Anda di halaman 1dari 6

MASALAH SOSIAL DALAM KASUS KEMISKINAN

BAB 1
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Masalah
Sosiologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang masyarakat yang meliputi gejala-gejala
sosial,struktur sosial dan perubahan sosial. Sosiologi menelaah gejala-gejala yang wajar dalam
masyarakat seperti norma-norma, kelompok sosial dalam lapisan masyarakat, lembaga
masyarakat, proses sosial, perubahan sosial dan kebudayaan serta perwujudannya.Gejala-gejala
tersebut ada yang tidak berlangsung normal sebagaimana yang dikehendaki masyarakat dan
merupakan gejala-gejala abnormal atau gejala-gejala patologis, hal ini disebabkan adanya unsurunsur masyarakat yang tidak berfungsi sebagai mana mestinya yang menyebabkan kekecewaan
dan penderitaan.
Gejala-gejala abnormal tersebut dapat dinamakan sebagai masalah-masalah sosial.salah satu
contoh masalah sosial masyarakat adalah kemiskinan.
Kemiskinan adalah suatu keadaan dimana seseorang tidak sanggup memelihara dirinya sendiri
sesuai dengan taraf kehidupan kelompok dan juga tidak mampu memanfaatkan tenaga mental
maupun fisik dalam kelompok tersebut.Kemiskinan sebagai suatu fenomena sosial yang tidak
hanya dialami oleh negara-negara yang sedang berkembang tetapi juga terjadi di negara-negara
yang sudah mempunyai kemapanan di bidang ekonomi.
Kemiskinan merupakan permasalahan yang diakibatkan oleh kondisi nasional suatu negara dan
situasi global.Dengan adanya globalisasi ekonomi dan ketergantungan antar negara dapat
memberikan tantangan dan kesempatan pertumbuhan ekonomi dan pembangunan suatu negara
dan juga memberikan resiko ketidakpastian perekonomian dunia,kependudukan maupun
lingkungan hidup.Pada umumnya semua kebijakan pemerintah yang tidak berpihak kepada
peningkatan kesejahteraan rakyat.Dampak dari berbagai kebijakan tersebut adalah masih
banyaknya penduduk miskin di indonesia.

1.
2.
3.
4.

B.Rumusan masalah
Mengapa masalah sosial dapat menimbulkan gejala-gejala normal dan abnormal ?
Mengapa kemiskinan dapat disebut sebagai fenomena sosial ?
Apa saja penyebab kemiskinan ?
Bagaimana cara menanggulangi kemiskinan ?

C.Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian mengenai masalah sosial terhadap kasus kemiskinan antara lain:
1. Meningkatkan peran serta masyarakat dalam menanggulangi kemiskinan di lingkungannya.
2. Mengungkapkan permasalahan kemiskinan yang di alami masyarakat dan cara
menanggulanginya.
3. Meningkatkan rasa tenggang rasa, sosialisasi terhadap sesama, dan menurunkan kesenjangan
sosial.

D.Manfaat Penelitian
A. bagi penulis
1. Memperdalam wawasan dan pengetahuan mengenai ilmu pengetahuan sosiologi.
2. Menambah ilmu pengetahuan penulis terhadap sosiologi terutama mengenai masalah sosial
dalam masyarakat.
3. Mengetahui perkembangan dan kemajuan keadaan sosial di dalam kehidupan bermasyarakat.
B.bagi pembaca
1. Menambah pengalaman pembaca untuk memperdalam ilmu pengetahuan sosiologi.
2. Menambah wawasan pembaca terhadap sosiologi mengenai masalah sosial.
3. Mengetahui perkembangan sosiologi di dalam masyarakat.

