Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA sehingga
makalah ini dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa penulis juga mengucapkan banyak
terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan
baik materi maupun pikirannya.
Harapan penulis semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca, Semoga kedepannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi
makalah agar menjadi lebih baik lagi. Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman
penulis. Penulis yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami
sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan
makalah ini.
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................................................... i
DAFTAR ISI............................................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................................ iii
1. LATAR BELAKANG........................................................................................................................... iii
2. RUMUSAN MASALAH ..................................................................................................................... iii
BAB II ISI .................................................................................................................................................. 1
A. PENGERTIAN POLITIK ...................................................................................................................... 1
B. POLITIK DI ERA ORDE LAMA (1945- 1968) ...................................................................................... 1
1. KONFIGURASI POLITIK ERA ORDE LAMA ..................................................................................... 1
2. PARTAI POLITIK DALAM ERA ORDE LAMA .................................................................................. 2
C. POLITIK DI ERA ORDE BARU (1966- 1998)....................................................................................... 4
1. KONFIGURASI POLITIK ERA ORDE BARU ..................................................................................... 4
2. PARTAI POLITIK DALAM ERA ORDE BARU ................................................................................... 5
D. POLITIK DI ERA REFORMASI (1998- sekarang) ................................................................................ 5
BAB III KESIMPULAN................................................................................................................................ 9
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................. 10
ii
BAB I PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Politik dari bahasa Yunani: “politicos”, yang berarti dari, untuk, atau yang berkaitan
dengan warga Negara. dari bahasa Inggris politic : bijaksana, beradab, berakal, yg
dipikirkan, polite : sopan, halus, beradab, sopan santun, terpilih, yg halus budi bahasanya.
Politik juga dapat diartikan sebagai proses pembentukan dan pembagian kekuasaan dalam
masyarakat yang antara lain berwujud proses pembuatan keputusan, khususnya dalam
Negara. Pengertian ini merupakan upaya penggabungan antara berbagai definisi yang
berbeda mengenai hakikat politik yang dikenal dalam ilmu politik.
Politik tidak bisa dilepaskan dari sebuah Negara. politik dapat berdampak positif dan
berdampak negative. Maka daripada itu pentingnya kita mengetahui sejarah dari pada politik
itu sendiri. Sejarah politik di era orde lama, era orde baru dan era reformasi. Dengan kita
mengetahui sejarah politik di Indonesia. Kita dapat menilai atau membandingkan politik di
masa dahulu dengan masa sekarang.
2. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana keadaan politik di era orde lama (1945 - 1966)
2. Bagaimana keadaan politik di era orde baru (1966 - 1998)
3. Bagaimana keadaan politik di era reformasi (1998 - sekarang)
iii
BAB II ISI
A. PENGERTIAN POLITIK
Politik dari bahasa Yunani: “politicos”, yang berarti dari, untuk, atau yang
berkaitan dengan warga Negara. dari bahasa Inggris politic : bijaksana, beradab,
berakal, yg dipikirkan, polite : sopan, halus, beradab, sopan santun, terpilih, yg halus
budi bahasanya. Politik juga dapat diartikan sebagai proses pembentukan dan pembagian
kekuasaan dalam masyarakat yang antara lain berwujud proses pembuatan keputusan,
khususnya dalam Negara. Pengertian ini merupakan upaya penggabungan antara berbagai
definisi yang berbeda mengenai hakikat politik yang dikenal dalam ilmu politik. Politik
adalah seni dan ilmu untuk meraih kekuasaan secara konstitusional maupun
nonkonstitusional.
Di samping itu politik juga dapat dilihat dari sudut pandang berbeda, yaitu antara
lain:
politik adalah usaha yang ditempuh warga negara untuk mewujudkan kebaikan
bersama (teori klasik Aristoteles)
politik adalah hal yang berkaitan dengan penyelenggaraan pemerintahan dan negara
politik merupakan kegiatan yang diarahkan untuk mendapatkan dan mempertahankan
kekuasaan di masyarakat
politik adalah segala sesuatu tentang proses perumusan dan pelaksanaan kebijakan
publik.
