Anda di halaman 1dari 20

BUDAYA POLITIK INDONESIA

GURU : SUTIAH, S.Pd.I

PERTEMUAN KE-1

Tujuan Pembelajaran
1. 2. 3. Setelah mempelajari bab ini, siswa diharapkan mampu : Menjelaskan pengertian budaya politik. Menganalisis tipe-tipe budaya politik yang berkembang dalam masyarakat Indonesia. Mendeskripsikan pentingnya sosialisasi pengembangan budaya politik. Menampilkan peran serta budaya politik partisipan.

4.

Referensi
1. Kokom Komalasari. KTSP 2006. Pendidikan Kewarganegaraan SMK XI. Bandung : Penerbit ARMICO 2. Budiyanto. KTSP 2006. Pendidikan Kewarganegaraan SMK XI. Jakarta : penerbit ERLANGGA.

STRUKTUR MATERI Pertemuan 1


1. Menjelaskan pengertian budaya politik. 2. Menganalisis tipe-tipe budaya politik yang berkembang dalam masyarakat Indonesia. 3. Mendeskripsikan pentingnya sosialisasi pengembangan budaya politik. 4. Menampilkan peran serta budaya politik partisipan.

A. Pengertian Budaya Politik


Makna Budaya Budaya berasal dari bahasa sansekerta, yaitu buddhayah, ialah bentuk jamak dari buddhi yang artinya budi dan akal. Konsep budaya menurut para ahli Sir Edward Taylor kebudayaan adalah kompleks keseluruhan dari pengetahuan, keyakinan dan kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan semua kemampuan dan kebiasaan yang lain yang diperoleh oleh seseorang sebagai anggota masyarakat. Koentjaraningrat, mendefinisikan kebudayaan sebagai keseluruhan gagasan dan karya manusia yang harus dibiasakannya dengan belajar, beserta keseluruhan dari hasil budi dan karyanya itu. Selo soemardjan dan soelaeman soemardi mendefinisikan kebudayaan sebagai semua hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat

Pengertian Politik Politik berasal dari bahasa Yunani polis yang berarti kota yang bersatatus negara kota Bahasa Arab siyasyah yang berarti strategi Politik menurut para ahli: Roger F. Soltau merupakan ilmu yang mempelajari negara, tujuan-tujuan negara, dan lembaga-lembaga negara yang akan meleksanakan tujuan-tujuan itu, dan hubungan antara negara dengan warga negaranya serta dengan negara lain Harold Laswell ilmu yang mempelajari pembentukan dan pembagian kekuasaan Joyce Mitchell pengambilan keputusan kolektif atau pembuatan kebijaksanaan untuk masyarakat Mariam Budiarjo politik selalu menyangkut tujuan masyarakat dan bukan tujuan pribadi seseorang.

Pengertian Budaya Politik Almond dan powell merupakan suatu konsep yang terdiri dari sikap, nilai-nilai dan keterampilan yang sedang berlaku bagi seluruh anggota masyarakat termasuk pola-pola kecenderungan khusus serta pola-pola kebiasaan yang terdapat pada kelompok-kelompok masyarakat. Rusadi Kantaprawira sebagai pola tingkah laku individu dan orientasinya terhadap kehidupan politik yang dihayati oleh para anggota sistem politik Alan R. Ball suatu susunan yang terdiri dari sikap, kepercayaan, emosi, dan nilai-nilai masyarakat yang berhubungan dengan sistem politik.

B.TIPE BUDAYA POLITIK


1. Tipe-Tipe Budaya Politik Budaya Politik Parokial (Parochial Political cultur), yaitu tingkat

partisipasi politiknya sangat rendah, yang disebabkan factor kognitif (misalnya tingkat pendidikan relatof rendah). Budaya politik subjek (subjek political culture), yaitu masyarakat bersangkutan sudah relative maju (baik social maupun ekonomonya)tetapi masih bersifat pasif. Budaya poltik partisipan, merupakan tipe budaya pilitik yang ideal yaitu budaya politik yang tandai dengan kesadaran politik yang tinggi. Almond dan Verba menyimpulkan bahwa budaya politik warga Negara adalah budaya politik campuran yang didalamnya banyak individu yang aktif dalam politik, tetapi banyak banyak pula yang mengambil peranan sebagai subjek yang pasif. Budaya politik ini menurut Almond dan verba terdiri dari tiga bentuk yaitu: Budaya politik subjek-parokial Budaya politik subjek-partisipan Budaya politik parokial-partisipan