BAB 2
LANDASAN TEORI
A.Pengertian Masalah Sosial
Menurut Soerjono Soekanto masalah sosial adalah suatu ketidaksesuaian antara unsur-unsur
kebudayaan atau masyarakat, yang membahayakan kehidupan kelompok sosial. Jika terjadi
bentrokan antara unsur-unsur yang ada dapat menimbulkan gangguan hubungan sosial seperti
kegoyahan dalam kehidupan kelompok atau masyarakat.
Masalah sosial muncul akibat terjadinya perbedaan yang mencolok antara nilai dalam
masyarakat dengan realita yang ada. Yang dapat menjadi sumber masalah sosial yaitu seperti
proses sosial dan bencana alam. Adanya masalah sosial dalam masyarakat ditetapkan oleh
lembaga yang memiliki kewenangan khusus seperti tokoh masyarakat, pemerintah, organisasi
sosial, musyawarah masyarakat, dan lain sebagainya.
Masalah sosial dapat dikategorikan menjadi 4 (empat) jenis faktor, yakni antara lain :
1. Faktor Ekonomi : Kemiskinan, pengangguran, dll.
2. Faktor Budaya : Perceraian, kenakalan remaja, dll.
3. Faktor Biologis : Penyakit menular, keracunan makanan, dsb.
4. Faktor Psikologis : penyakit syaraf, aliran sesat, dsb.
B.Pengertian Kemiskinan
Kemiskinan merupakan masalah kemanusiaan yang telah lama diperbincangkan
karena
berkaitan d Menurut Soerjono Soekanto masalah sosial adalah suatu ketidaksesuaian antara
unsur-unsur kebudayaan atau masyarakat, yang membahayakan kehidupan kelompok sosial. Jika
terjadi bentrokan antara unsur-unsur yang ada dapat menimbulkan gangguan hubungan sosial
seperti kegoyahan dalam kehidupan kelompok atau masyarakat.
Masalah sosial muncul akibat terjadinya perbedaan yang mencolok antara nilai dalam
masyarakat dengan realita yang ada. Yang dapat menjadi sumber masalah sosial yaitu seperti
proses sosial dan bencana alam. Adanya masalah sosial dalam masyarakat ditetapkan oleh
lembaga yang memiliki kewenangan khusus seperti tokoh masyarakat, pemerintah, organisasi
sosial, musyawarah masyarakat, dan lain sebagainya.

engan tingkat kesejahteraan masyarakat dan upaya penanganannya. Dalam Panduan Keluarga
Sejahtera (1996: 10) kemiskinan adalah suatu keadaan dimana seorang tidak sanggup
memelihara dirinya sendiri dengan taraf kehidupan yang dimiliki dan juga tidak mampu
memanfaatkan tenaga, mental maupun fisiknya dalam memenuhi kebutuhannya. Dalam Panduan
IDT (1993: 26) bahwa kemiskinan adalah situasi serba kekurangan yang terjadi bukan karena
dikehendaki oleh si miskin, melainkan karena tidak dapat dihindari dengan kekuatan yang ada
padanya. Mengamati secara mendalam tentang kemiskinan dan penyebabnya akan muncul
berbagai tipologi dan dimensi kemiskinan karena kemiskinan itu sendiri multikompleks, dinamis,
dan berkaitan dengan ruang, waktu serta tempat dimana kemiskinan dilihat dari berbagai sudut
pandang.
Kemiskinan dibagi dalam dua kriteria yaitu kemiskinan absolut dan kemiskinan relatif :
1. Kemiskinan absolut
Kemiskinan absolut adalah kemiskinan yang diukur dengan tingkat pendapatan yang dibutuhkan
untuk memenuhi kebutuhan dasarnya.
2. kemiskinan relatif
Kemiskinan relatif adalah penduduk yang telah memiliki pendapatan sudah mencapai kebutuhan
dasar namun jauh lebih rendah dibanding keadaan masyarakat sekitarnya.
Kemiskinan menurut tingkatan kemiskinan adalah kemiskinan sementara dan kemiskinan
kronis.
1. Kemiskinan sementara
Kemiskinan sementara yaitu kemiskinan yang terjadi sebab adanya bencana alam .
2. kemiskinan kronis
Kemiskinan kronis yaitu kemiskinan yang terjadi pada mereka yang kekurangan ketrampilan,
aset, dan stamina (Aisyah, 2001: 151).
Penyebab kemiskinan menurut Kuncoro (2000: 107) sebagai berikut:
1. Secara makro, kemiskinan muncul karena adanya ketidaksamaan pola kepemilikan sumber daya
yang menimbulkan distribusi pendapatan timpang, penduduk miskin hanya memiliki sumber
daya dalam jumlah yang terbatas dan kualitasnya rendah.
2. Kemiskinan muncul akibat perbedaan kualitas sumber daya manusia karena kualitas sumber
daya manusia yang rendah berarti produktivitas juga rendah, upahnya pun rendah.
3. kemiskinan muncul sebab perbedaan akses dan modal.
.
Logika berpikir yang dikemukakan Nurkse yang dikutip Kuncoro (2000: 7) yang
mengemukakan bahwa negara miskin itu miskin karena dia miskin (a poor country is
poor because it is poor)

1.
2.
3.
4.
5.

