah d i l a k u ka n secara
bersama-sama (gotong royong) dengan prinsip berat sama dipikul, ringan sama d ij i nj i ng.
Prehistoric man lived in a group, worked together for group's interest, even to build a house. It is proofed by the
existence of megalith buildings surely built together. Thus, it has to be noted that we need to work together (gotong
royong) within the society with the principle "berat soma dipikul, ringan sama dijinjing".
banyak dite m u k a n d i Sulawesi Selatan, tepatnya di gua-gua prasejarah di kawasan ka rst Maros-Pangkep. Kawasan
pegun u ngan gam ping (karst) M a ros-Pangkep ada lah kawasa n yang memiliki karakteristik relief dan drainase yang
khas, terutama yang d iseba b ka n oleh pelarutan batu a n ya ng i ntensif. Proses pela rutan lebih sering terjadi pada
batuan karbonat, ya ng d isebut dengan proses ka rstifikasi sehingga membe ntuk bu kit-bukit ka rst yang mem bentang
uta ra-selatan P u l a u Sulawesi dengan lereng ya ng nyaris tegak seperti menara dan d isebut sebagai tipe tower karst.
Kawasan karst tersebut terdiri dari b u k it-b u kit yang terjal dengan l u ba ng-lubang di kaki dan l e reng perbukita n .
Lubang-lubang i t u adalah gua horizontal yang terjadi karena proses a l a m, yang l a z i m terdapat d i suatu kawasan karst.
Sulawesi, especially in Maros-Pangkep karst area. Moros Pangkep karst area has specific relief and drainage
characteristics because of intensive rock dissolving. The dissolving process occurred in carbonate stone which is named
karstifikasi created karsts hills spread out from the north to the south of South Sulawesi, looks as sloppy morphological
hills, called tower karst. The karst area contains of some steep hills with black holes on the slopes. The holes known as
horizontal caves created by natural process, which is customary formed in karst area. Local people called it "leang
leang" (cave).
perta ma kali nya ditemukan l u kisan pada d i n d i ng gua praseja rah (rock painting) berwarna merah oleh Van Heekeren
d a n Miss Heere n Palm d i leang Petta'E M a ras. Heekere n menemukan ga mbar babi rusa yang sedang meloncat dan di
bagia n dada nya terda pat mata panah menanca p, sedangkan Miss Heere n Palm menemuka n gambar telapak tangan
dengan latar belakang cat merah yang d i d uga berasal dari tangan kiri wan ita . Sej a k itulah penel itian d i kawasan karst
Maros-Pangkep d i l a ku ka n lebih i ntensif dan menghasilkan data yang m e l i m pah tentang j ej a k hunian prasejarah di
kawasan terse b ut. Sa mpai seka rang wil ayah ini masih menjadi salah satu objek penel itian para a rkeolog baik d a ri
23
The research about prehistoric occupied house trail in South Sulawesi firstly did by a duo-Swiss naturalist, Paul and
Fritz Sarasin in Cakondo, Ululebba and Balisai cave, Bone, from 1902 to 1903. The research result then pushed ahead
to other researchers to have research in South Sulawesi, including in Maros-Pangkep karst area. In 1950, in Petta'E
Moros cave, for the first time Van Heekeren and Miss Heeren Palm found prehistoric rock painting in red color.
Heekeren found jumping deer-hog with an arrow on its chest. While Miss Heeren Palm found hand stencil in red
background and strongly assumed as a woman left hand. Since that time, intensive researches have been done and
resulted lot of data of prehistoric remains. Nowadays, this area becomes a research object by foreign and domestic
archaeologist.
DlAm lillUSAl tBIUR ATMI MBI•-
� tAf M!MISAflCM BAIMM
Berdasarkan hasil pendataan Balai Pelestarian Peningga l a n Purbaka l a Ma kassar,
�-<,•••··-
terda pat sekitar 100-an leang prasejarah yang tersebar di kawasan karst Maros
sebaran alat batu d a n sisa-sisa sam pah makanan berupa ca ngkang mollusca .
Tinggalan a rkeologi tersebut menjadi obyek kaj i a n yang sangat menarik d iteliti u ntuk
m engetahu i kehidupan d i masa lalu. Kese l u ruhan benda- benda hasil kebudaya a n
masa l a l u termasuk tinggalan prasejarah di kawasan karst Maros-Pangkep menurut U nd a ng-Undang nomor 5 tahun
1992 d isebut Benda Cagar Budaya, yang defi n i si nya adalah " benda buatan m a n usia d a n alam yang u m u rnya sekurang
k u ra ngnya 50 tahun, yang mewa k i l i zaman gaya yang khas dan zaman gaya sekura ng-ku ra ngnya 50 tahun, serta
bernilai penting bagi sejarah, i l m u pengetahuan dan kebudayaan". Oleh karena itu, masuk akal j i ka gua-gua prasejarah
yang terdapat d i kawasan karst M a ros-Pangkep kem u d i a n mendapat perl i n d u ngan u n d a ng-u n d a ng oleh pemerintah.
Keberadaan gua-gua prasejarah beserta ti ngga lan nya perlu kita lestarikan bersama sebagai warisan budaya ba ngsa .
Dengan lata r belakang geografis, praseja rah d a n sejarah yang beragam, kawasan karst Ma ros-Pa ngkep melahirkan
kebudayaan yang merupakan perpad u a n a ntara n i lai-nilai agama dengan l i ngkungan alam, d i latarbelakangi dan
diwarnai dua etnis besar yaitu Bugis dan Makassar sehingga m e m i l i ki keu n ikan tersendiri.
Based on data gained by Office for Preservation of Archaeology Heritage of Makassar, there are approximately
hundreds of cave spread out in Maros-Pangkep karst area with various archaeological evidences, such as rock
24
paintings, stone tools, mollusk kitchen waste, which forms interesting studying object to learn. All of the prehistoric
evidences including Maros-Pangkep karst area's evidences, according to Republic of Indonesia Act number 5 of 1992, is
called Archaeological Evidences -'hand made and natural made goods in at least 50 years, represents special
characteristics at least 50 years, and important for the history, science and culture'. The prehistoric caves existence and
its evidences need to be conserved and preserved as the nation culture heritage. Having diversity in geographic
condition, prehistoric, and historic, Moros Pangkep karst area is unique by mixing between religion and natural values,
Kawasan karst yang membentang sepanjang Kabupaten M a ras d a n Kabupaten Pa ngkep mem i l i ki kekayaa n flora d a n
fauna y a n g tak tern i la i , bahkan kawasan karst M a ros-Pangkep i n i merupakan kawasan karst terpanjang kedua d i dunia
dengan landscape yang sa ngat i n d a h . Sel a i n kekayaa n flora d a n fauna, d i beberapa leang terdapat jejak-jejak
peradaban zaman prasejarah yang menjadi bukti keberadaan nenek moya ng kita. Dengan potensi a l a m dan budaya
yang begitu melimpah dan unik tersebut, m a ka pada tahun 1998 kawasan karst i n i d iusulkan sebagai Natural World
Heritage. Saat i n i kawasan ka rst M a ros-Pangkep termasuk dalam kawasan Ta man Nasional Bantimurung-Bulusaraung.
There is flora and fauna potential diversity in karst area of Moros and Pangkep regency. Moreover, Maros-Pangkep
karst area is known as the second longest karst area in the world with a beautiful landscape. Besides flora and fauna
resources, the prehistoric remains can be seen in the caves, which become an evidence of the ancestor in the past.
Having abundant along with unique natural and cultural potential, since 1998 this area proposed as a Natural World
Heritage. At present, this area is part of the Bantimurung Bulusaraung National Park.
Terd a pat sekitar 35 leang prasejarah yang termasuk dalam wilayah administratif Kabupaten Pa ngkep yang telah
d idata . N amun demikian, tidak menutup kemungkinan dengan luasnya kawasan karst ini masih terdapat leang-leang
praseja rah l a i n nya. Sebagian besar leang prasej a ra h , yakni sebanyak 24 leang terda pat d i wilayah Kecamatan
Pa ngkajene d a n Kecamatan M inasate'ne, seda ngkan sisanya tersebar d i keca matan lain. Khusus untuk leang yang
terda pat d i wilayah Desa M i nasate' ne tepatnya d i Kampung Bellae, memiliki keu n i ka n tersendiri berupa gugusan
25
perbu kitan ka rst yang indah, menghadap ke h a m paran sawah pend uduk. Terdapat d u a gugusan perbukitan karst d i
wi laya h i n i, yaitu Bulu M atojeng d a n Bulu Ba l l a ng. Di perbu kitan karst itu l a h tersebar leang-leang prasej a ra h dengan
jarak yang relatif tidak terla l u jauh a ntar leang d a n medan yang cukup menantang untuk sebuah wisata petualangan.
Dengan j u m l a h sebaran gua yang cukup ba nyak, m a ka kawasan i n i d isebut Kom plek Gua Prasej a ra h Bellae. Suasana
perka m pungan Bugis-Ma kassar yang kental d i pa d u dengan keberadaan leang prasejarah dan pemandangan
pegu n u ngan karst, menjadikan kawasan ini d ij u l u ki sebagai ka mpung prasejarah Bellae yang dapat menj a d i salah satu
There are approximately 35 prehistoric caves in Pangkep Regency and it is possible to find the others. Most of the
prehistoric caves, 24 caves are in Pangkajene sub district and Minasate'ne sub district, while the others spread out in
other sub districts. Caves in Minasate'ne sub district especially in Be/Jae area have special characteristic with beautiful
karst hills look out on the agricultural fields. There are two karst hills, Bulu Matojeng and Bulu Ba/Jang. In these karsts
hills, prehistoric caves spread out with near distant between one to another and have a challenging field for adventure
tourism. Having lot of the caves, this area called Be/Jae Prehistoric Cave Complex. Mixing with beautiful panorama and
existence of Bugis-Makassar village, Be/Jae is popular as Be/Jae Prehistoric Village and becomes one of area for
.. l.8tak
No Nama leq '41Ulllltln � .. ; �c
26
7 Buj u n g Pa ngkajene B i raeng 04 50' 30,6" LS 1 19 35' 36" BT
°
8 B u l u Sumi Ba locci baru Ba locci 04 42' 09" LS 119 36' 10" BT
°
9 Caddia Minasate'ne M i nasate'ne 04 49' 53,1" LS 119 35' 01,2" BT
10 Ca m i ngkana Pa ngkajene B i raeng 04 50' 30, 7" LS 119 35' 39,5" BT
11 Carawali Pa ngkajene Biraeng 04 50' 30,6" LS 119 35' 36" BT
° ' °
12 Cumilantang Pa ngkajene Ka labirang 04 49 3 1" LS 119 06' 47" BT
°
13 G a ru nggung Pa ngkajene Ka labbirang 04 49 3 1" LS 119 06' 47" BT
14 Jempang M i nasate'ne Biraeng 04 50' 07,2" LS 1 1 9 3 5 ' 34,3" BT
15 Kaj u a ra M i n asate'ne Biraeng 04 50' 08,6" LS 1 19 35' 30,5" BT
°
16 Kassi M i nasate'ne B i raeng 04 50' 07,6" LS 119 35' 23,5" BT
17 Lasitae La bbakang Pundata Baji 04 47' 40" LS 119° 36' 10" BT
°
18 Lessang M i n asate'ne M i n asate'ne 04 49' 49,9" LS 119 34' 57,2" BT
19 Lo rn po a M i n asate'ne B i raeng 04 50' 01, 7" LS 119 35' 16,6" BT
20 Macinna Pa ngkajene Ka labi rang 04° 48' 12" LS 1 19° 36'48" BT
°
21 Patte n n u ng M i n asate'ne B i raeng 04° 50' 07,6" LS 119 35' 33,7" BT
22 Pabuja ng-buja ngang La bakkang Siloro 04°47'50" LS 119°3 1' 37" BT
23 Pamelakang Tedong La bakkang Si loro 04°47'54" LS 119°31' 18" BT
°
24 Sakapao 1 Pangkajene Biraeng 04 50' 02,9" LS 119° 36' 10,8" BT
° °
25 Sakapao 2 Pa ngkajene B i raeng 04 50' 02,9" LS 1 19 36' 10,8" BT
°
26 Sa I u ka Pa ngkajene Ka libirang 04 48' 58" LS 1 19 36' 57" BT
° °
27 Sapiria Pa ngkajene Bonto kio 04 50' 48,5" LS 1 1 9 35' 42,2" BT
° °
28 Sassang Pa ngkajene Minasate' ne 04 50' 42,2" LS 1 1 9 35' 34,6" BT
°
29 Sumpang Bita Balocci Ba locci Baru 04 54' 58" LS 119°34' 57" BT
° °
30 Ta n a rajae Minasate' ne Biraeng 04 50' 14,2" LS 119 35' 48, 7" BT
° °
31 Tu ka 1 Minasate'ne Minasate' ne 04 49' 3 1, 1" LS 1 1 9 34' 27,8" BT
° °
32 Tuka 2 Minasate'ne M i nasate'ne 04 49' 32, 1" LS 1 1 9 34' 29,4" BT
° °
33 Tuka 3 Minasate'ne M i nasate'ne 04 49' 3 1,7" LS 1 19 34' 28, 1" BT
34 Tuka 4 M i nasate'ne Minasate' ne 04 49' 30, 1" LS 1 1 9 34' 27,8" BT
°
35 Tuka 5 Minasate' ne M i nasate' ne 04 49' 30,5" LS 1 1 9 34' 25,9" BT
° °
36 Ti nggia M i nasate 'ne M i nasate'ne 04 49' 58,8" LS 119 35' 14,8" BT
°
37 Uj ung M i nasate'ne B i raeng 04 50' 30,2" LS 1 1 9 35' 35,5" BT
27
Gua-Gua Prasej a rah di Wilayah Maros
memiliki ti ngga l a n leang prasejarah dengan masing-masing keu n i ka n nya. J a ra k antar satu leang dengan leang lain nya
relatif dekat dan terl ihat mengelompok sehingga memudahkan kita untuk mengunj u nginya. Sa l a h satu a lternatif j a l u r
k u nj u ngan wisata gua prasejarah d i Ma ros i n i d a pat d i m u l a i d a r i Ta man Prasejarah Lea ng-lea ng, dimana d i t a m a n i n i
kita bisa melihat a n e k a raga m ti ngga l a n a rkeologis d i Leang Petta'E d a n Petta Kere. Aksesibilitas menuj u obyek i n i
and Kalabirang Village, and it is possible to find the others. The rock art painting is firstly found in Leong Pettae. Since
1 980, this prehistoric site has been developed as the Leang-Leang Prehistoric Tourism Park and becomes one of the top
tourism objects in Maras. There are many karst hills which a number of prehistoric caves around the prehistoric park.
The caves are close one to another in a group so it is easy to visit. One of the alternative visiting tracks can be started
from Leang-Leang Prehistoric Park where is various archaeological evidences in Pettae and Petta Kere cave. The
28
Obye k ked ua adalah Leang B u l u Ballang . Sel a i n te muan berupa sebaran sisa sampah dapur
berupa cangkang mollusca, d item ukan j uga porse l i n dan gera b a h . Dinding leangnya dapat
dan seringka l i d i m a nfa atkan sebagai a real latihan panjat tebing dengan j a l u r yang dimulai
dari tingkat kes u l itan yang rendah h i ngga mena ntang. Obyek ketiga adalah Leang Cabbu.
Berbeda dengan Leang B u l u B a l l a ng, d i sebelah kiri Leang Cabbu telah dijadikan tempat lati h a n para pemanjat tebi ng,
sehingga tidaklah menghera n k a n j i ka pada d i n d i ng itu banyak d item ukan hanger atau penahan gantungan ( l ihat foto).
Tepat berha dapan dengan m u l ut leang terli hat a ktivitas pertambangan, hamparan sawah dan bentangan perbukitan
ka rst. Obyek keem pat adalah Leang Sampeang. Pada leang ditemukan gambar manusia berwa rna h itam yang tidak
terdapat di Leang-leang yang lain. Untuk sampai d i obyek i n i , terdapat j a l u r penyeberangan basah melewati sungai
d a n pendakian. Obye k selanj utnya adalah Ulu Leang yang memiliki panorama l i ngkungan menawan dengan ti ngga lan
a rkeologi yang beragam mulai dari sebaran mollusca, alat batu dan l u kisan d i n d i ng gua. Obye k tera k h i r adalah Leang
Balim u kkang. Se lain tersaji tem u a n sebaran fragmen mollusca, porse l i n dan gera bah, d i lokasi situs ditawarkan pula
The second object is Leong Bulu Ba/long. Except mollusk evidences, there is ceramics and gerabah fragment found in
this cave. The cave wall is used as the challenging rock-climbing track. The third object is Leong Cabu. Unlike Leong
Bulu Ba/long, this cave is used as the rock climbing training area, so it is not surprising if there are some hangers or
restrainers (look into the inserted photo). In front of the cave, there is a mining activity, rice field, and karst hills. The
fourth object is Leong Sampeang. There is a rack painting which has the form of a man in black ca/or, which can not be
found in other caves. The location can be reached by crossing the river or by climbing. The fifth object is Leong Ulu. It
has beautiful landscape and various archoeological evidences, such as mollusk kitchen waste, stone tools, and rock
paintings. The last object is Leong Balimukkang. The evidences found in this location are kitchen waste, mollusk shell,
ceramics, and gerabah. There is also rock climbing area. (See Table below)
Letak Astronomi
No Na m a leang Kecamatan Kelura han/desa
Lintang Selatan Buj u r Timur
29
° °
3 Ambe Paco Bantimurung Kalabbirang 04 59' 14,8" 119 40' 11,2"
° °
4 Akkarrasaka Bantimurung Bontolempangan 04 55' 18" 119 37' 00"
° °
5 Balang Bantimurung Kalabbirang 04 59' 3 1,6" 119 39' 00,8"
° °
6 Barugayya Bantimurung Kalabbirang 04 59' 42,0" 119 39' 24,0"
° °
7 Barajarang Bantimurung Kalabbirang 04 58' 18" 119 41' 27"
° °
8 Batabatae Bantimurung Kalabbirang 04 59' 26,7" 119 38' 52,5"
° °
9 Balimukang Banti murung Kalabirang 05 00' 00, 1" 119 39' 18,8"
° °
10 Batu Karope Ba nti murung Kalabbira ng 04 59' 38,2" 119 39' 44,6"
11 Bara Tedong Bantimurung Leang-Leang 04!! 58' 45, 7" 119!! 41' 11,6"
° ' °
12 Bawie Bantimurung B i raeng 04 49 50,5" 119 36' 10,2"
° °
13 Bettue Bantimurung Ka labbirang 04 59' 2 1,0" 119 40' 06,0"
° °
14 Bembe Bantimurung Kalabbirang 05 00' 00,9" 119 39' 29, 7"
° °
15 Bod dong Bantimurung Kalabbirang 04 59' 39,6" 119 38' 38, 1"
° °
16 Botto Banti murung Tukamasea 04 57' 06,4" 119 38' 2 2 , 1"
° °
17 Burung I dan I I Bantimurung Kalabirang 05 00' 11,9" 119 39' 17,9"
. °
18 Bulu Kamase Bantimurung Bungaeja 04 57' 33,8" 119 39' 26,6"
° °
19 Bulu Tengngae Bantimurung Bungaeja 04 57' 45,2 119 39' 20,9"
II
° °
20 Bulu Sipong I Bantimurung Bontolem pangang 04 58' 3 3 " 119 36' 57"
° °
21 Bulu Sipong I I Bantimurung Bontolem pa ngang 04 5 8 ' 3 3 " 119 36' 57"
°
22 Bunga Eja 1 Bantimurung Bungaeja 04 5 7 ' 04,6" 119" 39' 11,2"
° °
23 Bunga Eja 2 Bantimurung Bungaeja 04 57' 08,9" 119 39' 09,6"
°
24 Bulubatua Bantimurung Kala bi ra ng 04 59' 30" 1190 38' 24"
° °
25 Cab bu Bantimurung Kalabirang 04 59' 48,8" 119 39' 08,6"
° °
26 Canggoreng Ba nti murung Kalabira ng 04 59' 53" 119 38' 25"
° °
27 Jarie Bantimurung Sama nggi 05 01' 57,1" 119 41' 12,9"
° °
28 Jing Bantimurung Kala bi rang 04 59' 27,2" 119 38' 58,3"
° °
29 Karrasa Sim ba ng Sama nggi 05 02' 38,0" 119 42' 23,4"
°
30 La m batorang Bantimurung Bungaeja 04!! 58' 16" 119 39' 58"
° °
31 Lom poa Bantimurung Kalabirang 05 00' 10,6" 119 39' 16,9"
° °
32 M andauseng Bantimurung Bungaeja 04 57' 04,6" 119 38' 33,6"
° °
33 Paccepacce Bantimurng Kala bi rang 04 59' 14,4" 119 38' 35,4"
° °
34 Pattae Bantimurung Lea ng-Lea ng 04 58' 44,6" 119 40' 30,5"
30
° °
35 Pabbuno J u k u Banti m u rung B u ngaeja 04 57' 40,8" 1 1 9 42' 00,8"
° °
36 Petta Kere Bant i m u rung Lea ng-Leang 04 58' 43,2" 1 19 40' 34, 2"
Banti m u rng Kalabi rang os
0 °
37 Pangie 00' 02.6" 1 19 39' 50.2"
Pajae Bantim urung Ka labirang ° °
38 04 59' 03 .0" 1 1 9 40' 13.2"
39 Panampu Banti m u rung Lea ng-Leang 04° 5 7' 18" 1 19° 39' 15"
40 Pellenge Banti m u rung B u ngaeja 04° 58' 1 5.0" 1 19 ° 4 1' 10.3"
Pu cu Banti m u rung B u ngaeja ° °
41 04 57' 58,8" 1 19 40' 32,5"
42 Sam peang Banti m u rung Kalabi rang 04° 59' 44,8" °
1 1 9 40' 01,3"
43 Samongkeng I Banti m u ru ng Lea ng-Leang 04° 58' 49,2" °
1 19 39' . 52,5"
44 Sa m u ngkeng I I Banti m u r u ng Lea ng-Leang 04 58' .50,4" 1 190 39' .S l,4"
45 Sa m u ngken I l l Banti m u rung Lea ng-Leang ° °
04 58' 48,1" 1 19 39' 44, 7"
46 Ta m p u a ng Ba nti m u rung Sama nggi os
0
02' 07,7" °
1 19 44' 33,1"
47 Ta n re Ba nti m u rung Ka labirang ° °
04 59' 34.0" 1 19 39' 00.8"
48 Ti mpuseng Ba nti m u rung Ka l a b i rang ° °
04 59' 53,5" 119 39' 39,8"
49 Ti nggi Ada Banti m u rung Lea ng-Leang ° °
04 58' 4 1, 7" 1 19 40' 45,5"
so Tenggae Banti m u rung B u ngaeja ° °
04 57' 45,2" 1 19 39' 20,9"
° 2
51 U l uwae Banti m u rung Ka l a b i rang 04 59' 04,0" 1 1 9 40' 23,1"
°
52 U l u Leang Banti m u rung Ka l a b i rang 04° 59' 29,0" 1 19 40' 03,0"
°
53 Wanuwae Banti m u rung B u ngaeja 04 57' 58,2" 1 19 ° 40' 54,3"
Kawasan karst M a ros-Pangkep terbentang seluas 43.750 hekta r yang terd iri dari a real penambangan seluas 20.000
hektar dan 23.750 hektar l a i n nya menjadi bagian dari 43.750 hektar kawasan konservasi Ta man Nasional
B a nti m u rung. Pem bagia n terse but dilakukan karena pada saat akan diusulkan menj a d i taman nasional, d i kawasan ini
sudah banya k perusahaan yang mendapat izin melakukan kegiatan penambangan, dianta ranya PT Semen Bosowa, PT
Semen Tonasa d a n p u l u h a n perusa h a a n lain yang menambang marmer d a n batu kapur. Penambangan yang d i l a k u ka n
d i kawasan ka rst M a ros-Pangkep i n i merupakan anca m a n terhadap e kosistem dan kelestarian situs g u a prasejarah d a n
t i ngga lan b udaya prasejarah yang tersi mpan d i dalamnya. S a l a h satu aspek ekosistem yang tera ncam adalah
31
ketersediaan a i r ta nah di sekitar kawasan ka rst. Dari tinj a u a n hidrologis, daerah ka rst berpotensi sebagai wadah
cadangan a i r. Hal ini terl ihat pada beberapa gua yang d i dalamnya terdapat su ngai bawah ta n a h . Disamping itu, di
kawasan i n i dijumpai sej u m l a h s u m be r a i r beru pa su ngai besar dan sebagian berm u a ra d i Air Terj u n Banti m u rung.