2. Perkembangan tipe budaya politik masyarakat Indonesia Berikut ini dipaparkan kesimpulan sementara tentang budaya politik Indonesia: Budaya politik Indonesia disatu pihak masih bersifat parokial-kaula dan budaya partisipan dilain pihak Sifat ikatan primodial masih berakar kuat pada masyarakat Indonesia. Kecenderungan budaya politik Indonesia yang masih memegang kuat paternalisme. C. SOSIALISASI BUDAYA POLITIK

1. Makna sosialisasi kesadaran politik


Kesadaran politik atau dalam istilah asing disebut political awwarness. Menurut pandangan M. Topan, kesadaran politik merupakan proses batin yang menampakkan keinsyafan dari setiap warga Negara akan pentingnya urusan kenegaraan dalam kehidupan bernegara. Kesadaran politik dapat tercipta salah satunya melalui sosialissai politik (political socialization). Secara umum sosialisasi politik adalah proses dengan mana individu-individu dapat memperoleh pengatahuan, nilai-nilai, dan sikapsikap terhadap system politik masyarakat.

Pengertian sosialisasi politik menurut para ahli: Michael Rush dan Phillip Althoff, mengatakan bahwa sosialisasi politik adalah proses bagaimana memperkenalkan system politik pada seseorang dan bagaimana orang tersebut menentukan tanggapan serta reaksi-reaksinya terhadap gajala-gejala politik. Almond dan powell mengartikan sosialisasi politik sebagai proses dimana sikap-sikap dan nilai-nilai politik ditanamkan kepada anakanak sampai mereka dewasa, dan orang-orang dewasa tersebut direkrut ke dalam peranan-peranan politik tertentu. Richard E. Dawson , dkk sosialisasi politik dapat dipandang sebagai suatu pewarisan pengetahuan, nilai-nilai dan pandangan-pandangan politik dari orang tua, guru, dan sarana-sarana sosialisasi lainnya kepada warga Negara baru dan mereka yang menginjak dewasa.

Dengan demikian sosialisasi kesadaran politik mengandung makna proses penyadaran seorang individu atau masyarakat untuk memiliki minat dan perhatian terhadap semua kegiatan politik yang berlangsung dalam satu system politik yang berlangsung dilingkungannya yang ditunjukkan dengan berbagai partisipasi dalam berbagai bidang kehidupan terutama dalam hal pengawasan dan pengoreksian berbagai kebijakan politik dari negaranya.

2. Mekanisme sosialisasi budaya politik

Mekanisme sosialisasi budaya politik mengandung pengertian berupa cara-cara atau teknik penanaman atau pembentukan nilai-nilai politik kepada individu atau anggota masyarakat untuk memperkuat dan mengarahkan orientasi politik yang telah ada dalam dirinya. Menurut Robert Le Vine terdapat tiga mekanisme sosialisasi pengembanagn budaya politik, yaitu imitasi, instruksi dan motivasi. Imitasi, yaitu proses sosialisasi melalui peniruan terhadap perilaku yang ditampilkan individu-individu lain, dan merupakan hal yang amat penting dalam sosialisasi pada masa kanak-kanak. Instruksi mengacu pada proses sosialisasi melalui proses pembelajaran baik secara formal(di sekolah), in formal (pendidikan di keluarga) maupun dalam bentuk nonformal(diskusidiskusi kelompok, organisasi dan sebagainya). Sedangkan motivasi merupakan mekanisme prosess sosialisasi yang dikaitkan dengan pengalaman individu pada umumnya yang secara langsung medorong dirinya untuk belajar dari pengalaman-pengalamannya mengenai tindakantindakan yang sesuai dengan sikap-sikap dan pendapatnya sendiri.

Adapun sarana yang dapat dijadikan sebagai perantara/sarana dalam sosialisasi politik, antara lain: Keluarga Wadah penanaman (sosialisasi) nilai-nilai politik yang paling efisien dan efektif adalah keluarga. Dimulai dari keluarga inilah antara oranng tua dengan anak sering terjadi obrolan politik ringan tentang segala hal, sehingga tanpa disadari terjadi transfer pengetahuan dan nilai-nilai politik tertentu yang diserap oleh si anak. Sekolah Ketika masuk sekolah, disadari atau tidak, anak pun belajar tentang nilai-nilai, norma dan atribut Negaranya. Proses pengetahuan politik siswa mulai terbentuk semenjak TK. Disekolah ada gambar presiden dan wakil presiden dan tidak jarang dipasang juga gambar tokoh-tokoh yang lain. Ketika memasuki SD sampai ke jenjang SMP, SMA bahkan sampai perguruan tingg, pemahaman nilai-nilai politik siswa harus ditingkatkan terutama melalui mata pelajaran PKn(civics education) Partai politik Salah satu fungsi partai politik adalah berperan sebagai agen sosialisasi politik. Ini berarti partai politik tersebut setelah merekrut anggota kader maupun simpatisannyabaik secara periodik maupun pada saat kampanye mampu menanamkan nilai-nilai dan norma-norma dari satu generasi ke generasi berikutnya. Partai politik harus mampu menciptakan image memperjuangkan kepentingan umum, agar mendapat dukungan luas dari masyarakat dan senantiasa dapat memenangkan pemilu.