1
Dekrit Presiden 5 Juli 1959 adalah gagalnya konstituante
melaksanakan tugasnya. Pada masa ini Soekarno memakai sistem
DEMOKRASI TERPIMPIN. Tindakan Soekarno mengeluarkan Dekrit pada
tanggal 5 Juli 1959 dipersoalkan keabsahannya dari sudut yuridis
konstitusional, sebab menurut UUDS 1950 Presiden tidak berwenang
“memberlakukan” atau “tidak memberlakukan” sebuah UUD, seperti yang
dilakukan melalui dekrit. Sistem ini yang mengungkapkan struktur, fungsi dan
mekanisme, yang dilaksanakan ini berdasarkan pada sistem “Trial and Error”
yang perwujudannya senantiasa dipengaruhi bahkan diwarnai oleh berbagai
paham politik yang ada serta disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang
cepat berkembang. Sistem “Trial and Error” telah membuahkan sistem multi
ideologi dan multi partai politik yang pada akhirnya melahirkan multi
mayoritas, keadaan ini terus berlangsung hingga pecahnya pemberontakan
DI/TII yang berhaluan theokratisme Islam fundamental (1952-1962) dan
kemudian Pemilu 1955 melahirkan empat partai besar yaitu PNI, NU,
Masyumi dan PKI yang secara perlahan terjadi pergeseran politik ke sistem
catur mayoritas. Kenyataan ini berlangsung selama 10 tahun dan terpaksa
harus kita bayar tingggi berupa:
(2). Konflik ideologi yang tajam yaitu antara Pancasila dan ideologi
Islam, sehingga terjadi kemacetan total di bidang Dewan Konstituante
pada tahun 1959.
2
Pada 18 Agustus 1945 Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI)
melantik Soekarno sebagai Presiden dan Mohammad Hatta sebagai Wakil
Presiden dengan menggunakan konstitusi yang dirancang beberapa hari
sebelumnya. Kemudian dibentuk Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP)
sebagai parlemen sementara hingga pemilu dapat dilaksanakan. Kelompok ini
mendeklarasikan pemerintahan baru pada 31 Agustus dan menghendaki Republik
Indonesia yang terdiri dari 8 provinsi: Sumatra, Kalimantan (tidak termasuk
wilayah Sabah, Sarawak dan Brunei), Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa
Timur, Sulawesi, Maluku (termasuk Papua) dan NusaTenggara.
3
C. POLITIK DI ERA ORDE BARU (1966- 1998)
1. KONFIGURASI POLITIK ERA ORDE BARU
Peristiwa yang lazim disebut Gerakan 30 September/Partai Komunis
Indonesia (G30S/PKI) menandai pergantian orde dari Orde Lama ke Orde
Baru. Pada tanggal 1 Maret 1966 Presiden Soekarno dituntut untuk
menandatangani sebuah surat yang memerintahkan pada Jenderal Soeharto
untuk mengambil segala tindakan yang perlu untuk keselamatan negara dan
melindungi Soekarno sebagai Presiden. Surat yang kemudian dikenal dengan
sebutan Surat Perintah Sebelas Maret ( SUPERSEMAR ) itu diartikan sebagai
media pemberian wewenang kepada Soeharto secara penuh. Sidang MPRS
yang berlangsung pada Juni-Juli 1966. Hasil yang ditetapkan oleh sidang
tersebut adalah
a. Mengukuhkan Supersemar dan melarang PKI berikut ideologinya tubuh
dan berkembang di Indonesia.
b. Menyusul PKI sebagai partai terlarang, setiap orang yang pernah terlibat
dalam aktivitas PKI ditahan. Sebagian diadili dan dieksekusi, sebagian
besar lainnya diasingkan ke pulau Buru.