Selain d i khawatirkan menga ncam ketersediaan a i r, a ktivitas penambangan j uga d i khawatirkan da pat mengh ilangkan
b u kti-bu kti sej a ra h karena gua-gua tersebut menyimpan sej u m l a h a rtefak sisa perada ban manusia masa prasejarah.
the other 23. 750 hectare is Bantimurung-Bulusaraung National Park conservation area. When this area was proposed
to be the national park, some part of the area had already become mining area under license of some companies, such
as Bosawa Cement co. Ltd, Tonasa Cement co. Ltd, and tens of other marble and limestone mining companies. The
mining activity in karst area could be threat the environment such as water resource, because karst area is potential
for water reserves in form of the underground river in some caves. Besides that, there are some rivers in this area and
some of them emptied into Bantimurung waterfall. Furthermore, mining activity could be threat the historical remains
Kawasan karst M a ros-Pa ngkep yang berada di a real Taman Nasional Bantimu rung-Bul usaraung merupakan kawasan
karst terluas d i I ndonesia dan terluas kedua d i d u n i a setelah Cina. Kawasan ini sudah ditunj u k sebagai kawasan Taman
Nasional m e l a l u i Su rat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 398/Menhut/1 1/2004, tanggal 18 Oktober 2004, tentang
Peru bahan Fu ngsi Cagar Alam, Ta man Wisata Alam, Hutan Lindung, H uta n Produ ksi Terbatas dan Hutan Produ ksi
Tetap menjadi Tam a n Nasional Banti m urung B u lusaraung Kabupaten Maros d a n Ka bu paten Pangkep Provinsi Su lawesi
Selatan, seluas ± 43.750 Ha. Kawasan tersebut sebe l u m nya terd iri dari kawasan Cagar Alam seluas ± 10. 282,65 Ha,
Taman Wisata Alam seluas ± 1.624, 25 Ha, H utan Lindung seluas ± 2 1 .343 , 10 Ha, Hutan P roduksi Terbatas seluas ± 145
in the world after the karst area in China. The prehistoric park has already mentioned by Minister of Forest's Decree
th
number 398/MenHut/11/2004, date October 1 8 2004, concerning about the Function Changing of Nature Preserve,
Nature Tourism Park, Protected Forest, Limited Production Forest and Constant Production Forest as Bantimurung
Bulusaraung National Park in Maras and Pangkep Regency, South Sulawesi, with ± 43. 750 Ha wide area. Before
determining of the Ban timurung Bulusaraung National Park, the area contained Nature Preserve approximately
1 0.282.62 Ha, Natural Tourism ± 1 . 624,25 Ha, Protected Forest ± 21.343, 1 0 Ha, Limited Production Forest ± 145 Ha,
Pen u nj u ka n sebagian kawasan karst M a ros-Pangkep d a n kawasan hutan Pegu n u ngan B u l usaraung menjadi taman
nasional mela l u i proses yang cukup panjang. Proses tersebut d i m u l a i pada tahun 1993 oleh desa kan U N ESCO kepada
Pemerintah I ndonesia untuk segera melindu ngi ekosistem karst m e l a l u i penetapan kawasan konservasi, untuk
selanjutnya diusulkan menjadi Situs Warisan D u n i a ( World Heritage Site). Kawasan karst Maros Pangkep m e m i l i ki
• Mem bentang sepanj a ng d u a wilayah a d m i n istratif kabu paten yaitu Kabu paten M a ros dan Kabu paten
Pangkajene;
• Memiliki landscape yang indah, berbe ntu k seperti tower yang tidak ada d u a nya di d u nia;
• M e m i l i k i ratusan gua, wa l a u p u n baru 58 gua yang baru tereksplorasi biotanya oleh U PI;
• Diusulkan untuk menjadi "natural world heritage" (warisan alam d u n i a ) sej a k ta h u n 1998.
33
The examination of Maros-Pangkep karsts area as the national park had been passed a long process. It began in 1 993
when UNESCO urged Indonesian Government to immediately protect karst ecosystem by conservation area
establishment and propose as the World Heritage Site. Maros-Pangkep karst area has special characteristics, such as:
• Spreads out along Maras Regency and Pangkajene Regency;
• Having beautiful landscape, looks like tower which is unequalled in the world;
Seca ra a d m i n istratif kawasan taman nasional ini terletak d i wi layah kabu paten Maras dan kabu paten Pa ngkajene
Kep u l a u a n ( Pa ngkep). Secara geografis a real ini terletak a ntara 1 19° 34' 17" - 1 19° 55' 13" Buj u r Ti m u r dan antara 4°
42' 49" - 5° 06' 42" Lintang Sel ata n . Batas-batas Taman Nasional Banti m u rung B u l usaraung adalah sebagai berikut:
sebe l a h Utara berbatasan dengan kabu paten Pa ngkep, Barru dan Bone; sebelah Ti m u r berbatasan dengan kabu paten
Maras dan kabu paten Bone; sebelah Selatan berbatasan dengan kabu paten Ma ras; dan sebelah Ba rat berbatasan
Administratively, the Bantimurung Bulusaraung National Park area is located in Maras Regency and Pangkajene
Regency, on the astronomic position 1 1 9 ° 34' 1 7" - 1 1 9 ° 55' 13" West Longitude and 4° 42' 49" - 5° 06' 42" South
Latitude. The area boundaries area: Boru, Bone, and Pangkep Regency in the north, Maras and Pangkep Regency in the
west, Maras and Bone Regency in the east, and Maras Regency in the south.
Sampai saat i n i , telah tercatat 16 buah gua alam yang d item ukan pada eks kawasan Taman Wisata Alam Bant i m u rung,
yaitu a nta ra l a i n : Gua Anj ing ( pa njang ± 60 m), Gua Banti m u rung ( panjang ± 150 m), Gua Anggawati 1 ( panjang ± 170
34
m), Gua Towukala ( panjang ± 80 m), Gua Baharuddin ( pa njang ± 137 m), d a n Gua
Watang ( pa njang ± 440 m ) . Pada wilayah eks Cagar Alam Banti murung terdapat 34 gua,
sa l a h satu yang sa ngat terkenal adalah Gua M i m pi (pa njang ± 1.415 m dan kedalaman
± 48 m ) . Keseluruhan gua tersebut mem i l i ki panorama alam yang sa ngat indah dan
mudah dijangkau denga n . Di dalam gua terdapat sta/aktit, sta/akmit, flow stone,
he/ektit, pilar, ca/cit floor, d a n sodastraw. Gua-gua l a i n yang dite m u kan pada eks Caga r
Alam Bant i m u rung i n i a ntara l a i n G u a Lubang Air, Gua Lubang Kelu (panj a ng ± 90 m),
Gua Buttu ( pa njang ± 500 m), d a n Gua Nasir (pa njang ± 800 m).
There are 16 caves which are found in the ex-Bantimurung Natural Tourism Park;
1 70 m length), Towukala Cave (± 80 m length), Baharuddin Cave (± 1 3 7 m length), and Watang Cave (± 440 m length).
In the ex-Bantimurung Natural Preserve, there are 34 caves, the most famous cave is Mimpi Cave (± 1 .415 m lenght
and ± 48 depth). All of the caves are accessible and have beautiful panorama. There are sta lactites, sta lacm ites,
flowstones, helektites, pillars, and sodastraw. Other caves, which a re fou n d in this a rea a re Lubang Air Caves, Lubang
Kelu Caves (± 90 m length), Buttu Caves (± 500 m length), and Nasir Caves (± 800 m length).
Keseluruhan gua tersebut menyaj ikan keindahan sta laktit d a n sta lakmit serta sebagai tempat berkembang biak
burung walet, kalelawar, laba-laba, l i pan, kaki seribu d a n l a i n-la i n . Pada eks Taman Wisata Alam Gua Patt u n u a ng
d ite m ukan sekitar 40 gua yang masih alami dan belum menga l a m i peru bahan aki bat aktivitas manusia. Pada
u m u m nya gua-gua di kawasan ini d a pat d itelusuri secara mudah dengan panjang rata- rata 1 . 000 meter dan
kedalaman rata-rata 30 meter. Gua yang ada pada eks Taman W isata Alam Gua Pattunuang antara lain: Gua
Anggawati 2 ( pa njang ± 1.000 m ) , Gua Resta u ra nt ( pa njang ± 1 .400 m), Gua de Lapisa ine ( panjang ± 300 m), Gua
Patt u n u a ng 1 d a n 2 (pa njang masi ng-masing 500 m), Gua Sambueja 1 d a n 2 ( pa njang masing-masing 300 m d a n 1.400
m), Gua Kado ( pa njang ± 1 . 400 m), Gua Jaria ( pa nj a ng ± 900 m), Gua Aux mains (panjang ± 600 m), dan l a i n-la i n .
All of the caves have beautiful stalactites and stalacmites, and becomes habitat for swallow, bat, spider, centipede,
etc. In Patunuang Cave Natural Tourism Park, there are 40 caves, which are still secure from vandalism. Generally,
35
those caves are easy to be explored with 1 . 000 m length and 30 m depth in average. The caves are Anggawati II Cave
(± 1 . 000 m length}, Restaurant Cave (± 1 . 400 m length}, de Lapisaine Cave (± 300 m length), Pattunuang I and II Cave
(± 500 m length), Sambueja I and II Cave (± 300 m and 1 .400 m length}, Koda Cave (± 1 .400 m length), Jaria Cave (±
h i ngga ± 9 . 700 m d a n ketinggia n d i nd i ng ± 25 m. Menurut hasil penelitian, Gua Tanette merupakan satu kesatu a n
dengan Gua Salukkang Ka l l a ng. Penyebutan nama di karenakan perbedaan tempat m u l ut gua berada. Apa bila ked ua
gua i n i d itelusuri dari satu a rah, maka panj a ng lorongnya mencapa i ± 22 km d a n d i d uga merupakan gua terpanjang d i
I ndonesia .
There are Jots of caves found in the ex-Karaenta Natural Park including the longest cave in Moros. The most famous
cave is Salukang Ka/long (±1 2.463 m length). View of the cave is amazing by the ornaments and stagnate water which
becomes shrimps and fishes habitat. Besides that, there are also found Tonette cave (± 9. 700 m length and ± 25 m
height}. According to the research, Tonette cave is united with Salukkang Ka/long cave. The different name is because
36
of the different cave's mouth. The cave has approximately ± 22 km length and expected as the longest cave in
Indonesia.
Secara geologis, perbukitan karst yang ada di kawasan Ta man Nasional Bantimuru ng-Bu l usaraung didominasi oleh
sebaran batu gamping yang terbentuk d i dasar laut sejak awa l kala Eosen dan tera ngkat ke perm u ka a n laut selama
periode waktu yang panj a ng. Sifat batu gamping yang mudah tertembus air memungkinkan terbentuknya rongga
rongga yang selanjutnya membentuk fenomena gua-gua a l a m . Sete lah ribuan atau bahkan j utaan tahun berla l u ,
bersamaan pula dengan su rutnya a i r la ut, m a ka gua-gua tersebut d ijadikan sebagai tempat h u n i a n y a n g i d e a l oleh
m a nusia pada saat itu. Bukti- bukti tem u a n seperti a lat-a lat maros point, fla kes, blade, m icrolith, sampah dapur, dan
perhiasan d apat memperkuat teori fungsi gua pada suatu masa tertentu ( masa prasejarah).
Geologically, karst hills in Bantimurung-Bulusaraung National Park are dominated by limestone, which was formed in
the sea base in earlier Eosin period and then moved up to the surface for a long time. The limestone formation has
water perforated characteristic so that some holes can be formed easily and created the natural caves phenomena.
After thousands or millions of year while sea-ebb tided, prehistoric man used those caves as a shelter. Some evidences
such as maros point, flakes, blade, microlith, kitchen waste, and jewelries strongly describe theory of function of the
karst d i kawasan Ta man Nasional Banti m u ru ng-Bulusaraung menyebabkan terbatasnya jen is-jenis flora yang d a pat
h i d u p pada ekosistem tersebut. Terda pat beberapa jenis flora yang spesifik d i kawasan ini n a m u n belum ba nyak
diteliti lebih lanjut. Amra n Achmad ( 2001), mela porkan hasi l penelitian vegetasi pada em pat tipe habitat di dalam
kawasa n Ta man N asional Banti m u rung- B u l usarau ng, yaitu pada kawasan pu ncak, tebi ng, lereng, d a n lorong pata h a n
factor for flora and fauna ecosystem in Bantimurung-Bulusaraung National Park area. There are some specific flora
species but there is no advanced research to explore. Amran Achmad {2001) reported his research result concerning
about vegetation. There are 4 types of habitat, especially on the top, slope, and fault corridor in this area which is the
Dracontomelon mangiferum, Arenga pinnata (Aren), Colona sp, Dillenia serrata, Alleurites moluccana ( kemiri),
Diospyros celebica ( kayu hitam), Buchanania arborescens, Antacepalus cadamba, Myristica sp, Kneam sp, dan
Calophyllum inophyllum.
Flora in National Park area Bantimurung Bulusaraung is vegetation type karst and low continent forest, vegetation of
Area karst between it, Palanqium sp, Calophilum sp, Leea indica, Sapotaceae, Polyalthia insignis, Pangium edule,
Aleurites moluccana, Celastroceae, Cinamomum sp, Leea aculata. Lowland forest vegetation such as Vitex cofassus
(bitti}, Palaquium obtusifolium (nyato), Pterocarpus indicus (yellow sandalwood}, Ficus sp (banyan tree}, Sterquila
foetida, Dracontomelon dao (dao}, Dracontomelon mangiferum, Arenga pinnata (sugar palm}, Colona sp, Dillenia
serrata, Alleurites moluccana (kemiri), Diospyros celebica {black wood}, Buchanania arborescens, Antocepalus
38
Beberapa fa u n a Ta man Nasional Banti m u ru ng-Bulusaraung merupakan jenis yang khas
dan endemik, a ntara lain enggang Su lawesi ( Ryticeros cassidix), enggang kerd il
kera Sulawesi (Macaca maura), kuskus ( Phalanger celebencis), tarsi us ( Tarsius sp), serta
berbagai jenis kupu-kupu ya k n i Papilio blumei, Papilio polites, Papilio satapses, Troides
halipron, Trides helena, Troides hypolites, d a n Graphium androcles. Sel a i n itu terdapat
jenis fa u n a yang endemik dalam gua sebagai peng h u n i gelap abadi seperti ikan dengan
m ata te redu ksi bahkan mata buta (Bostrychus spp), ku mbang buta (Eustra sp), j a ngkrik gua (Rhaphidophora sp), dan
Some fauna in Bantimurung Bulusaraung National Park is special endemic, such as: enggang Sulawesi (Ryticeros
celebencis}, tarsius (Tarsius sp}, any kind of butterflies, such as Papilio blumei, Papilio
polites, Papilio satapses, Troides halipron, Trides helena, Troides hypolites, dan
Graphium androcles. Besides, there are some endemic fauna of cave ecosystem such
as blind eyes fish (Bostrychus spp}, blind eye bee (Eustra sp}, cave cricketjangkrik
39
2
Tinggalan Purbakala
Gua-Gua Prasejarah d i Maros
Prehistoric Remains
Prehistoric Caves in Maros
Alla Pusae,
Secara a d m i n istratif terletak di kampung Tom pobala ng, desa Kala b i ra ng, keca matan Bantimurung. Sedangkan seca ra
astronomis berada pada posisi 04° 59' 12,1" LS dan 1 19 ° 40' 16, 1" BT. Temuan a rkeologi pada situs i n i berupa
fragmen tembikar dan ca ngkang mollusca atau kerang dari kelas gastropoda.
Administratively, it is located in Tompoballang Village, Kalabirang, Bantimurung Sub-district, Moros Regency. The
astronomic position is on 04° 59' 12. 1 " SL and 1 1 9° 40' 1 6, 1 " EL. There are some archaeological evidences, such as
Alla Berang,
°
Terletak d i desa Bu ngaeja, kecamatan Banti m u ru ng. Secara astronomis terletak pada 04 58' 16,1" LS dan 1 1 9° 40'
58,4" BT. Leang ini merupakan ceruk yang lebarnya menca p a i 56 m. Menelusuri tingga lan arkeologisnya, kita akan
Is located in Bungaeja Village, Bantimurung Sub-district, on the astronomic position 04° 58' 1 6. 1 " SL and 1 1 9° 40' 58.4"
EL. The cave has 56 m wide. There is kitchen waste found in the surroundings.
Ambe Paco,
°
Situs i n i berada sekitar 170 m di sebel ah ba rat Leang Alla Pusae, sekitar 170 m pada posisi astronomis 04 59' 14,8" LS
dan 1 1 9° 40' 1 1,2" BT. Seca ra a d m i n istratif terletak di ka m p u ng Tom pobala ng, desa Ka labbi ra ng, kecamatan
Bantimurung. Tinggalan a rkeologi pada leang i n i a ntara lain l u kisan cap tangan d i d i nd i ng gua, ca ngka ng kerang, dan
tembikar.
41
°
Is located approximately 1 70 m to the west of Leong Alla Pusae, on the 04 ° 59' 14,8" SL and 119 40' 1 1,2" EL.
Archaeological evidences which can be found are rock art paintings, mollusks shell, and porcelain fragment.
Akkarrasa ka,
Maras Regency, on the 04° 55' 18" SL and 119° 37' 00" EL astronomic position. There are
some archaeological evidences such as stone tools, rock art paintings, and mollusk shells.
Bala ng,
°
Leang Balang berada pada posisi astronomis 04 59' 3 1,6" LS dan 1 19 ° 39' 00,8" BT, dengan ti nggi 25 m dpl. Dij u m pai
fau n a kupu-kupu la ngka jenis papilo gigon, yang kini d ijadika n sebagai logo Ta man Nasional Banti m u ru ng
B u l usara u ng.
Is located on the 04° 59' 31.6" SL and 119° 39' 00.8" EL, on the 25 m above sea level. This area is habitat for rare
butterfly from the Papi/a Gigon type the icon of Bantimurung Bulusaraung National Park.
Barugayya,
Leang Ba rugayya terd i ri dari d u a buah gua (Ba rugaya I d a n Ba rugaya I I ) yang keduanya ha nya berjarak 40 meter.
Ked ua gua berada di sebelah t i m u r Leang J i ng, berjarak ± 250 m, terh u b u ng oleh sebuah rongga sehingga ked u a gua
dapat d i a kses tanpa harus turun ke pelataran gua d i kaki bukit. Leang Ba rugayya menghadap ke arah utara, berada
° °
pada posisi astronomis 04 59' 42,0" LS dan 1 19 39' 24,0" BT, dengan ketinggian 45 m dpl. Ti nggal a n arkeologi pada
leang ini a ntara lain l u kisan d i nd i ng gua, alat batu (serpih, bilah, tata l ), dan peca h a n yang d i hasilkan dari proses
42
teknologi batu tatahan yang terbuat dari batuan chert dan gamping kersikan, selain itu j uga terdapat sa mpah dapur
berupa kul it/ca ngka ng kerang yang teridentifikasi berasal dari klas gastropoda d a n pelecypoda.
Contains two caves (Barugaya I and Barugaya II} which are 40 m far between each other. Those caves are located on
the 40 ° slope, on the 45 m above sea level, approximately 250 m to the east of Leong Jing and connected by a corridor.
The astronomic position is on 04° 59' 42. 0" SL and 1 1 9° 39' 24. 0" EL. Archaeological potential could be found in this
cave is rock art paintings, stone tools (flakes, blades, total}, and kitchen waste. Stone tools are identified as, and
fragment from inlaid process. The stone tools are made from chert and gamping kersikan . The kitchen waste is
Barajarang,
° °
Berada pada posisi 04 58' 18" LS dan 1 1 9 41' 27" BT. Temuan pada leang i n i berupa l u kisan dinding, alat serpih b i l a h,
Is located on the 04° 58' 18" SL and 1 1 9° 4 1 ' 2 7" EL coordinate. The archaeological evidences are rock art paintings,
Batabatae,
Leang i n i masih dalam l i ngkup wilayah Dusun Lopi lopi, Kel u ra h a n Kalabbira ng, Kecamatan Bantimuru ng. Secara
° °
astronomis berada pada posisi 04 59' 26,7" LS dan 1 19 38' 52,5" BT. Tingga l a n arkeologi pada leang ini a ntara l a i n
Is located in Lopi-Lopi Village, Bantimurung Sub-district, on the 04° 59' 26. 7" and 119° 38' 52.5" astronomic position.
Ba limukang,
Dalam penyebutan masyarakat setempat, m em i l i ki d u a nama yang berbed a . Masya ra kat yang berada dalam
l i ngkungan Paka l u d i sebelah Selatan bu kit menyebut sebagai leang Bettue, sementara masyara kat ya ng berm ukim d i
°
d u s u n Lopi- Lopi d i sebelah Utara bukit menyebutnya leang Balim ukang. Secara astronomi berada p a d a 05 00' 00, 1"
°
LS d a n 1 1 9 39' 18,8" BT, dengan ketinggian ± 26 m dpl. Menurut i nformasi yang d i peroleh dari penduduk setempat,
Leong Balimukang has two different names. The Pakalu community who live in the south call it as Leong Bettue, while
Lopilopi community who live in the north call it as Leong Balimukang. The cave on the 05° 00' 00, 1 " and 119° 39' 18,8"
coordinate, and on the 26 m above sea level. According to local people information, the cave becomes caving area for
tourism.
Batu Karope,
°
Terletak di d u s u n Lopi-Lopi, kel u ra h a n Ka labbira ng, keca matan Banti murung, dengan posisi astronomis 04 59' 38,2"
°
LS dan 1 1 9 39' 44,6" BT. Tingga lan a rkeologi yang terdapat pada leang ini a ntara lain l u kisan d i nd i ng gua yang
kond isi nya sudah terke l u pas. Pada bagian permukaan tanah dalam gua d itemukan sampah dapur berupa cangkang
Is located in Lopi-Lopi Village, Kalabbirang Sub-district, Bantimurung, with astronomic position is on 04° 59' 38.2" SL
and 119° 39' 44. 6" EL. There are lots of rock art paintings found in this area in peeling condition. There is also kitchen
Bara Tedong,
Secara a d m i n istratif terletak di keca matan Bantimurung. Leang Bara Tedong masih berada di gugusan perbukitan karst
Leang-leang. Secara astronomis Leang Bara Tedong terletak pada 042 58' 45, 7" LS dan 1 192 41' 1 1,6" BT. Ti ngga l a n
a rkeologis beru pa l u kisan d i nd i ng babi rusa, c a p tangan, dan lengan y a n g sebagian besar t e l a h terke l u pas.
Is located in Bantimurung Sub-district, on the slope of Leang-Leang karst hill. The astronomic position is on 04° 58'
45. 7" SL and 119° 4 1 ' 1 1 . 6" EL. The archaeological evidences are rock art paintings, such as deer-hog, hand stencils,
44
Bettue,
°
Terleta k di kampung Tom poba la ng, kel u ra h a n Ka labbira ng, keca mata n Bantimuru ng, pada koord inat 04 59' 2 1,0" LS
°
dan 1 19 40' 06,0" BT. Ti ngga lan a rkeologi d i situs i n i berupa l u kisan telapak tangan berwa rna merah, sampah dapur,
dan a rtefak yang dijumpai di sekita r mulut gua, serta beberapa fragmen tembikar pada perm u kaan lantai gua.
Is located in Tompobalang Village, Kalabbirang, Bantimurung Sub-district, on the 04° 59' 21.0" SL and 119° 40' 06.0" EL
astronomic position. The archaeological evidences which found are red hand stencils, kitchen waste, stone artifacts,
Bem be,
Berada pada ketinggian kaki bukit ka rst ± 350 sebel a h Tim u r, d a n berada d a l a m l ingkungan desa Pa ka l u, kelura h a n
° °
Kalabbirang, keca matan Banti m u rung. Secara astronomis berada p a d a posisi 05 00' 00,9" L S dan 1 19 3 9 ' 29,7" BT,
pada ketinggian ± 18 m d p l . Tinggalan a rkeologi pada situs i n i berupa lu kisan d i nd i ng gua, ca ngkang kera ng dan
Leong Bembe is located o n the edge of the hills. I t is approximately 350 m to the east of Balimukang, in Pakalu Village,
°
Kalabbirang, Bantimurung Sub-district, on 05 00' 00,09" SL and 119° 39' 29. 7" EL. The cave is oriented to the south, in
the 18 m above sea level. On the wall, there are hand stencil evidence. Any kind of shells as kitchen waste and small
Bod dong,
Secara a d m i n i strasi berada d i dusun Kaluku, kelurahan Kalabbi rang, keca matan Banti m u rung. Secara astronomis
° °
terletak pada posisi 04 59' 39,6" LS dan 1 19 38' 38, 1" BT. Tem u a n a rkeologi berupa l u kisan cap tangan pada la ngit
langit gua, sementa ra pada perm ukaan la nta i gua bagian depa n dijumpai sisa-sisa cangkang kera ng.
district, on 04° 59' 39. 6" SL and 119° 38' 38. 1 " EL. The archaeological evidences are
45
Botto,
Secara a d m i n istratif termasuk dalam wi layah dusun Bonto Kappa ng, desa Tuka masea, keca matan Banti murung, d a n
° °
secara astronomis terletak p a d a 04 5 7 ' 06,4" dan 1 19 3 8 ' 22,1". Lebar m u l ut gua mencapai 30 m dan mempunyai 2
buah lorong yang masi ng-masing berukuran panjang 23 m dan 5 m . Tingga lan a rkeologi pada leang i n i berupa
cangkang molfusca.
