Anda di halaman 1dari 6

Teori politik

Politik adalah proses pembentukan dan pembagian kekuasaan dalam masyarakat yang antara lain
berwujud proses pembuatan keputusan, khususnya dalam negara. Pengertian ini merupakan
upaya penggabungan antara berbagai definisi yang berbeda mengenai hakikat politik yang
dikenal dalam ilmu politik.

Politik adalah seni dan ilmu untuk meraih kekuasaan secara konstitusional maupun
nonkonstitusional.

Di samping itu politik juga dapat ditilik dari sudut pandang berbeda, yaitu antara lain:

politik adalah usaha yang ditempuh warga negara untuk mewujudkan kebaikan bersama
(teori klasik Aristoteles),
politik adalah hal yang berkaitan dengan penyelenggaraan pemerintahan dan Negara,

politik merupakan kegiatan yang diarahkan untuk mendapatkan dan mempertahankan


kekuasaan di masyarakat,
politik adalah segala sesuatu tentang proses perumusan dan pelaksanaan kebijakan
publik.

Teori politik merupakan kajian mengenai konsep penentuan tujuan politik, bagaimana mencapai
tujuan tersebut serta segala konsekuensinya. Bahasan dalam Teori Politik antara lain adalah
filsafat politik, konsep tentang sistem politik, negara, masyarakat, kedaulatan, kekuasaan,
legitimasi, lembaga negara, perubahan sosial, pembangunan politik, perbandingan politik, dsb.
Terdapat banyak sekali sistem politik yang dikembangkan oleh negara negara di dunia antara
lain: anarkisme,autoritarian, demokrasi, diktatorisme, fasisme, federalisme, feminisme,
fundamentalisme keagamaan, globalisme, imperialisme, kapitalisme, komunisme, liberalisme,
libertarianisme, marxisme, meritokrasi, monarki, nasionalisme, rasisme, sosialisme, theokrasi,
totaliterisme, oligarki dsb.

II. Masyarakat

Kata Masyarakat itu berasal dari bahasa Arab, yaitu syaraka yang berarti ikut serta. Pengertian
masyarakat mencakup interaksi sosial, perubahan sosial, dan rasa kebersamaan. Masyarakat
sering juga disebut sistem sosial. Selain itu, ada beberapa pendapat yang mengemukakan tentang
pengertian masyarakat.

Koentjaraningrat, Masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu
sistem adat istiadat tertentu yang terikat oleh suatu rasa identitas bersama. Harold J.Laski,
Masyarakat adalah kelompok manusia yang hidup bersama dan bekerja sama untuk mencapai
terkabulnya keinginan-keinginan mereka bersama.

Soerjono Soekamto, sejak dilahirkan manusia memiliki dua keinginan pokok, yaitu:
1. Keinginan untuk menjadi satu dengan manusia lain di sekelilingnya.
2. Keinginan untuk menjadi satu dengan suasana alam sekelilingnya.

Pada umumnya ciri-ciri masyarakat adalah sebagai berikut:

Manusia yang hidup bersama,


Bergaul dalam waktu yang cukup lama,

Sadar merupakan satu kesatuan,

Suatu sistem kehidupan bersama.

Unsur-unsur agar terbentuk masyarakat antara lain:

1. Terdapat sekumpulan orang,


2. Berdiam dalam suatu wilayah dalam waktu yang relatif lama,
3. Menghasilkan sistem nilai.

Masyarakat politik dapat diartikan sebagai masyarakat yang bertempat tinggal di dalam suatu
wilayah tertentu dengan aktivitas tertentu yang berhubungan dengan bagaimana cara-cara
memperoleh kekuasaan, usaha-usaha mempertahankan kekuasaan, menggunakan kekuasaan,
wewenang dan bagaimana menghambat penggunaan kekuasaan, pengendalian kekuasaan, dan
sebagainya.

Pada masyarakat politik, interaksi setiap individu maupun kelompok memiliki cirri-ciri sebagai
berikut.