Lingkaran Setan Kemiskinan (The Vicious Circle of Poverty ),Menurut Bayo (1996: 18)
yang mengutip pendapat Chambers bahwa ada lima ketidakberuntungan yang melingkari
orang atau keluarga miskin yaitu sebagai berikut:
Kemiskinan (poverty)
Masalah kerentanan (vulnerability).
Masalah ketidakberdayaan.
Lemahnya ketahanan fisik
Masalah keterisolasian.

Masalah keberlanjutan pemanfaatan program IDT di desa Kopen kecamatan Teras kabupaten
Boyolali adalah sebagai berikut:

1)

1.

2.
3.

Faktor yang mempengaruhi keberlanjutan pemanfaatan dana IDT yang meliputi empat faktor
atau variabel sebagai berikut:
a. Pemanfaatan dana IDT;
b. Jenis usaha;
c. Besar dana yang diterima;
d. Partisipasi anggota pokmas.
Beberapa variabel yang mempengaruhi pelaksanaan program IDT dapat dijelaskan sebagai
berikut:
1. Pemanfaatan dana IDT
Dalam pelaksanaan program IDT terdapat beberapa prinsip yang saling berkaitan untuk
menjelaskan konsep pemanfaatan dana bergulir IDT. Beberapa prinsip itu antara lain sebagai
berikut:
Prinsip Dana Bergulir
Dana yang disalurkan pemerintah kepada masyarakat melalui program
IDT sesuai
dengan Inpres No.5 tahun 1993 merupakan bantuan khusus
bagi masyarakat miskin yang
berupa modal kerja sebagai hibah bergulir(Revolving Grant) dengan bimbingan teknis
pemerintah untuk pembinaan, penyuluhan dan motivasi.
2)Prinsip Keberlanjutan Pemanfaatan Dana IDT
Penanggulangan kemiskinan secara terencana dan terkoordinir telah diupayakan pemerintah
untuk dilaksanakan melalui prinsip-prinsip pokok
Menurut Suprapto (1999: 23) ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi
kemungkinan kemacetan dana yaitu sebagai berikut:
Bagi pemakai dana berputar baik individu maupun kelompok sebaiknya dikenai persyaratan
supaya ada motivasi berusaha dan sudah memulai aktivitas produktif sehingga dana berputar
tidak hanya dianggap sekedar sebagai hadiah cumacuma melainkan sebagai kebutuhan yang
pemanfaatannya harus dipertanggungjawabkan.
lembaga yang akan diserahi untuk mengelola dana yang akan berputar harus betul-betul sudah
siap karena lembaga ini yang nantinya akan memantau pemanfaatannya dan mengatur
penyebarannya pada pemakai berikutnya.
perlu diciptakannya mekanisme kontrol dari masyarakat itu sendiri melalui penyebarluasan
penggunaan dana berputar kepada masyarakat.

2. Konsep Jenis Usaha


Jenis usaha ekonomi merupakan kegiatan produksi barang atau jasa yang memberikan hasil atau
keuntungan sehingga dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan anggota pokmas dan
keluarganya. Bersumber pada Panduan IDT (1993: 24) jenis usaha yang dapat dibiayai dengan
dana program IDT adalah jenis usaha yang memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
a. Cepat menghasilkan, jarak waktu antara pengeluaran yang harus dilakukan dengan penerimaan
hasil kegiatan tidak terlalu lama;
b. Mendayagunakan potensi yang ada dan dimiliki oleh desa;
c. Menghasilkan produk yang dapat memenuhi permintaan pasar atau dipasarkan sehingga
memberikan nilai tambah;

3. Konsep Besar Dana Diterima


Berdasarkan Inpres no. 5 tahun 1993 tanggal 27 Desember 1993 tentang Peningkatan
Penanggulangan Kemiskinan, program IDT merupakan bagian dari gerakan nasional
penanggulangan kemiskinan dengan menyediakan bantuan khusus berupa modal kerja bagi
kelompok penduduk miskin yang digunakan untuk kegiatan usaha yang pemanfaatannya dapat
dirasakan terutama pemenuhan kebutuhan mendasar keluarga miskin.

a.
b.
c.
d.
e.