Leang Botto is located on a dependent limestone hills. Administratively, it is located in Bonto Kappang Village,
Tukamasea, Bantimurung Sub-district. The astronomic position is on 04 ° 5 7' 06.4" SL and 1 1 9° 38' 22, 1 " EL. The mouth
of cave is 30 m wide and has 2 corridors (each 23 m and 5 m). The ceiling is 2-5 m high and the sloppy ground is about
Burung I dan I I,
° °
Terletak pada posisi astronomis 05 00' 1 1,9" LS d a n 1 19 39' 17,9" BT, pada ketinggian 45 m dpl. Jarak antar
ked u a nya tidak lebih dari 30 m . Tem u a n a rkeologi pada leang ini a ntara lain l u kisan d i nd i ng gua berbentuk gambar cap
The caves are located on 05° 00' 1 1 .9" SL and 1 1 9° 39' 1 7.9" EL, on the 45 m above sea level. The archaeological
evidences are rock art paintings, such as hand stencils; stone tools, and kitchen waste.
Bulu Kamase,
Leang Ka mase terd i ri atas 2 buah gua ( Leang Ka mase 1 - 1 1 ) . Ked u a nya merupakan kesatuan gua ya ng berada di kaki
bukit Bulu Kamase d i kampung Borongpao, desa Bu ngaeja, keca matan Bantimurung. Letaknya berada d i sebel ah
° °
Utara, berjarak ± 1,8 km dari Ta m a n Prasejarah Leang Leang, pada posisi astronomis 04 57' 33,8" LS d a n 1 19 39' 26,6"
d itemukan pada leang ini a ntara lain sisa-sisa kulit kerang, ga mbar telapak
tangan berwa rna merah, a rtefak batu ( a l at serpi h, alat bilah, tata l), serta
sampah dapur.
46
Leong Bulu Kamase contains 2 caves {Leong Kamase /-//). The caves are an uniform, located on the hill foot of Bulu
Kamase in Bungaeja Village, Bantimurung Sub-district, ± 1,8 km from Leang-Leang Prehistoric Park. The astronomic
° °
position is on 04 57' 33, 8" SL and 1 1 9 39' 26, 6" EL, on the 40 m above sea level. The archaeological evidences in this
cave are mollusk shell, rock art paintings, stone artifact (flakes, blades, and total}, and kitchen waste.
Bulu Tengngae,
Kelompok Leang B u l u Tengngae merupakan kesatuan 5 buah gua ( Leang B u l u Tengngae 1-V) yang letaknya
° °
berdekata n . Leang B u l u Tengngae terletak pad a 04 57' 45,2 LS dan 1 1 9 39' 20,9" BT. Seca ra a d m i n istratif terleta k di
ka m p u ng Lam batorang, dusun Leang Leang, ke l u ra h a n B u ngaeja, keca matan Bantimu rung. Ti ngga l a n arkeologi pada
situs ini antara lain lukisan dinding gua, alat batu ( mata panah, serpih, bilah, tata l, peca han, dan core), dan sisa-sisa kulit
kerang.
Leong Bulu Tenggae is a group consists of 5 caves, (Leong Bulu Tengngae 1- V}, which are located near between each
other on one track of Bulu Tengngae hill. The astronomic position is on 04° 57' 45. 2 SL and 1 1 9° 39' 20,9" EL.
Administratively, the location is in Lambatorang Village, Leang-Leang, Bantimurung Sub-district, Bungaeja District. The
archaeological evidences are rock art paintings, microlith stone, which are identified as maros point, flakes, blades,
d item u ka n l u kisan d i n d i ng gua berbentuk ikan dan telapak tanga n . Sel a i n itu, d i lokasi
The astronomic position is on 04° 58' 33 SL and 1 1 9° 36 5 7" EL. The archaeological evidences are rock paintings, such
Sunga Eja
Su nga Eja I,
° °
Leang Bu nga Eja I terletak di desa Bu ngaeja, keca matan Bantimurung, pada posisi 04 57' 04,6" LS dan 1 19 39' 1 1,2"
BT. Kenampakan leang i n i adalah ceruk dengan lebar mencapai 72 m . Jumlah temuan pada leang Bunga Eja relatif
sedi kit, terd iri atas ca ngkang kerang terutama dari klas gastropoda.
Leang Bunga Eja I is located in Bunga Eja Bantimurung Village, on the 04° 57' 04, 6" SL and 1 1 9° 39' 1 1,2" EL, with
orientation to the west. The cave is a rock shelter which has 72 meters width mouth of cave. There is only mollusk shell
Leang Bunga Eja I and II are located 20 m far from one to another, on the 04° 5 7' 08,9" SL and 119° 39' 09, 6" EL, There
is no archaeological evidence.
Sul ubatua,
Secara a d m i n i stratif terleta k di dusun Lea ng-lea ng, kel u ra h a n Ka labbira ng, keca matan Bant i m u ru ng. Berada pada
°
posisi 04 59' 30" LS dan 1 19 ° 38' 24" BT. Beberapa tem u a n yang terdapat d i leang i n i berupa lukisan d i nd i ng gua,
48
Administratively located in Dusun Leang-leang, Sub-District Kalabbirang, Kecamatan Bantimurung, Sub-Province
Maras. Stays on course 04° 59 ' 30" LS and 119° 38 ' 24 " B T. Some findings which there is in this leang in the form of
Ca bbu,
Secara a d m i n istratif terleta k d i dusun Lopi-Lopi, kel u ra ha n Ka labbira ng, keca matan Bant i m u ru ng. Secara astronomis
° °
pada posisi 04 59' 48,8" LS d a n 1 19 39' 08,6" BT, pada ketinggian ± 22 m dpl. Tinggalan a rkeologi yang dapat
The cave is located in Lopi-Lopi Village, Bantimurung Sub-district, Kalabbirang District, on the 04° 59' 48.8" SL and 119°
39' 08. 6" EL. Furthermore, it is oriented to the north on ± 22 m above sea level. The archaeological evidence is mollusk
Canggoreng,
°
Secara adm i n istratif terleta k di dusun Leang-Leang, desa Kalabbira ng, keca matan Banti m u rung. Berada pada posisi 04
°
59' 53" LS d a n 1 19 38' 25" BT. Beberapa tem u a n berupa l u kisan d i n d i ng gua dan sisa-sisa k u l it kerang dapat d ij u mpai
di leang i n i .
Leang Canggoreng is located in Leang-Leang Village, Bantimurung Sub-district, Ka/abbirang District. Its astronomic
position is 04° 59' 53" SL and 119° 38' 25" EL. Some evidences such as rock art
Jarie,
Terletak pada posisi astrono mi s 05° 01' 57,1" LS dan 1 19 ° 41' 12,9" BT, pada
keti nggian 30 m dpl. Ti ngga la n a rkeologi pada leang ini anta ra lain l u kisan
dinding gua dan a lat batu (serpi h, bilah, tatal), d a n peca h a n yang terbuat dari
49
Astronomically situated on 05 ° 01 ' 57. 1 " SL and 1 1 9 ° 41 ' 12.9" EL, on the 30 m above sea level af height. The
archaeological evidences are rock art paintings and stone tools, which are spreading out on the yard. The stone tools
are identified as flakes, blades, chips and chert, and coarse sand-limestone fragments.
Jing,
°
Secara a d m i nistratif leang i n i terletak di kampung Lopi-Lopi, keca matan Kalabbira ng, pada posisi 04 59' 27,2" LS dan
°
1 19 38' 58,3" BT. Leang J i ng berjarak ± 1 2 m sebelah Timur leang Balang. Tingga lan a rkeologi pada leang i n i a ntara lain
Leang Jing is located in Lopi-Lopi Village, Kal/abirang Sub-district. The astronomic position is 04° 59' 27.2" SL and 1 1 9°
38' 58.3" EL. The cave is situated ± 12 m on the east of Leang Balang and ± 8 m from the foot of hill. The archaeological
Karrasa,
Terletak di p i nggir jalan poros Ma ros-Bone, di kampung Taddeang, desa Sama nggi, Kecamatan Simba ng, sekitar 1 9 km
sebelah t i m u r kota M a ros, atau sekitar 9 km sebelah Tenggara Ta man P u rbakala Leang-Leang. Secara astronomis
berada pada posisi 05 ° 02' 38,0" LS d a n 1 19 ° 42' 23,4" BT. Tinggalan a rkeologi pada leang ini antara lain sampah
Leang Karassa is located on the side of Maras-Bone road axis in Taddeang Village, Simbang Sub-district, about 1 9 km
on the east of Maras City, or 19 km on the southeast of Leang-Leang Prehistoric Park. The astronomic position is 05°
02' 38.0" SL and 1 1 9° 42' 23.4 " EL. The archaeological evidences found in this area are kitchen waste and stone tools.
Lambatorang,
Secara admi ntratif terletak di kampung Borongpao, desa Bu ngaeja, keca matan Banti m u ru ng, tepatnya di sebelah
utara Ta m a n Prasejarah Leang-Leang. Letak astronomis Leang La m batorang adalah 04Q 58' 16" LS dan 119 ° 39' 58"
BT, pada keti nggia n 60 m dpl. Ti ngga l a n a rkeologi yang da pat kita j u mpai dia ntara nya l u kisan d i n d i ng gua, alat batu
Is located in Borongpao, Bungaeja Village, Bantimurung Sub-district, on the north of Leang-Leang Prehistoric Park. The
astronomic position is 04° 58' 1 6" SL and 119° 39' 58" EL, on the 60 m above sea level of height. The Archaeological
evidences are rock art paintings, stone tools, and mollusk shells.
Lompoa,
°
Terletak d i desa Pakalu, kelurahan Kalabbira ng, keca matan Bantimurung. Secara astronomis terletak pada 05 00'
°
10,6" LS d a n 1 19 39' 16,9" BT, d a n berada pada ketinggian 22 m d p l . Temuan a rkeologi pada leang i n i berupa
Is Located in Pakalu Village, Kalabbirang District, Bantimurung Sub-district. The astronomic position is 05 °00'1 0. 6" SL
and 1 1 9°39'16.9" EL. The cave is oriented to the south, on the 22 m above sea level of height. The archaeological
evidences are mollusk shells from gastropods and pelycipods class, rock art paintings, and chert flakes.
Manda useng,
Berada d i kaki bu kit B u l u Mandauseng, kampung Bungaeja, desa Bu ngaeja, kecamatan Banti m u ru ng, berjarak sekita r
° °
4,7 km sebelah Barat Laut Ta man Prasejarah Leang Leang, pada posisi astronomis 04 57' 04,6" LS dan 1 1 9 38' 33,6"
BT. Ti ngga l a n a rkeologi yang d itemukan d i situs i n i terd i ri atas l u kisan d i nding gua,
Is located on the foot of Bulu Mandauseng hill, Bungaeja Village, Bantimurung Sub
astronomic position is 04 ° 57' 04.6" SL and 1 1 9° 38' 33. 6" EL. The archaeological
evidences are rock art paintings, kitchen waste, and stone artifacts.
51
Pabboneang J u ku,
Terleta k di kaki B u kit Bulu Kamase, ka m p u ng Pabboneang J u ku, desa Bu ngaeja, keca matan Bantim urung, sekitar 2 km
dari Ta m a n Prasejarah Lea ng-lea ng, pada posisi 04 ° 57' 40,8" LS dan 1 19 ° 42' 00,8" BT. Ti ngga lan a rkeologi berupa
sampah dapur dari ca ngkang mollusca, l u kisan d i n d i ng gua bergambar cap telapak tanga n , dan a rtefak batu.
Is situated on the southeast of Bulu Kamase hill, in Pabboneang Juku, Bungaeja Village, Bantimurung Sub-district,
approximately 2 km from Leong-Leong Prehistoric Park. Its astronomic position is 04° 57' 40.8" SL and 119° 42' 00.8"
EL. The archaeological evidences are kitchen waste, rock art painting-hand stencils-and stone artifacts.
Paccepacce,
Leang i n i terletak pada salah satu uj ung perbukitan karst yang menonjol ke arah Utara menyerupai tanj u ng, ± 650 m
sebelah Ba rat Laut leang Batabatae dan masih termas u k wilayah dusun Lopi-lopi . Secara astronomis berada pada
°
posisi 04 ° 59' 14,4" LS dan 1 19 38' 35,4" BT. Tinggalan a rkeologi pada leang ini antara lain fragmen cangkang
Is located on the one side of karst hill which sticks out to the north-looks like a cape. Precisely, it is situated ± 650 m to
the northwest of Leong Batabae in Lopi-Lopi Village. The astronomic position is 04 ° 59' 14,4" SL and 119° 38' 35,4" EL.
Pajae,
Terletak di Ka m p u ng Tom pobala ng, desa Kalabbi ra ng, keca matan Banti m u rung, 800 m di sebelah Ba rat Daya Ta man
Prasejarah Lea ng-Leang. Letak astronomis pada titik 04 ° 59' 03.0" LS d a n 1 19 ° 40' 13.2" BT, menghadap ke Ba rat La ut.
Tem u a n a rkeologi pada leang ini a ntara lain ca ngkang mollusca dan l u kisan cap tanga n .
Is located in Tompobalang, Kalabbirang Village, Bantimurung Sub-district and 800 m to the southwest of Leong Pettae
or Leong-Leong Prehistoric Park. The astronomic position is 04 ° 59' 03.0" SL and 1 1 9° 40' 13.2" EL, with northwest
direction. The archaeological evidences are mollusk shells and hand stencils.
52
Panampu,
Secara astronomis terletak pada 04°57' 18" LS dan 1 19°39'15" BT. Lea ng ini d i peru ntu kkan sebagai obyek wisata a l a m .
Di bagian d e p a n gua terdapat bendu ngan y a n g d i bangun o l e h pemerintah kabu paten Ma ros untuk menampung a i r
Astronomically, Leong Panampu is located on the 04°57'18" SL and 119°39'15" EL. The cave is known as one of the
tourism objects in Moros. The Moros Government built a dam in front of the cave to catch water from Panampu
underground stream.
Pangie,
° °
Secara astronomis berada pada posisi 05 00' 02.6" LS dan 1 19 39' 50.2" BT, menghadap ke Utara dengan keti nggian
± 30 m d p l . Tem uan a rkeologi pada lea ng i n i a ntara l a i n l u kisan cap ta ngan berwa rna merah dan ca ngkang mollusca.
Leong Pangie astronomically is located on 05° 00' 02.6" SL and 1 1 9° 39' 50.2" EL. It is oriented to the west on ± 30 m
above sea level. The archaeological evidences are red hand stencils and mollusk shells.
Pel lenge,
Berada di kaki bu kit B u l u Leang- Lea ng, kampung Panai ka ng, desa Bu ngaeja, Keca matan Bant i m u r u ng dengan letak
° °
astronomis pada 4 58' 1 5 .0" LS dan 1 19 41' 10.3" BT dan berada di ketinggian 60 m dpl. Tinggalan a rkeologi berupa
l u kisan d i n d i ng gua, a rtefak batu, cangkang mollusca, dan fragmen tulang b i natang.
Is located on the foot of Bulu Leong-Leong hill in Panaikang, Bungaeja Village, Pangkajene Sub-district. Briefly. The
cave is located on 4° 58' 15. 0" SL and 119° 41 ' 10.3" EL, on the 60 m above sea level. The archaeological evidences
found in Leong Pellenge are rock art paintings, stone artifacts, mollusk shells, and animal's bone fragments.
Pettae,
° °
Terletak di kawasan Ta man Prasejarah Lea ng-lea ng, pada posisi astronom is 04 58' 44,6" LS dan 1 19 40' 30,5" BT,
dengan ketinggian 50 m d p l . Ti ngga l a n a rkeologi yang dite m u ka n pada leang ini adalah l u kisan d i n d i ng gua bergambar
cap telapak tangan dan l u ki sa n babi rusa, a rtefak batu (microlith ) yang menyebar dalam pelataran gua, d a n sampah
53
Is located in the Leong-Leong Prehistoric Park. It is on 04° 58' 44. 6" SL and 119° 40' 30.5" EL, on the 50 m above sea
level of height. The archaeological evidences which are found such as rock art paintings-hand stencils and deer-hog
painting-, stone tools which is spreading out on the floor, and kitchen waste-mollusk shells found in the mouth area.
Petta Kere,
Berada 300 m di sebel a h t i m u r Leang Pettae, pada posisi
° °
04 58' 43,2" LS dan 1 1 9 40' 34,2" BT, d i ketinggia n 45 m
d a n mata a n a k panah.
43.2" SL and 119° 40' 34.2" EL, on the 45 m above sea level
Pu cu,
Berada di kaki bu kit B u l u Bomboro, kampung Borongpao, kelurahan Bu ngaeja, kecamatan Bantimurung. Gua i n i
°
terletak p a d a posisi astronomis 04 ° 5 7 ' 58,8" L S dan 1 1 9 40' 32,5" BT. Di dalamnya ditemukan lukisan d i nd i ng gua
yang teridentifikasi sebagai ga mbar cap telapak tanga n, sementara d i pelataran gua d item u ka n ca ngkang mollusca.
Is located on Bulu Barombo hill, Borongpao, Bungaeja Village, Bantimurung Sub-district. The cave is ± 600 m to the
north of Leong-Leong Prehistoric Park, on 04° 5 7' 58.8" SL and 1 19° 40' 32.5 " EL. There are found rock art paintings,
54
Sam pea ng,
° °
Terletak di kaki bukit Tompobala ng pada posisi astronomis 04 59' 44,8" LS dan 119 40' 01,3" BT dan ketinggian ± 40 m dpl.
Tinggalan a r keologis yang d itemukan d i situs ini a nta ra lain l u kisan d i n d i ng gua, a lat batu microlith, dan sisa-sisa kulit
kera ng.
Is located on Tompobalang hill, astronomically on 04° 59' 44. 8" SL and 119° 40' 01.3" EL, and on the 40 m above sea
level of height. The archaeological evidences are rock art paintings, microlith stone tools, and mollusk shells.
Samongkeng,
Samongkeng I,
° °
Berada pada posisi 04 58' 49,2" LS dan 1 19 39'.52,5" BT. Temuan di dalam gua a ntara lain cangkang mollusca dan
l u kisan d i n d i ng gua berupa cap tangan yang sebagian besar hampir tida k dapat teridentifikasi .
Is located on 04° 58' 49. 2" SL and 119° 39' 52.5" EL. The archaeological evidences are mollusk shells and rock art
Samongkeng I I ,
° °
Berada pada posisi 04 58' .50,4" LS dan 1 19 39' . 5 1,4" BT, memiliki view l i ngkungan sekitar gua yang i n d a h . D i
d a l a m nya ditemukan sisa-sisa cangkang mollusca d a n l u kisan d i nd i ng gua beru pa c a p tangan y a n g sebagian besar
Is located on 04° 58' 50.4" SL and 119° 39' 51.4" EL. It has beautiful landscape. The archaeological evidences are
mollusk shells and rock art paintings such as hand stencils, which are almost unidentified.
Samongkeng I l l,
° °
Berada pada posisi 04 58' 48, 1" LS dan 1 19 39' 44,7" BT. Jenis tem u a n pada Leang Sa mongkeng I l l sama dengan
55
Is located on 04° 58' 48, 1 " SL and 119° 39' 44, 7" EL. The archaeological evidences in this cave are the same with
T.
Tampua ng,
° °
Berada pada posisi astronomis 05 02' 07,7" LS dan 1 19 44' 33,1" BT, dan ketinggian 50 m d p l . Di dalam gua banyak
ditemukan l u kisan d i n d i ng gua berupa ga mbar telapak tangan, sampah dapur, d a n a rtefa k batu .
The astronomic position is 05° 02' 07. 7" SL and 119° 44' 33. 1 " EL, on 50 m above sea level of height. The archaeological
evidences in this cave are rock paintings; consists of 24 hand stencils, kitchen waste, and some stone artifacts.
Tan re,
°
Secara astronomis terletak pada posisi 04 ° 59' 34.0" LS d a n 1 19 39' 00.8" BT, menghadap ke utara pada ketinggian ±
32 m dpl. Beberapa ti ngga l a n a rkeologis yang masih d a pat dij u mpai a nta ra lain cangkang kerang dan fragmen
gera bah.
The astronomic position is 04° 59' 34.0" SL and 1 1 9° 39' 00.8" EL. The cave is oriented to the north, on ± 32 m above
sea level. The archaeological evidences are mollusk shells and porcelain fragments.
Tengngae,
°
Berada pada posisi 04° 57' 45,2" LS dan 1 19 39' 20,9" BT. Tem u a n di dalam gua i n i berupa cangkang mollusca dan
The astronomic position of Leong Tengngae is 04° 5 7' 45.2" S L and 119° 39' 20.9" EL. The archaeological evidences
found in this cove are mollusk shells and rock art paintings; hand stencils.
Ti mpuseng,
° °
Secara astronomis berada pada posisi 04 59' 53,5" LS dan 1 19 39' 39,8" BT, menghadap ke selatan pada keti nggian ±
25 m d p l . Beberapa t i ngga lan a rkeologi yang masih dapai dite m u i pada leang i n i anta ra lain sebaran cangkang kerang
56
The astronomic position is 04° 59' 53.5" SL and 1 1 9° 39' 39.8" EL and it is
oriented ta the south with ± 25 m above sea level of height. Some of the
archaeological evidences that found are mollusk shells on the ground and stone
artifacts.
Tinggi Ada,
Berada d i perbukitan Bulu Lea ng-Lea ng, ka m p u ng Leang-Leang, ke l u ra h a n
°
Kalabbira ng, keca matan Banti m u ru ng, p a d a posisi astronomis 04 5 8 ' 41,7" LS
°
d a n 1 19 40' 45,5" BT. Ti ngga lan arkeologi pada leang i n i h a nya berupa a lat
batu.
Bantimurung Sub-district. The astronomic position is 04° 58' 41. 7" SL and 1 1 9°
U l u Leang,
.
Terletak d i ka m p u ng Tompoba la ng, kel u ra h a n Kala bbi ra ng, keca matan Bantimurung, pada posisi 04 59' 29" LS dan
°
1 19 40' 03" BT, d a n ketinggia n 60 m d p l . Ti ngga l a n a rkeologi pada leang i n i a ntara l a i n a lat batu (serpih, bilah, d a n
Is located in Tompobalang, Kalabbirang Village, Bantimurung Sub-district. The astronomic position is 04° 59' 29" SL
and 1 1 9° 40' 03" EL. The height of location is 60 m above sea level. The archaeological evidences are stone tools,
identified as flakes, blades, and chips, coarse sand-limestone and chert fragments; and mollusk shells from gastropods
and class.
57
U luwae,
Terletak di kampung Tom pobala ng, desa Kalabbira ng, kecamatan Bantimuru ng, secara astronomis terletak pada
° •
posisi 04 59' 04,0" LS d a n 1 19 40' 23, 1" BT, pada ketinggian 65 m dpl. Tinggalan a rkeologi yang ada pada leang i n i
Is located in Tompobalang, Kalabbirang Village, Bantimurung Sub-district. The astronomic position is 04° 59' 04. 0" SL
and 1 1 9° 40' 23. 1 " EL, on the 65 m above sea level of height. The archaeological evidences are rock paintings, microlith
Wanuwae,
d a n sampah dapur.
58
G ua-Gua Prasejara h di Pa ngkep
Batangla mara,
Terletak d i kaki perbukitan Bulu Ballang, ka m p u ng Bata nglamara, desa Bonto Kio, keca matan Pa ngkajene. Tercatat
° °
pada posisi astronomis 04 50' 48,5" LS dan 1 19 35' 42,2" BT dan keti nggian 30 m d p l . Temuan a rkeologi berupa
Situated on Bulu Ba/long hill, in Batanglamara, Bonto Kio Village, Pangkajene Sub-district. The astronomic position is
04° 50' 48.5" SL and 1 1 9° 35' 42.2" EL, geographically located on 30 m above sea level. It has some archaeological
Bawie,
Disebut j uga Leang Ba iya, terletak di ka mpung Belae, kel u ra h a n Biraeng, keca matan Pa ngkajene. Tercatat pada posisi
° °
astronomis 04 50' 50,5" LS dan 1 19 36' 10,2" BT, dengan keti nggia n 90 m dpl. Di pelataran gua d item u ka n sa m p a h
Also known a s Leong Baiya, is located in Be//ae, Pangkajene, Its astronomic position is 04° so' 50.5" S L and 1 1 9° 36'
1 0.2" EL. The cave is oriented to the northwest on 90 m above sea level of height. There are found mollusk shells,_bait
of crabs, and stone artifacts such as flakes, blades, chips which are made by batutatahan technique from coarse sand
S i ring Ere,
° °
Terletak di bu kit Biring Ere, dusun Bala ng, desa Mangilu, keca matan Bu ngoro, pada posisi 04 46' 48" LS d a n 1 19 36'
48" BT. Beberapa tem u a n yang terdapat di leang i n i berupa l u kisan d i nd i ng gua, serpih bilah, d a n sisa-sisa kulit kerang.