1. Perilaku Politik

(Political Behavior) Perilaku politik dapat dinyatakan sebagai keseluruhan tingkah laku, politik
dan warga negara yang telah saling memiliki hubungan antara pemerintah dan masyarakat, antara
lembaga pemerintah dan antara kelompok masyarakat dalam rangka proses pembuatan,
pelaksanaan dan penegakan keputusan politik.

2. Budaya Politik

(Political Culture) Menurut Almond dan Verba, budaya politik merupakan suatu sikap orientasi
yang khas warga negara terhadap sistem politik dan aneka ragam bagiannya, dan sikap terhadap
peranan warga negara yang ada di dalam sistem itu. Warga negara mengidentifikasikan dirinya
dengan simbol-simbol dan lembaga kenegaraan berdasarkan orientasi yang mereka miliki.

3. Kelompok Kepentingan

(Interest Group) Adalah kelompok/organisasi yang berusaha mempengaruhi kebijakan


pemerintah tanpa berkehendak memperoleh jabatan publik. Kelompok kepentingan bisa
menghimpun ataupun mengeluarkan dana dan tenaganya untuk melaksanakan tindakan-tindakan
politik, biasanya mereka berada di luar tugas partai politik.

4. Kelompok Penekan

(Pressure Group) Menurut Stuart Gerry Brown, kelompok penekan adalah kelompok yang dapat
mempengaruhi atau bahkan membentuk kebijaksanaan pemerintah. Adapun cara yang digunakan
dapat melalui persuasi, propaganda atau cara lain yang lebih efektif. Mereka antara lain:
kelompok pengusaha, industriawan dan asosiasi lainnya.

III. Kekuasaaan

Dalam teori politik menunjuk pada kemampuan untuk membuat orang lain melakukan sesuatu
yang tidak dikehendakinya. Max Weber menuliskan adanya tiga sumber kekuasaan: pertama dari
perundang-undangan yakni kewenangan; kedua, dari kekerasan seperti penguasaan senjata;
ketiga, dari karisma.

Menguraikan konsep kekuasaan politik kita perlu melihat pada kedua elemennya, yakni
kekuasaan dari akar kata kuasa dan politik yang berasal dari bahasa Yunani Politeia (berarti kiat
memimpin kota (polis)). Sedangkan kuasa dan kekuasaan kerapa dikaitkan dengan kemampuan
untuk membuat gerak yang tanpa kehadiran kuasa (kekuasaan) tidak akan terjadi, misalnya kita
bisa menyuruh adik kita berdiri yang tak akan dia lakukan tanpa perintah kita (untuk saat itu)
maka kita memiliki kekuasaan atas adik kita. Kekuasaan politik dengan demikian adalah
kemampuan untuk membuat masyarakat dan negara membuat keputusan yang tanpa kehadiran
kekuasaan tersebut tidak akan dibuat oleh mereka.

Bila seseorang, suatu organisasi, atau suatu partai politik bisa mengorganisasi sehingga berbagai
badan negara yang relevan misalnya membuat aturan yang melarang atau mewajibkan suatu hal
atau perkara maka mereka mempunyai kekuasaan politik.

Variasi yang dekat dari kekuasaan politik adalah kewenangan (authority), kemampuan untuk
membuat orang lain melakukan suatu hal dengan dasar hukum atau mandat yang diperoleh dari
suatu kuasa. Seorang polisi yang bisa menghentikan mobil di jalan tidak berarti dia memiliki
kekuasaan tetapi dia memiliki kewenangan yang diperolehnya dari UU Lalu Lintas, sehingga
bila seorang pemegang kewenangan melaksankan kewenangannya tidak sesuai dengan mandat
peraturan yang ia jalankan maka dia telah menyalahgunakan wewenangnya, dan untuk itu dia
bisa dituntut dan dikenakan sanksi.

IV. Negara

Negara merupakan suatu kawasan teritorial yang didalamnya terdapat sejumlah penduduk yang
mendiaminya, dan memiliki kedaulatan untuk menjalankan pemerintahan, dan keberadaannya
diakui oleh negara lain. Ketentuan yang tersebut di atas merupakan syarat berdirinya suatu
negara menurut konferensi Montevideo pada tahun 1933.