4. Partisipasi Anggota Kelompok


Pelaksanaan program IDT sesuai dengan panduan IDT bersifat terbuka dan berkesinambungan
melalui pendekatan sebagai berikut:
Keterpaduan yaitu mengarahkan kegiatan pembangunan secara lintas sektoral dan lintas daerah
serta meletakkan upaya penanggulangan kemiskinan sebagai bagian dari proses pembangunan
yangmenyeluruh dan terpadu.
Kegotongroyongan yaitu menumbuhkan rasa kebersamaan, yang lebih kuat membantu yang
lemah sehingga menciptakan kesejahteraan bersama.
Keswadayaan yaitu menitikberatkan pada usaha yang berdasarkan kemandirian.
Partisipatif yaitu melibatkan warga masyarakat khususnya kelompok sasaran dalam
pengambilan keputusan sejak perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, pemerataan hasil sesuai
dengan nilai-nilai yang hidup dan berkembang di masyarakat itu sendiri.
Terdesentralisasi yaitu menurunkan wewenang pembuatan keputusan, perencanaan dan
pelaksanaan pembangunan kepada aparat pemerintah yang terdekat dengan penduduk miskin.

BAB III
PEMBAHASAN

A.Respon masyarakat terhadap masalah sosial


Masalah sosial terutama masalah kemiskinan, pemerintah atau masyarakat bisa mengendalikan
atau menyelesaikan masalah tersebut dengan cara kebersamaan atau kekeluargaan dengan
diadakannya program perdagangan di pasar modern atau tradisional dengan berbagai macam
bentuk, agar masyarakat terpacu untuk bisa mengembangkan kreasi mereka masing-masing.
Sehingga masyarakat bisa menghasilkan pendapatan dan mengurangi jumlah kemiskinan di
Indonesia.
Tindakan bersama yang diharapkan berdampak pada kondisi kehidupan yang lebih baik. Secara
umum dapat dikatakan, bahwa masyarakat yang dapat mengelola dan mengatasi masalah sosial,
memiliki tingkat kesejahteraan yang lebih tinggi di bandingkan masyarakat yang lain.
Penanganan masalah sosial oleh masyarakat itu sendiri dalam berbagai hal saling mengisi dan
saling melengkapi , dengan tindakan penanganan yang dilakukan oleh institusi pemerintah
(Negara). Menempatkan usaha pelayanan sosial yang merupakan salah satu implementasi dari
kebijakan social oleh negara tersebut akan melibatkan interkasi atau hubungan timbal balik.

B. . Penanganan Masalah Sosial Terhadap Kemiskinan


Pemerintah Daerah memiliki keleluasaan lebih banyak untuk mengatur dan mengurus
kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan sehingga
pembangunan bisa mengarah pada pengelolaan secara bottom up. Dengan demikian Pemerintah
daerah bukan lagi sekedar operator pembangunan, tetapi juga sebagai entrepreneur, koordinator,
fasilitator dan stimulator.
Dengan pengelolaan yang bottom up akan menciptakan suatu pembangunan yang kreatif yaitu
pembangunan yang mampu memberikan ciri khas daerahnya sendiri sehingga daerah tersebut
nantinya akan memiliki keunggulan yang kompetitif.
Namun di lain pihak, anggaran pembangunan yang tersedia terbatas sedangkan program
pembangunan yang dibutuhkan relatif banyak. Dalam hal ini Pemerintah Daerah dituntut untuk
mampu melakukan penentuan prioritas program pembangunan yang diusulkan dimana
penyusunannya berdasarkan kriteria yang terukur dan mampu meningkatkan partisipasi
masyarakat untuk menunjang impelementasi program pembangunan,tersebut.
Kewenangan pengambil keputusan dan tanggung jawab penyelenggaraan pemerintahan serta
pelayanan kepada masyarakat sepenuhnya ada pada pemerintah daerah dan legislatifnya
termasuk dalam mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat menurut prakarsa sendiri
berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai dengan peraturan. Salah satunya adalah penyelenggaraan
pelayanan bagi masyarakat miskin.
Kemiskinan merupakan permasalahan yang harus segera tuntas karena keadaan miskin membuat
masyarakat menjadi lemah dan tidak bermartabat.
Pemerintah baik pusat maupun daerah telah berupaya dalam melaksanakan berbagai kebijakan
dan program-program penanggulangan kemiskinan namun masih jauh panggang daripada api.
Kebijakan dan program yang dilaksanakan belum menampakkan hasil yang optimal.
Masih terjadi kesenjangan antara rencana dengan pencapaian tujuan karena kebijakan dan
program penanggulangan kemiskinan lebih berorientasi pada program sektoral. Oleh karena itu
diperlukan suatu strategi penanggulangan kemiskinan yang terpadu, terintegrasi dan sinergis
sehingga dapat menyelesaikan masalah secara tuntas. Kunci pemecahan masalah kemiskinan
adalah memberi kesempatan kepada masyarakat miskin untuk ikut serta dalam seluruh tahap
pembangunan.

Anda mungkin juga menyukai