Is located on Biring Ere hill, Balang, Mangilu Village, Bungoro Sub-district. Its astronomic position is 04° 46' 48" SL and
1 1 9° 36' 48" EL. Some evidences are rock art paintings, flakes, blades, and mollusk shells.
Bubbuka,
Dikenal dengan nama Leang Limbubbuka, berada d i kaki perbukitan B u l u Matojeng, ka m p u ng Lessang, kel u ra h a n
° °
M i n asate' ne, keca matan M i nasate'ne, p a d a posisi 04 4 9 ' 5 1 , 5 " L S d a n 1 19 34' 57,4" BT, p a d a keti nggian 20 m d p l .
Ti ngga lan a rkeologi berupa a rtefa k batu (alat serpih (flakes), a l a t bilah (blade), pecahan (chunk), batu i n t i (core), d a n
tatal (chips), terbuat d a r i batuan ga m p i ng kersi kan dan rijang (chert) ), d a n sisa-sisa k u l it kerang.
Also called Leang Limbubbuka, is located on Bulu Matojeng hill in Lessang Village, Minasate'na Sub-district. Its
'
astronomic position is 04° 49 51.5" SL and 119° 34' 57.4" EL. The cave is oriented to the west, on 20 m above sea level.
The archaeological evidences are stone artifacts and mollusk shells. The artifacts are identified as batu tatahan tools
with various sizes such as flakes, blades, chunks, cores, and chips which are made from coarse sand-limestone and
Buloribba,
Terletak d i kaki perbukitan Bulu Ballang, kampung Belae, kel u rahan B i raeng,
° °
keca matan Pangkajene, pada posisi astronomis 04 50' 26,1" LS dan 1 1 9
35' 39,5" BT. Ti ngga lan a rkeologi pada leang i n i a ntara l a i n gambar seekor
astronomic position is 04° so' 26. 1 " SL and 1 1 9° 35' 39.5" EL. The archaeological evidences are a redfish painting-99
cm length and 15 cm width-, kitchen waste, stone tools such as flakes, blades, and chips-made by tatahan
technique.
Buto,
Disebut oleh sebagia n orang sebagai leang La mbuto, berada d i kaki perbukitan B u l u M atojeng, kampung Lessang,
° °
kel u ra h a n M i nasate' ne, keca matan M in asate' ne, pada koordinat 04 49' 52,3" LS dan 1 19 35' 05,0" BT. Tem u a n
a rkeologi y a n g terdapat dari gua i n i berupa sampah d a p u r, l u kisan d i nd i ng g u a , dan a rtefak batu .
60
Also known as Leong Lambuto, is located on Bulu Matojeng hill, Lessang Village, Minasate'ne Sub-district. Its
astronomic position is 04° 49' 52.3 " SL and 119° 35' 05, 0" EL. The archaeological evidences are kitchen waste, rock art
Buju ng,
°
Berada di kaki perbukitan B u l u Ballang, ka mpung Belae, kelurahan Bi raeng, keca matan Pangkajene, pada posisi 04 50'
°
30,6" LS d a n 1 19 35' 36" BT. Temuan a rkeologi ditemukan tera k u m u lasi di bagian pelataran gua, a ntara l a i n cangkang
Is located on Bulu Ba/long hill in Bellae, Pangkajene Sub-district. The astronomic position is 04° so' 30. 6" SL and 1 1 9° 35'
36" EL. The archaeological evidences are accumulated in the yard, such as mollusk shells and stone artifacts-flakes
and blades.
Bulu Sumi,
Secara ad m i n istratif terleta k d i desa Ba locci Baru, keca matan Ba locci dan secara
° °
astronomis terletak pada posisi 04 42' 09" LS dan 1 19 36' 10" BT. Tinggalan a rkeologi
pada leang ini berupa l u kisan d i n d i ng, sampah dapur, dan a lat serpi h .
Is located in Ba/loci Boru Village, Balocci Sub-district. The astronomic position is 04°
42' 09" SL and 1 1 9° 36' 1 0" EL. The archaeological evidences are rock art paintings,
Caddia,
Berada d i kaki perbukitan Bulu Matojeng, kampung Lessang, kelurahan M i nasate'ne kecamatan M i n asate'ne, pada
° °
posisi astronomis 04 49' 5 3, 1" LS d a n 1 19 35' 01,2" BT. Ti ngga lan a rkeologi berupa lukisan d i nd i ng gua, a rtefa k batu
and 1 1 9° 35' 01.2" EL. The archaeological evidences are rock paintings, stone artifacts (microlith) and kitchen waste.
61
Ca mingkana,
Berada di kaki perbukitan B u l u Ballang, ka m p u ng Belae, kel u ra h a n Bi raeng, keca matan Pangkajene, pada posisi 04° 50'
30,7" LS dan 1 1 9° 35' 39,5" BT. Tingga lan a rkeologi pada leang ini berupa lukisan d i n d i ng gua berupa gambar telapa k
tangan berwarna merah d a n berwa rna hita m . Temu a n l a i n adalah artefak batu (a lat serpi h, a lat bilah, dan tata l), serta
sampah dapur (cangkang mollusca yang berba u r dengan fragmen tulang b inatang).
'
Is located on Bulu Ballang hill, in Belae, Biraeng, Pangkajene Sub-district. The astronomic position is 04° so 30. 7" SL
and 119° 3S' 39.S" EL The archaeological evidences found in the cave are rock art paintings which are hand stencils;
are red color and are black color. Other evidences are flakes, blades, and chips that spread out on the aslant area.
Besides that, the kitchen waste which consists of mollusk shells and animal bones stack on the right side of the mouth
Carawali,
Berada d i kaki bu kit Bulu B a l l a ng, ka m p u ng Belae, kel u ra h a n B i raeng, kecamatan Pa ngkajene, pada posisi astronomis
° °
04 50' 30,6" LS d a n 1 19 35' 36" BT. Tinggalan a rkeologi terd iri atas sa mpah dapur dari cangkang mollusca, serta
l ukisan d i n d i ng gua.
'
Is located on Bulu Ba/long hill in Belae, Pangkajene Sub-district. Its archaeological position is 04° so 30.6" SL and 119°
3S' 36" EL. The archaeological evidences are 3 red hand stencils made by spray technique.
C u m i l a ntang,
'
Secara a d m i n istratif terleta k di kelurahan Kalabira ng, keca matan Pa ngkajene, pada koord inat 04° 49 3 1" LS d a n 1 19°
06' 47" BT d a n berada d i gugusan perbukitan Kaj uara. Tinggalan a rkeologi yang d itemukan berupa a lat batu (core,
blade, flake, dan tata l), l u kisan tela pak tangan, gerabah, d a n sa mpah dapur.
Is located on Kajuara hill, in Kal/abirang, Pangkajene Sub-district, . The astronomic position is 04° 49' 31" SL and 1 19°
06' 47" EL. The archaeological evidences in this cave are stone tools-core, blade, flake, and chips-, hand stencils,
G u a i n i berada pada kawasan bu kit Kaj uara. Tingga l a n a rkeologi yang ditemukan berupa a lat batu (core, blade, flake,
dan tata l), l u kisan telapak tangan, gerabah, ekofak, d a n sa mpah dapur.
Is located in Kallabirang, Pangkajene Sub-district. The cave is situated an Kajuara hill. Astronomically, the position is on
04 ° 49' 31 ' SL and 1 1 9° 06' 4 7" EL. The archaeological evidences are stone tools -core, blade, flake, and chips-, hand
J.
Jempang,
°
Terletak d i ka m p u ng Belae, kel u ra h a n Biraeng, keca matan Minasate'ne, pada posisi astronomis 04 50' 07,2" LS d a n
°
1 19 3 5 ' 34,3" B T . Ti ngga lan a rkeologi p a d a l e a n g i n i a ntara lain a rtefak batu ( a lat serpih, a lat bilah, d a n batu i nti ) dan
sampah dapur ( ca ngkang mollusca d a n rem u kan tulang binatang) yang kese mua nya terdapat di pelataran gua.
The site is including in Belae area, Biraeng, Minasate'ne Sub-district. The astronomic position is 04° so' 07.2" SL and
1 1 9° 35' 34.3 " EL. The artifacts are flakes, blades, and a core, which are buried with kitchen waste such as mollusk
Kajuara,
Berada d i bagian cekungan kaki perbukitan B u l u Matojeng, d i wilayah ka m p u ng Belae, kelurahan B i raeng, keca matan
° °
M i n asate'ne, pada posisi astronomi 04 50' 08,6" LS d a n 1 19 35' 30,5" BT. Potensi a rkeologi yang ditemukan pada
Leang Kaj u a ra yaitu l u kisan d i n d i ng gua, a rtefak batu ( a lat serpih, alat bilah dan tata l), berbaur dengan sampah dapur.
63
Is located in the basin of Bulu Matojeng hill, in Belae, Biraeng, Minasate'ne Sub-district. Its astronomic position is 04 °
50' 08. 6' SL and 1 19° 35' 30.5" EL. The archaeological evidences are rock art painting, stone artifacts such as flakes,
blades, and chips with size average 4.2 cm, spread out on the aslant yard and mix with kitchen waste.
Kassi,
Walaupun Leang Kassi masih berada di kaki perbukitan Bulu Matojeng,
35' 23,5" BT. Tem u a n a rkeologi yang d itemukan pada leang i n i terd iri atas
l u kisan d i n d i ng gua, a rtefa k batu (alat serpih, alat bilah dan tata l), dan sampah
Biraeng, Minasate'ne Sub-district, the astronomic position is 04° 50' 07. 6" SL and
1 1 9° 35 ' 23.5 " EL. The archaeological evidences are rock art painting,
kitchen waste, and stone artifacts which are found in the aslant yard. Those artifacts, such as flakes, blades, and chips,
are 5 cm in average size. In addition, the kitchen waste is mollusk shells and animal bones.
Lasitae,
Labbaka ng. Pada lokasi situs ini d itemukan sisa-sisa kulit kerang d a n l u kisan d i n d i ng gua.
Is located in Kayumate Village, Pundata Baji, Labbakang Sub-district. The evidences found
64
Lessang,
Berada d i tebing perbukitan B u l u Matojeng, kampung Lessang, kel u rahan M i nasate'ne, keca matan M i nasate'ne, pada
° °
posisi astronomis 04 49' 49,9" LS dan 1 19 34' 5 7,2" BT. Tem u a n arkeologi pada gua ini berupa sa mpah dapur dan
a rtefak batu .
Is located on the slope of Bulu Matojeng hill, Lessang Village, Minasate'ne Sub-district. The astronomic position is 04°
49' 49. 9" SL and 119° 34' 57.2" EL. The archaeological evidences are kitchen waste and stone artifacts.
Lompoa,
ke arah selata n . Leang Lompoa memiliki tiga buah pintu masuk. Sisa-sisa a ktivitas
manusia prasejarah yang tera k u m u lasi d i situs ini berupa sisa sampah dapur
(cangkang mollusca dan arthropoda, serta rahang tulang bi natang besar ( hewa n
Astronomically, the position is 04 °50'01. 7' SL and 1 1 9 °35'16. 6" EL, It is oriented to
the south, on the height of 20 m above sea level. In addition, the cave has 3 entrances. The prehistoric remains are
Macinna,
Terletak d i kelurahan Ka l abbi ra ng, keca matan Pa ngkajene, pada posisi 04°48' 12" LS d a n 1 19°36'48" BT. Beberapa
tem u a n yang terdapat pada leang ini berupa l u kisan d i n d i ng gua, alat batu (serpih, bila h), dan rem u ka n k u l it kera ng.
Is located in Kalabbirang, Pangkajene. The astronomic position is 04 ° 48' 12" SL and 1 1 9 ° 36' 48" EL. The evidences are
65
Pattennung,
Terleta k pada gugusan perbukitan Bulu Matojeng, wilayah ka m p u ng Belae, kelurahan Biraeng, keca matan
° °
M i nasate'ne, dengan posisi astronomis 04 50' 07,6" LS d a n 1 19 35' 33,7" BT. Tem u a n a rkeologi pada leang ini antara
l a i n l u kisan d i n d i n g gua berga mbar telapak tangan dan m a n usia, serta sampah dapur.
Is located on Bulu matojeng hill, in Belae, Biraeng, Minasate'ne Sub-district, Its astronomic position is 04 ° 50' 07.611 SL
and 1 1 9 ° 35' 33. 7" EL. The archaeological evidences in this site are rock art painting and kitchen waste. The rock art
painting such as hand stencils in form of the palm of hand and man. Other evidence is kitchen waste.
Pabuja ng-bujangang,
Berada pada posisi astronomis 04° 47' 50" LS dan 1 19° 3 1' 37" BT. D i leang ini d itemukan l u kisan ikan pada d i n d i ng
Astronomically located on 04 ° 4 7' 50" SL and 1 1 9 ° 31' 3 7" EL. The archaeological evidences are fish painting on the
Berada pada posisi koord inat 04° 47' 54" LS dan 1 19° 3 1' 18" BT. Beberapa tem u a n a rkeologi pada situs i n i berupa
l u kisan d i n d i ng gua yang terd i ri dari d u a warna, ya itu l u kisan berwarna merah menyerupai bi natang kaki seri bu d a n
lukisan berwa rna h i t a m berbentuk ga ris-garis segitiga melatari l u kisan y a n g berwa rna m e r a h dengan j e n i s l u kisan
berupa manusia yang saling bergandengan. Tem u a n l a i n nya berupa tatal dan sampah dapur.
The astronomic position of Leang Pamelakang Tedong is 04 ° 4 7' 54" SL and 1 1 9 ° 31' 1811 EL. Some of archaeological
evidences are rock art painting in two colors; red painting looks like a centipede and black painting in form of the
lebih 90 m dpl. Tingga lan a rkeologi pada leang i n i berupa temuan sampah
Sub-district. The astronomic position is 04° 50' 02.9" SL and 119° 36' 1 0.8" EL.
evidences in this cave are kitchen waste, stone artifacts, and rock art
painting.
Sakapao II,
° °
Berada pada posisi astronomis 04 50' 02,9" LS d a n 1 19 36' 10,8" BT, d i ketinggian 25 m dpl. Ti ngga l a n arkeologi
berupa sampah d a p u r dijumpai d i depan m u l u t g u a . Sel a i n itu di d a l a m gua d itemukan j uga sej u m l a h a rtefak, yaitu
The astronomic position is 04 ° 5 0 ' 02.9" S L and 1 1 9° 3 6 ' 10.8" EL, o n the height of 2 5 m
above sea level. The evidences in this cave are kitchen waste, found in front of the cave.
Besides that, there are also artifacts such as cores, chips, blades, and flakes
Sa Iuka,
Secara geografis terleta k d i bu kit Kaj uara, kel u ra h a n Ka labbira ng, kecamatan Pangkejene,
° °
pada posisi astronomis 04 48' 58" LS dan 1 19 36' 57'' BT. Tingga lan a rkeologi yang
ditemukan berupa alat batu, sisa-sisa k u l it kerang, dan l u kisan d ind i ng.
67
Geographically, Leong Saluka is located on Kajuara hill in Kalabbirang,
Pangkajene Sub-district. The astronomic position is 04° 48' 58" SL and 119° 36' 57"
EL. The archaeological evidences are stone tools, mollusk shell, and rock art
painting.
Sapiria,
Berada d i kaki perbukitan Bulu B a l lang, termasuk dalam wilayah ka m p u ng
°
Bata nglamara, desa Bonto Kio, keca matan Pangkajene., pada posisi 04 50' 48,5"
°
LS d a n 1 19 35' 42,2" BT d a n berada pada ketinggian ± 25 m dpl. Temu a n pada
situs ini adalah a rtefak batu, lukisan d i nd i ng gua, sa mpah dapur dari cangkang
Is located on Bulu Ba/long hill, in Batanglamara Village, Banta Kio, Pangkajene Sub-district. Its astronomic position is
04° 50' 48.5" SL and 1 1 9° 35' 42.2" EL, on ± 25 m above sea level. The archaeological evidences are stone artifacts,
rock art painting, kitchen waste from mollusk shells and animal bone fragments.
Sassang,
Berada d i kaki perbukitan Bulu Ballang, secara adminitratif terletak d i kampung Bata nglamara, kelura h a n Minasate'ne,
° °
keca matan Pangkajene. Posisi astronom isnya adalah pada 04 50' 42,2" LS dan 1 19 35' 34,6" BT. Temuan a rkeologis
yang terda pat d i situs ini berupa l u kisan d i n d i ng gua dan sampah dapur. Lukisan d i nd i ng gua diidenfikasi sebagai
ga mbar telapak tangan berwa rna merah berj u m l a h 12 b u a h . Sampah dapur berupa fragmen ca ngkang mollusca yang
42. 2" SL and 1 1 9° 35' 34. 6" EL. The archaeological evidences found in this cave
are rock art painting and kitchen waste. Rock art painting is identified as 12 hand
stencils, while kitchen waste is mollusk shells fragments from gastropods class.
68
Sumpang Bita,
°
Terletak di Desa Ba locci Baru, kecamatan Ba locci, pada koord i nat 04 54'
°
58" LS dan 1 1 9 34' 5 7" BT. Tingga lan a rkeologi pada leang i n i a nta ra l a i n
tu la ng man usia, gigi, kerang, flake, l u kisan jari tangan d a n kaki, serta
position is 04° 54' 58" SL and 119° 34' 5 7" EL. The archaeological evidences are human bones, teeth, shells, flake, hand
T.
Tana rajae,
Berada d i bentangan kaki perbu kitan B u l u Matojeng, tepat pada kelokan jalan menuju arah uta ra bu kit d i kampung
° °
Ta na rajae-Belae, ke l u ra h a n Biraeng, keca matan M i nasate'ne, pada posisi astronomis 04 50' 14,2" LS d a n 1 19 35'
48,7" BT. Potensi a rkeologi yang d itemukan d i leang ini adalah sampah dapur d a n a rtefak batu beru pa alat serpih, alat
Is situated o n the foot of Bulu Matojeng hill, in Tanarajae-Belae Village, Biraeng, Minasate'ne Sub-district, the
astronomic position is 04° 50' 14.2" SL and 1 1 9° 35' 48. 7" EL. The archaeological evidences are kitchen waste and
stone artifacts such as flakes, blades, and chips which are made from chert and coarse sand-limestone.
Tuka,
Tu ka I,
Berada di kaki perbukitan B u l u Matojeng di ka m p u ng Bontomanai, kel u ra h a n M i nasate' ne, keca matan M i n asate'ne,
° °
pada posisi astronomis 04 49' 311 111 LS dan 1 19 34' 2718" BT. Tem u a n a rkeologi pada leang i n i berupa a rtefak batu
dan sampah d a p u r.
69
Is situated on the foot of Bulu Matojeng hill in Bontomanai Village, Minasate'ne Sub-district. The astronomic position is
04° 49' 31 . 1 " SL and 1 1 9° 34' 27.8" EL. The archaeological evidences are stone artifacts and kitchen waste.
Tuka II,
° °
Berjarak 40 m d i sebelah ba rat leang Tuka I, pada posisi astronomis 04 49' 32,1" LS d a n 1 1 9 34' 29,4" BT. Tinggalan
a rkeologi pada leang i n i a ntara lain 5 buah l u kisan d i n d i ng gua, 1 buah artefak batu, d a n cangkang mollusca.
Is situated 40 m to the west of Leong Tuka I. The astronomic position is 04° 49' 32. l " SL and 119° 34 ' 29.4" ES. The
archaeological evidences are 5 rock art paintings, 1 stone artifact, and mollusk shells.
Tuka I l l,
° °
Berada sej a u h 32 m di sebelah selatan leang Tuka I I , pada posisi astronomis 04 49' 3 1,7" LS dan 1 19 34' 28,1" BT.
Is situated 32 m to the south of Leong Tuka II. The astronomic position is 04° 49' 31. 7" SL and 119° 34' 28. 1 " EL. The
Tuka IV,
Terletak di sisi barat perbukitan B u l u Matojeng, tepatnya di bagian pu nggung bukit yang topografinya relatif landai,
°
pada posisi astronomis 04 ° 49' 30,1" LS d a n 1 19 34' 27,8" BT, d a n ketinggian 25 m dpl. Tingga lan a rkeologi pada leang
Is situated on the west side of Bulu Matojeng hill, precisely on the relatively flat slope hill. The astronomic position is
04° 49' 30. l " SL and 1 1 9° 34' 2 7. 8" EL. The location height is about 25 m above sea level. The archaeological evidences
Tuka V,
Situs i n i berada pada ujung Ba rat gugusa n perbu kitan B u l u Matojeng, menghadap ke arah Ba rat Daya, terletak 24 m d i
sebelah barat Leang Tuka I V , dengan keti nggia n ± 3 5 m d p l . Posisi astronomis gua adalah 04° 49' 30,5" L S d a n 1 19° 34'
25,9" BT. Pada gua i n i tidak ditemuka n a rtefak batu m a u p u n l u kisan d i n d i ng, hanya d itemukan ca ngkang kerang dari
Is situated on the west area of Bulu Matojeng hill, which is oriented to the south west. The site is 24 m to the west of
Leong Tuka IV, approximately on 35 m above sea level. The astronomic position is 04° 49' 30,5" SL and 119° 34 ' 25. 9"
EL. There is no stone artifact or rock art painting, but mollusk shells from gastropods and pelycipods class are found in
the site.
Ti nggia,
Merupakan sebuah ceruk yang berada di kaki perbukitan B u l u Matojeng, terletak 4 1 2 m di sebelah Timur leang Buto,
° °
pada posisi astronomis 04 49' 58,8" LS dan 1 19 35' 14,8" BT. Secara a d m i n istratif terleta k d i kampung Lessang,
kel u ra h a n M i n asate' ne, keca matan M i nasate' ne. Ti ngga l a n a rkeologi terd i ri atas sa mpah dapur berupa kulit kerang
yang diidentifikasi dari klas gastropoda dan pelecypoda, serta artefak batu berupa alat serp i h . Selain itu pada bagian
Is a rock shelter, which is situated o n the foot of Bulu Matojeng hill, 4 1 2 m t o the east of Leong Buto. The astronomic
position is 04° 49' 58.8" SL and 1 1 9° 35' 14.8" EL. Administratively the cave is located in Lessang Village, Minasate'ne
Sub-district. The archaeological evidences are kitchen waste -identified as mollusk shells from gastropods and
pelycipods-, and flakes. Besides that, there are also found 4 red hand stencils on the wall.
Uju ng,
Terleta k di kaki perbukitan Bulu Ballang di kampung Belae, ke l urahan B i raeng, kecamatan Pa ngkajene. Berjara k ± 50
°
meter sebelah Ba rat leang Carawa l i pada posisi astronomis 04 50' 30,2" LS dan 1 1 9° 35' 35,5" BT. Ti ngga l a n
a rkeologis berupa l u kisa n d i nd i ng gua d a n sedikit sampah dapur dari fragmen ca ngkang mollusca.
Is located on the foot of Bulu Ba/Jang hill in Be/Jae, Biraeng, Pangkajene Sub-district, approximately 50 m to the west of
° °
Leong Carawali. The astronomic position is 04 50' 30. 2" SL and 119 35' 35. 5" EL. The archaeological evidences are
rock painting and a few of kitchen waste from mollusk shells fragments.
71
3
Alam dan Budaya
Budaya d a n Seni Tradisional Maros
Culture a n d Nature
Traditional Art & Culture of Maros
B.
Bias Muha rram, Merupakan tarian kolosal yang d i i ri ngi a lat-alat m u s i k tradisional dan modern untuk menya m but
Ta h u n Baru Islam dan biasanya d i i ringi oleh kesenian l s l a m i lain seperti qasidah, puisi, dan lagu lslami.
It is a colossal performance to celebrate Islamic New Year. Both traditional and modern music instruments are played
together, usually escorted by other Islamic arts, such as qasidah, poetry, and Islamic song.
D.
Dengka ase lolo, Tarian yang dimainkan seca ra kolosa l yang d i iri ngi m a ppadendang sebagai u ngkapan rasa syu k u r
kepada Tuhan Y a n g Maha Kuasa a t a s berhasil nya p a n e n , berlangsung 3 hari bertu rut-tu rut. T a r i a n i n i da pat d i j u m p a i
The dance comes from Batu Bassi, Bantimurung. The dancers wear baju bodo and dance colossally escorted by mortar
and rice pestle music instrument (mappadendang). Denga ase Iola is an expression of gratitude for success harvesting.
G.
Gambus Pesisir, Ta ri gambus pesisir d i m a i nkan oleh 4 sa mpai 7 penari l aki-laki dengan mengenaka n pakaian adat
d a n dimainkan pada saat terang b u l a n . Alat musik yang digunakan adalah gam bus, rebana, dan keca p i . Ta rian i n i
73
h
Lomba pera h u h ias, Tarian i n i d i m a i n k a n secara kolosal d i i ri ngi alat musik genda ng, gong, pui-pui, dan pacci ng-
paccing. Ta rian i n i merupakan rangka i a n lomba perahu d a n kapal motor hias. Atraksi i n i biasa nya diadakan dalam
The dance is played colossally with gendang, gong, pui-pui, and paccing-paccing. The dance performance is a part of
M.