Negara (Bahasa Inggeris: State; Bahasa Perancis: Etat) adalah satu komuniti politik tersusun
yang menakluki sesuatu kawasan dan mempunyai kedaulatan luaran dan dalaman yang boleh
menguatkuasakan monopoli terhadap penggunaan kekerasan yang difikirkan wajar.

Max Weber dalam buku Politik sebagai vokasi (Politics as a vocation) (1918) memberi
definasi Negara yang paling kerap digunakan dalam teori-teori politik masa kini. Mengikut
Weber, Setiap negara wujud hasil penggunaan kekerasan. Jika tiadanya institusi sosial ganas
wujud, konsep negara tidak membawa maksud dan satu keadaan yang diberi nama anarki
akan timbul. Maka, negara adalah satu komuniti manusia yang dengan jayanya mendapat
pengiktirafan penggunaan kekerasan dalam satu kawasan. Dalam definasi ini dia mencerminkan
pendapat ahli falsafah Thomas Hobbes yang mengatakan penguakuasaan Leviathan akan
mencegah kematian yang ganas. Weber: Negara adalah satu-satunya sumber hak
menggunakan kekerasan.

Definisi yang diberi Weber adalah penting kerana dia memperkenalkan usul yang negaralah satu-
satunya bentuk penggunaan kuasa yang sah. Dalam maksud itu, kuasa, yang berlawanan dengan
umpamanya keganasan, organisasi, penagihan dan atribusi lainan adalah konsep penting yang
dikaitkan dengan negara dalam politik sains terkini. (Lihat seminal Peter Evans, Theda Skocpol,
Dietrich Rueschemeyer, eds., Bringing the State Back in, Cambridge University Press, 1985).
Errico Malatesta, satu ahli anarki terkenal, menulis Ahli anarki secara amnya menggunakan
perkataan Negara untuk merujuk kesemua institusi politik, perundangan, kehakiman,
ketenteraan, kewangan dll. yang dikawal sendirinya dan ditadbir oleh kelakuan sendiri
sesetengah individu tertentu dan mempunyai kepercayaan ramai untuk menjaga keselamatan
mereka, dan perlaksaan ini, secara terangan atau tersembunyi, memaksa orang ramai
menghormatinya dengan itu menggunakan penguatkuasaan kolektif komuniti ke arah ini.

V. Konflik

Konflik berasal dari kata kerja Latin configere yang berarti saling memukul. Secara sosiologis,
konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau lebih (bisa juga kelompok)
dimana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkannya atau
membuatnya tidak berdaya.

Konflik dilatarbelakangi oleh perbedaan ciri-ciri yang dibawa individu dalam suatu interaksi.
perbedaan-perbedaan tersebut diantaranya adalah menyangkut ciri fisik, kepandaian,
pengetahuan, adat istiadat, keyakinan, dan lain sebagainya. Dengan dibawasertanya ciri-ciri
individual dalam interaksi sosial, konflik merupakan situasi yang wajar dalam setiap masyarakat
dan tidak satu masyarakat pun yang tidak pernah mengalami konflik antar anggotanya atau
dengan kelompok masyarakat lainnya, konflik hanya akan hilang bersamaan dengan hilangnya
masyarakat itu sendiri.
Konflik bertentangan dengan integrasi. Konflik dan Integrasi berjalan sebagai sebuah siklus di
masyarakat. Konflik yang terkontrol akan menghasilkan integrasi. Sebaliknya, integrasi yang
tidak sempurna dapat menciptakan konflik.

1. Teori politik

Teori politik merupakan kajian mengenai konsep penentuan tujuan politik, bagaimana mencapai
tujuan tersebut serta segala konsekuensinya. Bahasan dalam Teori Politik antara lain adalah
filsafat politik, konsep tentang sistem politik, negara, masyarakat, kedaulatan, kekuasaan,
legitimasi, lembaga negara, perubahan sosial, pembangunan politik, perbandingan politik, dsb.