D. BUDAYA POLITIK PARTISIPAN

1. Bentuk-bentuk budaya politik partisipan a. Pengertian partisipasi politik


Partisipasi politik adalah kegiatan seseorang atau sekelompok orang untuk ikut serta secara aktif dalam kehidupan politik, seperti memilih pimpinan Negara atau upaya-upaya mempengaruhi kebijakan pemerintah. Pendapat para ahli tentang konsep politik: Mariam Budiarjo, mendefinisikan partisipasi politik sebagai kegiatan seseorang atau sekelompok orang untuk ikut secara aktif dalam kehidupan politik, yaitu dengan jalan memilih pimpinan Negara secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi kebijakan pemerintah Michael Rush dan Philip Althoff, mengatakan bahwa partisipasi politik ialah keterlibatan individu sampai pada bermacam-macam tingkatan dalam system politik Herbert McClosky, mengungkapkan bahwa partisipasi politik merupakan kegiatan pribadi warga Negara masyarakat melalui mana mereka mengambil bagian dalam proses pemilihan penguasa, dan secara langsung atau tidak langsung, dalam proses pembentukan kebijakan umum.

b. Bentuk-bentuk partisipasi politik


Samuel Huntington dan Joan M.Nelson berhasil mengidentifikasi empat bentuk partisipasi politik, yaitu: Kegiatan pemilihan, obbying, Kegiatan organisasi, Mencari koneksi, Tindakan kekerasan,

c. Tingkatan partisipasi politik


aktivitas Partisipan
Pejabat partai sepenuh waktu. Pemimpin partai/ kelompok kepentingan

Petugas kampanye anggota aktif dari partai/kelompok kepentingan. Aktif dalam proyek-proyek sosial

Pengamat

Menghindari rapat umum anggota partai/kelompok kepentingan.

Membicarakan masalah politik. Mengikuti perkembangan politik melalui media masa. Memberikan suara dalam pemilu

Orang-orang yang apolitis

2. Peran aktif dalam kehidupan politik Berikut ini dipaparkan contoh peran aktif yang dapat ditampilkan dalam lingkunganlingkungan tersebut. Di lingkungan keluarga Musyawarah keluarga Pemasangan atribut-atribut keenegaraan pada waktu hari besar nasional Memebaca dan mengikti berbagai berita televise, radio dan media massa lainnya terutama yang menyangkut peristiwaperistiwa pilitik kenegaraan

Di lingkungan sekolah Pemilihan ketua kelas, ketua OSIS, dan ketua organisasi ekstrakulikuler. Pembuatan anggaran dasar dan anggaran rumah tangga OSIS atau organisasi ekstakulikuler yang diikuti Forum-forum diskusi atau musyawarah yang diadakan di sekolah Membuata artikel yang berisikan aspirasi siswa yang dimuat di majalha dinding, bulletin sekolah dan sebagainya.

Dilingkungan masyarakat
Forum warga Pemilihan ketua RT, RW, Kepala Desa, ketua organisasi masyarakat dan sebagainya Pembuatan peraturan yang berupa anggaran dasar dan anggaran rumah tangga bagi organisasi masyarakat, koperasi, RT-RW, LMD dan sebagainya

Di lingkungan bangsa dan Negara Menggunakan hak pilih dalam pemilihan umum Menjadi anggota aktif dari paratai politik, kelompok penekan dan kelompok kepentingan tertentu Duduk dalam lembaga politik seperti MPR, DPR, dan DPD Biasa berkomunikasi dengan wakil-wakil rakyat

Berkampanye, menghadiri kelompok diskusi Mempengaruhi para pembuat keputusan sehingga produk-produk yang dihasilkannya sesuai dengan aspirasi atau kepentingan masyarakat Ikut aksi unjuk rasa secara damai

PREVENTIVE IS BETTER THAN CURE

Anda mungkin juga menyukai