Ma' royong, T a r i Ma'royong dita m pi l ka n dengan nyanyian y a n g berisi nasehat a t a u petua h , dimain kan o l e h 5 orang
dengan alat musik a n a k baccing. Penari nya mengenakan baju bodo. Ta rian ini d ij u mpai di daerah Masale, Keca matan
Ta n ra l i l i .
The dance is performed b y 5 dancers wear baju bodo, accompanied b y anak baccing music instrument and admonition
M a u l i d Rasu l u l l a h SAW, Ta rian untuk memperi ngati hari l a h i rnya Nabi M u hammad SAW yang d i m a inkan oleh 3 orang
l a ki-laki dan 6 orang perem puan dengan i ri ngan reb a n a . Diawali dengan membaca barzanji, kemudian membagi
The dance is performed b y 3 boys a n d 6 girls, accompanied b y rebana. This is a tradition t o celebrate birth of Prophet
Muhammad SAW. The show begins with barzanji then dancers distribute bucket which is filled by foods and eggs.
L.
Tari Appalili, Merupakan tarian yang dimain kan oleh 3 orang pria d a n 6 orang perempuan untuk menyambut
datangnya musim ta nam padi, d i d a h u l u i dengan m usyawarah a dat, kemudian d i l akukan pembers i h a n dan perba ikan
The dance is performed by 3 men and 6 women to welcome planting season. The instruments are gendang and pui-pui.
The ceremony process consists of partnership meeting among villagers and government, cleaning the farming land,
74
Tari Kalu bampa, Tarian yang d i m a i nkan 3 orang laki-laki dan 6 orang perem puan berhiaskan sayap ku pu-kupu yang
bertujuan untuk menggugah hati man usia agar menyayangi dan melesta rikan kupu-kupu yang m u l a i tera ncam
The dance is performed by 3 men and 6 women wear wings as accessory. The instruments are gendang, pui-pui, and
kecapi. The story tells about flying butterfly which will be caught by a men but finally escape because of their
cleverness.
Tari Katto Bok ko, Tarian yang d i lakukan untuk menyam but panen perdana yang dimai nkan secara kolosal di iri ngi
genda ng, gong, pui-pui, alu, lesung kayu, dan bacing-bacing. Si penari membawa padi yang d i i kat lalu diarak bera mai
ra m a i .
The dance is played colossally t o welcome first harvest. The instruments are gendang, pui-pui, mortar, rice pestle, and
bacing-bacing. Dancers together with villagers bring a bucket of rice and do parade along ceremony.
Tari Kesong-kesong, Tarian i n i dita m pi l ka n untuk memeriahkan acara-acara tertentu bertema kepa hlawanan yang
dimainkan oleh 2 orang. Pesan yang terka n d u ng dalam tarian adalah tentang sikap kepa hlawa n a n d a n kejantanan
The dance is performed b y 2 men. The instrument is kesong-kesong. The dance is purposed t o celebrate certain
ceremonies. Dancers sing some heroic songs, symbolizes the bravery and heroic act in fighting the enemies.
Tari Ma' raga, Tarian berupa permainan bola raga dengan gera kan d a n atraksi yang beragam, d i m a i nkan oleh laki-laki
6 orang berpa kaian adat passa p u . Alat musik yang digunakan u ntuk mengiringi tarian adalah genda ng, Gong, Pui-pui,
d a n sebaga i nya.
In ma'raga dance, 6 people with passapu costume dance accompanied by gendang, gong, and pui-pui to celebrate
harvest, welcome guess, etc. The synopsis of Ma 'raga dance describes skill of playing bola raga, with various motions
and attractions.
75
Tari Ma'Ka m piri, Tarian yang d i m a i n kan oleh 3 orang laki-laki d a n 7 orang wan ita d i i ringi alat musik genda ng, keca pi,
pui-pui, d a n gong sebagai ucapan syu k u r atas panen kem i ri . D i m u l a i dengan tampilnya seorang gadis belia yang
Ma'kampiri dance is performed by 3 men and 7 women. The instruments are bamboo basket, gendang, kecapi, pui-pui,
and gong. The ceremony is held to express gratitude for harvest. Women dancers open the performance with picking
Tari M a l langiri, Tarian kolosal yang d i m a ksudkan sebagai penanda masa panen yang diawali dengan ritual pencucian
benda-benda pusaka berupa batu mulia. Konon, pencucian benda pusaka d i percaya untuk memicu hasil panen su paya
melimpah.
The dance is colossally performed wearing traditional costumes and accompanied by traditional music instruments. It
has a meaning of cleaning process of heirloom such as precious stone in order to have great harvest.
Tari M a m u ri-muri, Tarian yang mengga m ba rkan rasa gem b i ra dan syu kur atas tiba nya tahun baru Islam 1 Mu ha rram
ini d i m a i nkan oleh 7 ora ng perem p u a n . Alat musik yang digunakan untuk mengiri ngi tarian adalah gong, pui-pui,
The dance is performed by 7 women. The instruments are gong, pui-pui, kecapi and gendang, to celebrate Islamic New
berpa kaian adat passapu baju bodo yang menge l i l i ng i lesu ng,
pi nggi ran lesung secara bergil iran dengan i rama tertentu, dalam
suasana gembira d a n pen u h sema ngat sebagai u ngkapan rasa syu kur
76
costume. The instruments are rice pestle or mortar filled by rice or paddy. The dance means to show gratitude for
harvest. The dance is conduct by circling the mortar while hold the rice pestle. After several dance motions, the
"mappadendang" begins by hitting the rice pestle in the mortar in turns with certain rhythm, joyfully, and
enthusiastically.
Tari Pepe-Pepe, Merupakan tarian yang sakral, dilakukan dengan memperl i h atkan kesaktian atau kekebalan terhad a p
a p i . Penari nya berj u m l a h 5 l a ki-laki d a n berpa ka ian pass a p u . A l a t musik y a n g digunakan adalah genda ng, gong, pui
pui, d a n baccing-baccing.
The dance is performed by 5 men wear passapu costume. The instruments are gendang, gong, pui-pui, and baccing
baccing. Through the dance, dancers show their sacred offire in silat motions.
Tari Salon reng, Tarian i n i d i m a i n kan oleh 6 wanita yang memakai baj u bodo dan 6 pria yang memakai passa pu
d i lengkapi dengan keris, serta membawa bakul berisi padi, gula merah, p i na ng, daun si rih, d a n beras sambil
menge l i l i ngi seekor kerbau yang dijadikan persembahan sa m b i l menabur beras, lalu d i a k h i ri dengan mangaru serta
Salonreng dance is performed b y 6 women costumed baju bodo and 6 men costumed passapu equipped with
keris/dagger, basket filled with paddy, palm sugar, areca nut, betel leaf, and rice. The instruments are gendang and
flute. People express gratitude for success harvest, recover from disease, and avoided from misfortune. The dance is
conducted by circling a buffalo as a dedication while sowing the rice, ended by mangaru, slaughter the buffalo, and
praying.
Tari Tubaranina Marusu, Tarian yang d i m a i n kan oleh 15 orang laki-laki d a n 15 orang perem puan berpa ka i a n adat,
d i i ringi alat musik gendang bugis d a l a m bentuk geraka n-gera kan yang heroik d a n penuh sema ngat yang
menggam barkan sikap kepa hlawanan dan gagah bera n i dalam menghadapi m u s u h .
The dance performed b y 15 men and 15 women. The instrument is gendang bugis. The dance is a symbol of heroism
and courageous to against the enemies. Dancers do performance in heroic and spirituous motions.
77
Budaya dan Seni Tradisional Pangkep
G.
Gambus Turiolo, Merupakan tradisi seni pemangku adat An rong Apakpalah yang d i lakukan oleh pema ngku adat,
misalnya saat penyambutan ta m u kerajaan, pesta adat, d a n acara penga ntin, u m u m nya d i pentaskan pada malam hari,
d i m a i n kan oleh 7 sampai 1 2 ora n g denga n membawakan lagu-lagu daerah Bugis-Ma kassar, di iri ngi alat m u s i k
m a n d a l i ng, gam bus, d a n reba n a . Gambus Turiolo berkembang d i kelurahan B i raeng, keca matan M i n asate'ne.
Gambus turiola is the tradition art of Anrang Apakpalah custom functionary in Biraeng area, Minasate'ne, held in
order to welcome royal guest, in traditional festival, and marriage ceremony. The performers are 7 to 12 people and
sing Bugis-Makassar traditional songs accompanied by mosic instruments such as mandaling, gambus, and rebana.
Every performance must be attend by custom functionary, elders, and invited people. The performance is actually
sacred.
K.
Kesenian Tradisional Keso-Keso, Pert u nj u kkan kese n i a n i n i d i m a i nkan pada malam hari oleh 3 orang pemain, yaitu 1
orang pem a i n keso-keso (semacam biola), 1 orang pemain tennong-ten nong, d a n 1 orang pema i n keca pi. Dalam acara
perkawinan, mereka menyanyikan lagu berisi nasehat kepada pengantin dalam mengarungi kehidupan rumah tangga .
Keso-keso is a traditional art from Cappo Tompong Village, Manda/le Sub-district. The performance is played in the
kecapi player. At the first, this art performance was a pakkampi tedong play or paddy field
watchman. Nowadays this art is performed in many events, such as wedding or bathing
ceremony of post-delivery mother in the river. The performers sing certain songs such as a
M.
M a p padendang, Ma ppadendang atau paddekko merupakan pesta rakyat yang d i la k u ka n oleh
para petani setelah panen raya yang d i l a ngsu ngkan malam h a ri, sebagai u ngkapan
kegembira a n atas keberhasi l a n yang telah dicapai setelah bekerja keras dari membaja k ta n a h
78
h ingga memanen pad i . Anak-a n a k, remaja, d a n orang tua turut menyaksikannya. Para remaja mema nfaatkan acara
Mappadendang or Paddekko tradition is an expression of gratitude to God by farmers in harvesting after worked hard,
from plowing the farming field to cropping the paddy. The show goes on until night full of happiness. Mappadendang
is known as the Pangkep peoples festival. Kids, teenagers, and adult come together in the event. Through the festival,
L
Tari Pabissu, Tari pabissu konon perta ma ka l i
senjata taj a m .
Lanteangoro. The plow lifted by Bissu to the capital of Segeri Kingdom. Since the time, mappabissu ceremony held in
seven days and night. Nowadays, pabissu dance is performed to welcome royal guest or state functionary, or when the
king has a vow. This sacred dance is done by reading the spells so the dancers become invulnerable.
Tari Pakarena B u ra n e, Merupakan salah satu kesenian tra d isional yang d i m a i nkan oleh 8 orang laki-laki. Taria n i n i
d i i ri ngi a l a t musik gong, pui-pui, d a n genda ng. Ma ksud tarian i n i a d a l a h u n t u k menya m but kedata ngan ta m u
kehormata n .
Pakarena burane dance is one of traditional arts, performed b y 8 men accompanied by gong, pui-pui, and gendang.
79
Tari P a m ingki, Merupakan tari yang menggamba rkan sifat patriotisme para praj u rit Kerajaan Siang dalam membela
keraj a a n dari ancaman d a n gangguan kea m a n a n . Para penari terd iri dari laki-laki atau satria pengawal kerajaan yang
mem bawa perisai dan peda ng sambil d i i ri ngi lagu atau sya i r yang d a pat membangun sema ngat atau kekuatan magis.
Pamingki is a dance which describes patriotism of Siang Kingdom soldiers to protect their kingdom from every threat
and security disturbance. The dancers are men or soldier who bring shield and sword. Sword is traditional weapon used
Tari Pencak Silat Peda ng, Merupakan sa lah satu kesenian trad isional untuk
l a ki-laki dan perem p u a n . Ta ria n i n i d i i r i ngi a lat musik gong, pui-pui, dan gendang.
Pencak silat is one of traditional arts that performed in couples, men and women.
The instruments are gong, pui-pui, and gendang, purposed to welcome the
honourable guest.
B.
Bannang-bannang, Kue bannang-ba n n a ng terbuat dari tepung beras dica m p u r dengan gula merah dan a i r,
kem u d i a n d i cetak menggunakan mangkuk d a n digoreng. Kue i n i ha nya d ibuat pada saat ada pesta perkawinan untuk
menj a m u para ta m u .
Bannang-bannang is a fried cake made from rice flour, palm sugar, and water. Bannang-bannang is only served in a
wedding party.
Ba rongko, Penga n a n i n i terbuat dari buah pisa ng, tel u r aya m, dan gula pasir, d ibuat dengan cara d i kukus setelah
d i bungkus daun pisang. Kue ini d i h i d a ngkan pada saat pesta perkawi nan, hari raya, d a n acara yang diadakan bersama
masyarakat.
80
Barongko is made from banana, egg, and sugar. The cake is cooked by steaming after wrapping with banana leaf. This
c.
Cucuru Madingkki ng, Cusuru m a d i ngkking terbuat dari tepung beras yang dicampur dengan gula merah kemudian
digoreng. Kue i n i biasa nya d i h idangkan untuk acara perj a m u a n penga nti n .
Cucuru madingkking is fried cake made from rice flour and palm sugar. The cake is usually served as a meal for bride.
D.
Dange, Terbuat dari beras ketan ( ketan putih atau keta n hita m ) yang dicampur dengan gula merah dan kelapa pa rut.
D a h u l u kue ini d i buat setelah panen padi, n a m u n sekarang dapat d i n i kmati kapan saja dan menjadi oleh-oleh khas
daerah P a ngkep.
Dange is a traditional cake made from black and white glutinous rice flour, palm sugar, and coconut. The cooking is
unique using a clay mold which have to be burned before molding process. At the beginning, the cake was made after
Jalangkote, Jala ngkote, sejenis kue yang terbuat dari tepung terigu yang dicampur dengan tel u r, ditengahnya d i isi
potongan kentang, i risan te l u r, dan mi. Penj ua l kue jala ngkote banyak kita j u m pa i d i sepanjang jalan poros Ma kassar
Is made from wheat flour and eggs, filled with potato, sliced eggs, and noodle. There are many jalangkote sellers along
0.
Onde-onde, Merupakan kue yang terbuat dari tepung beras keta n, gula merah, d a n kelapa parut. Adonan tepung
beras ketan d i bentuk bulat-bulat dan diisi dengan i risan gula merah, lalu d i masu kkan ke dalam air mendidih h i ngga
81
Onde-onde is a boiled traditional cake made from glutinous rice flour, palm sugar, and coconut. This cake is usually
R.
Roti Ma ros, Roti ma ros, makanan khas daerah M a ros. Roti i n i terbuat dari tepung terigu yang d i beri ragi agar
Moros bread is one of baked traditional cake from Moros. The bread is made from wheat flour mixed with yeast and
s.
Sura beng, Kue s u ra beng terbuat dari tepung beras dicampur dengan kelapa parut dan garam kemudian d igoreng.
Kue ini biasanya d i h idangkan pada saat selesai panen padi, d i makan dengan a i r gula mera h .
Surabeng is made from rice flour, coconut, and salt. The cake is cooked by baking and sually served after the paddy
harvest.
Flora
Agathis philippinensis, fa m i l i Araucariaceae, bersinonim dengan Almaciga don Dayungon yang merupakan
tanaman endemik di Filipina d a n Sulawesi.
Araucariaceace family, synonym with Almaciga and Dayungon, endemic species in Philipines and Celebes.
82
Aglaia sp, Famili Meliaceae. Ta naman i n i endemik d i pu la u Sumatera, Ka l i m antan, Jawa, P h i l i pina, Sulawesi, Bali dan
Flores. Tan a m a n i n i berguna sebagai i nsektisida d a n antifidan (pengham bat perkembangan serangga).
Meliaceae family. It is endemic in Sumatera, Kalimantan, Jawa, Philippina, Sulawesi, Bali and Flores Island. It can be
Aglaia sp. 7, Fa m i l i Meliaceae. Ta naman ini terdapat d i kawasan ka rst Sumpang Pa ngkep, berkhasiat mengobati
demam, d i a re, ma la ria, mem perkuat lambu ng, perut kembu ng, darah ti nggi, kencing m a n is, borok bernanah, beri
beri, darah ti nggi, kencing manis, borok bernanah, beri-beri, sakit badan, dada, membersi hkan orga n dalam pada
Meliaceae family. The plant can be found in Karsts Area of Sumpang Bita Pangkep, can be used as a medicine for fever,
diarrhea, malaria, strengthen humans flank, puffed stomach, hypertension, diabetes, ulcer suppuration, beriberi, post
delivery mother (cleaning the internal organ}, body and chest ill.
Aleuritus moll ucana, Famili Euphorbiaceae, bersinonim dengan kem iri. Ta naman i n i memiliki buah berwarna putih
pada uj ung ca ba ng, buah i n i l a h yang dijadikan sebagai rempah dalam masaka n .
Euphorbiaceae family, synonym with Kemiri, the leaves are oval, green colour at lower and upper ends. This plant can
Anaca rdium occidentale linn, Famili Anacardiaceae, bersinonim dengan Jamu Mente ( I ndonesia ) ; . Ta naman i n i
terdapat d i kawasan Sumpang Bita, Pangkep yang berkhasiat mengobati penyakit d i a betes mel l itus, d isentri d a n
radang m u l ut.
Anacardiaceae family. This plant can be widely found in Sumpang Bita, Pangkep. It can be used as a medicine for
83
Arenga pinnata, F a m i l i Palmae, bersi nonim dengan Aren d a n Enau. Kulit buah tan a m a n i n i mengandung kristal
kristal oksalat yang d a pat menyebabkan gatal pada kulit. Ta naman i n i d i m a nfaatkan n i ra nya, khususnya pada tandan
bu nga yang dijadikan sebagai bahan pembuat gula, cuka, d a n m i n u ma n, serta tapis penutup batang dimanfaatkan
Palmae family, synonym with Aren and Enau. Three seeds of oval shaped fruit contain ocsalat crystals could caused
skin allergic. The flower stem is sapped for the sugar cane, vinegar, and drinks. While the shaft cover is taken for the
Buchanania a rborescens, F a m i l i Anacardiaceae, bersinonim dengan Satinwood, memi l i ki h u b u ngan dekat dengan
Anacardiaceae family, synonym with Satinwood, which is related to the simple mango.
Buchanania sp, Bersinonim dengan Belimbing Wu/uh. Ta naman i n i berkhasiat untuk menghilangkan sakit (analgetik),
memperbanyak pengeluara n empedu, a nti rada ng, peluruh kenci ng, d a n astringent.
Synonym with Belimbing Wu/uh; It can be used to cure analgesic, excessively bile excretion, inflame anti, urine emetic,
astringent.
c.
Calanthe tripl icata, Bers i nonim dengan Anggrek Bayi Tidur. Tanaman i n i berpotensi sebagai ta naman h i as d i
pekarangan rumah, sementara bagian tengah u m b i nya d i pakai sebagai obat sakit gigi.
Synonim with anggrek bayi tidur. This plant has potential as an ornament plant in house garden, while the centre of
84
Calophyllum inophyllum, Famili Clusiaceae, bersinoni m dengan Nyamplung, yang merupaka n spesies terancam
punah di Indonesia.
Clusiaceae family, synonym with Nyamplung, it is one of the endangered species in Indonesia.
Cana nga odorata, F a m i l i Annonaceae, bersinonim dengan kenanga. Ta naman i n i memiliki bau yang wangi sehingga
Annonaceae family, synonym with Kenanga. This plant has fragrant smell, used a s the matter for perfume.
Canna ind ica L., Bersi nonim dengan Hosbe ( Batak); Ta naman i n i berkhasiat untuk mengobati hepatitis i kterik a kut,
Synonym with Hosbe (Batak);. It can be used to acute hepatitis, menstruation deviation, blood cough, womanhood,
and hemorhoids.
Cassuarina Sp, Famili Casuarinaceae, bersinonim dengan Ironwood dan Kayu Ulin.
Centella asiatica L, Famili Umbelliferae, bersi nonim dengan Daun Kaki Kudo ( I ndonesi a ) . Ta naman i n i terda pat d i
kawasan Ka rst S u m p a n g Bita, Kabu paten Pa ngkep, berkhasiat mengobati penyakit kencing batu, demam, d a r a h ti nggi,
wasir, pem bengkakan hati, campak, bisul, mata merah, batuk darah, batuk keri ng, lepra, dan penambah nafsu makan.
Umbelliferae family, synonym with Daun Kaki Kudo {Indonesia). It can be found in Karsts Area of Sumpang Bita
Pangkep, can be used to cure kidney stone, fever, hypertension, hemorrhoid, liver, measles, ulcer, red eye, cough to
Cinnamomum sp, Famili Lauraceae, yang kul itnya berguna sebagai bahan rempa h .
85
Citrus a u rantifolia, Famili Rutaceae, bersi nonim dengan Lime ( l nggris), yang terdapat di kawasan Karst Sumpang
Bita, Kabu paten Pa ngkep. Ta naman i n i berkhasiat untuk m engatasi a m andel, malaria, i nfluenza, bat u k, a m beien, sakit
panas, sesak nafas, terl a m bat datang bulan, perut mu las pada waktu haid datang bu Ian, disentri, dan sembelit.
Rutaceae family, synonym with Lime (fnggris), found in Sumpang Bita Pangkep. It can be used as medicine for tonsil,
malaria, hemorrhoids, narrow breath, influenza, cough, fever, constipation, and late menstruation.
Coelogyne celebensis, Anggre k epifit asli Sulawesi yang bu nga nya berbentuk seperti lalat atau belalang terba ng,
Is an endemic orchid in Sulawesi which flower looks like s fly or grasshoppers, cultivated for ornament plant.
Colocasia escu l e nta, F a m i l i Araceae. Ta naman i n i terdapat di Pattenuang Asue, Kabu paten Maras, berkhasiat untuk
Family of Araceae, found in Pattenuang Asue Maras, could be used as a medicine to cure blood mired and urtika.
Cyperus rotundus, F a m i l i Cyperaceae, bersinonim dengan Rumput Teki. Ta naman i n i terda pat di Patten u a ng Asue,
Ka bu paten Ma ras, yang memiliki khasiat mengobati bisul, bengkak, dan haid tidak teratur.
Cyperaceae family, synonym with Rumput Teki, found in Patenuang Asue Maras, used to cure ulcer, abscess, and
disorder menstruation.
D.
Dendrobium crumenatum, Bersinonim dengan pigeon orch i d . Ta naman i n i memilki bu nga putih dan harum yang
Synonym with Pigeon Orchid. It has white flower with great fragrance which is cultivated for door ornament plant.
86
Dillenia serrata, Bersinonim dengan dengen (Sulawesi), songi (Su lawesi), yang merupakan tanaman ende mi k d i
Sulawesi. Ta naman i n i berguna sebagai a s a m pengganti jeruk, k h u s u s u ntuk buahnya, sed a ngkan kayunya
di manfaatkan sebagai bahan pembuat pera h u d a n bahan bangu nan rumah yang bersifat sementa ra .
Synonym with, Oengen (Sulawesi}, Sangi (Sulawesi}, which is endemic in Sulawesi. This plant can be used as acid like
citrus fruit. The lightwood is used as the material for boat and temporary house.
Diospyros Celebica, F a m i l i Ebenaceae, bersinonim dengan kayu-hitam sulawesi, kayu itam. Tanaman i n i berwa rna
coklat gelap, keh ita man, atau h itam berbela ng-belang kemera h a n .
Ebenaceae family, synonym with Kayu-Hitam Sulawesi, Kayu !tam. This plant is dark brown color, black, o r black
striping reddish.
Dracontomelon dao, Famili Anacardiaceae, bersinonim dengan Oahu ( I ndonesia). Tanaman i n i berguna sebagai
makanan, khususnya buah yang dapat d i makan sebagai buahan, bunga dan d a u n nya di masak dan d i makan sebagai
sayu ra n . Selain itu, k u l it kayu nya dapat digunakan untuk menye m b u h ka n disentri, daun dan bu nganya dapat
digunakan untuk pengobatan tradisional, sedangkan kayu nya digunakan sebagai bahan baka r.
Anacardiaceae family, synonym with Oahu {Indonesia). This plant can be used as food, especially the fruits, while
flowers and leaves are cooked as a vegetable. The bark is used to cure dysentery, leaves and flowers are employed in
E.
Elephantopus scaber L. F a m i l i Compositae (Asteraceae), bersinonim dengan Tapak Limon yang terdapat di kawasan
karst Sum pang Bita, kabupaten Pangkep. Tana man ini berkhasiat sebagai obat hepatitis, b i ri-biri, dan perut kembung.
87
Compositae (Asteraceae) family, synonym with Tapak Liman that could be found in Sumpang Bita Pangkep. This plant
Elmerrilia tsiampacca, Famili Magnoliaceae, bersinonim dengan Elmerrilfia Celebico, Elmerril/ia Papuana, Elmerrillia
Sericea d a n Uru.