Terdapat banyak sekali sistem politik yang dikembangkan oleh negara negara di dunia antara
lain: anarkisme,autoritarian, demokrasi, diktatorisme, fasisme, federalisme, feminisme,
fundamentalisme keagamaan, globalisme, imperialisme, kapitalisme, komunisme, liberalisme,
libertarianisme, marxisme, meritokrasi, monarki, nasionalisme, rasisme, sosialisme, theokrasi,
totaliterisme, oligarki dsb.

Teori Politik
Konsep politik lahir dalam pikiran manusia dan bersifat abstrak. Konsep digunakan dalam
menyusun generalisasi abstrak mengenai beberapa fenomena, yang disebut sebagai teori.
Berdasarkan pengertiannya, teori politik bisa dikatakan sebagai bahasan dan generalisasi dari
phenomena yang bersifat politik.

Menurut Thomas P. Jenkin dalam The Study of Political Theory, teori politik dibedakan
menjadi dua, yaitu :

a. Norma politik, yaitu teori-teori yang mempunyai dasar moril dan norma-norma politik.
Teori ini dinamakan mengandung nilai. Yang termasuk golongan antara lain filsafat politk, teori
politik sistematis, ideologi, dan sebagainya.

b. Teori-teori politik yang menggambarkan dan membahas phenomena dan fakta-fakta politk
dengan tidak mempersoalkan norma-norma atau nilai (non valuational), atau biasa dipakai istilah
nilai bebas. Biasanya bersifat deskriptif dan berusaha membahas fakta-fakta politk sedemikian
rupa sehingga dapat disistematisir dan disimpulkan dalam generalisasi-generalisasi.

Teori-teori norma politik dibagi menjadi tiga golongan :

1. Filsafat politik, yaitu mencari penjelasan berdasarkan ratio. Pokok pikiran dari filsafat
politik ialah persoalan-persoalan yang menyangkut alam semesta harus dipecahkan dulu
sebelum persoalan-persoalan politik yang kita alami sehari-hari dapat ditanggulangi.
2. Teori politik sistematis, yaitu mendasarkan diri atas pandangan-pandangan yang sudah
lazim diterima pada masanya. Dengan kata lain teori ini hanya mencoba merealisasikan
norma-norma dalam suatu program politik.

3. Ideologi politik, yaitu himpunan nilai-nilai, ide, norma, kepercayaan dan keyakinan, yang
dimiliki seorang atau sekelompok orang, atas dasar mana dia menentukan sikapnya terhadap
kejadian dan problema politk yang dihadapinya dan yang menentukan tingkah lakunya.

2. Masyarakat

Masyarakat adalah sekelompok orang yang membentuk sebuah sistem semi tertutup (atau
semi terbuka), dimana sebagian besar interaksi yang terjadi adalah antar individu individu
dalam satu kelompok tersebut. Lebih abstraknya, sebuah masyarakat adalah suatu jaringan
hubungan hubungan antar entitas entitas. Masyarakat adalah sebuah yang interdependen
( saling ketergantungan ). Umumnya, istilah masyarakat digunakan untuk mengacu pada
sekelompok orang yang hidup bersama dalam satu komunitas yang teratur.
Masyarakat sering diorganisasikan berdasarkan cara utamanya dalam mata pencaharian.
Pakar ilmu sosial mengindetifikasikan berbagai mata pencarian masyarakat, yaitu : masyarakat
pemburu, masyarakat pastoral nomadis, masyarakat bercocok tanam, masyarakat agrikultural
intensif yang disebut juga masyarakat peradaban. Sebagian pakar menganggap masyarakat
industri dan pasca industri sebagai kelompok masyarakat yang terpisah dari masyarakat
agrikulutural tradisional.
Sebagaimana telah dijelaskan dalam pengertian tentang masyarakat, maka ciri ciri
masyarakat itu sendiri adalah :
a. Kesatuan antar individu
b. Menempati suatu wilayah tertentu
c. Terdapat sistem yang berlaku dan telah disepakati bersama
d. Terdapat interaksi antar sesama

Anda mungkin juga menyukai