4
2. PARTAI POLITIK DALAM ERA ORDE BARU
Dalam masa Orde Baru yang ditandai dengan dibubarkannya PKI pada
tanggal 12 Maret 1966 maka dimulai suatu usaha pembinaan terhadap partai-
partai politik. Pada tanggal 20 Pebruari 1968 sebagai langkah peleburan dan
penggabungan ormas-ormas Islam yang sudah ada tetapi belum tersalurkan
aspirasinya maka didirikannyalah Partai Muslimin Indonesia (PARMUSI)
dengan massa pendukung dari Muhammadiyah, HMI, PII, Al Wasliyah, HSBI,
Gasbindo, PUI dan IPM. Selanjutnya pada tanggal 9 Maret 1970, terjadi
pengelompokan partai dengan terbentuknya Kelompok Demokrasi
Pembangunan yang terdiri dari PNI, Partai Katholik, Parkindo, IPKI dan
Murba. Kemudian tanggal 13 Maret 1970 terbentuk kelompok Persatuan
Pembangunan yang terdiri atas NU, PARMUSI, PSII, dan Perti. Serta ada
suatu kelompok fungsional yang dimasukkan dalam salah satu kelompok
tersendiri yang kemudian disebut Golongan Karya. Dengan adanya pembinaan
terhadap parpol-parpol dalam masa Orde Baru maka terjadilah perampingan
parpol sebagai wadah aspirasi warga masyarakat kala itu, sehingga pada
akhirnya dalam Pemilihan Umum 1977 terdapat 3 kontestan, yaitu Partai
Persatuan Pembangunan (PPP) dan Partai Demokrasi Indonesia (PDI) serta
satu Golongan Karya. Hingga Pemilihan Umum 1977, pada masa ini peserta
pemilu hanya terdiri sebagaimana disebutkan diatas, yakni 2 parpol dan 1
Golkar. Dan selama masa pemerintahan Orde Baru, Golkar selalu
memenangkan Pemilu. Hal ini mengingat Golkar dijadikan mesin politik oleh
penguasa saat itu.
5
yang tidak bisa ditunda. Demokrasi menuntut lebih dari sekedar pemilu. Demokrasi
yang mumpuni harus dibangun melalui struktur politik dan kelembagaan demokrasi
yang sehat. Namun nampaknya tuntutan reformasi politik, telah menempatkan
pelaksanan pemilu menjadi agenda pertama. Pemilu pertama di masa reformasi
hampir sama dengan pemilu pertama tahun 1955 diwarnai dengan kejutan dan
keprihatinan. Pertama, kegagalan partai-partai Islam meraih suara siginifikan. Kedua,
menurunnya perolehan suara Golkar. Ketiga, kenaikan perolehan suara PDI P.
Keempat, kegagalan PAN, yang dianggap paling reformis, ternyata hanya menduduki
urutan kelima. Kekalahan PAN, mengingatkan pada kekalahan yang dialami Partai
Sosialis, pada pemilu 1955, diprediksi akan memperoleh suara signifikan namun lain
nyatanya.
6
Kejadian tersebut adalah keputusannya untuk mengizinkan Timor Timur untuk
mengadakan referendum yang berakhir dengan berpisahnya wilayah tersebut
dari Indonesia pada Oktober 1999. Keputusan tersebut terbukti tidak populer di mata
masyarakat sehingga hingga kini pun masa pemerintahan Habibie sering dianggap
sebagai salah satu masa kelam dalam sejarah Indonesia.
Walaupun pengesahan hasil Pemilu 1999 sempat tertunda, secara umum proses
pemilu multi partai pertama di era reformasi jauh lebih Langsung, Umum, Bebas dan
Rahasia (Luber) serta adil dan jujur dibanding masa Orde Baru. Hampir tidak ada
indikator siginifikan yang menunjukkan bahwa rakyat menolak hasil pemilu yang
berlangsung dengan aman. Realitas ini menunjukkan, bahwa yang tidak mau
menerima kekalahan, hanyalah mereka yang tidak siap berdemokrasi, dan ini hanya
diungkapkan oleh sebagian elite politik, bukan rakyat.