Magnoliaceae family, synonym with Elmerrillia Celebica, Elmerrillia Papuana, Elmerrillia Sericea and Uru
E ucalypthus degl u pta, F a m i l i Myrta/es, berguna sebagai ornamen di pi nggir j a l a n khususnya di wilayah tropis sebab
ta n a m a n ini batangnya indah dan sa ngat mengesa nkan. Bata ngnya berwa rna merah d a n biasa digunakan sebagai
Myrta/es family, it could be used as the ornament trees along the street in the tropical region. The heartwood is red
Eugenia spp, F a m i l i Myrtaceae, bersi nonim dengan Obar (Sabah), Makaasim ( F i l i pi n a ), d a n Obah (Sarawa k).
Ta naman i n i m e m i l i ki u k u ra n yang cukup besar, ya itu 40 sam pai 90 kaki yang digunakan sebagai pagar, dan bahan
baku pem bersih lantai, bahan konstruksi, palang jalur kereta api, maupun komponen dalam mebel, d a l a m bentuk
Myrtaceae family, synonym with Obar (Sabah), Makaasim {Fi/ipina), and Obah {Sarawak). It has large size, 40 to 90
feet, can be used for fencing, domestic, and industrial flooring, general construction, railroad crossties, and furniture
components.
Euphorbia hirta linn, F a m i l i Euphorbiaceae, bersi nonim dengan Patikan Kebo, yang terda pat di kawasan ka rst
Sum pang Bita, Ka bu paten Pangkep. Tana m a n i n i berkhasiat mengobati radang tenggorokan, d isentri, bronkitis, asma,
88
Euphorbiaceae family, found in Sumpang Bita Pangkep, synonym with Patikan Keba which could be used to cure sore
F.
Ficus benjamina, Fam i i i Moraceae, berkhasiat untuk mengobati i nfluenza, demam ti nggi, radang a mandel (tonsilitis},
nyeri pada rematik sendi, Iuka pukul (memar), radang saluran napas (bronkitis}, batuk rej a n (pertusis), dan malaria.
Moraceae family, it could be used to cure influenza, high fever, tonsillitis, rheumatism, and bruises. The leaves can be
Ficus su bcordata, Famili Moraceae, bersinonim dengan pohon pencekik. Ta naman i n i berguna sebagai kayu ba kar,
ta naman peneduh, pereklamasi lahan-lahan gundul atau kritis, d a n pelindung tana h-ta nah m i ri ng dari ba haya erosi.
Maraceae family, synonym with Pohon Pencekik. The plant could be used as fire wood, shelter, reclamation of barren
Flacortia rucam, Bersinon i m dengan Flacourti Euphlebia dan Gonda Rukem, yang buahnya d a pat dimakan.
Synonym with Flacourti Euphlebia and Gonda Rukem, which food is edible.
Garcinia sp, Bersi nonim dengan Simplisia Clerodendri lndici Folium, Daun Genje, Clerodendri tndici Radix, dan Akar
Genje. Ta naman ini berkhasiat mengobati radang saluran kenci ng, radang kandung kenci ng, sesa k napas, d a n demam.
Synonym with Simplisia Clerodendri lndici Folium (genje leaf}, Clerodendri Jndici Radix (genje root}, Biduyuk, Ganja,
Memadatan (Jakarta); Ronggo Dipo (Palembang), and Genje This plant can be used to cure urethra inflamed, bladder
89
H.
Horsfieldiea sp, F a m i l i Myristicaceae, bersinonim dengan Kumpang, Nutmeg, Duguan, Horsfieldia, d a n Kumpang.
Myristicaceae family, synonim with Kumpang, Nutmeg, Duguan, Horsfieldia, and Kumpang.
b
Jatropa curcas, Famili Euphorbiaceae, bersinonim dengan Jarak Pagar, berkhasiat sebagai bahan pengobatan d a n
Euphorbiaceae family, synonym with Jarak Pogar that could be used for medicine matter and poison, biological
K.
Knema cinerea, F a m i l i Myristicaceae, bersinonim dengan Darah-Darah, Duguan, M [as] u c[o], Dara Kerbau,
Myristicaceae fa m i ly, synonym with Darah-Darah, Duguan, M[as]u c[o], Dara Kerbau, Penarahan, a n d Kumpang.
Kyl l inga brevifolia, rottb, Bersinonim dengan Jukut Pendul ( I ndonesia); Teki (Sunda); Rumput Tuki ( M a laysia).
Ta naman i n i berkhasiat mengobati batuk, bat u k rejan, bronchitis, malaria, urin berlemak (chyluria), d isentri, gatal
gatal d i kul it, radang m u l ut, rematik, sakit k u n i ng, a lergi, sariawan, I u ka baru, I u ka borok, eksim, bisul, dan bengkak
Synonym with Jukut Pendul {Indonesia), Teki {Sunda}, Rumput Tuki (Malaysia). It could be used to cure cough,
whooping cough, bronchitis, malaria, fatten urine (chyluria}, dysentery, skin itchy, mouth inflamed, rheumatic,
hepatitis, allergic, ulcer, bedsore, boil sore, eczema, abscessed because of the bee or centipede.
90
La nta na camara (Tembelekan ), Famili Verbenaceae, bersi nonim dengan Tahi Ayam. Ta naman i n i d itemukan di
Sumpang Bita, Pangkep d a n Pattu n u a ng Asue, M a ras. Berkhasiat mengobati penyakit kulit, bisul, I u ka berda rah,
memar, re matik, radang kul it, keseleo, TBC dengan batuk darah, batuk, sakit kepala, sakit gigi, i nfl uenza,
pem bengkakan kelenjar l i m pa, sakit perut, d i a re, keputihan, sering buang air keci l, dan kenci ng nanah.
Verbenaceae family, synonym with Tahi Ayam, Tahi Kotok. It is found in Sumpang Bita, Pangkep and Pattunuang Asue,
Maras, can be used to cure skin disease, ulcer, bloody pain, bruised, rheumatic, skin inflamed, sprained, TBC with
bloody cough, cough, dizzy, toorhache, influenza, limp gland abscess, stomachache, diarrhea, leucorrhea, more
Lagerstroemia speciosa, Bersi nonim dengan Bungur ( M elayu). Ta naman i n i berkhasiat mengobati penyakit eksim,
Synonym of Bungur {Malay). It could be used to cure eczema, diarrhea, and diabetes.
Liana, Bersi nonim dengan lia ne, yang berguna sebagai a lat navigasi untuk spesies arboreal, seperti lemur. Beberapa
Synonym with Liane which is useful navigation tools for arboreal species such as lemurs. Some lianas are strong
Litsea sp, Famili Lauraceae - Litsea, bersi nonim dengan Litsea, Medang, Medang Padang, Batikuling, Kyese, Ondon,
Thammang, Thang-Baiyai, Bollywood, d a n Bai Loi.
Lauraceae family, synonym with Litsea, Medang, Medang Padang, Batikuling, Kyese, Ondon, Thammang, Thang
91
Lophatherum gracile brongn, Famili Poaceae, bersinonim dengan Rumput Bambu yang d itemukan d i Sumpang
Bita, Pa ngkep d a n Pattu n u a ng Asue, M a ros. Berkhasiat sebagai obat a i r kemih berdarah (hematuria), demam, gelisah,
ha us, i nfeksi a kut pada sa l u ra n kemih, bisul pada kelopak mata (hordeolum), dan I u ka pada selaput bening mata (ulcus
cornea).
Poaceae family, synonym with Rumput Bambu, found in Sumpang Bita, Pangkep don Pattunuang Asue, Moros. It could
be cured hematuria, fever, nervous, dehydration, acute infection in urinal, ulcer in eye (hordeolum}, and (ulcus cornea).
M.
Macara nga giga ntea, F a m i l i Asclepiadaceae, memiliki tinggi 30 m- 4 m , dengan batang sepanjang 30-60 c m , lebar
27-58cm. Ta naman ini memiliki bu nga berkelompok, terletak disisi batang dengan buah disekitarnya yang disel i m uti
oleh kelenjar.
Asclepiadaceae family, the tree is up to 30 m - 4 m tall, 30 - 60 cm long and 27-58 cm wide of stem. The flowers are
M i mosa pud ica linn, F a m i l i Fabaceae (Leguminosae), bersinonim dengan putri malu, , akan kaget ( I ndonesia).
Berkhasiat sebagai obat penenang ( tranquiliser), penurun panas (antipiretic), a nti radang (anti-inflammatory),
insomnia, chronic bronchitis, batuk dengan dahak banyak, rematik, chronic bronchitis, dan ascariasis
Fabaceae (Leguminosae) family, synonym with Putri Malu, Si Kejut, Akan Kaget {Indonesia). It could be used as
tranquilizer, antipyretic, anti-inflammatory, insomnia, chronic bronchitis, phlegm cough, rheumatic, chronic bronchitis,
and ascariasis
Myristica sp, Famili Myristicaceae, bersinonim dengan Nutmeg, Mutwinda, Duguan, Nutmeg, Kumpang, Darah
Myristicaceae family, synonym with Nutmeg, Mutwinda, Duguan, Nutmeg, Kumpang, Darah-Darah, Red-Heart Wood,
92
Na uclea orienta lis, F a m i l i Rubiaceae, bersi nonim denga n Mitragyna parvifo/ia, Leichhardt pine, Yellow cheesewood
( l nggris), d a n Kanluang (Thailand). Kegunaan ta naman ini, khususnya buah yang da pat d i m a kan, m e m i l i ki bu nga
Rubiaceae family, synonym with Mitragyna Parvifolia, Leichhardt Pine, Yellow Cheesewood (lnggris), and Kanluang
{Thailand). This plant can be used as food, especially the fruit. The fragrant yellow flowers are a source of nectar and
pollen.
o.
Octomeles sumatrana, Fa m i l i Datiscaceae, bersinon i m dengan Octomeles moluccana, Benuang, Winuang, Binuang
Datiscaceae family, synonim with Octomeles Moluccana, Benuang, Winuang, Binuang Bini, Erima, lrima, !limo, Bi/us,
Pa ndanus ama ryllifolius roxb, F a m i l i Pandanaceae, bersi nonim dengan Pandan Wangi (Jawa ) . Berkhasiat
mengobati lemah sa raf, remati k, pega l l i n u, mengh ita mkan rambut, rambut rontok, gelisah, dan ketombe.
Pandanaceae family, synonym of Pandan Wangi (Jawa). It can be used to restorative weak nerve, rheumatic, stiff, and
Pangium edu le, Bersinonim dengan Pangi, d i m a nfaatkan untuk rempah, campuran bahan makanan atau kue, serta
Synonym of Pangi, could b e used for spices, mixing matter for foods o r cakes, and the primary spices of rawon
(Javanese food).
93
Pedilanthus tithymaloides, Famili Euphorbiaceae, ditem ukan d i daerah Pattenuang Asue, Maros. Berkhasiat
Belongs to the Euphorbiaceae family, found in Pattenuang Asue, Maras. It can be used to cure asthma, dry cough, and
fever.
Peperomia pellucida, Famili Piperaceae, ditemukan d i S u m pang Bita, Pa ngkep d a n Pattu n u a ng Asue, M a ros.
Berkhasiat sebagai obat sakit kepa la, a ki bat demam, dan sa kit perut.
Piperaceae family, found in Sumpang Bita, Pangkep and Pattunuang Asue, Maras. It can be used to cure headache,
Phylanthus urinaria linn, Famili Euphorbiaceae, bersinonim dengan Meniran, ya ng ditemukan di Sumpang Bita,
Pangkep. Berkhasiat sebagai obat sakit k u n i ng, malaria, ayan, demam, batuk, haid berlebihan, d isentri, I u ka ba ker,
Euphorbiaceae family, synonym with Meniran, found in Sumpang Bita, Pangkep. It can be used to cure hepatitis,
malaria, epilepsy, fever, cough, more menstruation, dysentery, fire injury, bedsore, and pimple.
Piper betle L, Famili Piperaceae, bersi nonim dengan Sirih, yang d itemukan di Sumpang Bita, Pangkep d a n
Patt u n u a ng Asue, M a ros. Berkhasiat sebagai obat batuk, bronchitis, bau b a d a n , bau mu l ut, d a n I u ka bakar.
Piperaceae family, synonym with betel vine, found in Sumpang Bita, Pangkep and Pattunuang Asue, Moros. It can be
used to cure cough, bronchitis, mouth and body bad smell, and fire injury.
Piqafetta fi la ris, Famili Pandanaceae, bersi nonim dengan pa/em wanga, yang d item u ka n d i kawasan karst
Patte n u a ng Asue, M aros. Ta naman i n i berkhasiat mengobati l e m a h sa raf, rematik, pegel l i n u, gelisah, rambut rontok,
Pandanaceae family, synonym with Pa/em Wanga, found at Pattenuang Asue, Moros. It can be used to cure weak
nerve, rheumatic, stiff and nervous. It also can be used for hair treatment.
94
Polycias nodusa, Fam i l i Ara l iaceae, bersinonim dengan Eupteron nodosa, Malapapaya, Biasbias, Bungliu,
Panalatangen, Kambowa, Pata Tu/an, dan Ki Langit, yang endemik di pulau Jawa, Maluku dan Sulawesi.
Araliaceae family, synonym with Eupteron Nodosa, Malapapaya, Biasbias, Bungliu, Panalatangen, Kambowa, Pata
Tu/an, and Ki Langit, that endemic in Java, Maluku, and Sulawesi Island.
Pometia tomentosa, Famili Sapindaceae, bersinonim dengan Matoa (Indonesia), Sibu, Kasai (Malaysia), Taun
(Papua New Guinea), Malugai, Agupanga, Tungaui {Filipina), Taun (Pu/au Solomon), dan Truong {Vietnam).
Sapindaceae fam ily, synonym with Matoa {Indonesia), Sibu, Kasai {Malaysia), Taun {Papua New Guinea), Malugai,
Psidium guajava � Fam i i i Myrtaceae, bersinonim dengan jam bu Biji yang d itemukan di Sum pang Bita, Pangkep dan
Pattunuang Asue, Maros. Berkhasiat mengobati penyakit diare, diabetes mel/itus, maag, masuk angin, kencing
Myrtaceae family, synonym with Jambu Biji, found in Sumpang Bita, Pangkep dan Pattunuang Asue, Maros. It can be
used to cure diarrhea, diabetes mel/itus, stomach disorder, catch a cold, more urinate, ulcer, skin irritation, and wound.
Pterocarpus indicus, Tanaman i n i m e m i l i ki kayu berwarna kemerahan tahan terhadap rayap sehingga d igunakan
sebagai la pisan dekorasi dan furniture, bunganya d ijadikan sebaga i bahan sum ber madu, bahan dasar shampo.
Fabaceae family, synonym with Sonokembang {Indonesia). The hardwood, reddish, is termite resistant, used for
decoration and furniture, the flower is the source of honey, leaf infusions are used as shampoo.
Pterospermum celebicum, Famili Sterculiaceae, bersinonim dengan Pterospermum Niveum, Lawanan, Puyaan,
Wayu, d a n Bayok-Bayokan.
Sterculiaceae family, synonym with Pterospermum Niveum, Lawanan, Puyaan, Wayu, and Bayok-Bayokan.
95
R.
Sageraea lanceolata, Fam i i i Annonaceae, bersi nonim dengan Sageraea Glabra, Meli/in, d a n Mana/au.
Selaginella doederlinii, Fam i i i Selaginellaceae, bersi nonim dengan Cakar Ayam, yang ditemukan di daerah Sumpang
Bita, Pangkep dan Pattunuang Asue, M a ros. Berkhasiat mengobati batuk, radang paru, d a n tulang pata h .
Se/aginellaceae family, synonym with Cakar Ayam, which is found in Sumpang Bita, Pangkep and Pattunuang Asue,
Maras. The plant can be used to cure cough, and broken bone.
Spathoda campanulata, Famili Bignoniaceae, bersi nonim dengan African Tuliptree, Flame Of The Forest,
Bignoniaceae fa m i ly, synonym with African Tuliptree, Flame Of The Forest, Fountaintree, Fireball, Gabon Tulip Tree,
a n d Fire Tree.
Sterculia foetida, F a m i l i Stercul iaceae. Ta naman i n i memiliki b u nga berwarna orange kemera h a n yang ddikuti oleh
kelopak berwa rna merah dengan ka n d u ngan m i nyak yang kadang digunakan sebagai makanan.
Stercu/iaceae family. The flowers are orange-red followed by red pods enclosing oil-rich seeds, sometimes used as food.
Sterculia sp, Berasal dari fa mi I i Stercu l iaceae, bersi nonim dengan Samrong, Tr[oo]m, Me/ebu, Pho-Khanun, Sterculia,
Biris, Kepuk, Samrong, Kelumpang, Buah Ayam Antu Sebayan, Pelajau, Kalumpang, Letkok Shaw-Byu, Samrang, dan
Pimping.
96
Sterculiaceae family, synonym with Samrong, Tr[oo]m, Melebu, Pho-Khanun, Sterculia, Biris, Kepuk, Samrong,
Kelumpang, Buah Ayam Antu Sebayan, Pelajau, Kalumpang, Letkok Shaw-Byu, Samrang, and Pimping.
Syzigium cumini ( Linn), Famili Myrtaceae, bersinonim dengan Coppeng, d itemukan di daerah Pattenuang Asue,
M a ras. Berkhasiat mengobati asma, batuk, d i a re, nyeri lam bung, dan sariawa n .
Family Myrtaceae, synonym with Coppeng, found in Pattenuang Asue, Moros, i t can b e used to cure asthma, cough,
and ulcer.
T.
Tertrameles nudiflora, Fa m i l i Tetramelaceae, sinonim dengan Thitpok (India), Baing, Sawbya (Burma), Mengkundor
(Malaya), Sampang (Thailand). Kayu pada ta naman i n i digunakan sebagai ba h a n furnitur dan sampan ( pera h u ) .
Tetramelaceae family, synonym with Thitpok (India), Baing, Sawbya (Burma), Mengkundor (Malaya), Sampang
v.
Vitex Pubescens, Famili dari Verbenaceae, d a u n nya berkhasiat untuk penya kit demam d a n I u ka . U nt u k mengu bati
demam, d a u n nya ditumbuk dan d ituangkan d i kepala dan d i badan. Bagi I u ka pula, d a u nnya d i ramas di tapak tangan
97
Verbenaceae family, the leaf properties for fever and wound. For curing fever, the leaf is pounded and scattered on the
head and all over the body. For curing wounding, the leaf is squeezed and scattered at the wounding area.
z.
Myrtacaea family.
98
----
FAUNA
B.
Bubalus quarlesik, Kelas Mamalia, fa m i l i Bovidae, bersinonim dengan Buba/us depressicornis. Anoa adalah hewan
endemik d i Su lawesi dengan dua spesies, yaitu Anoa Pegunungan (Buba/us Quarlesi) dan Anoa Dataran Rendah
(Buba/us Depressicornis). Penampilan mereka mirip dengan rusa d a n m e m i l i ki berat 150-300 kg.
Mammals, class Bovidae family, synonym with Buba/us depressicornis. It is suspected that anoa is a kind of the most
primitive buffalo, the smaller than other kinds of buffalo. There are two species of anoa: the Mountain Anoa (Buba/us
quarlesi) and the Lowland Anoa (Buba/us depressicornis). Both of them are endemic in Sulawesi.
Cacatua sulphurea, Ke/as Aves, bersinonim dengan Kakaktua Putih Jambul Kuning.
Belongs to the Aves class, synonym with Kakaktua Putih Jambul Kuning.
Collocalia sp, Ke/as Aves, bersinonim dengan Burung Walet. Sa rang walet berguna untuk menyem b u h ka n paru-pa ru,
Swallow is an insect glutton animal. The swallow nest has high economic value. Swallow nest is also important for
D.
99
Dendrocarpus teiminkii, Ke/as A ves, bersinanim dengan Burung Pelatuk.
E.
Aves class, eagle is a kind of bird, which has the longest age in the world up to 70 years old.
G.
Gallus ghallus, kelas A ves, Jamili Phasianidae, bersinonim dengan Ayam Hutan, sejenis burung berukuran sedang,
A ves class, Phasianidae family, synonim with Ayam H utan, It is kind of bird that has med i u m size, with 78 cm long
.!:f.
Hydrosaurus amboinensis, Ke/as Reptil, fa m i l i Agamidae, bersinonim dengan Soa-Soa dan Koda/, t u m b u h
Reptile class, Agamidaev fa m i ly, synonym with Soa-Soa and Kadal, grows u p to 0.9144 m ( 3 feet) ta l l .
Halcyon chloris, Famili Alcedinidae, bersinonim dengan raja udang. D i I n donesia terdapat sekitar 4 5 spesies raja
Alcedinidae family, synonym with Raja Udang. Raja-udang is a general name of a bird that eats fish from Alcedinidae.
Most of the species live in water ecosystem such as pond, lake, and river, and the others live in forest. In Indonesia,
there are 45 species of raja udang, certainly a half of the diversity in the world.
1 00
K.
Kelelawar, Kelas mamalia, ordo Chiroptera, yang bisa terbang, d i n o m i nasi oleh sayap dengan u k u ra n yang berbeda
beda. Kebanyakan kelelawar a d a l a h insectivorous dan sangat berguna bagi m a nusia, terutama dalam memakan
serangga, penyerbukan, dan penyeba ra n benih. Guano (kotoran) d a ri kelelawar insectivorous da pat digunakan sebabai
pupuk dan sebe l u m nya d igunakan sebagai n i s u m be r nitrogen d a n phosphorus u ntuk peledak. Deposit guano secara
Mammals cl ass, Chiroptera ordo, genera lly s i m i l a r a p pearance i n flight, dominated by the wings, but they very
considerably in size. The order is usually divided i nto two wel l-defined suborders: the Megachiroptera (the l a rge bats)
and the Microchiroptera (the small bats ) . Most bats a re insectivorous and they are i m portant for humans primarily for
their predation on insects, for polli nation, and for seed d ispersa l . Some bats eat pollen and nectar and take a role i n
exclusive polli nator o f t h e pla nts. Other bats e a t fruits t o spread seeds. T h e guano (droppi ngs) o f insectivorous bats i s
st i l l used for agricultura l ferti lizer and i n t h e past w a s used as a sou rce o f n itrogen and phosphorus for m u nitions.
Large guano deposits, in addition, preserve m a ny archaeologically i nteresting a rtifacts and fossi l s in caves.
Lonchura molluca, Ke/as Aves, bersinonim dengan Moluccan mannikin, Black-Faced mannikin, Celebes munia, ya ng
Aves class synonym with Moluccan Mannikin, Black-Faced Mannikin, Celebes Munia, Males and females are similar in
appearance. The male has a high energy courtship display, but has no loud voice.
Lonchura malakka, Kelas A ves, fa mily Estrildidae, kelompok Chestnut Munia (Black Headed Munia dan White
Headed Munia), bersinonim dengan Tricolor Nun dan Mannikin. Paruh ja ntan tid a k terlihat massif, tapi tidak begitu
sering digunaka n, sedangkan bu rung betina lebih bersuara nya ring. Jenis i n i sudah h a m p i r p u n a h .
101
Aves class Chestnut Munia group with Black Headed Munia and White Headed Munia, synonym with Tricolor Nun and
Mannikin. The male's beak does not appear in massive and not enough to really rely upon. The males will perform a
M.
Macaca maura, Kelas Mamalia, fa m i l i Cercopithecidae, bersinonim dengan Kera Hitam Sulawesi d a n Kera Hitam
Dare yang endemik di Sulawesi. Kera i n i berwa rna h itam di sekuj u r tubuh kecuali pu nggung d a n sela ngkangan agak
tera ng. Monyet Su lawesi jantan bisa mencapai bobot 9-10 kilogram, sementara betina nya ha nya bisa mencapai berat
lima kilogra m . E kornya relatif pendek dibanding dengan ekor monyet jenis l a i n .
Mammals class, Cercopithecidae fam i ly, synonim with Sulawesi b l a c k mon key and Dare b l a c k mon key t h a t e n d e m i c i n
Su lawesi. Su lawesi black monkey h a s black color i n a l l o f its body, except its back and groin that a re brighter. T h e head
is black and tufted and there is n o hair on the face. It has 44.5 60 cm length of the body, 20 cm ta i l and 15 kg weight.
-
Micropaga amboinensis, Kelas Aves fam i l i Columbidae, bersinonim dengan Burung Tekukur. Bahagian bela kang,
saya p, d a n ekornya berwa rna perang pucat, dengan banyak bintik k u n i ng pucat.
Aves class, Columbidae fa m i ly, synonym with Burung Tekukur. This bird is l i ke haggard pigeon, with long ta i l .
Macroga lidia musschenbroeckii, Berasal d a r i s u k u Viverridae, bersinonim dengan Musang Sulawesi. Hewan i n i
merupakan hewan m a l a m ( noktu rnal) d a n pemanjat, sel a i n itu, satu-satu nya binatang pemakan daging ( ka rnivora)
Viverridae ordo, synonym with Su lawesi civet. This a n i m a l is mostly a n ight a n i m a l ( nocturnal) a n d good climber.
1 02
Papilio polites, Kelas Insect, fa m i l i Papilionidae.
Aves class, family Strigidae, synonym with Burung Hantu and Sulawesi Scops Owl.
Penelopides exarhatus, Famili Bucerotidae, bersinonim dengan Kangkareng Sulawesi, Temminck's hornbill, dan
Sulawesi dwarf Hornbill, yang terbagi dalam d u a spesies, yaitu P. E. Exarhatus d item u ka n d i Sulawesi Selatan d a n P. E.
Belongs to the family Bucerotidae, synonym with Kangkareng Sulawesi, Temminck's Hornbil/, and Sulawesi Dwarf
Hornbill, that contains of two species are P. E. Exarhatus occurs in South Sulawesi and P. E. Sanfordi occurs in Central,
Phalanger ce/ebencis, Ke/as mamalia, Jamili Phalangeridae, bersinonim dengan Kuskus Sulawesi, yang diperkirakan
berasal dari Ka ngguru Austra lia, yang berkembang menj a d i d u a jenis yaitu Phalanger celebensis d a n P. ursinus
( kuskus).
Mammals class, Phalangeridae family, synonim with Sulawesi Cuscus, supposed that comes from Australia Kangguru,
Phyton reticulatus, Berasal dari kelas Reticulated Python, berukuran panjang 3,6 - 4,8 m, berat 40 - 100 pon
(jantan), 3,6 - 6 m, berat 80 - 250 pon ( beti n a ) dan h a nya d a pat hid up selama 20 tah u n .
Reticulated Python class. Reticulated python type has 3. 6-4.8 m length with 40-100 pounds weight (male); 3.6-6 m
length and 80-250 pounds (female) and lived until 20 years old.
Phalange r u rsinus, Kelas mamal ia, fam i l i Phalangers, bersinonim dengan Kuskus Beruang dan kuse, yang
Mammals class, Phalangers family, synonym with Kuskus beruang or kuse is one of two types of endemic cuscus in
Sulawesi.
1 03
Pycnonotus aurigaster, Kelas mamalia, fa m i l i Phalangers, berasal d a ri kelas Aves, fam i l i Pycnonotidae, bersi nonim
dengan Kutilang, Cangkurileung (Sunda), Ketilang atau Genthilang (Jawa).
A ves class, Pycnonotidae family, synonym with Kutilang, Cangkurileung (Sunda), Ketilang or Genthilang (Jawa).
R.
Rhyticeros cassidix, Bersinonim dengan Rangkong Sulawesi dan J u lang Sulawesi, yang merupakan hewan endemik
Sulawes i . Burung ini tergolong paling besar d i a ntara 54 jenisnya yang tersebar d i Asia d a n Afrika. Menurut cerita
rakyat setempat, warna-warni pada kantung ini menjadi semacam tanda pa ngkat bagi si b u ru ng. Setiap ta h u n
bertambah satu garis warna. l t u sebabnya orang menamakan bu r u n g sebagai bu rung tah u n .
Synonym with Rangkong Sulawesi and Julang Sulawesi. I n Indonesian, i t called Julang Sulawesi because the bird is
found only in Sulawesi. Local people call it rangkong or burung tahun (year bird). It has 2.5 kg weight and classified as
the biggest bird than the 54 types which are spread out in Asia and Africa.. According to local history, the color of the
pocket is shown the casta of the bird that every year the color line is added, that is why people called it burung tahun
(year bird).
Salamander api, Merupakan salah satu spesies a mfibi dengan tubuh seperti kadal, namun berkulit licin tan pa sisik.
One of amphibia species that has body like lizard but slippery skin without scales.
Saxicola caprata, Kelas A ves, fam i l i Thrush (Turdidae), bersinonim dengan Kurcica d a n Pied Bushchat sedangkan
untuk ukuran lebih kecil d isebut dengan Chats
Aves class, Thrush (Turdidae) family, synonym with Kurcica and Pied Bushchat, the small species in the family is often
called chats.
Strgocuscus celebensis, Kelas A ves, berasal dari fa m i l i Phala ngeridae, bersinonim dengan Kuskus Sulawesi dan
Sulawesi Dwarf Cuscus, yang merupakan spesies marsu pial endemik I ndonesia, khususnya d i Su lawesi .
1 04
Aves class, fa m i ly of Phalangeridae, synonym with Kuskus Sulawesi don Sulawesi Dwarf Cuscus, a species of marsu pial
T.
Takydromus sexlineatus, Bersinonim dengan Koda/ Rumput dan Orang-Orang (Sunda), merupakan kadal kec i l
Synonym with Koda/ Rumput and Orang-Orang (Sunda), is a small lizard with long tail which has behavior of sun
bathing above the brushes or grassy field near the rice field.
Tarsius sp, Kelas Mamalia, fa m i l i Tarsiidae, jenis pri mata kecil, mem i l i ki tubuh berwarna coklat kemera han dengan
warna kulit kelabu, bermata besar dengan teli nga menghadap ke depan dan memiliki bentuk yang lebar. Tarsius tidak
Mammals class, Tarsiidae family, is small primate, which has brown-reddish body with grey skin, big eyes, large and
upward ears. Moreover, they sleep and give birth by hanging on the tree. They cannot walk in the land, but will jump if
Troides Helena, F a m i l i Papilionidae, merupakan spesies kupu-kupu yang besar, cantik, d a n terd iri dari tuj u h belas
su bspesies.
Troides Hypolithus, Famili Papi/ionidae, yang masih berhubu ngan dekat dengan Troides Helena. Troides Hypolithus
memiliki ornamen sayap bagian bawah lebih ba nya k d i ba n d i ngka n spesies Troides lainnya, ya ng biasa nya ha nya
berwarna h itam, cokelat dan kuning saj a . u m u m nya sama dengan spesies lai nnya yang memiliki garis berwarna lebih
1 05
Papilionidae family, that have close relation with Troides Helena. Troides Hypolitus has more ornamental wings than
most Troides species which are typically black or brown and yellow only. The forewings of all Troides species are very
similar and many species have the veins outlined with lighter shades of gray or brown.
Varanus Salvator, Berasal d a ri fa m i l i Varanidae, bersi nonim dengan Biawak Air Tawar, yang merupakan kadal
(biawak) terbesar di d u n ia, yang d a pat bertahan hidup d i berbagai kond isi alam yang tida k da pat mungkin d i lakukan
Varanidae family, synonym with Biawak Air, is the largest lizard in the world that can be survived in many nature
conditions.
1 06
4
Pariwisata
O bj e k Wi sata di K a b u paten M a ras
Tou rism
Tourism Objects in Maros
d ij umpai di daerah l a i n . Wal lace menj u lu ki kawasan ini the Kingdom of Butterfly karena kea neka raga man jenis kupu
k u p u . Di kawasan i n i terda pat beberapa gua, salah satu nya yaitu G u a M i m pi dengan panjang lorong 1500 m d a n
Bantimurung Natural Tourism Park is located on the slope of karst hills. Besides having beautiful waterfall, the park is
also an ideal habitat for rare and endemic butterflies, birds, and insects. In 1856-1857, Alfred Russel, a famous England
naturalist, spent part of his life in this area for a research about 150 endemic butterflies. He named this area as "The
Kingdom of Butterfly" because of its species variety. There are also some caves in this area, one of them is a Dream
1 07
Bantimurung-Bul usaraung (Ta man Nasional), B a nt i m u rung Bul usaraung adalah Ta man Nasional yang baru
ditunj u k mela l u i SK Menteri Kehutanan No.398/Menh ut-1 1/2004. Taman Nasional Bantim u ru ng-Bulusaraung
merupakan taman nasional ked ua setelah kawasan Ta man Nasional Taka Bonerate d i Kabu paten Selayar yang d i m i l iki
Sulawesi Selatan yang sa ngat kaya dengan kenanekaraga man hayati d a n non hayati. Sehingga j i ka kita tertarik untuk
berwisata a lam yang edu katif tern pat ini sangatlah cocok .
be the area for conservation and protection, and production forest. Bantimurung Bulusaraung (Babu/) National Park
vast is 43. 750 Ha, consists of 1.226 Ha of Karaenta Nature Preserve, 1 . 000 Ha of Bantimurung Nature Tourism Park,
1 1 8 Ha of Pattunuang Cave Nature Park, and 5. 609 Ha of Bulusaraung Nature Preserve. It is located in Maras and
Pangkep with area borders: Maras and Pangkep in the west, Barru in the north, Bone in the east, and Makassar in the
south. It is the second national park in South Sulawesi after Tako Bonerate National Park in Selayar Island.
Wisata susur gua, Diantara nya di Gua M i m pi, Gua Anji ng, Gua S a l u kang Ka l l a ng, d a n Gua Pattunuang.
Caving at Mimpi cave, Anjing cave, Salukang Ka/fang cave, and Pattunuang cave.
Wisata i l mia h/wisata pendidikan, Di Bantimurung ( kajian flora d a n fa una), gua-gua prasejarah di perbu kitan karst.
Education tourism at Bantimurung Bulusaraung National Park and prehistoric caves in karst hills.
Bonto Somba (air terj un), Terletak d i kaki g u n u ng pada keti nggian 300 m
l a ngsung dengan kawasan obj e k wisata M a l i n a Kabu paten Gowa . Air terj u n
yang menga l i r dari pegu n u ngan serta kondisi alam tropis yang sej u k d a n
Banta Samba is one of village on the mountain foot, about 300 m above
sea level of height. The village straightly borders with Molino tourism object in Gowa Sub-district. Waterfall and fertile
land with tropical nature condition are attraction factors of the area.
1 08
Bulu Sipong (situs gua prasejarah}, B u l u Sipong adalah nama bukit karst yang berdiri sendiri d a n berada di tengah
h a m paran sawah yang luas. Di kawasan B u l u Sipong terdapat beberapa gua yang memiliki ti ngga lan budaya berupa
Bu/u Sipong is located in a karst valley surrounded by rice field. There are some caves which have cultural inheritance in
the form of hands stencil, deer-hog painting, boat, and fish painting.
K.
Karaenta (cagar a lam), Cagar Alam Karae nta merupakan kawasan hutan yang d i l i nd u ngi karena selain berfungsi
sebgai daerah cadangan air bawah tanah, j uga menjadi ha bitat berbagai spesies flora-fa u n a l angka dan endemik
Karaenta Nature Preserve is a protected forest to maintain under-stream reserve and as the habitat for rare and
endemic flora and fauna. There is Salukang Ka/long Cave with 15 km length which is often visited by cave explorers and
foreign researchers.
Kuri (Wisata Pantai), Pantai K u ri menawarkan panorama yang menarik dengan pasir putih dan keindahan suasana
mata h a ri terbenamnya. Letak Pantai Kuri sangat strategis karena berada d i a ntara Kota Ma ros dan Kota Ma kassar,
menjadikan tempat ini menjadi tujuan pertama yang d a pat d i ku nj u ngi oleh wisatawan setelah mendarat di Bandara
l nternasional Hasanudd i n .
Kuri beach is located strategically between Moros and Makassar, actually is the first place to b e visited b y tourists after
1 09
Lea ng-leang (Ta man Prasejara i 1), Taman Prasejarah Lea ng-leang terletak pada deretan perbukitan karst yang
cura m . Para a rkeolog berpenda pat bahwa beberapa gua yang terda pat di kawasan tersebut pernah d i h u n i m a n usia
sekitar 3.000 - 8.000 tahun sebe l u m Mase h i . Keu n i ka n lain adalah keberadaan sungai yang berada tepat di depan Gua
Lea ng-Leang, s i ngkapan batu ka p u r yang tersebar d i a real persawa h a n penduduk, dan pemanda ngan p u ncak
Leang-leang prehistoric park is located on karst hills. The archaeologists have a certain opinion that some caves
located in that area had been occupied by human around 3. 000 - 8. 000 years BC. There are some prehistoric evidences
such as deer-hog paintings, hand stencils, and stone tools. Karst hills which is surrounded by river and rice field
P.
Pattunua ng (Taman Wisata Alam), Di kawasan i n i terda pat kurang lebih 40 gua yang masih a l a m i d a n bel u m
Masyara kat d i kawasan i n i mengenal legenda batu besar. Konon mencerita kan seorang saudagar C i n a yang datang
untuk melamar dan mempersunting gadis Samanggi n a m u n lamaran nya d itolak. Karena mendapat malu saudagar
tersebut mengkara mkan perahunya, perahu i n i la h yang pada akh i rnya menj a d i batu. Oleh masya rakat di desa
Sama nggi batu tersebut d i na m a ka n "Biseang Labboro" yang a rtinya pera hu yang terd a m par. Pada a k h i r pekan
kawasan ini banyak d i ku nj u ngi wisatawa n, khususnya remaja yang melakukan camping, caving ( penelusuran gua),
There are approximately natural 40 caves in this natural park with beautiful ornaments and interesting natural scenery
surroundings. The caves are easy to reach because they only have 1 . 000 m length and 30 m depth. There is a boat
shape boulder. According to the local folktale, there was a Chinese merchant came to propose a Samanggi woman.
However, the proposal was rejected so the merchant shipwrecked his boat because he was ashamed. Finally, the boat
became a stone and named "Biseang Labboro" (means ashore boat) by local people. In the weekend, this area often
visited by teenagers to do camping, caving, rock climbing, or enjoying the natural panorama.
1 10
Pute/Rammang-rammang (wisata sungai), Sungai Pute merupakan salah satu sungai di Kabu paten M a ras yang
m e m i l i k i panorama a l a m ya ng i n d a h . Pohon bakau dan nipah ya ng t u m b u h d i sisi kiri dan kanan sungai mem perca ntik
kawasan ini, d itambah dengan pemanda ngan singkapan batu-batu kapur yang menye m b u l d a ri dasar sungai dan
tersebar d i sepanjang alur sunga i . Seseka l i pengunj u n g da pat menya ksikan satwa-satwa endemik seperti kera
Pute River is one of river in Moros having beautiful natural panorama. It is very interesting to go along the channel to
enjoy mangrove and nipa palm trees in the left and right side of the river, and also limestone exposure which is
appeared partially from the river. Occasionally, visitors can see endemic fauna such as Sulawesi monkey, falcon, and
R.
Rammang-rammang (situs gua prasejarah), Di Situs prasejarah Ra m m a ng-ra m m a n g terdapat 3 situs gua
prasejarah yang masing-masing m e m i l i ki peni ngga l a n yang berbeda. Lukisan d i n d i ng d i gua prasejarah yang ada d i
Rammang-Rammang Prehictoris Park is a part of Pute River journey series. There are around 300 prehistoric caves
with different evidences. Comparing with Leang-leang cave evidences describe hunting activities in lowland and
marked by deer-hog painting, Rammang-Rammang has rock art painting describes hunting activities in coastal area
Reatoa (Sumber Air Panas), Reatoa a d a l a h n a m a sebuah desa yang m e m i l i k i obyek wisata s u m be r a i r panas. Selain
sebagai tem pat rekreasi bagi masyarakat, juga jadi la boratorium a l a m oleh mahasiswa u ntuk melakukan peneliti a n .
There is hot spring in Reatoa Village. The area turns into the natural laboratory by students and recreation place by
local people.
1 1 1
Objek Wisata d i Kabupaten Pangkep
A.
Agrowisata, Kondisi ta n a h yang subur menj a d i ka n Kabupaten Pangkep sebagai penghasi l buah terbesar d i Sulawesi
Selata n . Terdapat ratusan hekta r kebun buah jeruk bali dan j a m bu mete d i Keca matan Ma'ra ng, sekitar 1 3 kilometer
Pangkep is one of the largest fruit producer in South Sulawesi. There are hundreds hectares of pamelo, orange, and
cashew fruit yard in Ma'rang Sub-district (13 km from Pangkaje'ne City). Markets for agriculture product are some
c.
Cam ba-Ca mbang (Pulau), P u l a u kecil yang dijuluki Pulau N i rwana i n i da pat d itempuh dalam waktu 20 menit dengan
pera h u motor dari Desa Pu ndata Baj i . Setiap bulan Safar dalam kelendar Islam, tem pat ini ramai di kunj u ngi
masyarakat untuk melakukan tradisi Je'ne Sappara, ya itu trad isi berenang d i pantai yang d i percaya oleh masyara kat
Camba-Cambang, which named "Pu/au Nirwana" {Nirvana Island}, is a small island can be reached about 20 minutes
by motorboat from Pundata Baji Village. Tourists can enjoy sunshine on the beach. There are some gazebos as shelter.
In the Safar month of Moslem calendar, Camba-Cambang is crowded by the people doing "Je'ne Sapporo" tradition.
Cengkeh (Pulau), Ditempuh dalam waktu 30 menit menggunakan pera h u motor dari Biring Kassi, merupakan pulau
yang menjadi habitat penyu. Pada saat-saat tertentu d i musim kemarau, ribuan a n a k penyu yang baru saja ditetaskan
akan m u ncul d i panta i . Diperkirakan rata-rata hanya satu dari sep u l u h anak penyu yang mampu berta h a n hidup.
Cengkeh Island can be reached about 30 minutes by motorboat from Birring Kassi. The island is a place where tortoises
hide their eggs. The amazing nature in Cengkeh Island gives long life period for them to be survive more than 1 00
years. During birth season, Cengkeh Island become a "party" place for sea birds. In the dry season, particularly
1 12
thousands of tortoise baby move to the sea before they become victim for sea birds. There only one of ten tortoise
D.
Dewi Tana rajae (Desa Wisata), Ta narajae adalah sebuah desa wisata nelayan, biasa d isebut Dewi Nelayan, d a pat
dicapai dengan motorboat selama 45 menit dari Limbangang dengan menyusuri Sungai La i ka ng. D i tempat i n i kita
d a pat menya ksi kan fa u n a l angka seperti biawak, berbagai jenis buru ng, dan kalelawar yang bergelantungan d i hutan
Tanarajae, o r called "Dewi Nelayan" (The Goddess of Fisherman) is a fisherman tourism village. This place can be
reached using motorboat about 45 minutes from Limbangan go along Laikang River. Along the river, we can see many
unique fauna, such as: monitor lizards, many kinds of bird, and hanging down bats in the mangrove forest.
K.
Kalibone-Pa ndang La u-Pa ngkajene (Wisata Su ngai), Wisata sungai d i lokasi ini d i m u l a i dari Kalibone, perbatasan
a ntara M aras dan Pa ngkep, menempuh 1 - 2 jam perjalanan dengan jolloro ( perahu motor tempel) menyusu ri sungai
yang sepanjang tepi nya d i ri m b u n i oleh hutan bakau. Kita d a pat menikmati pemandangan bu kit ka rst dan a ktivitas
peta n i menangkap ikan dan udang di sunga i . Di muara s u ngai, tepatnya di Binanga Sa ngkara kita d a pat melihat
masyarakat nelayan mena ngkap d a n mengelola kepiting yang akan diekspor serta diolah menjadi terasi. Perjalanan
wisata susur s u ngai i n i seperti mengantar kita mengenang sejarah Kerajaan Sia ng, d i mana su ngai i n i pernah menjadi
Start from Kalibone in the border area of Maros-Pangkep, about 2 hours exploration with "Jolloro" (outboard motor
boat) in Soreang River with mangrove forest, is an attractive journey. Karst scenery and fish and shrimp farmers along
the riverbank are interesting objects for photographers. There are also kinds offauna and birds. In the river estuary, in
Binanga Sangkara, there is Pandang Lau fisherman village with 600 inhabitants which treat the crabs for be exported.
Going out from Pandang Lau, there is coastal area before turning into Mas Damoi River {Pangkajene River) to
Pangkajene City where the journey will be end. Along Mas Damai River is known as the trade harbor of Siang Kingdom.
1 13
Ka poposan (Pulau), Pulau Kapoposan adalah a rena bagi penggem a r scuba diving. Dibutuhkan waktu sekitar 1 jam
dari Kota Ma kassar dengan mengg u n a ka n speedboat untuk mencapai pulau i n i . Batfish, tuna, h i u, napoleon, pari, dan
berbagai jenis ikan serta biota laut eksotik lai nnya akan ditemukan dia ntara teru mbu karang d i dalam laut. Fasi l itas
pengi napan telah ada d i pulau ini bagi wisatawan yang ingin bermalam.
Kapoposan Island is diving area for scuba diving lovers. We need 1 hour to reach the island from Makassar using
speedboat. Under the sea, there is batfish, tuna, sharks, napoleon fish, rayfish, and many kinds offish, exotic sea biota
and unique forms of coral ridge. Some inns were built for visitors who want to spend the night in Kapoposan.
L.
Langkadea (Pulau), P u l a u Langkadea dapat ditempuh sekitar 2 jam dari Bi ring Kassi ke arah ba rat Kota Pa ngkajene.
Penyeberangan d i la ku ka n dengan pera h u motor. Di pulau ini wisatawan dapat berena ng, snorkling, dan memancing.
I n Biring Kassi, about 15 minutes to the west side of Pangkajene, there is a harbor supplying motor boat to bring
tourists to the white sand beach island for about 70 minutes. Tourists will have swimming, snorkeling, and fishing
around Langkadea Island. There are some guesthouses for tourists who will stay overnight.
M.
Matta mpa (Ta man Wisata), Tam a n Wisata Matta m pa terletak
1 14
Mattampa Tourism Park is located in strategic location in Makassar-Tana Toraja axis road, exactly in Samalewa,
Bungoro Sub-district. It is 1 1-hectares beautiful recreation park completed by public facilities such as international
standard swimming pool, gazebos, fishponds, restaurants, sport facilities, and karst museum. There is also a cave and
P.
Pa nnambungang (Pulau), Pulau Pannambungang dapat ditempuh sekita r 1 jam dengan perahu motor dari
pela buhan Biring Kassi. Di sekitar pulau i n i terdapat sej u m l a h teru mbu karang yang d a pat d i n i kmati pada saat
snorkling. Pulau ini j uga menjadi tem pat yang nya m a n untuk berena ng, memanci ng, dan berselancar.
This island can be reached in 1 hour using motorboat from Biring Kassi harbor. There are lots of coral ridge which is
suitable for diving and snorkeling. This island is also a comfortable location for swimming, fishing, and wind surfing.
Poda ng-Podang (Pulau), Pulau Poda ng-podang dapat d item p u h sekitar 1 jam dengan pera h u motor dari pelabuhan
Biring Kassi. Pulau i n i memiliki pantai berpasir putih. Pengunj u ng da pat berenang d a n berjemur d i tempat ini.
Podang-podang Island has places for swimming and sunbathing. The island can be reached in 1 hour using motorboat
s.
Salemo (Pulau), Pulau Salemo, terletak di sebel a h utara Kota Pa ngkajene, d a pat d itempuh 1 jam menggunakan
motorboat. Di pulau i n i terda pat i n d u stri pengolahan kepiting jenis raj u ngan yang diolah secara higienis u ntuk
dieksport ke berbagai nega ra. Pengunj u ng d a pat melihat proses pengolahannya dari awal h i ngga siap untuk
d i pasarka n .
Limbangang, about 15 minutes to the north of Pangkajene, is a small pier that provides motor boats to bring tourists
to Salemo Island in 1 hour pass along Laikang River with mangrove trees. Along the river, tourists can see fish captors
l I5
with small hut on the river which usually called "dari" by local people. There is a number of traditional houses on stilts
and hundreds hectares of fishes and shrimps embankments. Salemo Island can be seen from the river estuary area.
Sumpang Bita {Taman Prasejarah & Situs Gua Prasejarah), Terleta k di Keca matan Balocci, sekitar 17 ki lometer
dari kota Pa ngkajene. Untuk mencapai m u lut gua peng u nj u ng harus menapaki ratusan anak tangga. D i obyek wisata
yang menem pati a real seluas 20 hektar ini terdapat fasil itas kolam renang dengan air sega r bersu m ber dari g u n u ng
ka rst.
It is located in Balocci Sub-district, about 1 7 km from Pangkajene. The cave can be reached by passing the pathway.
w.
Wisata Tam ba k, D i Desa P u ndata Baj i, Keca matan Labakka ng, membentang ratusan hektar ta mbak ikan d a n udang.
D i desa i n i pengunj u ng dapat m e n i kmati a neka seafood pada restoran-restoran berkonstruksi rumah pa nggung
tradisional yang d i bangun d i atas sebuah ta mbak, sambil menyaksikan petani tambak dengan pukat tradisional nya
mena ngkap ikan b a ndeng d a n udang sega r. Restoran-restoran tersebut j uga berfungsi sebagai penginapa n sederhana
bagi yang ingin mengi n a p d a n meni kmati sugu h a n musik serta tarian tradisional pada malam hari.
In Pundata Baji Village, Labakkang Sub-district, there are hundreds of fish and shrimp embankments, traditional
houses on stilts, and restaurants built on embankments which sell fresh seafood. Tourists can enjoy seafood while
watching the fish farmer catch milkfish and fresh shrimps. This restaurant also functioned as an inn for anyone who
will stay overnight night and to have traditional music and dance.