7
memberikan tekanan menantang kebijakan-kebijakan Presiden Wahid, menyebabkan
perdebatan politik yang meluap-luap.
Pemerintahan Megawati soekarno putri
Pada Sidang Umum MPR pertama pada Agustus 2000, Presiden Wahid
memberikan laporan pertanggung jawabannya. Pada 29 Januari2001, ribuan
demonstran menyerbu MPR dan meminta Presiden agar mengundurkan diri dengan
alasan keterlibatannya dalam skandal korupsi. Di bawah tekanan dari MPR untuk
memperbaiki manajemen dan koordinasi di dalam pemerintahannya, dia mengedarkan
keputusan presiden yang memberikan kekuasaan negara sehari-hari kepada wakil
presiden Megawati. Megawati mengambil alih jabatan presiden tak lama kemudian.
Pemerintahan Susilo Bambang Yudoyono
Pemilu 2004, merupakan pemilu kedua dengan dua agenda, pertama memilih
anggota legislatif dan kedua memilih presiden. Untuk agenda pertama terjadi kejutan,
yakni naiknya kembali suara Golkar, turunan perolehan suara PDI-P, tidak
beranjaknya perolehan yang signifikan partai Islam dan munculnya Partai Demokrat
yang melewati PAN. Dalam pemilihan presiden yang diikuti lima kandidat (Susilo
Bambang Yudhoyono, Megawati Soekarno Putri, Wiranto, Amin Rais dan Hamzah
Haz), berlangsung dalam dua putaran, telah menempatkan pasangan SBY dan JK,
dengan meraih 60,95 persen.Susilo Bambang Yudhoyono tampil sebagai presiden
baru Indonesia. Pemerintah baru ini pada awal masa kerjanya telah menerima
berbagai cobaan dan tantangan besar, seperti gempa bumi besar di Aceh dan
Nias pada Desember 2004 yang meluluh lantakkan sebagian dari Aceh serta gempa
bumi lain pada awal 2005 yang mengguncang Sumatra.
Pada 17 Juli 2005, sebuah kesepakatan bersejarah berhasil dicapai antara
pemerintah Indonesia dengan Gerakan Aceh Merdeka yang bertujuan mengakhiri
konflik berkepanjangan selama 30 tahun di wilayah Aceh. Atas prestasi SBY yang di
tanam sejak tahun 2004 telah mengantar beliau naik kembali duduk di kursi presiden
dengan pasanganya pak Budiono pada pemilu tahun 2009, kinerja mereka pun belum
dapat dirasakan dengan maksimal.
8
BAB III KESIMPULAN
Politik juga dapat diartikan sebagai proses pembentukan dan pembagian kekuasaan
dalam masyarakat yang antara lain berwujud proses pembuatan keputusan, khususnya dalam
Negara. Pengertian ini merupakan upaya penggabungan antara berbagai definisi yang
berbeda mengenai hakikat politik yang dikenal dalam ilmu politik.
9
DAFTAR PUSTAKA
http://id.wikipedia.org/wiki/Politik
http://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah_Indonesia_(1959%E2%80%931965)
http://id.wikipedia.org/wiki/Politik_Indonesia
http://roni-bae.blogspot.com/2011/06/persamaan-dan-perbedaan-orde-lama-orde.html
http://politik.kompasiana.com/2013/05/11/stabilitas-politik-era-orde-lama-tolak-tarik-ulur-demokrasi-
dan-otoriterisme-559319.html
http://khayfauzan13.blogspot.com/2013/06/perkembangan-politik-orde-lama-orde.html
10