1 16
5
Konservasi Alam d a n Benda Cagar Budaya
Cultural Heritage and Natu re Conservation
terpel i hara secara baik dan terl i ndu ngi sehi ngga
modal dasar bagi kehidupan manusia. Dari titik pandang i n i l a h ide konservasi kemudian berkem ba ng menjadi suatu
usaha yang d itujukan pada pemeliharaan tanah, h utan, margasatwa, dan situs-situs arkeologi dan sejarah (Subroto,
1995: 1-2).
Generally, conservation means preservation or protection. In the beginning, conservation is related to the utilization of
soil, water, plant, animal, and mineral. In this case, conservation means an effort to utilize soil and other resources
wisely, in order to keep and protect for a long time. The idea about the conservation is emerged by awareness that soil
and other resources in every area have limited endurance, whereas it is the basic need for human life. Then, the idea of
conservation is expanded as an effort to keep soil, forest, wild animal, and archaeological or historical sites (Subroto,
1995: 1-2).
1 17
Konservasi l i ngkungan secara luas berhu b u ngan dengan pengkaj i a n A N DAL (Analisis Dampak Lingku nga n ) d a n AM DAL
(Analisis Masalah Dampak Lingkunga n ) . D i bidang l i ngkungan ini konservasi d i a rtikan dalam beberapa pengertian,
yaitu : (1) Konservasi, adalah u paya pemeliha ra a n yang bersifat khusus terhadap suatu tempat atau lokasi agar dapat
d i pertahankan sesuai dengan konsep awalnya. Pemelihara a n d i lakukan dengan memperti m ba ngkan aspek sejarah,
budaya atau n i la i - n i l a i tradisional, fungsi sosial dan ekonomi, i k l im, d a n lokasi geografisnya; 2 ) Renovasi, yaitu u paya
mengganti bagia n-bagian ged ung tua, baik secara parsia l atau keseluruha n , dengan m a ksud mengadaptasi bangu n a n
tersebut untuk tuj u a n penggunaan b a r u , a t a u tetap pada fungsi sebel u m nya, a t a u d ifungsikan dengan konsep
modern , atau sesua i dengan kondisi yang ada; (3) Restorasi, adalah u paya mengem b a l i ka n suatu tempat ke kondisi
sem u l a dengan melakukan pem bersihan dan pemasangan kembali bagia n-bagian yang asli atau bagian yang telah
h i l a ng; d a n (4) Rekonst ru ksi, adalah u paya mengembalikan kondisi suatu tempat yang memungkinkan kel ihatan asli
Actually, environment conservation is related to the study of Environment Impact Analysis and Environment Impact
Problem Analysis. By this point of view, conservation means in some understandings: (1) Conservation, is an
encouragement effort, specifically in a place or area in order to keep as the original concept of its, in accordance with
the historic, cultural or traditional values, economy and social function, climate, and geographic position; (2)
Renovation, is an effort to alternate old buildings, both all of the building part or partially, to adapt the building for
new purposes, or still with the original function, or make a modern concept function, or to adjust to the condition; (3)
Restoration, is an effort to renovate a place back to the original condition by cleaning and reinstalling the original or
lost parts; (4) Reconstruction, is an effort to renovate possibly looks like the original as Jong as it is known. (Danisworo,
1997: 18-19}.
Dalam terminologi a rkeologi, konservasi mencakup: konservasi (conservation) secara teknis m isal nya preservasi,
rehabil itasi, rekonstruksi, dan restorasi. Tugas pokok konservasi a rkeologis adalah maintenance (pemeliharaan),
preservation (pengawetan), restoration ( pemugaran), reconstruction ( rekonstru ksi) dan adaptation (penyesuaian). Di
sini konservasi tidak lain adalah u paya teknis yang d i lakuka n dengan prosedur atau tatakerja yang sistematik agar
benda-benda a rkeologi ( benda cagar budaya) baik yang bergera k (movable) maupun yang tidak bergerak (unmovable)
1 18
da pat terl i n d u ngi d a n terpelihara. Konservasi d i la k u ka n berbeda-beda sesuai jen is, sifat, d a n kerusakan yang dialami,
atau ancaman yang d i hadapi sebuah situs atau benda cagar budaya.
From the archaeological term, conservation is included the technical conservation such as preservation, rehabilitation,
reconstruction, and restoration. The tasks are maintenance, preservation, restoration, reconstruction, and adaptation.
In addition, conservation is a technical effort which is applied by systematic procedures so that the cultural heritage,
both movable and unmovable, can be protected and maintained, based on the type, characteristic, and damage or
threaten.
Di I ndonesia, permasa lahan pelestaria n warisan budaya masa la m pa u ( BCB) telah menj a d i perhatian seja k awal abad
ke-20 yang d i lakukan mela l u i i nvetarisasi, dokumentasi, d a n restorasi dengan maksud menyela matkan benda-benda
sejarah dan p u rbakala dari kehancura n , h i la ng, rusak, atau seba b-seba b l a i n nya. Pada tahu 1931 Pemerintah Kolon i a !
sejarah d a n p u rbakala. Seiri ng dengan perke m ba ngan waktu, perangka t u nd a ng-undang peningga lan Belanda
tersebut dia ngga p tidak memadai d a n tidak sesuai lagi, seh ingga Pemerintah I ndonesia kemudian menggantikannya
denga n U n d a ng-U n d a ng Nomor 5 Ta h u n 1992 tenta ng Benda Cagar B udaya. Dengan perangkat h u ku m i n i la h
pelakasanaan konservasi secara u m u m d iselengga rakan d i I ndones ia . Konservasi sebaga i bagian d a r i u paya pelestarian
terhadap alam d a n benda cagar budaya merupakan satu kesatuan yang tak terpisa hkan sebagai upaya
In Indonesia, problems of cultural heritage conservation have noticed since 2dh century. Inventory, documentation,
and restoration have been carried out to save historical and archaeological objects from destruction, lost, damaging,
or other factors. In 1 931, the Dutch Government drew up the Monumenten Ordonantie, Staatblad 238, a regulation
concerning about protection of historical and archaeological objects. As time goes by, the Government of Indonesia
passed the National Law Number 5 of 1992 concerning about Cultural Heritage as the substitute of the Dutch
Government's law. By the National Law Number 5 of 1992, conservation is realized as a part of preservation efforts
mesol itik berupa l u kisan pada d i n d i ng gua (rock painting), alat batu, a lat tula ng, kulit kerang dan sisa-sisa makanan
(kjokkenmodinger). Di sisi l a i n d i kawasan i n i j uga berdiri i n dustri-industri yang mengeksplorasi sum berdaya a l a m i
m a rmer d a n batuga m ping sebagai bahan baku semen. Keberadaan ind ustri-industri tersebut memberi si nyal b u r u k
b a g i keberadaan gu a-gua prasejarah d i kawasan i n i . Sel a i n faktor perambahan ka rst, faktor l a i n yang bersifat
destruktif adalah a ktifitas peledakan dalam proses penga m b i l a n bahan baku semen dan marmer. Untuk mengatisipasi
kerusakan atau bahkan kepunahan ti ngga lan prasejara h , maka penting bagi kita untuk segera melakukan upaya-upaya
preventif.
Maros-Pangkep is an enrich area of Mesolithic period evidences, such as rock paintings, stone tools, bone tools, and
kjokkenmodinger. However, on the other hand, there are some mining activities that apply explosion method to exploit
marble and limestone resources. Explosion technical is known badly influential towards the prehistoric caves and
evidences. Concerning of this matter, it is very important to save the prehistoric evidences from damage or destruction.
Konsep perl indu ngan yang paling cocok ditera pkan pada situs yang berupa kawasan adalah sistem zonasi. Zonasi
meru paka n suatu u paya yang d itujukan untuk melindungi dan sekaligus mengatur peru ntukan lahan, serta
merupakan cara atau tek n i k yang kuat d a n fleksibel dalam mengontrol pema nfaatan lahan pada masa datang
(Ca l i cott, 1989 : 38 ) . Da lam i l m u a rkeologi zonasi d i a rtikan sebagai upaya menentu kan wilayah situs serta mengatur
dan mengenda likan setiap kegiatan d i setiap zona. Di d a l a m nya termasuk j uga penetapan aturan, rambu-rambu, atau
perundangan yang mengatur penggunaan lahan untuk berbagai kegiatan, sehi ngga keaslian situs d a n l i ngkunga n nya
The most accurate protection method applied in some archaeological sites is zoning system.
archeological term, zoning means an effort to arrange and control all activities
1 20
Pada prinsi pnya, zonasi wilaya h d itetapkan dengan mengacu pada n i l a i a rkeologis d a n keasl ian l i ngkungan masa la l u
yang merupakan satu kesatua n p a d a masanya . H a l i n i d i butu h ka n u n t u k mem perta hankan keaslian situs, baik yang
berhu b u ngan dengan keaslian bahan, bentuk, tataletak dan tek n i k pengerj a a n nya. Bentuk, jenis dan luas a real zonasi
yang d i butuhkan d idasarkan pada pert i m ba ngan-pertimbanga n : (1) aspek sebaran temuan d a n konteksnya; ( 2 ) aspek
l i ngkungan sebagai pendukung keberadaan situs, baik l i ngkungan yang m e m i l i ki konteks masa lalu, maupun
dukungan keserasian d a n keselarasan a nta ra situs dan l i ngkungan nya pada saat ini; (3) aspek kea manan d a n
Basically, zoning is determined by archaeological value and originality of the past environment which is related to
material, shape, location, and technique of making. Structure, type, and wide of the zoning area is considered based on
aspects: (1) distribution and context of evidences; (2) environment as a site existence supporting, both an environment
which has past time context, or the accordance and harmony between site and existing environment condition; (3) site
Bentuk zonasi yang d iterapkan di kawasan karst M a ros-pangkep adalah sistem sel yang secara garis besa r berupa
l i ngkaran yang mengeli l i ngi tiap situs gua prasejarah. H a l ini d idasarkan d i ka renakan lokasi setiap gua yang terpisa h
pisah, sementara kawasan i ni ada beberapa kepenti ngan yang harus d i a komodir. Di sa m p i ng itu, peraturan dan
perunda ngan merupakan u rgensi yang sa ngat penting d iteta pkan mengatur seti a p kegiatan yang berlangsung di
kawasan i n i . Dengan demikian d i harapkan berbagai kepenti ngan pengelolaan dan pema nfaatan kawasan karst Maros
Pangkep oleh masyarakat dan stakeholder, baik pemerintah m a u p u n swasta da pat terpen u h i secara proporsional,
tan pa terjadi konfl i k sosial m a u p u n politis, serta tidak mengganggu keberadaan situs prasejarah.
The zoning type of Maros-pangkep karst area is cell system which marginally looks like a circle surrounds every
prehistoric cave. Cell system is applied based on the location of coves which are separated, while there are some
interests that need to be concerned. Moreover, regulation and law are very important to draw up to provide
proportionally all of the activities or interests within the site, both by local community and stakeholder, private and
state sector, in order to avoid social or politic conflict, and to preserve all of the prehistoric caves and archaeological
remains.
121
Zonasi gua-gua prasejarah di kawasan ka rst M a ras Pangkep d ibagi atas tiga zona, ya k n i : ( 1 ) Zona Inti, d itetapkan
berdasarkan batas asli situs dalam a rtian masih terda patnya temua n-temuan a rkeologis d i wilayah ini, baik yang ada di
perm ukaan ta nah, maupun dari hasil ekskavasi, atau yang d i la kukan secara arbitrer, yakni batas yang d itentukan oleh
penel iti apabila batas asli situs tidak d a pat lagi d itemukan; (2) Zona Penyangga atau bumper area, berfungsi sebagai
zona yang melindungi wilayah i nti situs dari segala ganggu a n . La h a n pada wilayah penyangga ini d ifungsikan sebagai
l a h a n h ijau untuk memberikan kesejukan dan keindahan l i ngkungan dengan memperhatikan kesesua i a n a ntara setting
situs d a n l i ngkungan nya; (3) Zona Pengembangan, d i peruntukkan sebagai wi layah pema nfaatan situs bagi masyarakat
u m u m . Wilayah ini d a pat d i m a nfaatkan untuk tuj u a n ekonomis d a ri aspek pariwisata dengan terlebih d a h u l u
The zoning area of prehistoric caves i n Maros-Pangkep is divided into 3 zone area: (1) Main Zone, determined based on
original site border {there are archaeological evidences could be found in this area, both on land surface and result of
excavation}, or arbiter site border (a border decided by researchers if the original border cannot be found); (2) Buffer
Zone, an area to save the main zone from any disturbance, a greenery area for freshly air condition and marvelous by
concerning the appropriate between site setting and environment; (3) Development zone, an area to provide local
people carry out activities, especially in economic and tourism service sector, and area for tourism supporting facilities.
Dengan menerapkan sistem zonasi pada wilayah karst M aras Pangkep, diharapkan keberadaan gua-gua prasejarah
beserta tinggalan lain d i d a l a m nya d a pat tetap lestari d a n terl i n d u ngi d a ri bahaya kerusaka n . Keberlangs u ngan h i d u p
seluruh tinggal a n a l a m d a n budaya kawasan karts M a ras Pa ngkep sa ngat penting a rti nya u n t u k kepenti ngan ideologi
sebagai identitas dan jatidiri bangsa, kepentingan akademik sebagai s u m ber i l m u pengetah u a n, dan kepentingan
By applying zoning system in Maros-Pangkep area is expected that the existence of prehistoric caves and
archaeological evidences will be protected from damage, because natural and cultural heritage is very important as a
nation identity and source of history. In addition, natural and cultural heritage are important as the economic potential
1 22
6
Daftar Pustaka
Bibliography
Ad hisumartha, Sriya d i . 2002. "Kabupaten M aras", dalam Kompas Cyber Media. Ja karta : Kompas.
Anon i m . 2006. Profil Pariwisata Maras. Maras : Kantor Pariwisata dan Seni Budaya Kabu paten M a ros.
Badan Pusat Statistik Ka bu paten M a ras. 2006. Moros da/am Angka. Ma ras : B PS dan BDI Kabupaten M a ras.
Balai Konservasi Sumber daya Alam Su lawesi Selatan I . 2006. Rencana Pengelolaan Toman Nasional Bantimurung
Bu/usaraung {2006-2031). M a kassar : Di pa Bagian Anggaran 69 Balai KSDA Sulawesi Selata n .
Bemmelen, R . W . van . 1949. The Geology of Indonesia. vol . IA, M arti n us N ijhoff, T h e Hague.
Bel lwood, Peter. 1997. Prehistoty of the lndo-Malaysian Archipelago. Second Revised Edition. Honol u l u : U niversity of
Hawaii Press.
B inford, R. Lewis. 1972. Archaeology as Anthropology: An Archaeological Perspective, New York: Semiar Press.
Brian M. Faga n . 1978. Archaeology: A Brief Introductio n . Boston-Toronto : Little, Brown and Company.
Cleere. 1989. Archaeological Heritage Management in the Modern World, (ed). London : Unwin Hym a n .
Clover, l.C. and Clover E . A . , 1970. Plestocene Flake-Stone-Tools from Timar and Flores, M a n k i n d .
David B u l beck, F., Nasruddin, 2002. "Description a n d Prel i m i n a ry A na lysis o f t h e M in anga Sipa kko pottery, M a m uj u ,
South Su lawesi, I ndonesia". Kumpu/an Maka/ah Pertemuan Jlmiah Arkeo/ogi VIII, Yogyakarta, 15-19 Februari
1999. I AA I .
Darvill, Timothy. 1 9 9 5 . Value Systems i n Archaeology. M a lcolm A . Cooper, etc ( e d ) . Managing Archaeology. London
and New York. Routledge.
Deetz, James. 1967. "I nvitation to Archaeology". The Natura l H istory Press. New York.
Drajat, Hari U ntoro. Ta npa ta h u n . " Benda Cagar Budaya Peringkat Lokal, Regional, Nasional dan G lobal".
1 23
Eriawati, Y.J., 1992. "Strategi Adaptasi Perolehan Makanan Pada Manusia Peng h u n i Kompleks G u a Pa ngkep, Sulawesi
Selatan", d a l a m Pertemuan lfmiah Arkeologi. M a l a ng.
Eriawati, Y.J . dan l ntan S. Fadhlan M., 1995. Guo-Gua Di Maras Dan Pangkep, Sulawesi Selatan. Laporan Penelitian
Bidang Arkeometri. Ja karta : Puslit Arkenas.
E riawati, Yusmai n i ; Vita ; M . Fadlan S. l ntan, dkk. 1997. Penelitian Suberdaya Alam {Lingkungan Vegetasi) di Situs
Kompleks Gua Wilayah Maras Sulawesi Selatan . Jakarta : Pusat Penelitian Arkeologi Nasional.
H eekeren, H . R.va n . 1972, The Stone Age of Indonesia. Den Haag : Verhandelingen K ITLV, LXI .
H u bert, Forestier. 2007. Ribuan Gunung, Ribuan A/at Batu. Ja karta : Kepustakaan Populer Gramedi a .
I G e d e Ardika. 1 9 9 6 b . "Peni ngkatan Potensi Gua untuk Penge m bangan Wisata M i nat Khusus", dalam Simposium
Nasional II Lingkungan Karst. Jakarta .
l ntan S. Fadhlan M . , dkk. 1991. "Situs-Situs Gua Di Kab. M a ros Dan Kab. Pangkep, Sulawesi Selata n " . La poran
Penelitian Bidang Arkeometri, Puslit Arkenas.
lntan S. Fadhlan M., 1996. "Kajian Geologi Terhadap Pembentukan Ruang Di Situs Kompleks G u a-Gua M a ros, Su lawesi
Selata n",dalam Pertem u a n l l m i a h Arkeologi : Cipanas-Jawa Ba rat : IAAI, 12-17 Maret 1996.
Kantor Menteri Negara Lingkungan H id u p, 1999. Kawasan Karst di Indonesia: Potensi dan Penge/o/aan
Lingkungannya, Jaka rta .
Kasnowihardjo, G u n a d i . Manajemen Sumberdaya Arkeo/ogi 2. Banj a rbaru : l katan Ahli Arkeologi Indonesia Komisariat
daerah Ka l imanta n .
Kel u a rga Mahasiswa Arkeologi U n iversitas Hasanuddin ( KAISAR). 2003. Laporan lnventarisasi dan Dokumentasi Leong
Prasejarah Maras Tahap Pertama. M akassar : t.tb.
Kosasi h . 2000. "Potensi Gua dalam Arkeologi d a n Prospek Wisata M inat Kh usus", dalam WalennaE no.5. Makassar :
Balai Arkeologi M akassar.
Lobeck,A. K., 1939. Geomorphology. N ew York : McGraw- H i l l Book Com pany, Inc.
M a rjatmo, 1985. "Pengembanga n Gua sebagai Obyek Wisata", dalam Simposium Nasional I Lingkungan Karst,
Jakarta.
1 24
M uslimin Nasution, 1999a. " Pendataan d a n Pemanfaatan Kawasan Karst dan Gua di I ndones i a ", d a l a m
Lokakarya
Penyusunan Konsep Nasional Pendayagunaan Kawasan Karst Indonesia. Jakarta : Pusat Penelitian Arkeologi
Nasional.
Nasruddin, l ntan S. Fa d h l a n M., 1996. "ldentifikasi G ua-gua Hunian Prasejarah d i Daera h Pangkep, Sulawesi Selatan",
dalam LPA Bidang Prasejarah, Ja karta : Pusat Penelitian Arkeologi Nasion a l .
Said, Andi M u h . 2000. "Zoning Gua - Gua Prasejarah di Ka b u paten M a ras - Pangkep". Thesis. Un iversitas Indonesia.
J a karta.
Samodra, Hanang. 2003. "Nilai Strategis Kawasan Kars d i I ndonesia dan Usaha Penge lolaannya Secara berkelanjutan"
disampaika n pada Pelatihan Dasar Geologi untuk Pecinta Alam don Pendaki Gunung. Bogar : ttb.
Sartono & Astad i reja, 198 1 . Geologi Kuarter Sulawesi Selatan. Bandung : P3G dan ITB.
Sedyawati, Edi. 2006. Budaya Indonesia Kajian Arkeologi, Seni, don Sejarah. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.
Setiawan, Pindi, 1999, "Gua-gua Prasejarah d i I ndonesia dan kendala pelestarian nya", d a l a m Maka/ah Lokakarya
Kawasan Kars. J a ka rta : Direktorat Jendral Geologi dan S u m be r Daya M i neral.
Sharer, d a n Ashmore. 1979. Fundamentals Of Archaeology. London: The Benj a m i n Cu m m i ngs Publ ishing Company.
Simanj u ntak, Tru m a n . 1994 Mesolitik d i Indonesi a : Suatu Tinjauan, d a l a m Bidang Prsejarah Pusat Penelitian Arkeologi
nasional. ( be l u m terbit) .
Simanj u ntak, Tru m a n, 1992. "Neolitik di I ndonesia, Neraca d a n perspektif penelitian", d a l a m Jurnal Arkeologi
Indonesia 1. J a karta : IAAI.
1 25
Soedjono, R . P, et, al 1970, "The Austra l i a n - I n donesian Archeological Expedition in Sulawesi", dalam Asi a n
Perspective vol . X I I I .
Soedjono, R . P, 1981, Aspek-aspek Arkeologi Indonesia : Tinjauan tentang pengkerangkaan prasejarah Indonesia.
Jakarta : Proyek Penelitian Purbakala.
Soejono R.P., 1984. (ed) Sejarah Nasional Indonesia I, Jakarta : Balai Pustaka,
Soekamto, Rab., 1982 Geologi Lembar Pangkajene dan Watampone Bagian Barat, Sulawesi. Bandung : Pusl itbang
Geologi.
Suda rsono, 1999. "Kawasan Ka rst sebagai Obyek Pariwisata" , dalam Lokakarya Penyusunan Konsep Nasional
Pendayagunaan Kawasan Karst Indonesia, J a karta.
S u kendar, H a ris.2001. "Su m berdaya Arkeologi Su lawesi dan Pemberdayaannya d a l a m M e n u njang Pembangunan
Daerah" dalam Memediasi Masa Latu, M a h m ud, M . l rfan (ed). M a kassar : Lephas.
S u m a ntri, lwan. 1996. Pola Pemukiman Gua-Gua Prasejarah di Biraeng Pangkep Sulawesi Selatan. Jakarta : Thesis
U n iversitas I n donesia.
Ta n u d i rjo, Daud. 1998. "Cultural Resource M a nage m e nt sebagai M a n ajemen Konflik", dalam Artefak no.19.
Yogyakarta : H i m p u n a n M ahasiswa Arkeologi FS-U G M .
______ . 2005. Warisan Budaya untuk Semua Arah Kebijakan Pengelola Warisan Budaya Indonesia Di Masa
Mendatang, hasil Kongres Kebudayaan V Di Bukit Tinggi. Jakarta ; t.tb.
Tja hyadi, R., dkk, 1981. Peta Hidrogeologi Lembar Pangkajene dan Watampone Bagian Barat Sulawesi Se/atan. Dit.
Geologi Tata Lingkungan, Bandu ng.
U n d a ng-Undang Republik I ndonesia N omor 5 Ta h u n 1992 tentang Benda Cagar Budaya ( BCB)
Yoeti, Oka A. 2001. "Strategi pemasara n Daerah Tuj u a n Usaha Menyongsong Penerapan Otonomi Daerah", d a l a m
Jurnal Pariwisata Stiepar Yapri Volume 1. B a n d u n g : Pusat Penelitian dan Pengabdi a n p a d a M ayarakat Stiepar
Yapri B a n d u ng.
Wh itten, Anthony, M u s l i m i n M ustafa ., d kk. Ekologi Sulawesi. Yogyakarta : Gadj a h Mada U n iversity Press.
1 26
Banyak warisan budaya Indonesia yang tak ternilai telah tercemar, rusak, hancur,
hilang, atau terancam kelestariannya akibat ketaktahuan, ketakpedulian,
ketakmampuan, dan salah urus demi keuntungan jangka pendek dan kepentingan
kelompok tertentu termasuk warisan budaya yang terdapat di gua-gua prasejarah
Maros-Pangkep Sulawesi Selatan.
Untuk itu perlu segera dilakukan upaya-upaya pelestarian warisan budaya yang
terdapat di kawasan gua-gua prasejarah Maros-Pangkep ini, melalui beragam
kegiatan pengelolaan warisan budaya berupa kegiatan penelitian, perencanaan,
perlindungan, pemeliharaan, pemanfaatan, pengawasan, dan/atau
pengembangan secara selektif untuk menjaga kesinambungan, keserasian, dan
daya dukungnya dalam menjawab dinamika jaman untuk membangun kehidupan
bangsa yang lebih berkualitas.
Whit effort heritage conservation in Indonesia will help to affirm the nation's
identity in the world's very diverse and dynamic community, enhancing the quality
of life, and to provide valuable contribution to the world community.